Buku Praktikum Kep. Anak 2
Buku Praktikum Kep. Anak 2
OLEH:
Hermalinda, Ns. Sp. Kep. AN
Deswita, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An
Dr. Ns. Meri Neherta, M.Biomed
Arif Rahman Mansyur, M.Kep
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan buku praktikum “
Ketrampilan Dasar Keperawatan Anak”. Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa
keperawatan pada praktek labor, praktek rumah sakit dan praktek klinik keperawatan anak. Hanya
dengan kekuatan dan kesabaran yang dilimpahkan-Nya sehingga buku ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terimakasi kepada tim pengajar keperawatan anak yang telah
berpartisipasi sehingga modul ini bisa di selesaikan dan sesuai dengan perencanaan. Penulis
menyadari bahwa buku ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan berbagai
masukan dan kritikan agar buku ini dapat dimanfaatkan dan lebih sempurna sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
Akhir kata semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di bidang
keperawatan anak.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
PERHITUNGAN DOSIS OBAT DAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK ........................................ 111
MATERI 1
PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN PADA BAYI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang pengkajian fisik keperawatan pada bayi diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep pengkajian fisik pada bayi dan melakukan pengkajian
fisik keperawatan pada bayi.
b. Prinsip
Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang
Menggunakan lampu atau penghangat untuk mencegah kehilangan panas pada bayi pada
waktu melakukan pengkajian
c. Tujuan
Untuk menilai status adaptasi atau penyesuaian intrauterine ke dalam kehidupan ekstra uterin
dan untuk mendeteksi adanya kelainan pada bayi baru lahir.
Penilaian Apgar Score ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar. APGAR (A: Apperence/kulit, P:
Pulse/frekuensi jantung, G: Grimace/respon/reflek, A: Activity/tonus otot, R:
Respiration/usaha nafas).
Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 ≥ 100
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
biru/pucat ekstrmitas biru kemerahan
Penilaian APGAR:
Beradaptasi baik : nilai APGAR 7-10
Asfiksia ringan/sedang : nilai APGAR 4-6
Asfiksia berat : nilai APGAR 0-3
3) Pemeriksaan plasenta
Inspeksi struktur plasenta terhadap tanda perkapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah
korion.
5) Pengukuran antropometri
Timbang berat badan bayi (normal: 2500-3500gram), apabila berat badan bayi < dari
2500 gram berat badan lahir rendah (BBLR) dan apabila berat badan bayi > 4000
gram makrosemia.
Panjang badan (normal 48-53 cm)
Lingkar kepala (diameter fronto oksipito N: 33-35 cm)
Lingkar dada (lingkar yang melewati putting susu N: 30-33 cm)
6) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5°C
Tekanan darah : 60 – 90/ 62 – 78 mmHg (lihat Tabel 1)
Nadi : 120 – 160x/menit (Lihat Tabel 2)
Nafas : 40 – 60 x/menit
7) Pemeriksaan kepala
Inspeksi rambut terhadap jumlah dan warna, adanya lanugo terutama daerah bahu dan
punggung.
Inspeksi wajah dan tengkorak, dapat dilihat apakah ada maulage yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetris atau tidak, apakah terdapat
caput succedenium (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya
tidak tegas dan menyeberangi sutura, akan hilang dalam beberapa hari). Apakah
terdapat cephal hematom dengan konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada
tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura dan apabila menyebrangi sutura akan
mengalami fraktur tulang tengkorak, akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
Palpasi fontanel terhadap denyutan (denyutan sama dengan denyutan jantung),
palpasi apakah ada penutupan fontanel (fontanel posterior menutup setelah usia 2
bulan, fontanel anterior menutup setelah usia 12-18 bulan).
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, dengan cara
menggoyangkan kepala bayi secara perlahan sehingga mata bayi terbuka dan inspeksi
apakah mata berkedip atau reaksi terhadap cahaya, apabila ditemukan jarang
berkedip, kemungkinan mengalami kebutaan.
Pemeriksaan pada telinga untuk melihat fungsi pendengaran adalah dengan
menggunakan bel atau suara, apakah terdapat reflek terkejut pada bayi.
Pemeriksaan hidung dilakukan dengan melihat pola pernafasan, apakah ada
pernafasan cuping hidung, inspeksi ada atau tidaknya secret pada hidung.
Pemeriksaan mulut yang dilakukan adalah dengan menginspeksi mukosa mulut, lidah
dan reflek isap.
Pemeriksaan leher yaitu dengan menginspeksi gerakan leher.
8) Pemeriksaan dada
6
Inspeksi bentuk dada: diameter antero posterior dan lateral sama (1:1)
Pemeriksaan jantung
1) Palpasi denyut apical (yang dapat dipalpasi pada ruang intercostals ke-4 sampai
ke lima sebelah lateral batas kiri sternum).
2) Palpasi area jantung terhadap pulsasi, dorongan dan getaran (thrill)
a) Aorta yaitu pada ruangintercostal kedua kanan batas sternum
b) Pulmonal yaitu pada ruang intercostals kedua kiri batas sternum
c) Trikuspid yaitu pada ruang intercostals keempat kiri batas sternum
d) Mitral (apeks jantung, PMI usia 0 – 4 tahun yaitu pada ruang intercostals
keempat kiri
3) Auskultasi bunyi jantung
a) Auskultasi semua area jantung
b) Mulai dari aorta. Identifikasi bunyi jantung 1 (s1) dan bunyi jantung 2 (S2). S1
dideskripsikan sebagai bunyi ” Lub” dan S2 sebagai ”dub”. Jarak kedua bunyi
adalah 1 detik atau kurang.
c) Dengarkan bunyi jantung tambahan dan murmur (karakteristik bunyi jantung
lihat pada tabel 3 dan 4).
Pemeriksan paru-paru
1) Inspeksi pola pernafasan, frekuensi pernafasan bayi normal adalah 40-60x/menit,
pada pernafasan bayi dinding dada dan perut bergerak secara bersamaan.
Inspeksi apakah ada retraksi dada atau kesukaran pernafasan pada bayi.
2) Inspeksi sifat pernafasan bayi apakah pernafasan dada yang ditandai dengan
pengembangan dada atau pernafasan perut yang ditandai dengan pengembangan
perut. Pada umumnya sifat pernafasan yang pada bayi adalah pernafasan perut.
Kaji apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan.
3) Inspeksi ritme/ irama pernafasan: apakah teratur/ tidak.
4) Lakukan palpasi untuk mengetahui fremitus (gelombang suara yang menciptakan
getaran). Vocal fremitus dapat dikaji pada dada bayi ketika menangis.
5) Auskultasi bunyi nafas: bunyi nafas bronkhial secara bilateral.
6) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat
bentuk dari abdomen (silindris). Hati teraba 2-3 cm dibawah arcus kosta kanan, limpa
teraba 1 cm dibawah arcus kosta kiri.
Pusat umbilicus, putih kebiruan pada saat lahir dengan dua arteri dan satu vena.
8) Pemeriksaan genitalia
7
Bayi perempuan inspeksi genitalia untuk melihat keadaan labiaminora tertutup oleh
labia mayora, lubang uretra dan vagina terpisah dan inspeksi adanya secret dari vagina
(hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal).
Bayi laki-laki sering ditemukan fimosis dan hipospadia (defek pada batang penis).
Pemeriksaan reflex
Bunyi jantung 1 (S1) Berasal dari penutupan katup mitral dan trikuspidalis
Bunyi ini menandakan awal dari fase sistolik, bunyi bernada rendah dan
jelas terdengar di apek.
Bunyi jantung 2 (S2) Berasal dari penutupan katup aorta dan pulmonal. Jelas terdengar di
basis jantung. Pada anak biasanya terpecah (split, saat inspirasi).
Bunyi jantung 3 (S3) Timbul akibat pengisian cepat verntrikel kiri. Terdengar pada fase
diastolic.
9
Bunyi jantung 4 (S4) Timbul akibat kontraksi atrium dan hampir selalu patologik biasanya
pada gagal jantung. Irama gallop (derap) adalah irama yang terdiri
atas komponen S1, S2, dan S3 yang keras dengan atau tanpa S4
disertai takirkardi.
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Kaji aspek medis bayi seperti riwayat kehamilan dan persalinan bayi,
status gizi ibu saat hamil dan lain-lain.
2. Kaji keluhan bayi/anak saat ini
3. a. Persiapan alat
1) Alat antropometri meliputi timbangan dacin/ timbangan digital
bayi dan pengukur panjang badan
2) Termometer
3) Stetoskop bayi/anak
4) Sphygmomanometer bayi/anak
5) Arloji berdetik
6) Penlight
7) Handscoen
b. Persiapan pasien/keluarga. Jelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan pengkajian fisik.
c. Cuci tangan.
3. Penilaian APGAR score
4. Pemeriksaan cairan amnion
5. Pemeriksaan plasenta
6. Pemeriksaan tali pusat
7. Pemeriksaan antropometri meliputi:
a. Berat badan
Lepas pakaian yang tebal, bila perlu cukup mengenakan pakaian
dalam saja, tidurkan bayi pada meja timbangan.
b. Panjang Badan :
Ukur panjang badan bayi, ekstensikan tubuh bayi secara penuh
dengan memegang kepala bayi pada garis tengahnya, pegang kedua
lutut dengan lembut, dan tekan lutut ke bawah sampai kaki betul-betul
ekstensi dan rata dengan meja.
c. Lingkar kepala:
Ukur lingkar kepala diameter fronto oksipito
d. Lingkar dada:
Ukur lingkar dada melewati puting susu
e. Catat hasil pemeriksaan pada KMS atau catatan pasien
8. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
9. Pemeriksaan kepala
1) Inspeksi rambut terhadap jumlah dan warna, adanya lanugo terutama
daerah bahu dan punggung.
2) Inspeksi wajah dan tengkorak, apakah ada maulage, caput
succedenium, dan cephal hematom.
3) Palpasi fontanel terhadap denyutan, palpasi apakah ada penutupan
fontanel.
4) Pemeriksaan mata: nilai adanya strabismus dan inspeksi apakah
mata berkedip atau reaksi terhadap cahaya.
11
Evaluasi
16. Keadaan bayi setelah pemeriksaan fisik
Dokumentasi
17. a. Catat nama dan umur pasien, tanggal dan waktu pemeriksaan
fisik/antropometri.
12
Padang, .....................................
Penguji,
( )
13
KASUS
Seorang ibu usia 35 tahun melahirkan bayi perempuan melalui persalinan normal. Berat badan
lahir bayi: 3200 gram, dengan panjang badan 49 cm. tanda-tanda vital bayi dalam batas normal,
dimana suhu: 36,7°C, nadi: 128x/menit dan nafas : 56x/menit. Apakah pemerksaan yang
dilakukan pada bayi selanjutnya?
14
MATERI 2
PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN PADA ANAK
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang pengkajian fisik keperawatan pada anak diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep pengkajian fisik pada anak dan melakukan pengkajian
fisik keperawatan pada anak.
3) Kaji Penampilan umum: Observasi hal-hal berikut: wajah, postur, hiegiene, nutrisi, perilaku,
perkembangan dan status kesadaran. Status kesehatan umum, keletihan, penurunan/
penambahan berat badan saat ini, perubahan diet, penyakit, perubahan nafsu makan, toleransi
latihan dan demam, menggigil, keringat malam, kemampuan umum untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
4) Pemeriksaan kulit:
Inspeksi pruritus, pigmentasi, jerawat, erupsi, ruam (lokasi), kecendrungan untuk memar,
ptekie, kering berlebihan, tekstur umum, gangguan pada kuku, pertumbuhan dan
kerontokan rambut, perubahan warna rambut.
Observasi kulit terhadap warna (paling baik pada: sklera, konjunctiva, punggung kuku,
lidah, mukosa bukal, telapak tangan dan telapak kaki), tekstur (perhatikan kelembaban,
kehalusan, integritas kulit dan suhu, turgor.
15
5) Kepala
Tanyakan keluhan sakit kepala, pusing dan cedera
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus atau
pembengakakan yang nyata, periksa hiegien.
Evaluasi rentang gerak
Inspeksi leher: perhatikan ukuran, palpasi trakea, dan palpasi arteri karotis.
6) Mata
Inspeksi penempatan dan kesejajaran mata, observasi kelopak mata terhadap
penempatan , gerakan dan warna.
Inspeksi konjunctiva dengan cara menarik kelopak mata ke bawah sementara anak
melihat ke atas, observasi warna.
Obsevasi warna sclera
Inspeksi pupil: ukuran/ diameter, reaksi terhadao cahaya dan akomodasi.
7) Telinga
Inspeksi pina : penempatan dan kesejajaran,
Perhatikan adanya lubang-lubang abnormal, penebalan kulit atau sinus.
Inspeksi hygiene: bau, rabas dan warna
Kaji ketajaman pendengaran dengan tes rinne dan weber
8) Hidung
Inspeksi Perdarahan hidung, hidung berair terus menerus, sering tersumbat, obstruksi nasal
(sulit bernafas), indera penciuman/ fungsi penciuman.
b) Ukur jarak antara maleolus bila anak berdiri dengan kedua lutut merapat (normal < dari
7,5 cm pada anak usia > 7 tahun, jika jarak lebih besar menunjukkan genu valgum/
knock knee).
Inspeksi cara berjalan dengan meminta anak untuk berjalan lurus.
Uji kekuatan legan, kaki, telapak tangan dan telapak kaki.
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Kaji aspek medis bayi seperti riwayat kehamilan dan persalinan bayi,
status gizi ibu saat hamil dan lain-lain.
2. Kaji keluhan bayi/anak saat ini
3. a. Persiapan alat
a) Alat antropometri meliputi timbangan dacin/ timbangan digital
bayi, pengukur tinggi badan
b) Termometer
c) Stetoskop bayi/anak
d) Sphygmomanometer bayi/anak
e) Arloji berdetik
f) Penlight
g) Handscoen
b. Persiapan pasien/keluarga. Jelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan pengkajian fisik.
c. Cuci tangan.
3. Pengukuran pertumbuhan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar dada dan lingkar lengan
4. Pemeriksaan tanda-tanda vital
5. Kaji penampilan umum
6. Pemeriksaan kulit:
Inspeksi pruritus, pigmentasi, jerawat, erupsi, ruam (lokasi),
kecendrungan untuk memar, ptekie, kering berlebihan, tekstur umum,
gangguan pada kuku, pertumbuhan dan kerontokan rambut,
perubahan warna rambut.
Observasi kulit terhadap warna, tekstur (perhatikan kelembaban,
kehalusan, integritas kulit dan suhu, turgor.
7. Pemeriksaan kepala:
Tanyakan keluhan sakit kepala, pusing dan cedera
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi tengkorak akan adanya
fontanel, nodus atau pembengakakan yang nyata, periksa hiegien.
Evaluasi rentang gerak
Inspeksi leher: perhatikan ukuran, palpasi trakea, dan palpasi arteri
karotis
8. Pemeriksaan mata:
Inspeksi penempatan dan kesejajaran mata, observasi kelopak mata
terhadap penempatan , gerakan dan warna.
Inspeksi konjunctiva dengan cara menarik kelopak mata ke bawah
sementara anak melihat ke atas, observasi warna.
Obsevasi warna sclera
Inspeksi pupil: ukuran/ diameter, reaksi terhadao cahaya dan
akomodasi
9. Pemeriksaan telinga
Inspeksi pina : penempatan dan kesejajaran,
Perhatikan adanya lubang-lubang abnormal, penebalan kulit atau
sinus.
19
Dokumentasi
21. a. Catat nama dan umur pasien, tanggal dan waktu pemeriksaan
fisik/antropometri.
b. Catat hasil pemeriksaan fisik/antropometri/refleks pada status pasien
c. Catat reaksi bayi/anak selama dan setelah pemeriksaan.
d. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
Seorang anak perempuan usia 1 tahun dibawa ibu ke rumah sakit karena keluhan batuk dan
sesak. Hasil anamnesis didapatkan data bahwa anak mengeluh batuk 3 minggu yang lalu. Ibu
khawatir anak tertular penyakit tuberkulosis (TBC) paru karena tetangganya mengalami TBC
sejak 6 bulan yang lalu.
Apakah tindakan yang dilakukan perawat selanjutnya??
22
MATERI 3
PENILAIAN STATUS GIZI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang penilaian status gizi diharapkan mahasiswa dapat
memahami konsep status gizi anak dan melakukan penilaian status gizi pada anak.
2. TINJAUAN KONSEP
B. Klasifikasi
Kategori dan ambang batas status gizi dapat dlihat pada tabel dibawah ini:
Contoh 1 : anak laki-laki: Panjang Badan (PB) 61 cm, Berat Badan (BB) 5.3 kg; Anak
ini berada diantara > - 2 SD dan <- 1 SD (> 80% - < 90% median) gizi baik
Contoh 2: anak perempuan: Panjang Badan (PB) 67 cm, Berat Badan (BB) 4.3 kg; Anak ini
berada < - 3 SD BB menurut Panjang Badan (PB) (< 70% Median) gizi buruk.
1997 15 34
Hari lahir 1994 9 15
Usia anak 3 6 19
Jadi usia anak adalah 3 tahun 6 Bulan 19 hari (dibulatkan menjadi 3 tahun 7 bulan)
atau 3,5 tahun.
4) Tentukan BB/U, TB/U, BB/TB dan body mass index (BMI)/indeks masa tubuh (IMT),
BB (kg)
BMI
TB 2 (m)
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Kaji aspek medis bayi seperti riwayat kehamilan dan persalinan bayi,
status gizi ibu saat hamil dan lain-lain.
2. Kaji keluhan bayi/anak saat ini
3. a. Persiapan alat pengukuran BB, Tinggi badan dan LILA
b. Persiapan pasien/keluarga. Jelaskan tujuan dan prosedur penilaian
status gizi.
c. Cuci tangan.
4. Pilih chart/ tabel yang sesuai
5. Tentukan usia anak: tanggal lahir, tanggal pengkajian dan lahir prematur
atau tidak
6. Ukur tinggi badan, lingkar kepala dan berat badan.
7. Tentukan BB/U, TB/U, BB/TB dan body mass index (BMI)/indeks masa
tubuh (IMT)
8. Interpretasikan hasil pengukuran
Evaluasi
9. Jelaskan hasil penilaian terhadap status gizi kepada orang tua dan
rekomendasi
Dokumentasi
10. a. Catat nama dan umur pasien, tanggal dan waktu pemeriksaan.
b. Catat hasil pemeriksaan fisik/antropometri/refleks pada status pasien.
c. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
26
Anak F laki-laki, lahir pada tanggal 10 September 2012 lahir normal dengan berat badan lahir
3500 gram dan PB: 47 cm. Berdasarkan hasil pemeriksaan antropometrik didapatkan berat-
badan anak: 15 kg dan Tinggi badan : 100 cm.
Apakah interpretasi status gizi pada anak kasus diatas menurut tabel/ chart kemenkes RI
(tanggal pengkajian 28-4-2016),
27
MATERI 4
PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK
DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST (DDST)
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang penilaian perkembangan (DDST) diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep DDST dan melakukan penilaian perkembangan anak
dengan DDST.
Skala umur
6 9 12 15
Jumlah persentase 25 50 75 90
Berjalan
anak normal yang
Garis paling kiri : 25% dan sampel anak-anak dapat berjalan dengan baik pada umur
sedikit di atas 11 bulan.
Garis kecil di dalam balok : 50% dapat melakukan ini pada umur 12,5 bulan.
Batas kiri daerah hitam : bahwa 75% dapat berjalan dengan baik pada umur 13,5 bulan.
Batas kanan daerah hitam menunjukkan bahwa 90% dan sampel anak-anak dapat
berjalan kurang sedikit di bawah 15 bulan.
Foot note cara melakukan tugas.
R ditepi balok boleh melalui laporan.
2. Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi,
kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
e. Cara pengukuran:
1. Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan
Contoh: Perawat melakukan pemeriksaan tanggal 4 April 1998 pada anak laki-laki yang lahir
pada tanggal 15 September 1994. Berapakah usia anak pada waktu pemeriksaan?
1997 15 34
Hari lahir 1994 9 15
Usia anak 3 6 19
Jadi usia anak adalah 3 tahun 6 Bulan 19 hari (dibulatkan menjadi 3 tahun 7 bulan) atau 3,5
tahun.
Penyesuaian prematuritas
– Untuk anak lahir > 2minggu dari taksiran
– Anak berumur < 2 tahun
contoh:
2. Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah ditentukan
Gunakan tanda umur yg terletak di atas dan di bawah tarik garis tulis tanggal
pemeriksaan diatas/dibawah
8 – 9 1997
3. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari
motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial.
Cara penilaian: Tiap-tiap tugas yang diberikan dinilai pada balok 50%
– P (Pass) :melakukan tugas dengan baik
– F (Fail) :tidak dapat melakukan
– NO (No Opportunity): tidak punya kesempatan (hanya pada R)
– R (Refusal): anak menolak
30
4. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal dengan kriteria sebagai
berikut ini:
a. Lebih (advanced) bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak kanan garis umur
Garis umur
b. Normal:
1) Normal (1): bila seorang anak gagal/ menolak melakukan tugas perkembangan
disebelah kanan garis umur perkembangan anak dinyatakan normal
F R
2) Normal (2): bila seorang anak dapat lulus/gagal/menolak tugas di mana garis umur
terletak di antara persentil 25 dari 75, dan perkembangan anak pada tugas tersebut
dinyatakan normal
P F R
c. Caution/ peringatan bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan,
dimana garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90
F R F
C
31
d. Delayed (peringatan) bila seorang anak gagal/menolak melakukan tugas yang terletak
lengkap di sebelah kiri garis umur (90% anak lulus pada umur lebih awal) warnai pada
akhir tepi baloK
F R
e. Not oportunity / NO : (tidak ada kesempatan) dimana pada tugas perkembangan yang
berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk
melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil
kesimpulan.
N NO
O
5. Interpretasikan hasil tes/pemeriksaan: hitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan
berapa yang F.
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan
tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau
lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
f. Pertimbangan Rujukan
32
1) Jika setelah diuji ulang hasilnya masih suspek atau tidak dapat diuji
2) Keputusan merujuk ditentukan oleh keadaan klinik berdasarkan pada riwayat tes, jumlah
dan peringatan dan keterlambatan, angka lulus perkembangan, pertimbangan klinik
lainnya, tersedianya pusat rujukan.
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Kaji aspek medis anak seperti riwayat kehamilan dan persalinan bayi,
status gizi ibu hamil, lahir prematur dll.
2. Kaji keluhan bayi/anak saat ini
3. a. Persiapan alat
1) Lembar formulir DDST II
2) Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan
makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga,
pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak
saat diperiksa).
b. Persiapan pasien/keluarga. Jelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan DDST.
c. Cuci tangan.
3. Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan
4. Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah
ditentukan
5. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis
yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal
sosial
6. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal
7. Interpretasikan hasil tes/pemeriksaan
Evaluasi
8. Keadaan anak setelah pemeriksaan
Dokumentasi
9. e. Catat nama dan umur pasien, tanggal dan waktu pemeriksaan
f. Diskusikan dengan orang tua tentang hasil pemeriksaan dan jelaskan
tentang stimulasi perkembangan anak.
g. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
4. LATIHAN BERFIKIR KRITIIS
34
KASUS
Anak I, lahir pada tanggal 16 Juni 2013 lahir normal dengan berat badan lahir 3800 gram dan
PB: 48 cm. Berdasarkan hasil pemeriksaan perkembangan pada anak didapatkan hasil: anak
dapat melompat dengan kedua kaki, melempar bola keatas, lompat jauh dan berdiri 1 kaki 2
detik. Anak bicara dapat dimengerti, anak dapat menunjukkan dan menyebutkan gambar
burung, kucing, kuda dan orang dengan benar. Anak mengetahui gambar yang terbang, meong
dan yang berbicara. Anak tidak dapat menjawab ketika ditanya apa yang dilakukan ketika
dingin, capai dan lapar. Anak belum tepat meyebutkan warna baju yang dipakainya. Anak dapat
menyusun menara, meniru garis vertikal dan anak dapat menggoyangkan ibu jarinya. Anak
dapat mengenakan baju (kemeja), tapi masih dibantu ketika memakai baju T-Shirt. Anak dapat
menggosok gigi sendiri, mencuci tangan dan mengeringkannya, serta anak dapat menyebutkan
2 orang nama anak tetangga disebelah rumahnya.
MATERI 5
35
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran tentang konsep umum prosedur tindakan pada anak, diharapkan
mahasiswa mampu untuk melakukan atau mengikuti pedoman sebelum melakukan tindakan/
prosedur terhadap anak
2. PENDAHULUAN
Sebelum pasien anak menjalani beberapa prosedur invasif pasien harus menerima informasi
tentang prosedur dan keputusan medis yang telah dibuat. Informed consent biasanya terdiri
dari penjelasan tentang pengobatan, kemungkinan risiko, manfaat dan alternatif serta apa yang
mungkin terjadi apabila pasien/keluarga tidak menyetujui prosedur yang dilakukan. Adanya
persetujuan secara tertulis dari orang tua sangat dibutuhkan untuk pengobatan medis, operasi
dan prosedur diagnostik.
3. KONSEP UMUM
A. Menyiapkan anak untuk prosedur
Pada umumnya prosedur atau tindakan keperawatan yang dilakukan pada anak dapat
meningkatkan stres dan pengalaman nyeri. Pada sebagian prosedur, fokus intervensi adalah
mempersiapkan psikologis anak dan keluarga. Namun, pada beberapa kasus dibutuhkan
pemberian obat analgetik dan penenang.
a. Mempersiapkan psikologis anak
Mempersiapkan anak terhadap prosedur dapat menurunkan kecemasan anak, anak
menjadi lebih kooperatif, mendukung ketrampilan koping dan dapat mengajarkan mereka
pengalaman yang baru serta memfasilitasi anak terhadap pengalaman yang menimbulkan
stres. Beberapa teknik mempersiapkan psikologis anak yang cukup efektif adalah
memberikan informasi tentang prosedur dan membantu anak mengembangkan
ketrampilan mereka melalui imaginasi, distraksi dan relaksasi. Beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan untuk persiapan psikologis adalah;
1) Membina rasa percaya dan memberikan dukungan
Perawat yang meluangkan waktu dan membangun hubungan yang positif dengan anak
akan dapat meningkatkan kerja sama dari anak selama prosedur. Apabila hubungan
yang terbentuk berdasarkan pada rasa saling percaya maka anak akan kooperatif,
merasakan kenyamanan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
2) Kehadiran dan dukungan orang tua
Anak membutuhkan dukungan selama prosedur, dan untuk anak yang lebih kecil
sumber dukungan terbesar adalah dari orang tua.
3) Memberikan penjelasan
Memberikan penjelasan tentang prosedur sesuai dengan usia anak juga merupakan
salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk menurunkan kecemasan anak sebelum
prosedur/ tindakan keperawatan. Perawat menjelaskan kenapa prosedur tersebut
dilakukan, dan apa yang diharapkan dari anak. Penjelasan yang diberikan singkat,
sederhana, dan sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
b. Persiapan fisik
1) Persiapan prosedur
36
Persiapan alat dan ruangan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kooperatif
anak. Jika memungkinkan prosedur dilakukan di ruangan yang khusus.
2) Keberhasilan tindakan
Perawat harus memiliki rasa percaya diri dan kompeten dalam melakukan tindakan.
Tindakan yang dilakukan berulang-ulang karena kesalahan prosedur dapat
meningkatkan kecemasan dan rasa keputusasaan pada anak.
3) Libatkan anak
Melibatkan anak selama prosedur dapat membantu perawat agar anak kooperatif
terhadap tindakan yang dilakukan.
4) Berikan tindakan distraksi.
Distraksi merupakan strategi koping yang efektif selama prosedur yang menimbulkan
nyeri.
5) Izinkan anak untuk mengekspresikan perasaan
Anak dapat mengekspresikan perasaannya seperti rasa marah, cemas, takut, frustasi
atau mencoba untuk menghindari situasi.
b. Mandi
Pada bayi dan anak-anak yang tidak mengalami komplikasi penyakit dapat mandi ke
kamar mandi atau di dalam bak mandi. Bayi dan anak yang harus tirah baring dapat
dimandikan ditempat tidur dengan menggunakan peralatan mandi seperti waslap, handuk
mandi, dan handuk kering. Daerah yang perlu menjadi perhatian khusus ketika
memandikan anak ditempat tidur adalah telinga, diantara lipatan kulit, leher, punggung
dan area genital.
c. Higiene oral
Perawatan mulut merupakan bagian integral dari higiene harian dan harus dilakukan
selama anak dirawat di rumah sakit. Bayi dan anak-anak memerlukan bantuan perawat
untuk melakukan perawatan mulut, meskipun anak-anak dapat memegang sikat gigi dan
harus didorong penggunaanya, namun sebagian besar anak memerlukan bantuan untuk
melakukannya dengan sempurna.
d. Perawatan rambut
Menyikat dan menyisir rambut merupakan bagian dari perawatan harian untuk semua
orang di rumah sakit termasuk bayi dan anak. Apabila anak di hospitalisasi lebih dari
37
beberapa hari, maka rambut perlu dicuci, dapat dicuci setiap hari atau lebih jarang atau
sesuai dengan indikasi.
b) Hipertermi
Tidak seperti demam, antipiretik tidak cukup efektif pada kondisi hipertermi,
karena set poin sudah normal. Oleh karena itu digunakan tindakan pendinginan
38
seperti kompres hangat/air pada kulit, mandi air hangat, dan tapid sponge/mandi
berendam.
4) Restrain siku
Tindakan mencegah anak menekuk siku atau meraih kepala atau wajah kadang-
kadang perlu dilakukan misalnya anak setelah pembedahan celah bibir, ketika
terpasang infus vena kulit kepala, atau agar anak tidak menggaruk pada kulit yang
terganggu (lihat gambar 4).
40
MATERI 6
PENGUMPULAN SPESIMEN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu melakukan prosedur pengumpulan
spesimen dengan memperhatikan pedoman umum prosedur keperawatan pada anak.
2. TINJAUAN KONSEP
a. Definisi
Pengumpulan sampel laboratorium merupakan tindakan mengumpulkan dan mengirimkan
sampel pemeriksaan laboratorium sesuai dengan protokol yang telah ditentukan. Sampel
pemeriksaan yang lazim dikumpulkan antara lain urin, feses, darah dan sputum.
Setelah selesai pemeriksaan buang urin dan rendam botol penampung dalam
urin.
c) Pasang handscone
d) Anjurkan anak untuk berkumur-kumur terlebih dahulu
e) Siapkan wadah sampel yang memenuhi syarat.
f) Minta anak untuk berdiri atau duduk dengan tubuh condong ke depan
g) Pada anak yang lebih besar, anjurkan anak untuk menarik nafas dalam, kemudian
batuk untuk mengeluarkan sputum.
h) Tampung sputum pada wadah yang telah disiapkan, bersihkan mulut wadah,
kemudian tutup. Pastikan sampel yang diperoleh adalah sputum bukan air liur.
i) Buka sarung tangan
j) Beri label pada wadah dan kirim segera ke laboratorium beserta formulir
pemeriksaan.
k) Cuci tangan dan dokumentasikan pada catatan keperawatan
e. Sampel darah
Lokasi pengambilan sampel darah ditentukan oleh jenis pemeriksaan yang dilakukan.
Pemeriksan sampel darah diantaranya adalah darah tepi, vena dan arteri.
1) Pengambilan sampel darah tepi
a) Pemerisaan darah tepi dilakukan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah,
Hb, kadar gula darah dan untuk menegakkan diagnosis malaria/filariasis.
b) Persiapan alat
Lanset steril
Kapas alkohol
Wadah spesimen dan kaca objek
Bengkok
Kertas tisu
Handscone
c) Prosedur
Pungsi tidak boleh lebih dari 2.4 mm
Jelaskan prosedur kepada anak dan orang tua
Siapkan peralatan yang diperlukan
Pertahankan teknik aseptik, pasang handscone
Untuk meningkatkan aliran darah hangatkan tumit dengan menempatkan
handuk yang telah direndam air hangat pada area yang akan diinjeksi, tahan
area kulit selama beberapa detik sebelum pungsi dilakukan.
Disinfektan kulit yang akan diinjeksi
Lakukan pungsi pada tumit atau jari pada lokasi yang tepat
Tampung sampel darah dalam wadah spesimen yang tepat atau pada kaca
objek.
Berikan tekanan pada area injeksi pungsi dengan kasa atau kapas, sampai
darah berhenti.
Bersihkan area disinfektan dengan air
Berikan pujian kepada anak atas kerjasamanya
Bereskan peralatan dan buka handscone
Beri label kirim untuk pemeriksaan lebih lanjut
Dokumentasikan area injeksi, jumlah darah yang diambil dan tes yang
digunakan
Cuci tangan
44
0 1 2 3
Prosedur tindakan
Kerja atau Tindakan
1. Lakukan prinsip keselamatan pasien
Setelah selesai pemeriksaan buang urin dan rendam botol penampung
dalam urin
2. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3. Beri botol penampung urin label dengan nomor register dan waktu urin
mulai ditampung.
4. Letakkan botol penampung urin pada tempat yang aman.
5. Minta orang tua untuk menampung urin anak pada tempat yang diinginkan.
Pada anak yang lebih kecil dapat menggunakan kantong penampung.
6. Ukur volume urin yang tertampung selama 24 jam dan dokumentasikan
hasil pada catatan medis klien.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
1 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
2 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
3 : Dilakukan kurang tepat
4 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
46
4. Minta anak untuk berkemih terlebih dahulu kemudian minta anak untuk
buang air besar, tampung dengan pispot kering untuk memudahkan
pemeriksaan. Pada bayi/anak yang lebih kecil dapat menggunakan popok
atau diapers.
8. Beri label dan kirim segera sampel feses beserta formulir pemeriksaan
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
47
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
48
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
49
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
Seorang anak laki-laki usia 2 tahun 3 bulan, dibawa ke rumah sakit karena keluhan diare. Ibu
mengatakan bahwa anak terlihat lemah dan tidak nafsu makan. menurut ibu, sudah 1 hari ini
BAB nya bercampur dengan darah.
50
Apakah pemeriksaan yang dapat dilakukan perawat dan jelaskan bagaimana prosedur nya??
51
MATERI 7
MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN CAIRAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat melakukan persiapan dan melakukan
terapi cairan intravena, transfusi darah dan pengukuran intake dan output cairan pada anak.
c. Peralatan
Tindakan pemasangan infus adalah steril, karena cairan dimasukans secara langsung ke dalam
pembuluh darah. Peralatan untuk terapi intravena diantaranya adalah;
1) Jarum atau kanula; ukuran yang biasa digunakan adalah 22-24G. Semakin besar ukuran
ukuran kanula, semakin kecil diameter kanula.
52
Gambar 5. IV chateter
2) Tourniquet
Gambar 6. IV tourniquet
3) Sarung tangan
4) Perban balut (balutan kasa dan kasa steril 2x2), balutan transparan
5) Larutan
8) Pelatan lain seperti swab antiseptik/ kapas alkohol, betadin, sarung tangan, plester, tiang
infus, tabung jarum, gunting perban.
9) Spalk (lihat gambar 10)/ papan kecil yang diberi bantalan atau alat restrain jika diperlukan
2) Siapkan peralatan;
a) Infuse set
b) IV catheter
c) Cairan infus
d) Kapas alkohol
e) Kassa steril
f) Handscoon steril
g) Gunting
h) Plester
i) Perlak pengalas
j) Bengkok
k) Betadin
l) Standar infus
54
m) Tourniquet
n) Spalk bermotif jika diperlukan
3) Memberi salam dan memperkenalkan diri serta memberitahu prosedur yang akan
dilakukan kepada orang tua, minta orang tua untuk membantu dan memberikan dukungan
kepada anak selama prosedur
4) Lakukan prinsip keselamatan pasien
5) Mengenalkan tujuan ; mempertahankan terapi cairan intra vena
6) Menjaga privasi klien (menutup tirai, memakai skerem dan menyalakan lampu).
7) Bantu anak pada posisi yang nyaman, pada anak yang lebih kecil bisa melibatkan orang
tua dengan pelukan terapeutik.
8) Bawa alat ke dekat anak
9) Cuci tangan
10) Siapkan standar infus di sebelah klien di bagian yang akan di infus, dengan tinggi 90 cm
dari tempat tidur.
11) Buka set infus periksa kelengkapan dan fungsi bagian-bagiannya, letakkan kontrol 1/3 atas
slang dan tutup klemnya.
12) Hubungkan infus set dengan botol cairan, gantung cairan pada tiang infus, isi tabung
kontrol ½ bagian , keluarkan udara dari slang dengan mengalirkan cairan sambil menaikkan
ujung atas slang dengan tidak membuka jarum infus set kemudian tutup klem.
13) Periksa jika masih ada udara di dalam slang, jika ada slang infus diregangkan dan selang
di jentik dari bawah ke atas.
14) Pilih vena yang akan dilakukan pemasangan infus
Vena superfisial pada tangan, kaki atau lengan
Vena kulit kepala
15) Pasang perlak pengalas di bawah vena yang akan dipasang infus
16) Dekatkan bengkok dan kapas alkohol dekat klien
17) Pasang tourniquet 10-15 cm diatas daerah penusukkan dan minta anak untuk
mengepalkan tangan
18) Pasang handscone steril
19) Desinfektan area yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
20) Tusukan IV cath pada vena dengan sudut 15-30° dengan lubang jarum menghadap keatas
21) Bila IV cath sudah masuk vena, darah akan terlihat pada pangkat IV cath, tarik jarum sambil
mendorong IV cath ke dalam vena semuanya.
22) Tekan bagian atas area penusukan, buka tourniquet, dan kepalan tangan klien. Cabut
jarum IV cath, sambungkan dengan infus set, alirkan cairan dengan membuka kontrol atau
klem dengan perlahan.
23) Amati kelancaran cairan dan edema, jika ada edema maka lepas infus dan area penusukan
dipindahkan.
56
24) Tutup area penusukan dengan kasa yang telah diberi bethadine
25) Fiksasi IV cath dengan plester dengan cara menyilang, dan alasi bagian bawah Iv cath
dengan kassa steril yang dipotong setengah bagian, sambungan IV cath di plester dan
ditutup dengan kassa, beri plester. Untuk membatasi pergerakan anak, fiksasi dapat
dilakukan dengan menggunakan spalk.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
Tetesan infus 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
× 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛
Contoh;
Cairan yang diberikan ; 1000 cc NaCl, waktu pemberian ; 8 jam, faktor tetesan; 15 tetes
57
f. Perawatan infus
Set pemberian slang intravena dapat dipertahankan steril dalam 72 jam. Untuk mencegah
masuknya bakteri kedalam pembuluh darah, pertahankan sterilitas selama penggantian selang
dan larutan. Balutan pada sisi IV mengurangi masuknya bakteri pada sisi insersi. Dua jenis
balutan yaitu; balutan transfaran dan balutan kasa. Balutan transparan memungkinkan inspeksi
visual, tidak mudah kotor/lembab dan tidak perlu sering diganti. Untuk balutan kasa, ganti
balutan kasa setiap 48 jam.
Untuk mencegah gangguan pada sistem IV, klien membutuhkan bantuan orang lain untuk
melakukan aktivitas, higiene, mengukur rasa nyaman, menyiapkan makanan dan ambulasi.
h. Transfusi darah
Prosedur mengganti darah atau transfusi darah adalah pemberian seluruh darah atau
komponennya melalui IV seperti plasma, packes red cell, atau platelet. Tujuan transfusi darah
adalah;
1) Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan.
2) Meningkatkan jumlah sel darah merah dan mempertahankan nilai hemaglobin pada klien
anemia berat.
3) Memberikan komponen sel tertentu sebagai terapi penggantian misalnya faktor pembekuan,
platelet dan albumin.
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah faktor Rh yaitu substansi antigenik eritrosit
sebagian besar orang. Rhesus positif; memiliki substansi antigenik eritrosit dan rhesus negatif;
tidak memiliki substansi antigenik eritrosit.
2) Tujuan
60
Pengukuran asupan dan haluran merupakan peran yang paling penting dilakukan perawat.
Pengukuran asupan dan haluaran bertujuan untuk menentukan status keseimbangan
cairan dan tingkat dehidrasi klien.
3) Prosedur pelaksanaan
a) Tentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh yang dapat melalui makanan,
cairan dalam makanan, cairan dalam oksidasi/metabolisme dan cairan intravena.
b) Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh yang meliputi urin, keringat, feses,
muntah, perdarahan, drainase, atau kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible
water lose, IWL), misal melalui paru dan kulit.
c) Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan menggunakan rumus
Keseimbangan cairan tubuh = asupan – haluaran.
Berikan anak sakit cairan dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah di atas jika
terdapat demam (tambahkan cairan sebanyak 10% setiap 1°C (demam).
Keringat ; 100 ml
Feses ; 100-200 ml
d) IWL
Dewasa ; 15 cc/kgBB/hari
Anak-anak (30-usia dalam tahun cc/kgBB/hari)
Jika ada kenaikan suhu; IWL + 200 x (suhu tubuh saat ini – 36,8 °C).
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Mengecek file.
2. Siapkan peralatan
3. Memberi salam dan memperkenalkan diri serta memberitahu prosedur
yang akan dilakukan kepada orang tua, minta orang tua untuk membantu
dan memberikan dukungan kepada anak selama prosedur, Lakukan
prinsip keselamatan pasien
4. Jelaskan prosedur dan tujuan pemasangan infus
5. Menjaga privasi klien
6. Bantu anak pada posisi yang nyaman, pada anak yang lebih kecil bisa
melibatkan orang tua dengan pelukan terapeutik
7. Bawa alat ke dekat anak
8. Cuci tangan
9. Siapkan standar infus di sebelah klien di bagian yang akan di infus,
dengan tinggi 90 cm dari tempat tidur.
10. Buka set infus periksa kelengkapan dan fungsi bagian-bagiannya,
letakkan kontrol 1/3 atas slang dan tutup klemnya
11. Hubungkan infus set dengan botol cairan, gantung cairan pada tiang
unfus, isi tabung kontrol ½ bagian , keluarkan udara dari slang dengan
mengalirkan cairan sambil menaikan ujung atas slang dengan tidak
membuka jarum infus set kemudian tutup klem.
12. Periksa jika masih ada udara di dalam slang, jika ada slang infus
diregangkan dan selang di jentik dari bawah ke atas.
13. Pilih vena yang akan dilakukan pemasangan infus
14. Pasang perlak pengalas di bawah vena yang akan dipasang infus
15. Dekatkan bengkok dan kapas alkohol dekat klien
16. Pasang tourniquet 10-15 cm di atas daerah penusukan dan minta klien
untuk mengepalkan tangan
17. Pasang handscone steril
18. Desinfektan area yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
19. Tusukan IV cath pada vena dengan sudut 15-30° dengan lubang jarum
menghadap keatas
20. Bila IV cath sudah masuk vena, darah akan terlihat pada pangkat IV cath,
tarik jarum sambil mendorong IV cath ke dalam vena semuanya
21. Tekan bagian atas area penusukan, buka tourniquet, dan kepalan tangan
klien. Cabut jarum IV cath, sambungkan dengan infus set, alirkan cairan
dengan membuka kontrol atau klem dengan perlahan
22 Amati kelancaran cairan dan edema, jika ada edema maka lepas infus
dan area penusukan dipindahkan.
23. Tutup area penusukan dengan kasa yang telah diberi bethadine
24. Fiksasi IV cath dengan plester dengan cara menyilang, dan alasi bagian
bawah Iv cath dengan kassa steril yang dipotong setengah bagian,
sambungan IV cath diplester dan ditutup dengan kassa, beri plester.
Untuk membatasi pergerakkan anak, fiksasi dapat dilakukan dengan
menggunakan spalk.
63
Padang, .....................................
Penguji,
( )
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Mengecek file (catatan medik, keperawatan). Kaji jenis darah yang
diberikan, golongan dan rhesus darah klien, jumlah kebutuhan klien,
kecepatan/lama pemberian, pre medikasi
2. Siapkan peralatan;
a. Transfusi set
b. Cairan infus NaCl 0.9%
c. Plester
d. Formulir pemesanan darah
e. Blood warmer (jika ada)
f. Handscoon
g. Persediaan darah di dalam kantung darah
Sebelum memberikan transfusi, cocokkan kembali persediaan darah
dengan identitas klien, golongan dan rhesus darah, serta jenis darah
yang diberikan (pastikan gelang identitas klien, nomor rekam medik dan
tanggal lahir klien).
Setelah data-data benar, lihat kembali catatan perkembangan klien
berapa jumlah darah yang dibutuhkan, kecepatan/lama pemberian.
3. Berik salam, perkenalkan diri, identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian transfusi darah
5. Menjaga privasi klien
6. Setelah persedian darah ada, dekatkan alat ke klien
7. Cuci tangan
8. Pasang handscone
9. Mengecek kembali tanda-tanda vital
10. Memastikan IV cath dalam keadaan baik
11. Sebelum transfusi dilakukan, masukan cairan NaCl 0.9%, 25 – 50 cc
dalam 15 menit
12. Masukan produk darah melalui transfusi set
13 Pasang blood warmer jika ada, jika tidak ada pastikan suhu produk darah
sama dengan suhu tubuh normal.
14. Buka sarung tangan
15. Cuci tangan
16. Lakukan evaluasi 15 menit setelah transfusi dilakukan, lihat tanda-tanda
alergi (alergi, demam, menggigil, tanda-tanda vital (suhu, nadi), keluhan
pasien
17. Setelah transfusi selesai, pasang kembali cairan infus NaCl 0.9%
sebanyak 50 – 100 ml selama 30 menit
18. Rapikan peralatan
19. Cuci tangan
20. Kaji respon klien saat dan setelah tindakan dilakukan, lihat tanda-tanda
phlebitis dan hematom, cek tanda-tanda alergi dan tanda-tanda vital
21. Buat catatan dokumentasi keperawatan ; tindakan yang telah dilakukan,
reaksi yang terjadi pada klien dan kelainan yang timbul setelah transfusi
dilakukan (jika ada)
65
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan salah Nilai = ∑nilai total x 100%
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat Jumlah item x 3
Padang, .....................................
Penguji,
( )
KASUS
Seorang perempuan usia 5 tahun dibawa kerumah sakit karena mengalami diare sejak tadi
malam. Ibu Klien mengatakan bahwa anak sering buang air besar setelah makan rujak yang
dibelikan oleh ayahnya. Ibu mengatakan anak sering mengeluh badannya terasa lemah, kepala
pusing dan sangat haus. Hasil pengkajian fisik didapatkan kulit kering, bibir pecah-pecah, mata
cekung dan cubitan perut kembali lambat. (BB anak ; 15 kg).
a. Apakah tindakan yang dapat dilakukan pada klien?
b. Berapakah cairan/ jumlah tetesan yang diberikan dalam 1 menit jika klien harus diberikan
500 cc dalam 8 jam?
c. Tentukan kebutuhan cairan, asupan dan haluran pada anak
67
MATERI 8
MEMPERTAHANKAN FUNGSI RESPIRASI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa memahami tentang konsep mempertahankan
fungsi respirasi dan mampu melakukan tindakan untuk mempertahankan fungsi respirasi.
2. TINJAUAN KONSEP
a. Pengertian
Terapi inhalasi merupakan instilah yang menekankan pada berbagai terapi yang
melibatkan perubahan kompoisisi, volume gas atau tekanan gas yang diinspirasi. Terapi
ini terutama mencakup peningkatan konsentrasi oksigen yang diinspirasi (terapi oksigen),
peningkatan uap air yang terkandung dalam gas inspirasi (terapi humidifikasi),
penambahan partikel udara dengan zat lain yang bermanfaat (terapi aerosol), dan
pemakaian berbagai alat untuk mengendalikan dan membantu pernafasan (ventilasi
buatan, tekanan jalan nafas positif).
b. Terapi oksigen
Bayi atau anak yang lebih besar dan kooperatif dapat menggunakan nasal kanul atau
bercabang yang dapat menyuplai oksigen sampai 50 %. Masker tidak ditolerasi dengan
baik oleh anak-anak.
Tujuan:
Memenuhi serta mempertahankan kebutuhan O2 pada klien dengan gangguan
pernafasan.
Peralatan:
Sumber oksigen atau Tabung oksigen dengan Flowmeter
Humidifier
Slang Nasal kanul atau masker oksigen
Kasa, jika perlu
Plester
Prosedur:
1) Inspeksi klien terhadap tanda gejala yang berhubungan dengan hipoksia dan adanya
sekret jalan nafas.
2) Kaji saturasi oksigen dan gas darah arteri klien yang terbaru (jika diperlukan).
3) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
terapi oksigen.
4) Siapkan klien dan keluarga
Atur klien semi-fowler jika memungkinkan. Posisi ini memungkinkan ekspansi dada
lebih mudah sehingga memudahkan klien untuk bernafas
Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika petunjuk keamanan diperhatikan dan
akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea. Informasikan kepada klien dan
keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan
oksigen
5) Atur peralatan oksigen dan humidifier
68
6) Cuci tangan
7) Sambungkan nasal kanul atau masker dengan slang oksigen, dan sambungkan
dengan sumber oksigen/tabung oksigen yang dilembabkan.
8) Periksa apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang atau masker.
Kemudian atur oksigen dengan flowmeter sesuai perintah, misalnya 2 – 6 liter.
9) Tempatkan nasal kanul ke dalam lubang hidung klien, masukkan hanya kurang lebih
½ inch. Jika menggunakan masker oksigen, sesuaikan tali kepala elastis sampai
sampai masker terpasang dengan nyaman diatas wajah dan mulut klien.
10) Pertahankan kelonggaran/ fiksasi selang O2 dan amankan dari pakaian klien.
11) Periksa kanul minimal 8 jam atau adanya perubahan status kardiopulmoner klien, jaga
tabung humidifier tetap berisi air.
12) Observasi keadaan integritas jaringan kulit klien pada daerah lubang hidung dan
telinga.
13) Periksa kecepatan aliran O2 dan order dokter minimal 8 jam atau adanya perubahan
kardiopulmonal klien.
14) Monitor tanda-tanda vital dan kondisi klien secara berkala
15) Cuci tangan
16) Inspeksi klien untuk mengurangi gejala yang terkait dengan hipoksia
17) Lakukan pendokumentasian
Tujuan:
Memberikan tindakan penguapan agar lebih encer atau untuk pengobatan
Manfaat:
Mengencerkan lendir
Mengurangi distres nafas
Indikasi:
Penderita tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologis
Penderita dengan depresi pernafasan
Penderita sesak dengan penumpukan sekret
Persiapan:
1) Persiapan alat:
a) Nebulizer set atau tabung oksigen lengkap dengan konektor
b) Sungkup (fase mask)
c) Neb Cup (Tabung/ mangkuk nebulizer)
d) Selang oksigen/ udara
e) Obat-obat yang dibutuhkan seperti bronkodilator, ekspektoran, kartikosteroid dsb.
f) NaCl 0,9%
g) Bengkok 1 buah
h) Tissue
i) Spuit 5 cc
69
j) Aquades steril
Prosedur pelaksanaan
1) Letakkan kompresor udara pada tempat datar agar dapat menangga berat kompresor.
2) Cuci tangan dan keringkan.
3) Takar obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan masukkan kedalam mangkuk
nebulizer.
4) Hubungkan mangkuk nebulizer dengan sungkup/ mouthpiece.
5) Hubungkan slang ke kompresor aerosol dan mangkuk nebulizer.
6) Nyalakan kompresor dan pastikan alat bekerja dengan baik. Lihat kabut tipis yang yang
keluar dari nebulizer.
7) Posisikan klien duduk pada kursi nyaman. Jika tindakan ini dilakukan pada anak-anak,
minta ibu klien memangkunya. Jika menggunakan sungkup, pasang dengan pas pada
wajah agar klien merasa nyaman dan aman. Jika menggunakan mouthpiece masukkan
kedalam mulut.
8) Minta klien untuk mengambil nafas dalam secara perlahan. Jika memungkinkan tahan
nafas selama 2 - 3 detik sebelum menghembuskannya. Hal ini memungkinkan obat
sampai ke tempat tujuan dan mempertahankan obat dijalan nafas selama beberapa
saat.
9) Lanjutkan tindakan tersebut hingga obat habis atau selama 10 menit.
10) Jika pasien pusing, hentikan tindakan dan berikan waktu istirahat selama 5 menit.
Ulangi kembali prosedur dan anjurkan klien untuk bernafas lebih lambat lagi. Jika
pusing terus dirasakan, konfirmasikan pada dokter.
11) Guncang mangkuk nebulizer untuk melepaskan obat yang melakat pada dinding
nebulizer.
12) Rapikan alat jika sudah selesai.
13) Evaluasi keadaan klien.
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
1. Inspeksi klien terhadap tanda gejala yang berhubungan dengan
hipoksia dan adanya sekret jalan nafas
2. Kaji saturasi oksigen dan gas darah arteri klien yang terbaru
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan dan tujuan terapi oksigen
4. Siapkan klien dan keluarga:
a. Atur klien semi-fowler jika memungkinkan. Posisi ini
memungkinkan ekspansi dada lebih mudah sehingga
memudahkan klien untuk bernafas.
b. Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika petunjuk
keamanan diperhatikan dan akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispnea. Informasikan kepada klien
dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan
dengan penggunaan oksigen.
5. Atur peralatan oksigen dan humidifier
6. Cuci tangan
7. Sambungkan nasal kanul atau masker dengan slang oksigen, dan
sambungkan dengan sumber oksigen/tabung oksigen yang
dilembabkan.
8. Periksa apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang
atau masker. Kemudian atur oksigen dengan flowmeter sesuai
perintah, misalnya 2 – 6 liter.
9. Tempatkan nasal kanul ke dalam lubang hidung klien, masukkan
hanya kurang lebih ½ inch. Jika menggunakan masker oksigen,
sesuaikan tali kepala elastis sampai sampai masker terpasang
dengan nyaman diatas wajah dan mulut klien.
10. Pertahankan kelonggaran/ fiksasi selang O2 dan amankan dari
pakaian klien.
11. Periksa kanul minimal 8 jam atau adanya perubahan status
kardiopulmoner klien, jaga tabung humidifier tetap berisi air.
12. Observasi keadaan integritas jaringan kulit klien pada daerah
lubang hidung dan telinga.
13. Periksa kecepatan aliran O2 dan order dokter minimal 8 jam atau
adanya perubahan kardiopulmonal klien.
14. Monitor tanda-tanda vital dan kondisi klien secara berkala
15. Cuci tangan
16. Inspeksi klien untuk mengurangi gejala yang terkait dengan
hipoksia
17. Lakukan pendokumentasian
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
Nilai = ∑nilai total x 100%
Jumlah item x 3
71
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan salah
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
72
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
1. a. Mengecek program terapi
b. Cuci tangan.
c. Siapkan peralatan
2. a. Mangucapkan salam
b. Menanyakan nama (identifikasi pasien)
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
d. Meminta persetujuan klien
3. a. Letakkan kompresor udara pada tempat datar agar dapat
menyangga berat kompresor.
b. Takar obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan masukkan
ke dalam mangkuk nebulizer.
c. Hubungkan mangkuk nebulizer dengan sungkup/ mouthpiece.
d. Hubungkan slang ke kompresor aerosol dan mangkuk nebulizer.
e. Nyalakan kompresor dan pastikan alat bekerja dengan baik.
Lihat kabut tipis yang yang keluar dari nebulizer.
f. Posisikan klien duduk pada kursi nyaman. Jika tindakan ini
dilakukan pada anak-anak, minta ibu klien memangkunya. Jika
menggunakan sungkup, pasang dengan pas pada wajah agar
klien merasa nyaman dan aman. Jika menggunakan
mouthpiece masukkan kedalam mulut.
g. Minta klien untuk mengambil nafas dalam secara perlahan. Jika
memungkinkan tahan nafas selama 2 - 3 detik sebelum
menghembuskannya. Hal ini memungkinkan obat sampai ke
tempat tujuan dan mempertahankan obat di jalan nafas selama
beberapa saat.
h. Lanjutkan tindakan tersebut hingga obat habis atau selama 10
menit.
i. Jika pasien pusing, hentikan tindakan dan berikan waktu
istirahat selama 5 menit. Ulangi kembali prosedur dan anjurkan
klien untuk bernafas lebih lambat lagi. Jika pusing terus
dirasakan, konfirmasikan pada dokter.
j. Guncang mangkuk nebulizer untuk melepaskan obat yang
melakat pada dinding nebulizer.
4. Bantu pasien pada posisi nyaman dan rapikan alat-alat.
Evaluasi
5. Evaluasi Keadaan pasien setelah tindakan nebulizer
Dokumentasi
6. a. Catat nama dan umur pasien, tanggal dan waktu tindakan.
b. Catat reaksi pasien selama dan setelah tindakan.
c. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
Nilai = ∑nilai total x 100%
Jumlah item x 3
73
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan salah
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
Seorang anak laki-laki, usia 7 tahun dibawa kerumah sakit karena mengalami sesak. Ibu
mengatakan bahwa klien sudah menderita asma sejak 3 tahun yang lalu. Ibu mengatakan
bahwa klien sudah cukup membaik, namun kemarin karena kegiatan olahraga anak
mengeluhkan kesulitan pernafasan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data peningkatan
frekuensi pernafasan (RR; 32 X/menit), terlihat nafas cuping hidung dan nafas klien cepat dan
dangkal. Apakah yang dapat dilakukan perawat
75
MATERI 9
MEMPERTAHANKAN FUNGSI NUTRISI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang pemasangan naso gastrik tube/ NGT, mahasiswa
dapat melakukan pemasangan NGT.
2. TINJAUAN KONSEP
a. Pengertian
Melakukan pemasangan slang dari rongga hidung ke lambung.
b. Tujuan
Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
Mengeluarkan cairan/ isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
Mengirigasi karena perdarahan/ keracunan dalam lambung
Mencegah atau mengurangi mual dan munta setelah pembedahan atau trauma
Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium
c. Dilakukan pada
1) Pasien tidak sadar (koma)
2) Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosis esofagus), tumor mulut/
faring/ esofagus dan lain-lain
3) Pasien yang tidak mampu menelan
4) Pasien pasca operasi pada mulut/ faring/ esofagus
d. Persiapan alat
Baki berisi:
NGT No. 14 atau 16 (untuk anak lebih kecil)
Jeli
Sudip lidah
Sepasang sarung tangan
Senter
Spuit/ alat suntik ukuran 50 – 100 cc
Plester
Stetoskop
Handuk
Tisu
Bengkok
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Dekatkan alat ke samping klien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tua dan kepada
anak jika memungkinkan, perhatikan prinsip keselamatan pasien.
3. Cuci tangan.
4. Tempatkan anak pada posisi telentang dengan kepala sedikit
menengadah.
5. Pasang handuk pada dada klien, letakkan tisu wajah dalam jangkauan
klien.
6. Memakai sarung tangan
7. Ukur selang untuk memperkirakan panjang selang yang akan dimasukan
dan tandai dengan plester.
8. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10 – 20 cm
9. Masukkan slang yang telah diolesi melalui mulut atau salah satu lubang
hidung sampai tanda yang telah ditentukan. Pada bayi, slang dimasukan
melalui mulut karena tidak menyebabkan distress penafasan dan dapat
merangsang refleks isap.
10. Lanjutkan memasukkan slang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak
tertahan, putarlah slang dan jangan dipaksakan untuk dimasukan.
11. Jika anak mampu menelan sesuai perintah, sesuaikan pemasukan selang
dengan penelanan.
12. Jangan memaksakan slang untuk masuk. Jika hambatan atau klien
tersedak, sianosis, hentikan mendorong slang. Periksa posisi slang
dibelakang tenggorokan dengan menggunakan sudip lidah/ senter.
13. Periksalah posisi Selang
14. Fiksasi slang dengan plester ke pipi dan hindari penekanan pada hidung.
Untuk mempartahankan posisi yang tepat, ukur dan catat jumlah panjang
selang yang dimasukkan dari hidung atau mulut ke lubang bagian distal
saat selang dipasang untuk pertama kalinya.
15. Memasang plester pada batang hidung dan silangkan plester pada slang
yang keluar dari hidung
16. Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan memasang plester pada
ujungnya dan penitikan pada baju
17. Evaluasi anak setelah terpasang NGT
18. Rapikan alat-alat
19. Cuci tangan
21. Dokumentasi hasil tidakan pada catatan perawatan
NILAI
NILAI TOTAL
79
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
80
Seorang anak laki-laki, usia 1,5 tahun dibawa oleh keluarga kerumah sakit karena keluhan nyeri
pada tenggorokan. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 hari anak tidak mau makan karena
mengeluhkan nyeri ketika menelan. Berdasarkan hasil pemeriksaan antropometrik didapatkan
berat-badan anak: 10 kg dan Tinggi badan : 10m. TTV Klien stabil. Klien terlihat lemah, letih
dan lesu. Klien juga gelisah dan sering menangis serta menolak makan.
MATERI 10
MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat melakukan tindakan memandikan bayi
dan perawatan tali pusat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Prinsip
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih,
terasa segar dan mencegah kemungkinan infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi adalah
mencegah bayi tidak kedinginan dan mencegah agar air tidak masuk ke dalam hidung mulut
atau telinga yang dapat berisiko untuk terjadi aspirasi.
Bayi dapat dimandikan seperti orang dewasa, dengan menggunakan spon atau bak mandi
kecil. Namun pada bayi, perlu kewaspadaan karena mekanisme kontrol temperatur pada bayi
belum sempurna.
c. Prosedur
1) Cuci tangan
2) Pasang handscone
3) Pasang celemek dan masker
4) Pasang pengalas
5) Beri tahu orang tua bahwa bayi akan segera ditempatkan diatas pengalas untuk
dimandikan
6) Tempatkan bayi diatas pengalas, perawat berada di sisi kanan bayi.
7) Minta orang tua untuk memperhatikan prosedur.
82
8) Bersihkan mata dengan gulungan kapas lembut mulai dari sisi mata terjauh (bersihkan
dari sisi lateral ke medial)
9) Bersihkan telinga dengan kapas mulai dari arah luar ke dalam, bersihkan bagian belakang
telinga dari atas ke bawah.
10) Ambil waslap, lembabkan dengan air dalam waskom bersihkan kemuka bayi mulai dari
bagian atas (kiri ke kanan).
11) Bilas waslap, beri shampo, gosokkan dengan gerakkan memutar dan lembut kekepala
mulai dari depan ke belakang (batas kepala dan leher belakang).
12) Angkatlah kepala bayi dengan tangan kiri dan tangan kanan menyangga punggung dan
bokong bayi, kemudian alihkan fungsi tengan kanan ke sisi kiri pinggang perawat kepitkan
dengan aman dan bersihkan kepala bayi.
13) Minta orang tua untuk menempatkan satu handuk, 1 diatas tempat tidur untuk
mengeringkan kepala.
14) Sokong punggung bayi dengan tangan kanan, tempatkan bayi diatas handuk yang sudah
disisihkan, bersihkan benar-benar bersih.
15) Buka bedung dan pakaian bayi, perhatikan BAB dan BAK, bersihkan dengan
menggunakan kapas cebok hangat.
16) Basahi waslap 2, usapkan pada bagian tubuh depan lembabkan dan beri sabun,
gosokkan memutar dengan lembut mulai dari leher, dada, hingga bawah abdomen
bawah.
17) Miringkan bayi kesisi terdekat, gosok memutar dengan lembut mulai dari tengkuk atas
sampai punggung bawah.
18) Posisikan bayi ke posisi semula.
19) Bersihkan tangan terjauh dengan gosok memutar dan lembut mulai dari pangkal lengan
hingga telapak tangan dan jari.
20) Lakukan hal yang sama untuk tangan terdekat
21) Gogokkan kaki terjauh dengan gosokkan memutar dan lembut mulai dari pangkal paha
hingga telapak kaki dan jari-jari, kemudian kaki terdekat.
22) Bersihkan kelamin dan bokong dengan lembut.
23) Angkat kepala bayi dengan tangan kanan, sisipkan tangan kiri di sepanjang bawah
pundak sehingga ibu jari dan empat jari melingkari tangan kiri, melingkari bahu/ lengan
atas bayi.
24) Sisipkan tangan dominan, empat jari di bawah bokong dan ibu jari pada selangkangan
kaki non dominan, tunggu tiga detik.
25) Angkat bayi ke dalam waskom, duduk kan bayi bersihkan mulai dari tangan non dominan
dan dominan, dada atas hingga abdomen bawah.
26) Pindahkan pegangan lengan bayi ke tangan dominan dengan mengoverkan melalui ibu
jari non dominan ke dominan, bersihkan bagian punggung dari atas ke bawah, kemudian
kembalikan bayi ke posisi semula dengan cara yang sama.
27) Bersihkan kaki dominan dari atas ke bawah lanjutkan ke kaki non dominan.
28) Bersihkan bokong dan genital.
29) Minta ibu untuk merapikan pakaian dan bedong bekas bayi, tempatkan pada ember kotor,
kemudian siapkan handuk mandi 2.
30) Tempatkan bayi pada handuk dan keringkan sesuai urutannya.
31) Tutup tubuh dengan handuk, sisakan tali pusat.
32) Ganti handscone.
33) Beri kasa steril alkohol, bersihkan tali pusat mulai dari pangkal sampai keujung dan
pengikat tali pusat.
83
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
Persiapan
1. Salam terpeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan
4. Mengajak orang tua bekerjasama selama melakukan prosedur
Kerja atau Tindakan
5. Persiapan bahan/alat.
6. Cuci Tangan.
7. Pasang handscone, pasang celemek dan masker kemudian Pasang
pengalas.
8. Beri tahu orang tua bahwa bayi akan segera ditempatkan di atas pengalas
untuk dimandikan.
9. Tempatkan bayi diatas pengalas, perawat berada di sisi kanan bayi.
10. Minta orang tua untuk memperhatikan prosedur.
11. Bersihkan mata dengan gulungan kapas lembut mulai dari sisi mata terjauh
(bersihkan dari sisi lateral ke medial).
12. Bersihkan telinga dengan kapas mulai dari arah luar ke dalam, bersihkan
bagian belakang telinga dari atas ke bawah.
13. Ambil waslap, lembabkan dengan air dalam waskom bersihkan kemuka
bayi mulai dari bagian atas (kiri ke kanan)..
14. Bilas waslap, beri shampo, gosokkan dengan gerakkan memutar dan
lembut kekepala mulai dari depan ke belakang (batas kepala dan leher
belakang).
15. Angkatlah kepala bayi dengan tangan kiri dan tangan kanan menyangga
punggung dan bokong bayi, kemudian alihkan fungsi tengan kanan ke sisi
kiri pinggang perawat kepitkan dengan aman dan bersihkan kepala bayi.
16. Minta orang tua untuk menempatkan satu handuk, 1 diatas tempat tidur
untuk mengeringkan kepala.
17. Sokong punggung bayi dengan tangan kanan, tempatkan bayi diatas
handuk yang sudah disisihkan, bersihkan benar-benar bersih.
18. Buka bedung dan pakaian bayi, perhatikan BAB dan BAK, bersihkan
dengan menggunakan kapas cebok hangat.
19. Basahi waslap 2, usapkan pada bagian tubuh depan lembabkan dan beri
sabun, gosokkan memutar dengan lembut mulai dari leher, dada, hingga
bawah abdomen bawah.
20. Miringkan bayi kesisi terdekat, gosok memutar dengan lembut mulai dari
tengkuk atas sampai punggung bawah.
21. Posisikan bayi ke posisi semula.
22. Bersihkan tangan terjauh dengan gosok memutar dan lembut mulai dari
pangkal lengan hingga telapak tangan dan jari.
23. Lakukan hal yang sama untuk tangan terdekat
85
24. Gogokkan kaki terjauh dengan gosokkan memutar dan lembut mulai dari
pangkal paha hingga telapak kaki dan jari-jari, kemudian kaki terdekat.
25. Bersihkan kelamin dan bokong dengan lembut.
26. Angkat kepala bayi dengan tangan kanan, sisipkan tangan kiri disepanjang
bawah pundak sehingga ibu jari dan empat jari melingkari tangan kiri,
melingkari bahu/ lengan atas bayi.
27. Sisipkan tangan dominan, empat jari dibawah bokong dan ibu jari pada
selangkangan kaki non dominan, tunggu tiga detik.
28. Angkat bayi ke dalam waskom, dudukan bayi bersihkan mulai dari tangan
non dominan dan dominan, dada atas hingga abdomen bawah.
29. Pindahkan pegangan lengan bayi ke tangan dominan dengan
mengoverkan melalui ibu jari non dominan ke dominan, bersihkan bagian
punggung dari atas ke bawah, kemudian kembalikan bayi ke posisi semula
dengan cara yang sama.
30. Bersihkan kaki dominan dari atas ke bawah lanjutkan ke kaki non dominan.
31. Bersihkan bokong dan genital.
32. Minta ibu untuk merapikan pakaian dan bedong bekas bayi, tempatkan
pada ember kotor, kemudian siapkan handuk mandi 2.
33. Tempatkan bayi pada handuk dan keringkan sesuai urutannya.
34. Tutup tubuh dengan handuk, sisakan tali pusat.
35. Ganti handscone.
36. Beri kasa steril alkohol, berihkan tali pusat mulai dari pangkal sampai
keujung dan pengikat tali pusat.
37. Bentangkan kain bedong, baju dan popok kemudian pasang.
38. Sisir rambut bayi dan pasangkan topi.
39. Tunjukkan cara menggendong bayi dengan benar.
40. Berikan bayi pada orang tua.
Evaluasi
41. Evaluasi respon bayi
Dokumentasi
42. a. Catat nama dan umur bayi, tanggal dan waktu memandikan bayi.
b. Catat reaksi bayiselama prosedur.
c. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
86
( )
87
MATERI 11
BALLARD SCORE
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang ballard score diharapkan mahasiswa dapat
memahami konsep ballard score dan melakukan pengkajia usia gestasi dengan menggunakan
ballard score.
A. Pendahuluan
Ada beberapa bayi yang dilakukan pemeriksaan usia gestasi dengan menggunakan skor
Ballard (Ballard Score). Bayi baru lahir atau BBLR perlu dikaji usia gestasinya untuk menentukan
managemen dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan usia gestasi bayi. Bagaimanakah
pemeriksaan usia gestasi pada bayi baru lahir dan bagaimanakah interpretasi hasil skor yang
didapatkan, merupakan hal yang menarik untuk dipelajari.
B. Tinjauan
Pengkajian usia gestasi merupakan hal yang sangat esensial dilakukan pada bayi baru
lahir, mengingat angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir tergantung pada usia gestasi dan
berat badan lahir. Metode yang biasa digunakan untuk menentukan usia gestasi adalah metode
skala Dobowist. Skala ini kemudian disederhanakan oleh Ballard yang lebih dikenal dengan new
ballard score. Skala Ballard dapat digunakan pada bayi yang berusia > 20 minggu. Pemeriksaan
usia gestasi pada bayi yang kurang dari 26 minggu sebaiknya dilakukan pada 12 jam pertama
kehidupan, sedangkan pada bayi dengan usia gestasi > 26 minggu pemeriksaan dapat dilakukan
sampai usia 96 jam dan paling baik dilakukan sebelum usia 48 jam (Hockenberry, 2013).
Pada New Ballard Score ada dua komponen yang dikaji yaitu kematangan neuromuskuler
dan kematangan fisik. Kematangan neuromuskuler mencakup postur, square window, arm recoil,
sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear. Sedangkan kematangan fisik terdiri atas: kulit, lanugo,
permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia. Skor total skala ini adalah berkisar antara
-10 sampai 50 dengan tingkat maturitas 20 sampai 44 minggu (Hockenberry, 2013).
88
1) Kematangan Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh dapat terlihat pada postur bayi pada waktu istirahat dan tegangan
kelompok otot. Sesuai dengan tahapan perkembangan, janin secara bertahap akan
mengalami peningkatan kemampuan tonus otot fleksor dalam arah sentripetal yang mulai
dari kemampuan ekstremitas bawah kemudian ekstremitas atas. Pada bayi yang sangat
prematur, hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut fleksi bersamaan dengan pergelangan
tangan. Panggul fleksi diikuti oleh abduksi siku dan fleksi bahu (Ballard, Khoury, & Wedig,
1991).
Postur bayi (sikap tubuh) dapat dikaji pada saat bayi diam dan tidur telentang. Hal yang
dikaji adalah derjat fleksi lengan dan tungkai (Lihat gambar 2). Tonus otot tubuh dan derjat
fleksi meningkat sesuai dengan maturitas. Bayi dengan fleksi penuh pada otot lengan dan
tungkai diberi nilai 4 (Hockenberry, 2013).
b. Square window
Fleksibilitas dan resistensi pergelangan tangan terhadap peregangan ekstensor akan
membentuk sudut fleksi pada pergelangan tangan (Ballard, Khoury, & Wedig, 1991). Untuk
menilai square window dapat dilakukan dengan cara memberikan tekanan lembut pada
punggung telapak tangan dengan menggunakan telunjuk dan jari tengah tanpa melakukan
rotasi (lihat table 2 dan gambar 3). Tahanan tersebut akan membentuk sudut fleksi, yang
90
dapat diukur antara dasar ibu jari dan lengan bawah dimana fleksi penuh antara ibu jari
dan lengan bawah diberi nilai 4.
c. Arm recoil
Pemeriksaan arm recoil adalah berfokus pada tonus otot bisep pasif untuk melakukan fleksi
setelah sendi siku di difleksikan atau diekstensikan dengan cara mengukur kecepatan dan
intensitas recoil ke posisi fleksi (Ballard, Khoury, & Wedig, 1991). Arm recoil dinilai pada
saat bayi tidur telentang (lihat tabel 3 dan gambar 4). Cara pemeriksaan adalah dengan
menfleksikan secara penuh kedua lengan bawah terhadap lengan atas, tahan selama 5
detik kemudian tarik tangan agar ekstensi penuh lepaskan lengan dengan cepat. Hal yang
dinilai adalah kecepatan dan intensitas recoil ke posisi fleksi dimana jika kembali ke posisi
fleksi penuh diberi nilai 4 (Hockenberry, 2013).
91
d. Popliteal angle
Pemeriksaan ini adalah untuk mengkaji kematangan tonus fleksi sendi lutut dengan cara
memeriksa resistensi ekstremitas bawah terhadap esktensi. Pemeriksaan ini dilakukan
pada bayi tidur telentang tanpa menggunakan popok (lihat tabel 4 dan gambar 5). Popliteal
angle dapat dinilai dengan cara memfleksikan tungkai bawah kepaha, kemudian fleksikan
paha ke perut. Pada saat ibu jari dan telunjuk menahan lutut, ekstensikan tungkai bawah
dengan telunjuk dengan menggunakan tangan yang lain. Perhatikan sudut dibelakang lutut
(sudut popliteal), jika sudut yang terbentuk < 90° beri nilai 5 (Hockenberry, 2009).
e. Scarf sign
Pemeriksaan skarf sign adalah untuk memeriksa fleksi pasif tonus bahu. Tanda ini
diperiksa pada saat bayi telentang dengan cara menahan kapala bayi ke garis tengah
dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain menarik lengan bayi melintasi leher
sejauh mungkin melewati bahu yang berlawanan. Catat lokasi siku terhadap garis tengah
torak, apabila siku tidak mencapai garis tengah torak beri nilai 4. Pemeriksaan dan
interpretasinya dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 6.
f. Heel to ear
Pemeriksaan heel to ear adalah untuk mengukur fleksi pasif tonus panggul dengan cara
memeriksa fleksi pasif atau resistensi otot fleksor pinggul posterior. Pada saat bayi
telentang dan perlvis berada pada permukaan yang keras, pegang kaki bayi ke satu tangan
dan gerakkan kearah kepala sedekat mungkin tanpa melakukan paksaan. Pertahankan
panggul mendatar pada permukaan tempat pemeriksaan (Ballard, Khoury, & Wedig, 1991;
Hockenberry, 2013; Damanik dalam Kosim dkk, 2008). Untuk pemeriksaan heel to ear
dapat dilihat tabel 6 dan gambar 7 berikut:
2) Kematangan Fisik
a. Kulit
Kematangan kulit janin mencakup perkembangan dari struktur instrinsik fetal yang
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap lapisan pelindung seperti vernix caseosa.
Akibatnya kulit menebal, kering dan menjadi berkerut dan atau mengelupas dan dapat
berkembang menjadi ruam selama proses pematangan janin. Hal ini terjadi tergantung
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterine. Sebelum berkembangnya lapisan epidermis
dengan stratum korneum, kulit terlihat transfaran dan lengket. Seiring dengan
bertambahnya usia kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan verniks yang akan
menghilang pada akhir kehamilan. Pemeriksaan kulit dapat dilihat pada tabel 7 dibawah
ini:
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut-rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Lanugo mulai terbentuk
pada kehamilan 24 sampai 25 minggu yang terlihat banyak terutama pada bahu dan
punggung atas sampai usia 28 minggu. Lanugo mulai menipis seiring dengan
bertambahnya usia gestasi yang dimulai dari punggung belakang, dan daerah yang tidak
ditutupi lanugo lebih banyak pada daerah lumbosakral (Lihat tabel 8 dan gambar 8).
Gambar 8.Lanugo
c. Plantar surface
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior, hal ini mungkin berhubungan
dengan posisi janin pada waktu intrauterin. Bayi yang sangat premature dan extremely
premature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Pemeriksaan permukaan plantar
adalah dengan mengukur telapak kaki mulai dari ujung jari sampai tumit sehingga dapat
membantu menentukan usia gestasi. Apabila didapatkan panjang < 40 mm (skor -2), jika
antara 40-50 mm (skor -1). Hasil pengukuran disesuaikan dengan pengukuran pada tabel
9.
96
d. Payudara
Putting payudara terdiri atas jaringan payudara yang dihasilkan oleh hormone estrogen
maternal dan jaringan lemak yang perkembangannya tergantung pada status nutrisi fetal.
Pemeriksaan payudara mencakup pemeriksaan ukuran areola dan ada atau tidaknya
bintik-bintik yang dihasilkan oleh perkembangan papilla montgomery. Dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk, payudara dipalpasi untuk menentukan ukurannya
dalam mm (lihat tabel dan gambar 10).
Tabel 10. Pemeriksaan payudara
Tanda Skor maturitas fisik Sko
-1 0 1 2 3 4 5 r
Payudar Tida Jelas Areola Areola Areola banyak, Areola penuh,
a k sedikit datar, berbintik- tonjolan 3-4mm tonjolan 5-
jelas tidak bintik, 10mm
menonjol tonjolan
1-2mm
97
e. Mata/telinga
Janin akan mengalami perkembangan kartilago telinga seiring dengan perkembangan
maturitas. Pemeriksaan yang dilakukan mencakup ketebalan kartilago dan kecepatan
kembalinya (recoil) daun telinga ketika daun telinga dilipat kearah wajah dan dilepaskan
keposisi semulanya.
Pemeriksaan mata lebih berfokus pada kemampuan kelopak mata untuk membuka atau
kondisi kelopak mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara memisahkan kelopak mata atas
dan bawah dengan menggunakan jari telunjuk (Tabel dan gambar 11).
f. Genital (laki-laki)
Testis pada Janin sudah mulai turun dari cavum peritoneal ke dalam kantung skrotum pada
usia gestasi 30 minggu. Testis kiri lebih dulu turun dibandingkan dengan testis kanan yang
terjadi pada minggu ke 32. Pada usia gestasi 33 sampai 34, testis biasanya sudah dapat
diraba pada kanalis inguinalis bagian atas atau bawah. Selain itu, kulit pada skrotum
menjadi lebih tebal dan terbentuk rugae (garis-garis halus). Hasil pemeriksaan dapat dilihat
pada tabel dan gambar 12.
99
g. Genital (perempuan)
Posisi bayi perempuan untuk memeriksa genital adalah telentang dengan pinggul abduksi
atau 45° dari garis horizontal. Jika pinggul abduksi secara berlebihan maka dapat
menyebabkan labia minora dan klitoris lebih menonjol, sedangkan aduksi dapat
menyebabkan keduanya tertutup oleh labia mayora. Labia mayora tersusun atas lemak,
dimana ukurannya dipengaruhi oleh nutrisi intrauterine (lihat tabel dan gambar 12) .
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
1. Anamnesis/ Kaji riwayat kesehatan
2. Persiapan alat
3. Cuci tangan
4. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang bagi bayi
Pemeriksaan kematangan neuromuscular
5. Pemeriksaan postur
Kaji Postur bayi (sikap tubuh) yaitu derjat fleksi lengan dan tungkai,
postur dapat dikaji pada saat bayi diam dan tidur telentang.
6. Pemeriksaan square window (sudut fleksi pergelangan tangan)
Berikan tekanan lembut pada punggung telapak tangan dengan
menggunakan telunjuk dan jari tengah tanpa melakukan rotasi,
lakukan penilaian terhadap sudut yang terbentuk.
7. Pemeriksaan arm recoil (kecepatan recoil lengan ke posisi fleksi)
Caranya adalah dengan menfleksikan secara penuh kedua lengan
bawah terhadap lengan atas, tahan selama 5 detik kemudian tarik
tangan agar ekstensi penuh lepaskan lengan dengan cepat. Hal yang
dinilai adalah kecepatan dan intensitas recoil ke posisi fleksi dimana
jika kembali ke posisi fleksi penuh diberi nilai 4.
8. Pemeriksaan Popliteal angle (sudut pada lutut)
Caranya adalah: memfleksikan tungkai bawah kepaha, kemudian
fleksikan paha ke perut. Pada saat ibu jari dan telunjuk menahan lutu,
ekstensikan tungkai bawah dengan telunjuk dengan menggunakan
tangan yang lain. Perhatikan sudut dibelakang lutu (sudut popliteal),
jika sudut yang terbentuk < 90° beri nilai 5
9. Pemeriksaan scarf sign (fleksi pasif tonus bahu)
Tanda ini diperiksa pada saat bayi telentang dengan cara menahan
kapala bayi ke garis tengah dengan satu tangan sedangkan tangan
yang lain menarik lengan bayi melintasi leher sejauh mungkin
melewati bahu yang berlawanan. Catat lokasi siku terhadap garis
tengah torak, apabila siku tidak mencapai garis tengah torak beri nilai
4.
10. Pemeriksaan heel to ear (fleksi pasif tonus panggul)
Dengan cara memeriksa fleksi pasif atau resistensi otot fleksor pinggul
posterior. Pada saat bayi telentang dan perlvis berada pada
permukaan yang keras, pegang kaki bayi ke satu tangan dan gerakkan
kearah kepala sedekat mungkin tanpa melakukan paksaan.
Pertahankan panggul mendatar pada permukaan tempat pemeriksaan
Pemeriksaan kematangan fisik
11. Kulit
Kaji kulit apakah kulit lengket dan terlihat transfaran serta adanya
verniks
12. Lanugo
102
Padang, .....................................
Penguji,
( )
Seorang perempuan melahirkan bayi laki-laki pada tanggal 16 November 2013, Berat badan
lahir adalah 1850 gram, panjang badan lahir 42cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar badan 31cm,
lingkar dada 26 cm, dan lingkar perut 24 cm. Bayi dilahirkan dari ibu dengan status maternal
G1P0A0H0. Bayi dilahirkan secara spontan atas indikasi ketuban pecah dini, usia kehamilan
32 minggu.
MATERI 12
PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK)
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang PMK diharapkan mahasiswa dapat memahami
konsep PMK dan melakukan perawatan bayi risiko tinggi (BBLR) dengan PMK.
A. Pengertian
Perawatan Metode Kangguru adalah suatu metode perawatan bayi baru lahir dengan cara
bayi dalam keadaan telanjang (hanya menggunakan popok dan topi) diletakkan secara tegak/
vertikal didada antara kedua payudara ibunya (ibunya telanjang dada) kemudian diselimuti. Dengan
demikian terjadi kontak kulit bayi dan ibu secara kontinu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu
ibunya) melalui proses konduksi. PMK dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kontinu (secara terus
menerus) dan intermiten (sewaktu-waktu).
B. Manfaat
1. Bagi bayi
a. Keefektifan termoregulasi
b. Frekuensi denyut jantung stabil, pola nafas teratur dan menurunkan kejadian apnea.
c. Meningkatkan saturasi oksigen.
d. Mempercepat perkembangan otak
e. Meningkatkan berat badan
f. Mengurangi pergerakan yang tidak perlu, menurunkan tangisan dan mendukung ASI
ekslusif, memperpendek hari rawat dan meningkatkan kemampuan untuk bertahan hidup.
C. Prosedur
1. Kriteria bayi
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan alat
a) Alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop, jam)
b) Gendongan (Selendang, Gendongan kangguru dan kain panjang)
c) Topi bayi, diapers, kaus kaki
d) Handrub
2) Persiapan bayi
a) Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, respirasi
b) Buka pakaian bayi kecuali popok
3) Persiapan orang tua
a) Cuci tangan (ibu atau ayah yang akan melakukan PMK)
b) Buka pakaian atas ibu atau ayah
b. Tahap Implementasi
1) Posisikan bayi di dada ibu atau ayah
2) Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi
3) Tepi kain penggendong bagian atas harus dibawah telinga bayi
4) Pakaikan topi bayi
5) Pakai kembali baju atas ibu atau ayah
d. Tahap Evaluasi
1) Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital dan status oksigenisasi
2) Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan tindakan sesuai masalah
yang ditemukan
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
Persiapan
1. Salam terpeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan
4. Mengajak orang tua bekerjasama selama melakukan prosedur
Kerja atau Tindakan
5. Persiapan bahan/alat.
6. Cuci Tangan.
7. Persiapan bayi: ukur nadi, nafas dan termometer bayi.
8. Yakinkan bayi dalam kondisi stabil.
9. Beri bayi topi, popok, & kaus kaki.
10. Letakkan bayi di dada ibu,diantara payudara dengan posisi tegak.
langsung ke kulit ibu
11. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk (seperti kodok),
kepala dimiringkan ke kanan atau ke kiri dan sedikit mendongak.
12. Memakaikan baju model kangguru, dengan batas kain atas berada
dibawah telinga bayi.
13. Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas
seperti berdiri, duduk, jalan, dan aktivitas lainnya.
14. Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.
15. Jelaskan kepada ibu, bahwa ibu bisa melakukan aktivitas sambil
menggendong bayinya
Evaluasi
16. Evaluasi respon bayi
17. Kaji tanda-tanda bahaya: sianosis, sulit minum, muntah, kejang ,diare,
kulit kuning.
18. Anjurkan ibu untuk selalu memantau respon anak dan mengajarkan
tindakan yang harus dilakukan jika bayi apnea.
Dokumentasi
19. d. Catat nama dan umur bayi, tanggal dan waktu PMK.
e. Catat reaksi bayiselama prosedur.
f. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
1 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
2 : Dilakukan kurang tepat
3 : Dilakukan tepat
109
Padang, .....................................
Penguji,
( )
110
Seorang ibu melahirkan bayi perempuan melalui persalinan sectio caesarea atas indikasi
ketuban pecah dini. Bayi Lahir dengan berat badan 1750 gram dengan panjang badan: 43cm.
Bayi langsung menangis (A/S : 6/7). Saat ini, kondisi bayi masih relatif stabil namun suhu tubuh
bayi cenderung turun sehingga masih harus diletakkan didalam inkubator.
Apakah yang dilakukan perawat?
111
MATERI 13
PERHITUNGAN DOSIS OBAT DAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran praktikum tentang perhitungan dosis obat dan kebutuhan cairan pada
anak, diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep perhitungan dosis obat dan kebutuhan
cairan pada anak dan melakukan perhitungan dosis obat dan kebutuhan cairan anak dengan
tepat
Dengan demikian anak yang mempunyai berat 10 kg dan tinggi 72 cm memiliki luas
permukaan tubuh sebesar:
72𝑥10
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚2 = √
3600
Contoh: Jika dosis yang direkomendasikan adalah 400mg/m2 dua kali per hari, maka
pada anak dengan berat antara 15 – 19 kg dosis tersebut adalah:
b) Tahap rumatan
Dalam tahap rumatan ini meliputi untuk memenuhi kebutuhan cairan rumatan
dan kebutuhan perubahan cairan rumatan yang disebabkan oleh kehilangan
cairan yang sedang berjalan (ongoing losses)
Kebutuhan Rumatan
Terdapat beberapa model untuk menghitung kebutuhan cairan rumatan :
berdasarkan berat badan, luas permukaan, atau pengeluaran kalori yang
seperti kita ketahui bahwa 1 ml air diperlukan setiap 24 jam bagi setiap kalori
yang dikeluarkan dan bahwa kebutuhan metabolik menentukan
penggunaannya dari cadangan tubuh. Kalori yang dikonsumsi setiap kesatuan
berat badan, atau tingkat metabolik menurun dengan bertambah besarnya dan
usia anak.
biasanya dihitung berdasarkan perhitungan kalori, tetapi hal ini sering menyulitkan dan
tidak pasti. Dalam klinik, perhitungan kebutuhan air untuk anak biasanya didasarkan pada
berat badan.
Kebutuhan total cairan per hari seorang anak dihitung dengan formula berikut:
a) 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama,
b) 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya,
c) 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya.
Sebagai contoh, seorang bayi dengan berat 8 kg mendapatkan 8 x 100 ml = 800 ml setiap
harinya, dan bayi dengan berat 15 kg (10 x 100) + (5 x 50) = 1250 ml per hari.
Berikan anak sakit cairan dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah di atas jika
terdapat demam (tambahkan cairan sebanyak 10% setiap 1°C demam).
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1. Kaji aspek medis bayi seperti riwayat kehamilan dan persalinan bayi,
status gizi ibu saat hamil dan lain-lain.
2. Kaji keluhan bayi/anak saat ini
3. Ukur tinggi badan dan berat badan.
4. Hitung luas permukaan tubuh anak
5. Tentukan dosis obat sesuai dengan order dan kebutuhan cairan
berdasarkan berat badan anak
Evaluasi
6. Pantau keadaan anak
Dokumentasi
7. a. Catat nama dan umur pasien, tanggal dan waktu pelaksanaan
prosedur.
b. Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan Nilai = ∑nilai total x 100%
2 : Dilakukan salah
Jumlah item x 3
3 : Dilakukan kurang tepat
4 : Dilakukan tepat
Padang, .....................................
Penguji,
( )
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, berat badan : 22 kg, dan tinggi badan 110 cm. Hitunglah
dosis obat, jika obat yang diresepkan 500 mg/m2 dan tentukan kebutuhan cairan pada anak.
116
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al. (1991). New Ballard Score, expanded to include
extremely premature infants. J Pediatrics; 119: 417-423
2. Damanik, S.M. (2008). Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi, dalam Kosim, S.,
Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., &Usman, A: Buku ajar: Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia: Jakarta.
3. Damanik, S.M. (2008). Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi, dalam Kosim, S.,
Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., &Usman, A: Buku ajar: Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia: Jakarta.
4. Depkes RI. (2006). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Departemen kesehatan RI, Jakarta.
5. Depkes RI. (2008). Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Departemen
kesehatan RI, Jakarta.
6. Depkes RI. (2010). Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas diare. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
7. Depkes RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
8. Depkes RI. (2015). Manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
9. Depkes RI. (2015). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Departemen kesehatan RI, Jakarta.
10. Depkes. (2012). Prosedur pemberian terapi nebulizer. Diakses dari
http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-3-43233335 pada tanggal 09 November 2015 pukul
12.15.
11. Engel, J.,(1998) Pengkajian Pediatrik, Jakarta: EGC
12. Ferguson, D. (2008). Clinical assesment and monitoring in children. UK: Blackwelll Publishing
13. Greenberg C.S (1998), Nursing Care Planning Guides for Children, Baltimore USA: Williams &
Wilkins
14. Hay, W.W., (1997), Current Pediatric Diagnosis and Trearment, Connecticut: Appleton & Lange
15. Hidayat, A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Ed I. Jakarta, Salemba Medika
16. Hidayat, Aziz Alimul (2006), Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Ed I: Jakarta, Salemba
Medika.
17. Hidayati, R., dkk. (2014). Praktik laboratorium keperawatan. Jakarta: Erlangga Medikal Series.
18. Hockenberry. (2013). Essential of Pediatric Nursing, St. Louis: Mosby Year Book
19. Kemenkes RI. (2011). Keputusan mentri Republik Indonesia, No: 195/MENKES/SK/XII/2010
tentang standar antropometri penialaian status gizi anak.
20. Kusyati, E dkk. (2012). Ketrampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar. Jakarta:
EGC.
21. Maryunani. (2008). Buku saku asuhan bayi baru lahir normal. TIM, Jakarta.
22. Muscari, Mary E (2005), Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik/ Ed. 3, Jakarta: EGC
23. Muscary, M. E. (2010). Advances pediatrir clinical assessment: skill and procedure.
Philadelphia: Lippincoat
24. Nursalam, Rekawati S dan Sri Utami, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta:
Salemba Medika
25. O’Brien, N., & Gill, D. (2007). Paediatric clinical examination made easy. Dublin: Churchill
Livingstone
117
26. PERINASIA. (2010). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kangguru. Jakarta:
PERINASIA
27. Potter, P. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik, ed. 4.
Jakarta: EGC
28. Priharjo, R. (1996). Pengkajian fisik keperawatan, editor Ni Luh Gede Yasmin Asih. Jakarta:
EGC.
29. Puskesmas Dawan I. (2012). SOP Inhalasi Nebulizer. Diakses dari
http//:www.dawanI.diskeslungkung.net pada tanggal 09 November 2015, pukul 12.00 WIB.
30. Putra, S.T., dkk. (2009). Management of pediatric heart disease for practitioner: from early
detection to intervention. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UIMuscary.
31. RSCM. (2007). Panduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak. RSUPN
Ciptomangunkusumo, Jakarta.
32. Surasmi, ASrining. (2003). Perawatan bayi resiko tinggi. EGC, Jakarta.
33. WHO. 2010. Use and interpretation of CDC growth chart. CDC Center
34. Wong, D.L. (2004). Pedoman keperawatan pediatric/ Donna L. Wong: alih bahasa, Monica
Ester; editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih, ed 4. Jakarta: EGC.