BBL (YUYUN YUNINGSIH) LP - LK
BBL (YUYUN YUNINGSIH) LP - LK
DISUSUN OLEH :
YUYUN YUNINGSIH
4009220023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PADA BAYI NY. G
DI RSUD PALABUHANRATU
Oleh :
YUYUN YUNINGSIH
4009220023
Mengetahui,
Ketua Prodi
2. Ira Kartika, SST., Mkeb selaku ketua Program Studi Sarjana dan profesi
Kebidanan Stikes Dharma Husada Bandung
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menulis dengan
lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikn manfaat. Aamiin.
YUYUN YUNINGSIH
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
b. Penilaian Awal
Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama
dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistim APGAR.
Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat keseriusan
dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan
diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi
jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonus otot, dan pernapasan
bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2. sesuai dengan kondisi
bayi.
Klasifikasi klinik :
1. Nilai 7-10 : bayi normal
2. Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
3. Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
Tabel 2.1
APGAR Score
Tanda-tanda 0 1 2
G : Grimace
Tidak ada Menyeringi atau
(reaksi terhadap Menangis
respon kecut
Rangsangan)
Pernapasan
R : Respiration
Tidak ada perlahan, bayi Menangis kuat
(pernapasan)
terdengar merintih
c. Membersihkan Jalan Napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas
dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
lebih sedikit tengadah ke belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi
segera menangis. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat
menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan
napas, sehingga upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan
aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).
5. Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap di
tempat.
6. Segera lakukan usaha menghisap mulut atau hidung.
7. Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama.
8. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung ataumulut
harus diperhatikan.
Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk
mewujudkan ventilasi yang adekuat.
9. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan resusitasi
setelah satu menit bayi tak bernapas.
d. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi
kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera
dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasipada bayi.
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan dibuat ikatan
baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau
povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti
setiap hari atau setiap tali basah atau kotor.
1. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
a. Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia di
ambulans, di kamar bersalin, ruang penerima bayi, dan ruang
perawatan bayi.
b. Gunting steril juga siap
c. Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat.
f. Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan Karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar antara 0.25-0.5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0.5-1 mg secara im.
g. Memberi Obat Tetes atau Salep Mata
Di daerah di mana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah lima jam. bayi lahir. Pemberian obat
mata cloramphenikol 0,5% dianjurkan untuk pencegahan penyakit
mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
h. Identifikasi Bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus di
tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
1. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan ruang perawatan bayi.
2. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3. Pada alas atau gelang identifikasi harus tercantum :
a. Nama lengkap ibu
b. Warna gelang sesuai jenis kelamin pada bayi
c. Tanggal lahir
d. Nomor medical record
e. Jenis kelamin
f. Unit/berat badan
4. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Sidik telapak kaki bayi dan
sidik jari ibu harus di klip di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik
telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman
menerapkan cara ini, dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik
kaki harus disimpan dalam ruangan dengan
suhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,
lingkar dada dan catat dalam rekam medik.
i. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin.
Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
Semakin bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin
dan ASI dikeluarkan. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14
usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI perhari untuk
tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai turun 500-600 ml setiap
enam bulan pertama dan menjadi 300-500 ml pada tahun kedua usia
anak.
Pastikan bahwa pemberian ASI mulai dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusui
bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.
1. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
a. Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang
produksi ASI.
b. Memperkuat refleks menghisap (refleks menghisap awal pada
bayi paling kuat pada beberapa jam pertama setelah lahir)
c. Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan
pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi.
d. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayi.
e. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
colostrum.
f. Merangsang kontraksi uterus.
2. Pedoman Umum untuk Ibu saat Menyusui
a. Mulai menyusui segera setelah bayi lahir dalam 30 menit
pertama.
b. Jangan memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi
(misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibu
kecuali pada indikasi yang jelas atas alasan-alasan mereka).
c. Jarang sekali para ibu cukup memiliki ASI sehingga
membutuhkan asupan susu buatan tambahan.
d. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.
e. Berikan ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik
siang maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam)
selain bayi menginginkannya.
3. Refleks Laktasi
Terdapat dua mekanisme refleks laktasi pada ibu yaitu refleks
prolaktin don refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASI
dan involutio uteri. Pada bayi terdapat tiga jenis refleks, yaitu:
a. Refleks Mencari Puting Susu (rooting refleks)
Rrefleks akan menoleh ke arah dimana terjadi sentuhan pada
pipinya. Bayi akan membuka membuka mulutnya apabila
bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang
disentuhkan tersebut.
b. Refleks Menghisap (sucking refleks)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan
refleks menghisap. Hisapan ini akan menyebabkan areola dan
punting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi
sehigga sinus laktiferus dibawah, areola dan ASI terpancar
keluar.
c. Refleks Menelan (Swalowwing refleks)
Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot didaerah
mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI kedalam lambung bayi. (Asuhan Persalinan
Normal, Revisi 2007 ).
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Proses Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney (2010) Varney (2010) menjelaskan
proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan
pada awal tahun 1970 an
Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai 7 langkah Varney, yaitu :
1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang
menyeluruh untuk mengevaluasi Nn. W an bayi baru lahir. Data dasar ini 13 meliputi
pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali proses
perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau
kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar
yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber infomasi yang berkaitan
dengan kondisi Nn. W dan bayi baru lahir. Bidan mengumpilkan data dasar awal lengkap,
bahkan jika Nn. W dan bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka
mendapatkan konsultasi doter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi.
2) Langkah II : Interpretasi data Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi
masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus.
Kata masalah dan diagnosis sama– sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai sebuah diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.
3) Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Mengidentifikasi masalah
atau diagnose potensial berdasarkan masalah dan diagnose saat ini berkenaan dengan
tindakan antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh,
dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah
yang sangat penting dalam member perawatan kesehatan yang aman.
4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Langkah
keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses penatalaksanaan yang tidak hanya
dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga saat
bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia menjalani
persalina. Data baru yanf diperoleh terus dikaji dan kemudian di evaluasi.
5) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh Mengembangkan sebuah rencan
keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang
diidentifikasi baik pada saat ini maupaun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan
yang dNn. Wtuhkan.
6) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan Melaksanakan rencana perawatan secara
menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secra keseluruhan oleh bidan atau dilakukan
sebagian oleh Nn. W atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lainnya. Apabila
tidak dapat melakukannya sendiri, bidan betanggung jawab untuk memastikan
implemntasi benar- benar dilakukan. Rencana asuhan menyeluruh seperti yang sudah
diuaraikan pada langkah kelima dilaksankan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII : Evaluasi Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan
Nn. W, seperti yang diidentifikasi padalangkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun
kebutuhan perawatan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
YUYUN YUNINGSIH
4009220023
YUYUN YUNINGSIH
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN
BAB I PENDAHULAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TINJAUAN TEORI
b. Penilaian Awal
Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama
dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistim APGAR.
Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat keseriusan
dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan
diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi
jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonus otot, dan pernapasan
bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2. sesuai dengan kondisi
bayi.
Klasifikasi klinik :
1. Nilai 7-10 : bayi normal
2. Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
3. Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
Tabel 2.1
APGAR Score
Tanda-tanda 0 1 2
G : Grimace
Tidak ada Menyeringi atau
(reaksi terhadap Menangis
respon kecut
Rangsangan)
Pernapasan
R : Respiration
Tidak ada perlahan, bayi Menangis kuat
(pernapasan)
terdengar merintih
c. Membersihkan Jalan Napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas
dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
lebih sedikit tengadah ke belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi
segera menangis. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat
menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan
napas, sehingga upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan
aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).
5. Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap di
tempat.
6. Segera lakukan usaha menghisap mulut atau hidung.
7. Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama.
8. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung ataumulut
harus diperhatikan.
Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk
mewujudkan ventilasi yang adekuat.
9. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan resusitasi
setelah satu menit bayi tak bernapas.
d. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi
kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera
dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasipada bayi.
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan dibuat ikatan
baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau
povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti
setiap hari atau setiap tali basah atau kotor.
1. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
a. Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia di
ambulans, di kamar bersalin, ruang penerima bayi, dan ruang
perawatan bayi.
b. Gunting steril juga siap
c. Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat.
f. Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan Karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar antara 0.25-0.5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0.5-1 mg secara im.
g. Memberi Obat Tetes atau Salep Mata
Di daerah di mana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah lima jam. bayi lahir. Pemberian obat
mata cloramphenikol 0,5% dianjurkan untuk pencegahan penyakit
mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
h. Identifikasi Bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus di
tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
1. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan ruang perawatan bayi.
2. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3. Pada alas atau gelang identifikasi harus tercantum :
a. Nama lengkap ibu
b. Warna gelang sesuai jenis kelamin pada bayi
c. Tanggal lahir
d. Nomor medical record
e. Jenis kelamin
f. Unit/berat badan
4. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Sidik telapak kaki bayi dan
sidik jari ibu harus di klip di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik
telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman
menerapkan cara ini, dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik
kaki harus disimpan dalam ruangan dengan
suhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,
lingkar dada dan catat dalam rekam medik.
i. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin.
Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
Semakin bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin
dan ASI dikeluarkan. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14
usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI perhari untuk
tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai turun 500-600 ml setiap
enam bulan pertama dan menjadi 300-500 ml pada tahun kedua usia
anak.
Pastikan bahwa pemberian ASI mulai dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusui
bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.
1. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
a. Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang
produksi ASI.
b. Memperkuat refleks menghisap (refleks menghisap awal pada
bayi paling kuat pada beberapa jam pertama setelah lahir)
c. Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan
pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi.
d. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayi.
e. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
colostrum.
f. Merangsang kontraksi uterus.
2. Pedoman Umum untuk Ibu saat Menyusui
a. Mulai menyusui segera setelah bayi lahir dalam 30 menit
pertama.
b. Jangan memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi
(misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibu
kecuali pada indikasi yang jelas atas alasan-alasan mereka).
c. Jarang sekali para ibu cukup memiliki ASI sehingga
membutuhkan asupan susu buatan tambahan.
d. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.
e. Berikan ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik
siang maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam)
selain bayi menginginkannya.
3. Refleks Laktasi
Terdapat dua mekanisme refleks laktasi pada ibu yaitu refleks
prolaktin don refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASI
dan involutio uteri. Pada bayi terdapat tiga jenis refleks, yaitu:
a. Refleks Mencari Puting Susu (rooting refleks)
Rrefleks akan menoleh ke arah dimana terjadi sentuhan pada
pipinya. Bayi akan membuka membuka mulutnya apabila
bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang
disentuhkan tersebut.
b. Refleks Menghisap (sucking refleks)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan
refleks menghisap. Hisapan ini akan menyebabkan areola dan
punting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi
sehigga sinus laktiferus dibawah, areola dan ASI terpancar
keluar.
c. Refleks Menelan (Swalowwing refleks)
Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot didaerah
mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI kedalam lambung bayi. (Asuhan Persalinan
Normal, Revisi 2007 ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PADA BAYI NY. G
DI RSUD PALABUHANRATU
1. Data Subjektif
a. Biodata
Nama : Bayi NY. G
Umur bayi : 0 hari
Tanggal/jam lahir : 30 November 2022 / 13.12WIB
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1( Satu )
Berat badan : 2800 gram
Panjang Badan : 48 cm
Alamat : Jln.Taman Sari
26
27
2. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
- RR : 42 x/menit
- Temp : 36,7 0C
- BB : 2800 gram
- PB : 48 cm
29
b. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
- Kepala : Simetris, caput succedenum (-), cephal
hematoma (-)
- Muka : Bersih
- Mata : Simetris, sklera tidak ikterik,
conjungtiva tidak pucat
- Leher : Tidak ada kelainan
- Kulit : Verniks kaseosa, tanda lahir (-)
- Dada : Simetris (+), gerakan napas dan
jantung normal, frekuensi 144 x/m
30
d. Pemeriksaan Antropometri
- Berat badan : 2800 gram
- Panjang badan : 48 cm
- Lingkar kepala : 32 cm
- Lingkar dada : 30 cm
- Lingkar lengan atas : 11 cm
e. Pemeriksaan Refleks
- Refleks rooting : ada
- Refleks moro : ada
- Refleks sucking : ada
3. Assesment
Bayi Baru lahir Cukup Bulan usia < 1 jam
4. Planning
1. Melakukan pemeriksaan fisik dan antropometri BBL :
- KU : Baik
- BB : 3300 gr
- PB : 48 cm
- Lingkar Kepala : 32 cm
- Lingkar Dada : 30 cm
- Lingkar Lengan Atas : 11 cm
Pada kasus bayi NY. G didapatkan bahwa bayi lahir normal secara spontan
BB : 2800 gram , respirasi : 42 x/menit, Tempratur : 36,7 °C, panjang badan : 48
cm, lingkar kepala : 33cm, lingkar dada : 30 cm, lingkar lengan atas: 11 cm.
Penilaian awal pada bayi baru lahir pada bayi NY. G didapatkan sesuai APGAR
SCORE yaitu 9/10.
Asuhan yang diberikan pada jam pertama kelahiran pada bayi NY. G yang
dilakukan adalah :
1. Pengamatan pernapasan
Sebagian bayi bernapas spontan, pernapasan bayi sebaiknya secara
teratur untuk mengetahui tidak ada masalah. Pada kasus bayi NY. G bayi
bemapas secara spontan dan tidak adanya masalah atau sesuai APGAR Score
yaitu 9/10.
3. Memberikan vitamin K
Pemberian Vitamin K mencegah terjadinya pendarahan pada semua
bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg
/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K
Parenteral dengan dosis 0,5- mg I.M.
37
38
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin
antara bayi dan ibu.
Pada praktek RSUD Palabuhanratutelah dilakukan program IMD
(Inisiasi Menyusui Dini) yang di lakukan pada Ruang Bersalin, kemudian bayi
langsung dibawa keruangan Neonatus untuk dikeringkan dan dibungkus
dengan kain kering dan hangat, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
Hypotermi pada bayi dan dilakukan perawatan tali pusat, pemberian Vitamin
K, pengukuran BB, PB, lingkar kepala dan lingkar dada dan dilakukan
pemberian jalan nafas dengan menggunakan slymizuinger karena
dikhawatirkan masih terdapat sisa cairan ketuban yang terhisap.
Setelah itu dilakukan pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu,
pemasangan tanda pengenal dan identitas bayi yang ditempat tidur yang berisi
nama ibu, tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, diagnosa atau masalah bayi
tersebut serta pemasangan gelang tangan yang di berikan kepada setiap BBL
berupa gelang yang berwarna biru untuk bayi laki-laki serta gelang berwarna
pink untuk bayi perempuan serta pemasangan plaster yang berisikan nama
bayi sebagai pelengkap identitas. Dilakukan pencetakan sidikjari, pengukuran
antropometri dan hasilnya ditulis dalam status bayi. Ini dilakukan untuk
memudahkan identifikasi dan resiko tertukarnya bayi.
Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi (Asuhan Persalinan Normal, Revisi
2007)
Tapi di Ruang Neonatus Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu
tidak dilakukan imunisasi dasar lengkap pada bayi baru lahir hingga bayi
tersebut pulang ke rumah melainkan hanya diberikan surat kontrol ulang
kepada orang tua bayi yang digunakan untuk pengantar pemberian imunisasi
dasar HB 0 pada bayi di puskesmas
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal pada Bayi NY. G di Ruang
Neonatus Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu tahun 2022, maka penyusun
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Didapatkan pengkajian data subjektif dan objektif yang dilakukan pada
tanggal 30 Noovember 2022 pukul 13.12 WIB dengan jenis kelamin
perempuan,berat badan 2800 gram , panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32
cm dan lingkar dada 30 cm, lingkar lengan atas 11 cm.
2. Ditegakkan diagnosa bayi NY. G yaitu bayi sehat lahir spontan.
3. Tidak ditemukan masalah potensial
4. Tindakan yang dilakukan segera setelah bayi baru lahir adalah pencegahan
infeksi, penilaian awal, memberikan injeksi vitamin K 1 mg pada 1/3 paha atas
bagian luar, memberika zalf mata chlorampenicol 1%, pemberian identitas
pada bayi dan memulai pemberian ASI serta mengambil cap kaki bayi.
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh.
6. Didapatkan implementasi pada asuhan kebidanan pada bayi NY. G di Ruang
Neonatus Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu.
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign
RR : 42 x/mnt
Temperatur : 36,70C
d. Memantau kebutuhan nutrisi bayi
e. Memberikan KIE tentng ASI eksklusif dan ASI on demand pada ibu
41
42
2. Saran
Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar makalah ini lebih meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang diperoleh selama
proses pembelajaran dan praktik guna mendalami ilmu kebidanan,
khususnya pada BBL dan perinatal, serta mampu menerapkan teori
secara aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandung an dan
Komalasari, Kokom. (2006). Kematian Bayi, Tragedi yang Terlu pakan. Pikiran
Rakyat Cyber Media.