Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

MINGGU KE-1
ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK IMD
PADA BAYI BARU LAHIR DI PMB SUSI IRMA NOVIA, SST
KOTA BENGKULU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Persalinan
dan Bayi Baru Lahir

Disusun Oleh :

ENGGRAINI PURNAMA
NIM P01740522005

Pembimbing Akademik :
Epti Yorita, SST. MPH
NIP.197401091992032001

Pembimbing Lahan :
Nindi umul vatjri, Amd.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Minggu Ke-1

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK IMD


PADA BAYI BARU LAHIR DI PMB SUSI IRMA NOVIA, SST
KOTA BENGKULU
Oleh:

ENGGRAINI PURNAMA
NIM P01740522005

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Epti Yorita, SST, MPH Nindi umul vatjri, Amd. Keb


NIP.197401091992032001

Mengetahui ,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni,SST,M.Keb


NIP.198012102002122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atau
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik Asuhan
Kebidanan. Laporan ini terwujud atau bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Yuniarti,SST,M.Kes selalu Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes bengkulu,
2. Ibu Diah Eka Nugrabeni,SST,M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan
Profesi Bidan,
3. Ibu Epti Yorita,SST,MPH selaku dosen pembimbing praktik,
4. Ibu Nindi umul vatri, Amd. Keb selaku pembimbing lahan,

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari


bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga Laporan Pendahuluan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bengkulu, Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I TINJAUAN TEORI


a. Konsep Bayi Baru Lahir............................................................................1
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)...................................................................5
BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21
BAB 1

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi Baru Lahir Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 400 gram dan harus menyelesaikan diri dari kehidupan intra uteri
ke kehidupan Ekstra Uteri (Marni, 2014).
2. Ciri-ciri bayi normal
Menurut Marni, 2014 ciri bayi normal adalah :
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-35 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Bsyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 x/menit.
f. Pernapasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 x/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sebeutan cukup
terbentuk dan dilipat Vernie Caseosa.
h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan lemas.
j. Genetalia, labia minora sudah menutupi labia mayona (perempuan),
testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
m. Gerak reflek sudah baik, apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan mengenggam/ adanya gerakan reflek.
n. Eliminasi Bayi, urin dan Mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama Mekonium berwarna hitam kecoklatan.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir
Menurut Syahlan (2015) perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi
baru lahir yaitu :
a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan gula
darah untuk mempermudah untuk menambah energi pada jam-jam
pertama setelah diambil dari metabolisme asam lemak.
b. Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih
rendah dari suhu yang berada dalam rahim ibu. Apabila bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25 °C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi, evaporasi sebanyak 200 kal/kg BB/menit.
c. Perubahan sistem pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat O2 dari pertukaran gas
melalui plasenta setelah Bayi Lahir pertukaran gas harus melalui
paru-paru Bayi. Rangsangan untuk gerakkan pertaman adalah :
1) Tekanan Mekanis dari toraks sewaktu melalui jalur lahir.
2) Penurunan PaO2 dan kenaikan CO2 merangsang kemareseptor
yang lahir terletak di sinus kuratis.
3) Rangsangan dingin didaerah muka dapat melangsungkan
permukaan gerakan pernapasan.
4) Reflek Deflasi Hering Breur.
5) Pernapasan pertama pada Bayi baru lahir terjadi normal dalam
waktu 30 detik setelah persalinan.
6) Perubahan Sirkulasi dengan perkembangan paru-paru
mengakibatkan tekanan O2 meningkatkan dan tekanan CO2
menurun, hal ini mengakibatkan menurunnya Refleksi pembuluh
darah paru sehingga aliran darah kealat tersebut meningkat.
d. Perubahan Alat Pencernaan, Hati Ginjal, dan alat lainnya mulai
berfungsi
4. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut (Depkes, 2018) penanganan bayi baru baru lahir yaitu :
a. Membersihkan jalan nifas
b. Memotong dan merawat Tali Pusat
c. Mempertahankan Suhu tubuh Bayi
d. Memberikan injeksi vitamin K
e. Memberi obat / salep mata, untuk mencegah infeksi
f. Identifikasi bayi Pembersihan jalan nifas, perawatan mata, dan
identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam
keadaan krisis, dan dokter memberi intruksi khusus.
5. Pengkajian Bayi Baru Lahir
Menurut (Depkes, 2018) penanganan bayi baru lahir yaitu :
Fisik Nilai Apgar
0 1 2
Denyut Tidak ada Kurang Lebih dari 100/menit
jantung Dari 100/menit
Pernapasan/ Tidak ada Nafas lambat Baik
respirasi dan tidak Menangis/teratur
teratur
Tonus otot Lemah/tidak Sedikit Bergerak /Normal
ada gerakan gerakan
Respon Tidak ada Menangis Respon baik dengan
Terhadap respon lemah menangis/Normal
Stimulus
Warna tubuh Seluruhnya Warna kulit Merah muda/Normal
biru tubuh normal tidak kebiruan
merah mudah,
tapi tangan dan
kaki kebiruan

6. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


a. Bayi bernafas atau menangis, warna merah muda, denyut jantung
100/menit, serahkan bayi langsung ke abdomen ibu dan keringkan
Dengan handuk kering. Tindakan ini meningkatkan bounding dan
mempertahankan suhu karena kontak langsung kulit dengan kulit.
b. Bayi apneu atau terengah-engah, warna kulit biru dan denyut jantung,
100 stimulasi dengan menggosok punggung menggunakan sebuah
handuk atau tepuk-tepuk kaki dan lembut. Buka dan bersihkan jalan
nafas dengan atau tepuk-tepuk kaki dengan lembut. Buka dan
bersihkan jalan nafas dengan melakukan penghisapan pada mulut
kemudian hidung dengan lembut. Berikan oksigen fasial, jika tidak
ada respon pada usia satu menit denyut jantung menurun atau tetap
biru, maka vertilisasi ambu bag dan masker harus dimulai, jika tidak
ada peningkatan 2 menit denyut jantung tidak meningkat
pertimbangkan untuk mempertimbangkan intubasi bayi.
c. Bayi apnea atau biru puncat denyut jantung, 100/menit, ventilasi
ambu bag dan masker harus segera dimulai. Jika tidak ada respon
dalam 2 menit maka intubasi bayi.
d. Bayi apnea warna kulit putih, denyut jantung, 60 x/menit, resusitas
jantung paru penuh perlu dilakukan, lakukan intubasi segera dan
dimulai berikan ventilasi tekanan positif intermiten (Varney, 2003).
B. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini, merupakan program yang sedang
gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusui dan bukan menyusu
merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusui dini bukan program ibu
menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting
susu ibu.
Inisiasi menyusui dini (early initation breastfreeding) atau
permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui segera setelah
lahir atau kemampuan bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir
(Roseli,2008).
Inisiasi menyusui dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut
early inisiation breatsfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi
baru lahir untuk menyusui sendiri pada ibu dalam satu jam pertama
kelahirannya. Ketika bayi sehat diletakkan di atas perut atau dada ibu
segera setelah lahir dan terjadi kontak sulit (skin to skin contac)
merupakan pertunjukkan yang menakjubkan bayi akan bereaksi oleh
karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut dan
menjangkau payudara.
Inisiasi menyusui dini disebut tahap ke empat persalinan yaitu
tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan
bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya
namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera
setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan
ibunya, menemukan paling susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI
yang pertama kali keluar (Roesli,2008).
Inisiasi menyusui dini adalah proses menyusu bukan menyusui
yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusi dini bukan program
ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan
putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menunjukkan kesiapannya
untuk menyusu reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit
setelah lahir, bayi menunjukkan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit
setelah lahir (Roesli, 2008).
Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas, inisiasi menyusu
dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir
yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-
aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian
menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
b. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi dengan
nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama
setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit
bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia
menyusu sendiri.
Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus
dibersihkan dulu bayi, diletakkan di dadanya ibunya dengan posisi
tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis
sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara
ibu dan mulai menyusu.
Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan terlebih
dahulu, bayi diletakkan didadanya ibunya dan secara naluriah bayi
akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu (Rosita, 2008).
Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup
mengerungkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk
tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian
meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada
kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk
menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.
c. Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara
fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut :

1) Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus
sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah pendarahan.
Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang
menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar
dengan lancar.
2) Bayi
Bersentuhan dengan ibu memberi kehangatan, ketenangan
sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi
memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan
imunisasi pertama. Disamping itu, kolostrom juga mengandung
faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara
efektif , sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih
sulit masuk kedalam tubuh bayi.
d. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dinni (IMD)
Berikut ini persiapan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (Roesli:2008):

1) Pertemuan pimpinan rumah sakit, dokter kebidanan, dokter anak,


dokter anestesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas dikamar
bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk
mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.
2) Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong mendukung ibu
menyusui, termasuk menolong Inisiasi Menyusu Dini yang benar.
3) Setidaknya antenatal (Ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga
kesehatan bersama orangtua, membahas keuntungan ASI dan
menyusui, tataklaksana menyusui dengan yang benar, Inisiasi
Menyusu Dini termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat-
obatan atau tindakan.
4) Di Rumah Sakit Sayang Ibu, Inisiasi Menyusu Dini termasuk
langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui.
e. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum
Menurut (Roesli, 2008,p.21) tata laksana IMD adalah sebagai berikut:

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.


2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi
saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya,
pijat,aromaterapi,gerakan atau hypnobirthing.
3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan
misalnya melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan
jongkok.
4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali
kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit
bayi sebaiknya dibiarkan.
5) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi
melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini
dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi.
6) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke
putting susu.
7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda
atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung
beberapa menit atau satu jam, dukungan ayah akan meningkatkan
rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum menemukan putting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama.
8) Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kuilt kepada dengan
kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan.
9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap
setelah satu jam
10) Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.
f. Insiasi Menyusu dini yang kurang tepat
Pada umumnya praktik Inisiasi Menyusui Dini yang kurang tepat
menurut (Roesli,2008) adalah sebagai berikut :
1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain
kering.
2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat di potong,
lalu diikat.
3) Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi.
4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada iby (tidak terjadi
kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding)
untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan
selesai menjahit perineum.
5) Selanjutnya diangkat, dan dimasukkan pada ibu dengan cara
memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi.
6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan
(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh
ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
g. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini langkah-langkah melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang
dianjurkan (Roesli, 2008):
1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain
kering.
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali
kedua tangannya.
3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4) Vernix (Zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi.
5) Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau di
perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi
diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
Ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan IMD diantaranya:
1) Kesiapan dan psikologis ibu
Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal
kehamilannya, konseling dalam pemberian informasi mengenai
Inisiasi Menyusu Dini bisa diberikan selama pemeriksaan
kehamilan. Pemeliharaan putting payudara dan cara massase
payudara juga perlu di ajarkan agar ibu lebih siap menghadapi
persalinan dan dapat langsung memberikan ASI pada bayinya, rasa
cemas, tidak nyaman, dan nyeri selama proses persalinan sangat
mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya untuk itu perlu adanya
konseling
2) Tenaga atau pelayan kesehatan
Untuk keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, konsultasi
dengan dokter ahli kandungan di perlukan untuk membantu proses
Inisiasi Menyusu Dini. Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang mendukung memberi ASI.
3) Bayi akan kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat
dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan
hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu
dada ibu yang melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini
kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1oC. Jika bayi kedinginan,
suhu dada ibu akan meningkat 2oC untuk menghangatkan bayi. Jadi
dada ibu merupakan tempat tidur yang terbaik bagi bayi yang baru
lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.
4) Ibu kelelahan
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang
dan keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ib.
5) Kurang dukungan suami dan keluarga
Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi yang masih
didada ibu dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah
atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi
dukungan pada ibu.
6) Kamar Bersalin atau kamar operasi sibuk
Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan
dengan bayi masih didada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk
meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
7) Ibu Harus di jahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudara
dilokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.
8) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit
gonore harus segera diberikan setelah lahir
Menurut American college of obstetricts and Gynecology dan
Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini
dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu
sendiri tanpa membahayakan bayi.
9) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya
panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap,
melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat
dikeringkan segera dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan
dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
10) Bayi kurang siaga
Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu,
bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibatnya
obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi
karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.
11) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain.
Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahikan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai
pada saat itu.
12) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi
Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain
sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru
lahir, kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda.
i. Kebijakan The world Alliance For Breastfeeding Action (WABA)
tentang Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam setelah kelahiran
merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi yang
mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi
dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu
dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.
WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa IMD dalam satu
jam pertama kelahiran, menyusu secara ekslusif selama 6 bulan
diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun.
Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak
untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan
berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk
mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk
melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang sesuai. The World Alliance For
Breastfeeding Action (WABA) mengeluarkan beberapa kebijakkan
tentang Inisiasi Menyusu Dini dalam Pekan ASI sedunia (World
Breastfeeding Week) :
1) Menggerakkan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayai dimulai
dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi
untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama
kehidupannya.
2) Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan
berlanjut dengan menyusi untuk 6 bulan secara eksklusif.
3) Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai
kebijakkan untuk menyatukan pendapat bahwa Inisiasi Menyusu
Dini dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk
pencegahan kesehatan.
4) Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama
untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka
kesempatan yang baik ini.
5) Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali
rumah sakit sayang bayi dengan memberi perhatian dalam
penggabungan dan perluasan tentang Inisiasi Menyusu Dini.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian Manajemen Kebidanan SOAP


Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
kebidanan sesuai dengan kebutuh individu. Oleh karena itu, pengkajian harus
akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan pelayanan
kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah
ditentukan sesuai standar dalam praktek kebidanan dalam keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/III/2007 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Penyusunan data
sebagai indikator dari data yang diagnosa adalah suatu kegiatan kognitif yang
komplek dan bahkan pengelompokkan data fokus adalah suatu yang sulit.

1. Langkah-langkah Manjemen SOAP


Adapun langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP adalah sebagai
berikut:
1. Data Subyektif
a. Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/
klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. Tujuan
kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya
kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia
kehamilan dan perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan
ibu dan janin dan menentukan rencana
pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya.
b. Keluhan Utama
Alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan sesuai
dengan yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan sejak kapan
hal tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien sangat
penting untuk pemeriksaan.

Keluhan utama penderita air liur yang banyak, sehingga


menimbulkan ketidaknyamanan ibu hamil. Riwayat Kesehatan

c. Riwayat Obstetri :
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. Hal ini
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan,
iklim dan keadaan umum.
2) Siklus Haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan
haid berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32
hari, siklus haid yang normal adalah 28 hari.
3) Lamanya Haid
Lamanya haid yang normal adalah ± 7 hari. Apabila sudah
mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan
adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi. 
4) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang
dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria banyak,
sedang dan sedikit. Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien
ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam sehari.
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila
darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukan gejala
kelainan banyaknya darah haid.
d. Pola pemenuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
2) Eliminasi
a) BAB : Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak,
jika mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai
mengalami diare dan jika terlalu jarang BAB serta feses
kering dan keras, dicurigai klien mengalami konstipasi),
warnanya (normalnya warna feses berwarna kuning
kecoklatan).
b) BAK : Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih
dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau
juga karena adanya tekanan dinding vesika urinaria.
Warna  urine (normalnya urine berwarna bening, jka urine
berwarna keruh dicurigai klien menderita DM karena urin
keruh disebabkan adanya penumpukan glukosa), bau urine
(bau urine normalnya seperti bau Amonia (NH3).
3) Aktivitas : Data ini memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di
rumah.
4) Istirahat : Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena
istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani.
5) Personal Hygiene : Kebersihan jasmani sangat penting
karena saat hamil banyak berkeringat terutama di daerah
lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari membantu kebersihan
badan dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari
bahan yang dapat menyerap keringat, sehingga badan
selalu kering terutama di daerah lipatan kulit.
a. Data Objektif
Data objektif yaitu menggambarkan pendokumentarsian hasil analisa
dan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment yaitu apa
yang dilihat dan dirasakan oleh bidan setelah melakukan pemeriksaan
terhadap pasien (Rukiyah,2014).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik, lemah
atau keadaan umumnya pasien pucat dan lemas.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis, apatis,
ataupun samnolen.
c) Tekanan Darah
Untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien.
d) Suhu
Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien.
e) Denyut Nadi
Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit.
f) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
per menit.
g) Berat Badan
Untuk mengetahui berapa berat badan pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Untuk menilai bentuk kepala dan kelainan.
b) Rambut
Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan, dan kebersihan.
c) Muka
Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka.
d) Mata
Untuk menilai apakah kungjutiva pucat atau merah, dan sklera
berwarna putih atau tidak.
e) Hidung
Untuk mengetahui kebersihan dan pemebesaran polip.
f) Telinga
Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan
telinga.
g) Mulut
Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries dan
mukosa bibir terlihat lembab atau tidak.
h) Leher
Untuk mengetahui adakah pembekaan vena jugularis, kelenjar
tiroid, dan kelenjar limfe
i) Abdomen
Untuk mengetahui adakah bekas operasi, maupun nyeri tekan.
j) Genetalia
Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan
kelainan yang menganggu.
k) Anus
Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain.
l) Ekstermitas
Melihat apakah bentuk simetris, melihat adakah ederma, dan
mengecek bagian kaki adakah varisens dan respons terhadap
cek patella
3) Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika memerlukan penegakkan diagnose.
b. Assement
Assement merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan
objektif .
Pendokumentasiaan hasil analisis dan interpestasi (kesimpulan)
dari data subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat
megikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pasien, dapat terus diikuti dan dia, nil keputusan/tindakan
yang tepat.
Ny”. .....”umur...tahun G P A dengan
c. Planning
Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan
menggambarkan pendokumentasiaan dari pererncanaan dan evaluasi
berdasarkan assement yaitu rencana apa yang akan di lakukan
berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungki dan mempertahankan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadianti, Dian Nur and Rika Resmana, 2018. “Kemajuan Persalinan
Berhubungan Dengan Asupan Nutrisi “ Care : Jurnal Ilmiah Kesehatan 6
(3); 231.

Herinawati, Herinawati, Titik Hindriati, and Astrid Novilda. 2019. “Pengaruh


Effeurage Massase Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Praktik
Mandiri Bidan Nuriman Rafida Dan Praktik Mandiri Bidan Latifah Kota
Jambi Tahun 2019, “Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 19 (3):590.

Indah, Firdayanti, Nadyah. 2019. “Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal


Pada Ny. N Dengan Usia Kehamilan Preterm Di RSUD Syekh Yusuf Gowa,
Tanggal 01 Juli 2018. Jurnal Widwifery 1 (1): 1-14.

JNPK – KR. 2014. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, keenam, Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.

Kemenkes, RI. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Dan Bayi Baru
Lahir, Pertama. Edited by A. Suryana, Jakarta: Kemenkes RI.

Kostania, Gita. 2020. “Model Pelaksanaan Dan Evaluasi Asuhan Kebidanan


Berkesinambungan Dalam Praktik Kebidanan”. Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional 05:1-13.

Made Ayu. Ellin Supliyani, 2017. “Karakteristik Ibu Bersalin Kaitannya Dengan
Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Di Kota Bogor .” Jurnal Kebidanan 3
(4):204-10

MDG’S.2015. “Pencapaian Tujuan MDGs Bidang Kesehatan,”1-4

Nita, Venita, Andrayani Rika, and Lidya Aryanti, 2014. “Pengaruh Massage
Effeurage Massase Terhadap Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpatu Kala I Fase
Aktif Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sinta Bandar Lampung”. Jurnal
Kesehatan Holistik 8 (4): 192 – 97.

Nurhidayanti, Siti, Ani Margawati, and Martha Irene Kartasurya, 2081.


“Kepercayaan Masyarakat Terhadap Penolong Persalinan Di Wilayah
Halmahera Utara”. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 13 (1):46.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan, keempat. Edited by


dr.T.Rachimahadhi. jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Puspitasari, Indah and Dwi Astuti. 2017, “Teknik Massage Punggung Untuk
Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I”. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan 8 (2):100
Rahman, Stang Abdul, Ary Handayani, and Anwar Mallongi, 2017. “Penurunan
Nyeri Persalinan Dengan Kompres Hangat Dan Massage Effleurage”.
Jurnal MKMI 13 (2): 147-51.

Respati, Supriyadi Hari, Sri Sulistyowati, and Ronald Nababan, 2019. “Analisis
Faktor Determinan Kematian Ibu Di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Indonesia”. Jurnal Kesehatan Reproduksi 6 (2):52

RISKESDAS. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018.

Anda mungkin juga menyukai