Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

Mata Kuliah:
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
“APGAR SKOR DAN RESUSITASI”

Disusun Oleh :
NGISI RATNA ISLINDA
( NIM. 2022101003 )

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI BUTON RAYA
BAUBAU

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
“Keterampilan Dasar Kebidanan”.
Penulis meyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Baubau, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Apgar Score.....................................................................................2
B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir dan Orang Dewasa......................5
C. Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)...................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR REFERENSI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang
baru lahir. Skor APGAR ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun 1952 untuk menilai
status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan menilai kebutuhan intervensi segera
untuk merangsang pernapasan.
Pada tahun 1961, Dr. Joseph Butterfield memperkenalkan mnemonic dari APGAR
untuk memudahkan sejawat mengingat komponen skor APGAR. Komponen dari skor
APGAR adalah: A = Appearance (warna kulit), P = Pulse (denyut jantung), G
= Grimace (refleks), A = Activity (tonus otot), R = Respiration (pernapasan).
Resusitasi adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan
pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi pada bayi baru lahir adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika bayi
mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR),
merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar berlakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian dan nilai-nilai apgar score?
2. Syarat-syarat melakukan resusitasi?
3. Pengertian resusitasi pada bayi baru lahir dan orang dewasa?
4. Apa yang mendasari dilakukannya resusitasi pada bayi baru lahir dan orang dewasa?
5. Apa itu Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)?
6. Asuhan apa yang dilakukan pada resusitasi bayi baru lahir dan orang dewasa?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apgar Score
1. Pengertian Apgar Score
Apgar score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang
pada menit ke 10 – 15. Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan
sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari (Adelle, 2002).
Kata APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952. Lalu tahun 1962, Joseph
membuat akronim dari kata APGAR tersebut, yaitu Appearance (colour = warna kulit), Pulse
(heart rate = denyut nadi), Grimace (refleks terhadap rangsangan), Activity (tonus otot), dan
Respiration (usaha bernapas). (Sujiyatini, 2011).

2. Tujuan Dilakukannya Apgar


Hal yang penting diketahui , bahwa penilaian skor ini dibuat untuk menolong tenaga
kesehatan dalam mengkaji kondisi bayi baru lahir secara umum dan memutuskan untuk
melakukan tindakan darurat atau tidak. Penilaian ini bukan sebagai prediksi terhadap
kesehatan bayi atau intelegensi bayi dimasa mendatang. Beberapa bayi dapat mencapai angka
10, dan tidak jarang, bayi yang sehat mempunyai skor yang lebih rendah dari biasanya,
terutama pada menit pertama saat baru lahir. Sampai saat ini, skor apgar masih tetap
digunakan, karena, selain ketepatannya, juga karena cara penerapannya yang sederhana,
cepat, dan ringkas. Dan yang terpenting dalam penentuan skor apgar ini adalah untuk
menetukan bayi tersebut asfiksia atau tidak. (Sujiyatini, 2011).

3. Kriteria
Lima kriteria Skor Apgar :
Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh normal warna kulit tubuh ,
(warna kulit) atau pucat merah muda , tangan , dan kaki
tetapi kepala dan normal merah muda , tidak
ekstermitas kebiruan ada sianosis
(akrosianosis)

2
Pulse tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyut
jantung)
Grimace tidak ada respons meringis/menangis lemah meringis/bersin/batuk saat
(respons terhadap stimulasi ketika di stimulasi stimulasi saluran napas
refleks)
Activity lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif
(tonus otot)

Respiration tidak ada Lemah, tidak teratur menangis kuat, pernapasan


(pernapasan) baik dan teratur

4. Cara Penilaian Apgar


Skor Apgar dinilai pada menit pertama, menit kelima, dan menit kesepuluh setelah
bayi lahir, untuk mengetahui perkembangan keadaan bayi tersebut. Namun dalam situasi
tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20, hingga total skor 10.
(Sujiyatini , 2011).
a. Appearance (warna kulit) :
Menilai kulit bayi. Nilai 2 jika warna kulit seluruh tubuh bayi kemerahan, nilai 1 jika
kulit bayi pucat pada bagian ekstremitas, dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada seluruh badan
(Biru atau putih semua).
b. Pulse (denyut jantung) :
Untuk mengetahui denyut jantung bayi, dapat dilakukan dengan meraba bagian atas
dada bayi di bagian apeks dengan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop pada dada bayi.
Denyut jantung dihitung dalam satu menit, caranya dihitung 15 detik, lalu hasilnya dikalikan
4, sehingga didapat hasil total dalam 60 detik. Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100
kali per menit dan diberi nilai 2. Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut
jantungnya di bawah 100 kali per menit. Sementara bila denyut jantung tak terdeteksi sama
sekali maka nilainya 0.
c. Grimace (respon reflek) :
Ketika selang suction dimasukkan ke dalam lubang hidung bayi untuk membersihkan
jalan nafasnya, akan terlihat bagaimana reaksi bayi. Jika ia menarik, batuk, ataupun bersin
saat di stimulasi, itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus dan mendapat nilai 2.

3
Tapi jika bayi hanya meringis ketika di stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1. Dan jika
bayi tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0.
d. Activity (tonus otot) :
Hal ini dinilai dari gerakan bayi. Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya
secara aktif dan spontan begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2. Tapi jika
bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk, nilainya hanya 1. Bayi yang lahir dalam keadaan
lunglai atau terkulai dinilai 0.
e. Respiration (pernapasan) :
Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi. Jika ia langsung
menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu
beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih,
nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam).
Dan kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :
1) Hasil skor 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi
baik atau dinyatakan bayi normal.
2) Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang, sehingga memerlukan bersihan
jalan napas dengan resusitasi dan pemberian oksigen tambahan sampai bayi dapat
bernafas normal.
3) Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat, sehingga memerlukan resusitasi segera
secara aktif dan pemberian oksigen secara terkendali.

5. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir


a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) :
- Kolaborasi dalam pemberian suction.
- Kolaborasi dalam pemberian O2.
- Berikan kehangatan pada bayi.
- Observasi denyut jantung, warna kulit, respirasi.
- Berikan injeksi vit K, bila ada indikasi perdarahan.
b. Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6) :
- Kolaborasi dalam pemberian suction.
- Kolaborasi dalam pemberian O2.
- Observasi respirasi bayi.
- Beri kehangatan pada bayi.
c. Bayi normal (nilai APGAR 7-10) :
4
- Berikan kehangatan pada bayi.
- Observasi denyut jantung, warna kulit, serta respirasi pada menit selanjutnya
sampai nilai Apgar menjadi 10.

B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir dan Orang Dewasa


1. Pengertian Resusitasi
Menurut Hudak dan Gallo (1997), Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang
harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup. Tindakan ini
merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada
sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini
dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit). Resusitasi
adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang
yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi
pada otak. (Tjokronegoro, 1998).
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002), resusitasi (respirasi
artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan
curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya.Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan
organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekuat. (Rilantoro, 1999).
Menurut FK UI (2002), resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa
agar kembali normal seperti semula.
Dapat disimpulkan bahawa resusitasi adalah suatu tindakan gawat darurat akibat
kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis.
Resusitasi pada bayi baru lahir adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan
bayi yang kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika
bayi mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.

2. Syarat-Syarat Melakukan Resusitasi


Resusitasi bayi biasanya dilakukan pada bayi yang baru lahir, terutama ketika melihat
tanda-tanda bayi sulit bernapas atau tidak bernapas setelah tali pusarnya dipotong. Pada

5
situasi seperti ini, tim medis akan langsung melakukan resusitasi sampai bayi bisa bernapas
dengan normal. Ada beberapa kondisi bayi yang membutuhkan resusitasi, di antaranya:
a. Bayi prematur
b. Bayi yang lahir setelah proses persalinan yang lama
c. Bayi yang lahir dari ibu yang menerima obat penenang saat tahap akhir persalinan
Adapun indikasi dari Resusitasi adalah, 1) Henti napas / Apnea, dapat disebabkan
oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik di sentral maupun perifer.
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu keadaan yang disebut
hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila berlangsungnya
lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2, kemudian
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang
dikenal sebagai henti nafas. 2) Henti jantung / Cardiac Arrest, otot jantung juga
membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari jantung ke
seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam
tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).

3. Hal Yang Mendasari Dilakukannya Resusitasi


a. Pada bayi baru lahir
Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi baru lahir adalah terjadinya
asfiksia. Tiga kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi
sel, retensi karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis metabolik. Kombinasi dari ketiga
hal tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak coock dengan
kehidupan. Resusitasi pada Bayi Baru Lahir (BBL) bertujuan untuk memulihkan fungsi
pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya.
b. Pada orang dewasa
Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
1) Untuk oksigenasi darurat
2) Mempertahankan jalan nafas yang bersih
3) Membantu pernapasan
4) Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan (advance life support)
5) Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
6) Pengelolaan intensif pasca resusitasi (prolonged life support)

6
4. Asuhan yang Dilakukan Pada Resusitasi
a. Pada bayi baru lahir
Jika bayi Anda mengalami kesulitan bernapas, lakukanlah resusitasi. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa kondisi kesadaran, pastikan bayi Anda berada di area yang aman. Tepuk
perlahan sambil bicara kepadanya untuk memastikan apakah dia sadar. Setelah itu,
periksa apakah bayi Anda mengalami cedera, perdarahan, atau gangguan medis lain. Jika
tidak ada respons, pastikan leher dan kepala bayi dalam keadaan lurus, tidak menekuk
atau mendongak.
2) Memeriksa pernapasan, letakkan pipi Anda di dekat mulut dan hidung bayi untuk
memastikan apakah ada napas yang keluar atau tidak, sambil memperhatikan gerak
dadanya. Periksa bagian dalam mulut dan hidungnya dengan seksama apakah terdapat
sumbatan pada jalan napas untuk memastikan ia tidak tersedak.
3) Berikan bantuan napas, jika bayi Anda tidak menunjukkan respons apa pun, Anda
disarankan untuk segera mencari bantuan pertolongan medis, dan jika mampu, Anda bisa
lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada bayi dengan langkah awal
memberikan bantuan napas sebagai berikut:
- Pastikan kepala dan leher dalam posisi lurus, kemudian angkat sedikit dagu bayi.
- Tarik napas Anda, lalu embuskan udara dari mulut Anda ke mulut dan hidung bayi.
Pastikan tidak ada celah antara mulut Anda dan wajahnya. Jika mulut Anda tidak bisa
melingkupi lubang hidung dan mulut sekaligus, pilih salah satu, tapi pastikan lubang
lainnya tertutup agar tidak ada udara yang keluar.
- Perhatikan apakah dada bayi mengangkat ketika Anda mengembuskan napas.
- Perhatikan juga apakah dadanya kembali turun saat udara keluar.
4) Lakukan kompresi dada, jika timbul tanda-tanda kesadaran, lanjutkan bantuan
pernapasan sampai bayi bisa bernapas kembali dengan normal, sambil membawanya ke
rumah sakit terdekat. Bila belum ada respons pernapasan atau gerakan tubuh, lanjutkan
melakukan kompresi dada dengan cara berikut ini:
- Tekan bagian tengah dada menggunakan jari telunjuk dan tengah Anda, kemudian
lepaskan. Ulangi dengan kecepatan 100 tekanan per menit.
- Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali yang diselingi dengan 2 kali bantuan napas.
Ulangi terus sampai timbul respons pernapasan atau sampai bantuan medis tiba.

7
Kondisi gawat darurat pada bayi bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, setiap orang
tua perlu membekali dirinya dengan teknik-teknik di atas untuk pertolongan pertama. Bila
perlu, Anda bisa mengikuti pelatihan resusitasi bayi dari dokter atau bidan.
Selain itu, jangan lupa untuk rutin memeriksakan kesehatan bayi ke dokter anak.
Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan henti napas atau henti jantung pada bayi.
Namun, bila ditemukan secara dini oleh dokter, kondisi tersebut bisa dikontrol.
b. Pada orang dewasa
1. Untuk indikasi henti napas, pernapasan buatan diberikan dengan cara:
a) Mouth to mouth ventilation: mulut ke mulut (tidak dianjurkan karena bahaya
infeksi (seperti hepatitis, HIV), harus menggunakan alat perantara (barrier
device).
b) Mouth to stoma
c) Mouth to mask ventilation
d) Bag valve mask ventilation (ambu bag)
e) Flow Restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
2. Untuk indikasi henti jantung, resusitasi jantung paru atau kompresi yang dilakukan
oleh satu atau dua orang penolong. Lokasi titik tumpu kompresi antara lain:
a) 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal processus xiphoideus
b) Jari tengah tangan kanan diletakkan di processus xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
c) Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
d) Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik
pijat jantung
e) Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada pasien.

C. Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)


1. Pengertian RJP
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR),
merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada
korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami
pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga
8
kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika tidak segera diberi RJP,
korban juga akan meninggal dunia.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti
nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita
ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalam keadaan mantap agar jalan
nafas tetap bebas dan secret dapat keluar dengan sendirinya.

2. Indikasi Melakukan RJP


a. Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik di
sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu
keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal.
Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan.
Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran
berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah
yang dikenal sebagai henti nafas.
b. Henti Jantung (Cardiac Arrest )
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan
tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya
henti jantung (cardiac arrest).

3. Langkah Sebelum Memulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)


a. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban ), dilakukan dengan menggoyangkan
korban. Bila korban menjawab, maka ABC dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada
respon, maka perlu ditindaki segera.
b. Memanggil bantuan (call for help), bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai
RJP sebelum memanggil bantuan.
c. Posisikan korban, korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras,
Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma,
pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”.
d. Posisi penolong korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban 
e. Pemeriksaan Pernafasan, yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway
dalam keadaan baik

9
1) Tidak terlihat gerakan otot napas
2) Tidak ada aliran udara via hidungDapat dilakukan dengan menggunakan teknik
lihat, dengan dan rasa, bila korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP
f. Pemeriksaan Sirkulasi
1) Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
2) Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
3) Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
4) Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila
ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak
ada pulsasi, dilakukan RJP.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Apgar score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang
pada menit ke 10 – 15. Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan
sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari (Adelle, 2002).
Resusitasi adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan
pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi pada bayi baru lahir adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika bayi
mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR),
merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
               
B. Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan
simpel. Serta dalam penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan saran bagi
pembahasan materi tersebut.

11
DAFTAR REFERENSI

Https://www.academia.edu/28139391/APGAR_SCORE, diakses pada 7 Januari 2023


Https://www.academia.edu/11967257/Resusitasi_Orang_Dewasa_dan_Bayi, diakses pada 7
Januari 2023
Https://www.alodokter.com/memahami-resusitasi-bayi-dan-cara-melakukannya, diakses pada
7 Januari 2023
Https://www.academia.edu/53306560/Makalah_Resusitasi_Jantung_Dan_Paru_paru, diakses
pada 7 Januari 2023.

12

Anda mungkin juga menyukai