Mata Kuliah:
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
“APGAR SKOR DAN RESUSITASI”
Disusun Oleh :
NGISI RATNA ISLINDA
( NIM. 2022101003 )
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
“Keterampilan Dasar Kebidanan”.
Penulis meyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Apgar Score.....................................................................................2
B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir dan Orang Dewasa......................5
C. Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)...................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang
baru lahir. Skor APGAR ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun 1952 untuk menilai
status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan menilai kebutuhan intervensi segera
untuk merangsang pernapasan.
Pada tahun 1961, Dr. Joseph Butterfield memperkenalkan mnemonic dari APGAR
untuk memudahkan sejawat mengingat komponen skor APGAR. Komponen dari skor
APGAR adalah: A = Appearance (warna kulit), P = Pulse (denyut jantung), G
= Grimace (refleks), A = Activity (tonus otot), R = Respiration (pernapasan).
Resusitasi adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan
pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi pada bayi baru lahir adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika bayi
mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR),
merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar berlakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian dan nilai-nilai apgar score?
2. Syarat-syarat melakukan resusitasi?
3. Pengertian resusitasi pada bayi baru lahir dan orang dewasa?
4. Apa yang mendasari dilakukannya resusitasi pada bayi baru lahir dan orang dewasa?
5. Apa itu Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)?
6. Asuhan apa yang dilakukan pada resusitasi bayi baru lahir dan orang dewasa?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apgar Score
1. Pengertian Apgar Score
Apgar score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang
pada menit ke 10 – 15. Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan
sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari (Adelle, 2002).
Kata APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952. Lalu tahun 1962, Joseph
membuat akronim dari kata APGAR tersebut, yaitu Appearance (colour = warna kulit), Pulse
(heart rate = denyut nadi), Grimace (refleks terhadap rangsangan), Activity (tonus otot), dan
Respiration (usaha bernapas). (Sujiyatini, 2011).
3. Kriteria
Lima kriteria Skor Apgar :
Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh normal warna kulit tubuh ,
(warna kulit) atau pucat merah muda , tangan , dan kaki
tetapi kepala dan normal merah muda , tidak
ekstermitas kebiruan ada sianosis
(akrosianosis)
2
Pulse tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyut
jantung)
Grimace tidak ada respons meringis/menangis lemah meringis/bersin/batuk saat
(respons terhadap stimulasi ketika di stimulasi stimulasi saluran napas
refleks)
Activity lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif
(tonus otot)
3
Tapi jika bayi hanya meringis ketika di stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1. Dan jika
bayi tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0.
d. Activity (tonus otot) :
Hal ini dinilai dari gerakan bayi. Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya
secara aktif dan spontan begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2. Tapi jika
bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk, nilainya hanya 1. Bayi yang lahir dalam keadaan
lunglai atau terkulai dinilai 0.
e. Respiration (pernapasan) :
Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi. Jika ia langsung
menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu
beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih,
nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam).
Dan kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :
1) Hasil skor 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi
baik atau dinyatakan bayi normal.
2) Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang, sehingga memerlukan bersihan
jalan napas dengan resusitasi dan pemberian oksigen tambahan sampai bayi dapat
bernafas normal.
3) Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat, sehingga memerlukan resusitasi segera
secara aktif dan pemberian oksigen secara terkendali.
5
situasi seperti ini, tim medis akan langsung melakukan resusitasi sampai bayi bisa bernapas
dengan normal. Ada beberapa kondisi bayi yang membutuhkan resusitasi, di antaranya:
a. Bayi prematur
b. Bayi yang lahir setelah proses persalinan yang lama
c. Bayi yang lahir dari ibu yang menerima obat penenang saat tahap akhir persalinan
Adapun indikasi dari Resusitasi adalah, 1) Henti napas / Apnea, dapat disebabkan
oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik di sentral maupun perifer.
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu keadaan yang disebut
hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila berlangsungnya
lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2, kemudian
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang
dikenal sebagai henti nafas. 2) Henti jantung / Cardiac Arrest, otot jantung juga
membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari jantung ke
seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam
tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
6
4. Asuhan yang Dilakukan Pada Resusitasi
a. Pada bayi baru lahir
Jika bayi Anda mengalami kesulitan bernapas, lakukanlah resusitasi. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa kondisi kesadaran, pastikan bayi Anda berada di area yang aman. Tepuk
perlahan sambil bicara kepadanya untuk memastikan apakah dia sadar. Setelah itu,
periksa apakah bayi Anda mengalami cedera, perdarahan, atau gangguan medis lain. Jika
tidak ada respons, pastikan leher dan kepala bayi dalam keadaan lurus, tidak menekuk
atau mendongak.
2) Memeriksa pernapasan, letakkan pipi Anda di dekat mulut dan hidung bayi untuk
memastikan apakah ada napas yang keluar atau tidak, sambil memperhatikan gerak
dadanya. Periksa bagian dalam mulut dan hidungnya dengan seksama apakah terdapat
sumbatan pada jalan napas untuk memastikan ia tidak tersedak.
3) Berikan bantuan napas, jika bayi Anda tidak menunjukkan respons apa pun, Anda
disarankan untuk segera mencari bantuan pertolongan medis, dan jika mampu, Anda bisa
lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada bayi dengan langkah awal
memberikan bantuan napas sebagai berikut:
- Pastikan kepala dan leher dalam posisi lurus, kemudian angkat sedikit dagu bayi.
- Tarik napas Anda, lalu embuskan udara dari mulut Anda ke mulut dan hidung bayi.
Pastikan tidak ada celah antara mulut Anda dan wajahnya. Jika mulut Anda tidak bisa
melingkupi lubang hidung dan mulut sekaligus, pilih salah satu, tapi pastikan lubang
lainnya tertutup agar tidak ada udara yang keluar.
- Perhatikan apakah dada bayi mengangkat ketika Anda mengembuskan napas.
- Perhatikan juga apakah dadanya kembali turun saat udara keluar.
4) Lakukan kompresi dada, jika timbul tanda-tanda kesadaran, lanjutkan bantuan
pernapasan sampai bayi bisa bernapas kembali dengan normal, sambil membawanya ke
rumah sakit terdekat. Bila belum ada respons pernapasan atau gerakan tubuh, lanjutkan
melakukan kompresi dada dengan cara berikut ini:
- Tekan bagian tengah dada menggunakan jari telunjuk dan tengah Anda, kemudian
lepaskan. Ulangi dengan kecepatan 100 tekanan per menit.
- Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali yang diselingi dengan 2 kali bantuan napas.
Ulangi terus sampai timbul respons pernapasan atau sampai bantuan medis tiba.
7
Kondisi gawat darurat pada bayi bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, setiap orang
tua perlu membekali dirinya dengan teknik-teknik di atas untuk pertolongan pertama. Bila
perlu, Anda bisa mengikuti pelatihan resusitasi bayi dari dokter atau bidan.
Selain itu, jangan lupa untuk rutin memeriksakan kesehatan bayi ke dokter anak.
Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan henti napas atau henti jantung pada bayi.
Namun, bila ditemukan secara dini oleh dokter, kondisi tersebut bisa dikontrol.
b. Pada orang dewasa
1. Untuk indikasi henti napas, pernapasan buatan diberikan dengan cara:
a) Mouth to mouth ventilation: mulut ke mulut (tidak dianjurkan karena bahaya
infeksi (seperti hepatitis, HIV), harus menggunakan alat perantara (barrier
device).
b) Mouth to stoma
c) Mouth to mask ventilation
d) Bag valve mask ventilation (ambu bag)
e) Flow Restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
2. Untuk indikasi henti jantung, resusitasi jantung paru atau kompresi yang dilakukan
oleh satu atau dua orang penolong. Lokasi titik tumpu kompresi antara lain:
a) 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal processus xiphoideus
b) Jari tengah tangan kanan diletakkan di processus xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
c) Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
d) Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik
pijat jantung
e) Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada pasien.
9
1) Tidak terlihat gerakan otot napas
2) Tidak ada aliran udara via hidungDapat dilakukan dengan menggunakan teknik
lihat, dengan dan rasa, bila korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP
f. Pemeriksaan Sirkulasi
1) Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
2) Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
3) Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
4) Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila
ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak
ada pulsasi, dilakukan RJP.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apgar score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang
pada menit ke 10 – 15. Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan
sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari (Adelle, 2002).
Resusitasi adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan
pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi pada bayi baru lahir adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika bayi
mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR),
merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
B. Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan
simpel. Serta dalam penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan saran bagi
pembahasan materi tersebut.
11
DAFTAR REFERENSI
12