SAMPAH
RAMA WIRA RUSLI
M1D117009
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pendahuluan
Semakin meningkatnya populasi manusia, kebutuhan
energi akan meningkat seiring berjalannya waktu dan
sumber daya yang tersedia akan semakin berkurang.
Dibutuhkan alternatif untuk menggantikan sumber daya
yang tidak terbarukan seperti bahan bakar fosil yang
dikenal dengan konsep waste to energy
Waste to energy adalah proses rekoveri energi dari
limbah melalui pembakaran langsung (insenerasi,
pirolisis, dan gasifikasi), atau dengan produksi bahan
bakar dalam bentuk metan, hidrogen, dan bahan bakar
sintetik lainnya (anaerobik desgistion, mechanical
biological treatment, refused-derived fuel)
Insenerasi
Nilai kalor bahan bakar termasuk jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh
suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperature 1 gram air dari
3,5˚C – 4,5˚C dengan satuan kalori, dengan kata lain nilai kalor adalah besarnya
panasyang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan bakar didalam zat
asam, makin tinggi berat jenis bahan bakar, makin tinggi nilai kalor yang diperoleh. Kalor
merupakan salah satu bentuk energi, dan perubahan bentuk akibat panas akan sama
dengan yang diakibatkan oleh kerja.
Sebagaimana tarik grafitasi, potensial listrik kalor juga mengalir dari temperature yang
lebih tinggi ke yang lebih rendah. Tanda yang digunakan di sini yaitu Q (kalor) adalah
positif jika kalor diabsorpsi oleh sistem dari sekelilingnya, dan negatif jika panas
dilepaskan dari sistem kesekelilingnya
Nilai Kalor Sampah
Pada banyak penelitian, nilai kalor ditentukan dengan
percobaan bom kalorimeter (Tchobanoglous, 1993) menjabarkan
secara spesifik nilai kalor dari komponen penyusun sampah. Namun
data ini tidak selalu tepat digunakan dalam perhitungan nilai kalor di
Indonesia, terutama dikarenakan perbedaan mendasar dari komposisi,
karakteristik fisik dan kimia, dan lokasi pengambilan MSW.
Di sisi lain, perhitungan nilai kalor sampah keseluruhan dengan
bom kalorimeter tidak selalu memberikan hasil yang akurat karena
sampel yang representatif (Kathiravale, et.al. 2003).
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan analisa
karakteristik, komposisi fisik, dan perhitungan nilai kalor komponen
penyusun sampah secara spesifik. Dengan ketelitian yang lebih tinggi,
diharapkan dari data ini, nilai kalor sampah kota di Indonesia dapat
diukur dengan lebih mudah. Akan dibahas juga kemungkinan waste to
energy pada sampah kota Indonesia.
Nilai Kalor Sampah
Menurut Enri (2005 dalam Budiman, 2005) menyatakan
untuk mendapatkan energi maka sampah harus
mempunyai kalor atau nilai panas yang tinggi. Kalor tinggi
itu berasal dari sampah kertas dan plastik. sampah plastik
mempunyai nilai kalor sekitar 6.000 kalori. Sementara itu
kertas memiliki nilai kalor 4.000 - 5.000 kalori. Sedangkan
sampah lainnya seperti daun hanya 500 kalori.
HHV = P x HHV*
Ekayuliana Arifia, Hidayati Noor. 2020. Analisis Nilai Kalor dan Nilai Ultimate Briket
Sampah Organik dengan Bubur Kertas. Politeknik Negeri Jakarta. Depok
Marya Novita Dian, Damanhuri Enri. 2010. Perhitungan Nilai Kalor Berdasarkan
Komposisi dan Karakteristik Sampah Perkotaan di Indonesia dalam Konsep
Waste to Energy. Institut Teknologi Bandung. Bandung
MATUR NUWUN
MATUR SUKSMA
TERIMAKASIH THANKYOU
MERCI
AMANAI DANKE
TERIMO KASIH GRACIAS
TAMPIASEH XIE – XIE
EPANGGAWANG ARIGATO
BUJUR SYUKRON