OLEH
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat segera kami
selesaikan.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Askeb Gadar. Kegiatan
tersebut dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian mahasiswa untuk
mengetahui pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dari tugas ini
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. saya menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi teman-teman dan segenap
pembaca yang turut membaca makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
(Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia
dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita
Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel
Duc,1971) .penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi
anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage
dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah
sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan
mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan
perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat
tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai
akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini
akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
hari pertama setelah lahir.
B. Tujuan
Meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan/penanganan
pada kegawatdaruratan neonatal (asfiksia)
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau
masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor- faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Akibat- akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna.
B. Klasifikasi
1. Bayi normal atau tidak asfiksia: skor APGAR 8- 10. Bayi normal
tidak memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara
terkendali
2. Asfiksia ringan: Skor APGAR 5- 7. Bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa tidak memerlukan pemberian
oksigen dan tindakan resusitasi.
3. Asfiksia sedang: Skor APGAR 3- 4. Pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali/ menit, tonus oto
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada dan
memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen sampai
bayi dapat bernafas normal.
4. Asfiksia berat: Skor APGAR 0- 3. Memerlukan resusitasi segera
secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu
disertai sianosis, maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5 %
dengan dosis 2,4 ml/kgBB dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kgBB,
diberikan via vena umbilical. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 kali/ menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang- kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.
D. Pertolongan / Penatalaksanaan
Pertolongan pertama untuk mengatasi asfiksia pada neonaturum
ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam
membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan
hari. Tindakan pada bayi asfiksia disebut resusitasi bayi baru lahir.
Lngkah-langkah resusitasi :
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada
alas yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila
mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi
dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit,
nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi,
apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan
ventilasi tekanan positif.
a. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi
tekanan positif.
b. Ventilasi tekanan positif / VTP dengan memberikan O2 100
% melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi
hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada
ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40
– 60 x / menit.
c. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10.
d. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
e. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian
PPV.
f. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan
PPV, disertai kompresi jantung.
g. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
h. Kompresi jantung
i. perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1,
ada 2 cara kompresi jantung :
1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan
lain mengelilingi tubuh bayi.
2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan
PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas
spontan.
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit
hentikan obat.
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin
sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat
dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.
BAB III
TIJAUAN KASUS
No. register :
Tanggal Bersalin : 2 April 2020, Pukul 12.30
Tanggal Pengkajian : 2 April 2020, Pukul 10.07
Pendidikan : S1 / D3
Pekerjaan : Pegawai / Wiraswasta
Alamat : Bakunase
2. Data biologis/fisiologis
a. Bayi masuk ke ruang perinatologi dengan diagnosa asfiksia, di
tandai dengan bayi tidak segera menangis.
b. Bayi belum dapat bernafas spontan, gerakan tidak aktif, badan
merah dan ekstremitas biru.
c. Riwayat kehamilan/persalinan.
1) Riwayat persalinan yang lalu
Kehamilan Tanggal, JK, BB Persalinan Nifas
2) Riwayat persalinan
a) Ibu mengatakan bahwa ini adalah anaknya yang ketiga dan
tidak pernah keguguran sebelumnya.
b) HPHT : 26 Juli 2019
c) HTP : 2 April 2020
d) Masa gestasi 39 Minggu 3 hari
e) ANC Sebanyak 4 kali di BPS
f) Imunisasi TT sebanyak 2 kali.
g) Ibu tidak pernah merasa nyeri perut atau kepala yang
hebat selama hamil.
h) Ibu tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Asma,
Jantung dan penyakit lainnya.
i) Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
j) Tidak ada riwayat ke dukun, merokok, atau minum jamu.
k) Selama hamil ibu makan 3-4 kali sehari dengan menu
yaitu nasi, sayur dan lauk pauk berbagai macam dan ibu
meminum susu.
3) Riwayat persalinan sekarang
a) Bayi lahir tanggal 2 April 2020 / pukul 12.30, dengan
Sectio caesaria.
b) Bayi lahir dengan penilaian
Pernafasan Tidak bernafas secara spontan
Denyut jantung Lemah, tidak teratur dengan
frekuensi 40 kali/menit
Warna kulit badan ekstremitas biru
F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 2 April 2020.
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan
menggunakan sarung tangan saat memegang bayi.
Hasil : tangan telah bersih dan sarung tangan telah dipakai
2. Potong tali pusat bayi segera setelah lahir.
Hasil : tali pusat telah dipotong.
3. Menilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.
Hasil : bayi belum bernafas spontan, warna kulit merah ekstremitas
biru, dan frekuensi jantung 40 kali/menit.
4. Membungkus bayi dengan selimut bersih dan kering.
Hasil : bayi telah diselimuti.
5. Mengatur posisi bayi dengan benar (kepala tengadah/sedikit
ekstensi atau dapat meletakkan handuk/kain di bawah bahu bayi..
Hasil : posisi bayi telah diatur.
6. Membersihkan jalan nafas dari lendir dengan menggunakan deele.
Hasil : jalan nafas telah dibersihkan.
7. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil.
Hasil : terlaksana
8. Mengobservasi pemberian O2 sebanyak 1 liter/menit menggunakan
nasal kanul.
Hasil : telah dilakukan.
9. Melakukan tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) sebanyak 20
kali dalam 30 detik sampai bayi bernafas spontan dan tanpa
kesulitan Hasil : tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) telah
dilakukan.
10. Memasang infus dextrose 10% 8 tpm.
Hasil : infus telah terpasang.
11. Melakukan perawatan tali pusat.
Hasil : tali pusat masih tampak basah
12. Menginjeksi vitamin K ( Neo-K phytonadione ) 0,05 cc.
Hasil : terlaksana.
13. Memberikan salep mata
Hasil : salep mata telah diberikan..
14. Mengobservasi TTV tiap 15 menit.
15. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi yaitu tali
pusat merah, bengkak, ada pengeluaran nanah/darah.
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera
setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.
B. Saran
Sebagai generasi mudah terutama mahasiswi kebidanan agar lebih
meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan atau
penanganan yang tepat bagi kegawatdaruratan neonates khusunya
asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA