Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN GADAR


Penanganan Asfiksia

OLEH

NAMA : Albertin C. Laiskodat


NIM : P0 530324018253
KELAS : II C

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat segera kami
selesaikan.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Askeb Gadar. Kegiatan
tersebut dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian mahasiswa untuk
mengetahui pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dari tugas ini
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. saya menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi teman-teman dan segenap
pembaca yang turut membaca makalah ini.

Kupang, 3 April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
(Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia
dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita
Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel
Duc,1971) .penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi
anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage
dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah
sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan
mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan
perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat
tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai
akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini
akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
hari pertama setelah lahir.

B. Tujuan
Meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan/penanganan
pada kegawatdaruratan neonatal (asfiksia)
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau
masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor- faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Akibat- akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna.

B. Klasifikasi
1. Bayi normal atau tidak asfiksia: skor APGAR 8- 10. Bayi normal
tidak memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara
terkendali
2. Asfiksia ringan: Skor APGAR 5- 7. Bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa tidak memerlukan pemberian
oksigen dan tindakan resusitasi.
3. Asfiksia sedang: Skor APGAR 3- 4. Pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali/ menit, tonus oto
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada dan
memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen sampai
bayi dapat bernafas normal.
4. Asfiksia berat: Skor APGAR 0- 3. Memerlukan resusitasi segera
secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu
disertai sianosis, maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5 %
dengan dosis 2,4 ml/kgBB dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kgBB,
diberikan via vena umbilical. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 kali/ menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang- kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.

C. Tanda-Tanda Dan Gejala


1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
2. Warna kulit kebiruan
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. Apgar score di bawah 7
6. Hipoksia
7. Denyut jantung < 100 x/ menit

D. Pertolongan / Penatalaksanaan
Pertolongan pertama untuk mengatasi asfiksia pada neonaturum
ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam
membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan
hari. Tindakan pada bayi asfiksia disebut resusitasi bayi baru lahir.
Lngkah-langkah resusitasi :
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada
alas yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila
mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi
dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit,
nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi,
apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan
ventilasi tekanan positif.
a. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi
tekanan positif.
b. Ventilasi tekanan positif / VTP dengan memberikan O2 100
% melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi
hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada
ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40
– 60 x / menit.
c. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10.
d. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
e. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian
PPV.
f. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan
PPV, disertai kompresi jantung.
g. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
h. Kompresi jantung
i. perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1,
ada 2 cara kompresi jantung :
1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan
lain mengelilingi tubuh bayi.
2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan
PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas
spontan.
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit
hentikan obat.
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin
sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat
dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.
BAB III
TIJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN


ASFIKSIA DI RSUD HAJI MAKASSAR TANGGAL 21 MEI 2017

No. register :
Tanggal Bersalin : 2 April 2020, Pukul 12.30
Tanggal Pengkajian : 2 April 2020, Pukul 10.07

A. LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR


1. Identitas
a. Bayi
Nama : By. Ny. Y
Umur : 0 hari
Tempat tanggal lahir : bakunase, 2 april 2020

Jenis kelamin : Laki-laki


Anak ke : Ketiga (III)
Orangtua : Ny. Y / : 32
Nama Tahun
Umur : Rote
Suku : kristen
Agama : Tn. J
: 39 tahun
: Timor
: Kristem

Pendidikan : S1 / D3
Pekerjaan : Pegawai / Wiraswasta
Alamat : Bakunase
2. Data biologis/fisiologis
a. Bayi masuk ke ruang perinatologi dengan diagnosa asfiksia, di
tandai dengan bayi tidak segera menangis.
b. Bayi belum dapat bernafas spontan, gerakan tidak aktif, badan
merah dan ekstremitas biru.
c. Riwayat kehamilan/persalinan.
1) Riwayat persalinan yang lalu
Kehamilan Tanggal, JK, BB Persalinan Nifas

Anak ke Tanggal J BB Proses Tempat Penolong kondis ASI


(Gravid) lahir K L persalinan i
I 5/02/ P 2,5 Normal BPS Bidan Hidup ±2
2007 gr tahun
II 9/10/ P 2,7 Normal BPS Bidan Hidup ±2
2010 gr tahu n
III 21/05/ L 2,6 Normal BPS Bidan Hidup +
2017 gr

2) Riwayat persalinan
a) Ibu mengatakan bahwa ini adalah anaknya yang ketiga dan
tidak pernah keguguran sebelumnya.
b) HPHT : 26 Juli 2019
c) HTP : 2 April 2020
d) Masa gestasi 39 Minggu 3 hari
e) ANC Sebanyak 4 kali di BPS
f) Imunisasi TT sebanyak 2 kali.
g) Ibu tidak pernah merasa nyeri perut atau kepala yang
hebat selama hamil.
h) Ibu tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Asma,
Jantung dan penyakit lainnya.
i) Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
j) Tidak ada riwayat ke dukun, merokok, atau minum jamu.
k) Selama hamil ibu makan 3-4 kali sehari dengan menu
yaitu nasi, sayur dan lauk pauk berbagai macam dan ibu
meminum susu.
3) Riwayat persalinan sekarang
a) Bayi lahir tanggal 2 April 2020 / pukul 12.30, dengan
Sectio caesaria.
b) Bayi lahir dengan penilaian
Pernafasan Tidak bernafas secara spontan
Denyut jantung Lemah, tidak teratur dengan
frekuensi 40 kali/menit
Warna kulit badan ekstremitas biru

3. Riwayat Psikologis, Sosial, Dan Ekonomi


a. Ekspresi wajah ibu dan keluarga nampak cemas.
b. Hubungan ibu, suami, dan keluarga baik.
c. Ibu belum sempat melihat bayinya.
d. Ibu menggunakan BPJS untuk membayar biaya perawatan.
4. Data Spiritual
a. Keluarga berdoa kepada Allah SWT agar bayinya selamat.
b. Ibu dan keluarga rajin melaksanakan shalat 5 waktu.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus
otot lemah bahkan tidak ada.
b. TTV :
1) Frekuensi jantung : 40 x/menit (normal 120-160 x/menit)
2) Pernafasan : belum bernafas spontan (40-60x/mnt)
3) Suhu : 36,5°C (normal 35,5-37,5°C)
c. APGAR Score dinilai segera setelah lahir pada pukul 12.30 dan 5
menit setelah lahir yaitu pada pukul 12.35 dengan :
1) Penilaian APGAR Score
Nilai 0 1 2 score
Appereanc Tseluruh Badan merah Seluruh tubuh 1 1
e tubuh biru ekstremitas biru kemerahan
atau putih
Pulse (nadi) Tidak ada <100 kali permenit >100 kali 1 1
permenit
Greemace Tidak ada Perubahan mimic Bersin/menang 0 1
(menyeringai) is
Activity Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan 0 1
(tonus otot) fleksi aktif/ekstremit
as fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah/tidak Menangis 1 1
(pernafasan) teratur kuat/keras
Jumlah 3 4

d. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.


1) Kepala
Rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada
benjolan.
2) Mata
Simetris kanan dan kiri, sclera putih, kongjungtiva merah
muda, dan kelopak mata tidak oedema, tidak ada tanda-tanda
infeksi.
3) Hidung
Simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada.
4) Mulut dan bibir
Bibir tampak kering dan pucat, terdapat banyak lendir, tidak
ada kelainan bawaan dan pallatum, refleks isap tidak ada.
5) Telinga
Simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan
daun telingan elastis.
6) Leher
Tidak ada pembesaran atau benjolan.
7) Dada dan Perut
Simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan tali
pusat tampak basah, dan terjepit dengan penjepit tali pusat.
8) Punggung dan Bokong
Tonjolan punggung tidak ada.
9) Genitalia
Testis sudah turun
10) Anus
Tampak ada lubang anus.
11) Ekstremitas
Simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada pergerakan yang aktif, warna biru dan
teraba dingin.
12) Kulit
Verniks kurang, warna tubuh kebiruan, tidak ada tanda lahir
e. Pemeriksaan neurologis :
1) Refleks moro : Tidak ada
2) Refleks hisap : Tidak ada
3) Refleks rooting : Tidak ada

B. LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL


Diagnosa aktual : BCB, SMK, bayi lahir dengan asfiksia.
1. BCB, SMK
Data Dasar :
DS :
a. ibu mengatakan HPHT tanggal 26 juli 2019
b. ibu mengatakan melahirkan tanggal 2 april 2020
DO :
a. HTP tanggal : 26 juli 2019
b. BBL : 2600 gram
c. PBL : 47 cm
Analisa dan interpretasi data
a. Hasil pengkajian dari HPHT tanggal 26 juli 2019 sampai bayi lahir
tanggal 2 april 2020 berarti bayi lahir pada usia kehamilan 39
minggu 3 hari sehingga bayi termasuk ke dalam kategori bayi
cukup bulan (BCB).
b. Bayi Ny. Y lahir pada usia kehamilan 39 minggu 3 hari dengan
berat badan lahir 2600 gram. Berdasarkan kurva pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterine dari Battalgia dan Lubchenco,
berat badan bayi Ny. Y sesuai dengan masa kehamilan (SMK).
2. Asfiksia
Data dasar
DS : ibu mengatakan bayinya lahir tidak langsung menangis.
DO :
a. Bayi lahir tidak segera menangis
b. Bayi lahir dengan ketuban pecah dini.
c. frekuensi jantung saat lahir 40 kali permenit
d. tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
e. bayi tidak dapat memberikan reaksi bila diberikan rangsangan.
Analisa dan interpretasi data dasar :
a. Pada persalinan, dengan ketuban pecah dini dapat mengakibatkan
asfiksia, baik akibat kelahiran kurang bulan, sindrom gawat napas,
gangguan plasenta maupun infeksi.Terjadinya asfiksia seringkali
diawali infeksi yang terjadi pada bayi, baik pada bayi cukup bulan
terlebih lagi pada bayi kurang bulan,7 dengan infeksi keduanya
saling mempengaruhi. Ketuban pecah dini dapat memudahkan
infeksi asenden. Infeksi tersebut dapat berupa amnionitis dan
korionitis atau gabungan keduanya disebut korioamnionitis. Selain
itu korioamnionitis dapat dihubungkan dengan lama pecah selaput
ketuban, jumlah kali periksa dalam dan pola kuman terutama grup
Staphylococus. Sepsis awitan dini sering dihubungkan dengan
infeksi intranatal, sedangkan sepsis awitan lambat sering
dihubungkan dengan infeksi pascanatal terutama nosokomial.
b. Pada bayi dengan asfiksia di tandai dengan bayi tidak segera
menangis, tidak bernafas atau nafas megap-megap, dan tonus otot
lemas atau
ekstremitas terkulai.

C. LANGKAH III : ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Diagnosa potensial : Potensial terjadi kematian
DS :-

DO : a. Bayi lahir tidak segera menangis.

b. Bayi belum bernafas spontan.


Analisa dan interpretasi data
a. Pada bayi yang mengalami asfiksia jika kekurangan oksigen
berlangsung terus menerus maka terjadi kegagalan fungsi
miokardium dan kegagalan fungsi curah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengakibatkan aliran darah ke seluruh tubuh
berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi darah oksigenasi
jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversibel, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.

D. LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA/EMERGENCY DAN


KOLABORASI
Tanggal 2 April 2020 / pukul 12.30.
1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.
Rasional : untuk mengetahui kondisi bayi dan untuk menentukan
apakan tindakan resusitasi diperlukan.
2. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang
kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
Rasional : suhu intrauterine dan ekstrauterine sangat berbeda
dimana pada saat bayi lahir penyesuain suhu diluar kandungan
sangat memerlukan pengawasan agar tidak terjadi kehilangan
panas.
3. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
Rasional : untuk membuka jalan nafas bayi dan agar cairan tidak
terinspirasi masuk ke dalam paru-paru sehingga bayi dapat segera
bernafas spontan.
4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia seperti
deele.
Rasional : untuk membersihkan jalan nafas agar bayi dapat
bernafas secara spontan tanpa gangguan.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah
itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil
melakukan rangsangan taktil.
Rasional : dengan rangsangan taktil bayi dapaat segera menangis
karena rangsangan taktil dapat merangsang pernafasan dan
meningkatkan aspirasi O2.
6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai:
usaha nafas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
Rasional : untuk mengetahui kondisi bayi untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.
7. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan
menggunakan ambu bag sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai
bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung >100 kali/menit.
Rasional : Tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara
spontan dan teratur.
8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah
normal tetapi masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1
liter/menit lewat nasal kanul.
Rasional : oksigen diberikan untuk memperbaiki keadaan umum
bayi dan mencegah asidosis yang berkelanjutan. Hal ini dapat
dihentikan setelah warna kulit bayi sudah normal yaitu kemerah-
merahan.
E. LANGKAH V : INTERVENSI
Tanggal 2 April 2020 / pukul 12.30.
Diagnosa Aktual : BCB,SMK, bayi lahir dengan asfiksia.
Tujuan :
1. Asfiksia pada bayi baru lahir dapat teratasi dengan cepat.
2. Bayi dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dari intra
uterin ke lingkungan ekstra uterin.
Kriteria :
1. Keadaan umum bayi baik.
2. Bayi bernafas spontan dan tanpa kesulitan, menangis segera.
3. Gerakan aktif.
4. Bayi tidak sianosis.
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal :
a. Frekuensi jantung :120-160 kali/menit.
b. Pernafasan : 40-60 x/menit
c. Suhu : 36,5 – 37,5° C
6. Bayi tidak mengalami gangguan metabolisme (BAB dan BAK
lancar), urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama setelah
lahir.
7. Refleks isap dan menelan baik.
Intervensi tanggal 2 April 2020 / pukul 12.30.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi lalu gunakan
sarung tangan saat memegang bayi.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. Potong tali pusat bayi segera setelah lahir.
Rasional : dengan memotong tali pusat akan memutuskan
hubungan bayi dengan ibu dan membantu proses pernapasan dan
sirkulasi.
3. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang
kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
Rasional : suhu intrauterine dan ekstrauterine sangat berbeda
dimana pada saat bayi lahir penyesuain suhu diluar kandungan
sangat memerlukan pengawasan agar tidak terjadi kehilangan
panas.
4. Memposisikan bayi dengan baik (kepala bayi setengah
tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
Rasional : untuk membuka jalan nafas bayi.
5. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia seperti
deele.
Rasional : untuk memperlancar proses respirasi sehingga bayi dapat
bernafas secara teratur tanpa kesulitan.
6. Bungkus bayi dengan selimut bersih dan kering.
Rasional : untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
7. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk punggung dan kaki
Rasional : untuk merangsang agar bayi dapat bernafas secara
spontan.
8. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai :
usaha nafas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
Rasional : untuk mengetahui kondisi bayi untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.
9. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan
menggunakan ambu bag sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai
bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung >100 kali/menit.
Rasional : Tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara
spontan dan teratur.
10. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik.
Rasional : untuk menilai pernapasan setelah tindakan ventilasi
tekanan
positif.
11. Jika tindakan Ventilasi Tekanan Positif berhasil, hentikan ventilasi
dan berikan asuhan pasca resusitasi.
Rasional : agar bayi dapat segera diberikan asuhan.
12. Melakukan perawat tali pusat.
Rasional : untuk menghindari adanya tanda-tanda infeksi pada
bayi.
13. Injeksi vitamin K (Neo-K phytonadione) 0,05 cc.
Rasional : untuk mencegah terjadinya perdarahan.
14. Memberikan salep mata
Rasional : untuk mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir.
15. Melakukan pemeriksaan fisik
Rasional : untuk mendeteksi dini kelainan fisik pada bayi.
16. Berikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
Rasional : hepatitis B untuk member kekebalan pada tubuh bayi
17. Jika bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan
rujukan, nilai denyut jantung.
Rasional : agar bayi segera mendapat pertolongan dangan cepat
dan tepat.
18. Observasi TTV tiap 15 menit
Rasional : mengukur TTV bayi merupakan salah satu indikator
untuk mengetahui keadaan umum bayi sehingga dapat dilakukan
tindakan segera saat tanda-tanda vitalnya terdeteksi diluar batas
normal.
Diagnosa potensial : potensial terjadinya kematian
Intervensi tanggal 2 April 2020
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi lalu gunakan
sarung tangan saat memegang bayi.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. Observasi TTV tiap 15 menit
Rasional : mengukur TTV bayi merupakan salah satu indikator
untuk mengetahui keadaan umum bayi sehingga dapat dilakukan
tindakan segera saat tanda-tanda vitalnya terdeteksi diluar batas
normal.
3. Beri O2 selama bayi masih bernafas megap-megap atau mengalami
sianosis
Rasional : memenuhi kebutuhan oksigen bayi.

F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 2 April 2020.
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan
menggunakan sarung tangan saat memegang bayi.
Hasil : tangan telah bersih dan sarung tangan telah dipakai
2. Potong tali pusat bayi segera setelah lahir.
Hasil : tali pusat telah dipotong.
3. Menilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.
Hasil : bayi belum bernafas spontan, warna kulit merah ekstremitas
biru, dan frekuensi jantung 40 kali/menit.
4. Membungkus bayi dengan selimut bersih dan kering.
Hasil : bayi telah diselimuti.
5. Mengatur posisi bayi dengan benar (kepala tengadah/sedikit
ekstensi atau dapat meletakkan handuk/kain di bawah bahu bayi..
Hasil : posisi bayi telah diatur.
6. Membersihkan jalan nafas dari lendir dengan menggunakan deele.
Hasil : jalan nafas telah dibersihkan.
7. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil.
Hasil : terlaksana
8. Mengobservasi pemberian O2 sebanyak 1 liter/menit menggunakan
nasal kanul.
Hasil : telah dilakukan.
9. Melakukan tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) sebanyak 20
kali dalam 30 detik sampai bayi bernafas spontan dan tanpa
kesulitan Hasil : tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) telah
dilakukan.
10. Memasang infus dextrose 10% 8 tpm.
Hasil : infus telah terpasang.
11. Melakukan perawatan tali pusat.
Hasil : tali pusat masih tampak basah
12. Menginjeksi vitamin K ( Neo-K phytonadione ) 0,05 cc.
Hasil : terlaksana.
13. Memberikan salep mata
Hasil : salep mata telah diberikan..
14. Mengobservasi TTV tiap 15 menit.
15. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi yaitu tali
pusat merah, bengkak, ada pengeluaran nanah/darah.

G. LANGKAH VII : EVALUASI


Tanggal 2 April 2020 / pukul 13.45.
Diagnosa : BCB, SMK bayi dengan asfiksia .
Masalah potensial : terjadi kematian
1. Bayi belum dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstra uterin
ditandai dengan bayi masih mengalami hipotermi (suhu 36,0 °c)
dan metabolisme belum lancar (bayi belum BAK dan BAB).
2. Asfiksia belum teratasi ditandai dengan:
a. Bayi masih bernafas dengan megap-megap frekuensi 26 kali/menit.
b. Frekuensi jantung 40 kali/menit.
c. Suhu 36,5 °c
d. Bayi memperlihatkan sedikit gerakan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera
setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.

B. Saran
Sebagai generasi mudah terutama mahasiswi kebidanan agar lebih
meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan atau
penanganan yang tepat bagi kegawatdaruratan neonates khusunya
asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiono, Dipusponegoro. 2004. Asfiksia Neonatorum, Standar Pelayanan


Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta: Idai
Ibi. 2003. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia Kautsar.
Registrasi Dan Praktik Bidan Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai