Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen : Ns. Ambo Anto, S.Kep.,M.Mkep

ASUHAN KEPERAWATAN

ASFIKSIA

Disusun oleh :

Nama : Sintia Duela Kanony

NIM : 121441919

Semester : VI

Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika Makasssar

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas
secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.

B. ETIOLOGI
1. Factor ibu
a) Pre eklams dan eklamsi, DM, anemia, HT
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
c) Partus lama dan macet
d) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu
2. Factor tali pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapus tali pusat
3. Factor bayi
a) Bayi premature ( < 37 minggu)
b) Presentasi janin abnormal
c) Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
4. Factor yang mendadakan
a. Bayi
1) Gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali pusat
2) Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetik yang diberikan
pada ibu, perdarahan itral karnial, dan kelainan bawaan.
b. Ibu
1) Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi eklamsi
4) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio

C. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan
bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas
(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam
darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
PATHWAY

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
1. Pernafasan terganggu
2. Detik jantung berkurang
3. Reflek / respon bayi melemah
4. Tonus otot menurun
5. Warna kulit biru atau pucat
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium AGD : mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu memberikan O2
yang adekuat.
2. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
3. Babygram (photo rongten dada)
4. Ekstrolit darah
5. Gula darah
6. Pulse oximetry : metode pemantauan non invasive secara kontinau terhadap saturasi
O2 Hb, pemantauan SPO2

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Resusitasi
a. Apneu pprimer : nafas cepat, tonus otot berkurang, sianosis
b. Apneu sekunder : nafas megap-mega dan dalam, denyut jantung menurun, lemas,
tidak berespon terhadap rangsangan
c. Tindakan ABC
1) Assesment/Airway : observasi warna, suara, aktivitas bayi, HR, RR, Capilary
refill
2) Breathing : melakukan rangsangan taksil untuk mulai pernafasan
3) Circulation : bila HR < 60 x ermenit atau 80 x permenit, jika tidak ada
perbaiakan dilakukan kompresi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. P

DENGAN DIAGNOSA ASFIKSIA DI RS BAHAGIA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : By. Ny P
Tanggal lahir : 03 Februari 2022
Nama ayah/ibu : Tn. S / Ny. P
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh / IRT
Pendidikan ayah/ibu : SMA
Alamat : Jln Kenanga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnose Medis : Asfiksia
2. Keluhan utama
By. Ny. P masuk ruang perinatologi kiriman dari RS Bahagia dengan keluhan nangis
merintih, perut kembung, sesak nafas disertai dengan lender, akral dingin, reflek
premitif positif tetapi lemah, tampak retraksi dada, keadaan umum lemah, apgar skore
lahir 4/5/6. Bn. P lahir spontan dengan ekstraksi vakum usia kehamilan 39 minggu.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya, ibu di ajurkan banyak
mengkonkumsi buah dan sayur, mendapatkan penyuluhan persiapan menjelang
persalinan.
Selama hamil ibu mendapatkan vitamin dan suplemen penambah darah. Ibu
mengalami kenaikan berat badan selama hamil adalah 10 kg.
b. Natal
Ibu mengatakan ketuban sudah pecah sejak 15 jam, pada jam 06.00 pagi ibu sudah
pembukaan 7 tapi pembukaan tidak bertambah sehingga dilakukan vakum
ekstraks jam 12.30 siang, tidak ada komplikasi persalinan. Cara melahirkan
dengan spontan di RS Bahagia.
c. Post natal
Usaha nafas bayi spontan, apgar lahir 4/5/6, obat yang diberikan pada By. Ny. P
setelah masuk ke ruang perinatologi adalah infuse D 10 %*ml/jam, ampisilin 80
gr/12jam, O2 headbox 5 lpm, belum ada reaksi antara bayi dan orang tua, tidak
ada trauma lahir. By. Ny. P Sudah Meconium tapi belum BAK.

4. Riwayat keluarga
Genoogram

Keterangan :

Perempuan Serumah

Laki – laki Keturunan

Pasien X Meninggal

5. Riwayat social
Hubungan orang tua dengan bayi belum terjalin karena By. Ny. P mengalami
Asfiksia.
6. Keadaan kesehatan saat ini segera
a. Diagnose medis : asfiksia sedang
b. Lahir spontan dengan indikasi vacuum ekstrasi.
c. Bn. P dipuasakan sampai jam 06.00 pagi,
d. Status cairan infuse D 10 % 10cc/jam,
e. Terapi obat mendapatkan ampisilin 80 mg/12 jam, injeksi vitamin K, aktivitas
bayi sangat lemah.
f. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
1) Mengobservasi keadaan umum bayi
2) Mengukur vital sign
3) Mengukur antropometri
4) Memberikan terapi O2 headbox
5) Melakukan suction
6) Memasang NGT dan infuse
7) Memberikan terapi cairan infuse D 10% 10cc/jam
8) Megobservasi respirasi
9) Menilai Apgar skore
10) Mengobservasi tanda kejang dan sianosis
11) Mengganti baju dan popok bayi
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : apatis E2 V4 M4
c. Tanda vital : HR : 145x/menit, RR : 66x/menit, suhu : 36 C,
d. Antropometri : BBL : 3800 gram, LiLa : 11 cm, LD : 32,5 cm, PB : 50 cm,
LP : 34 cm, LK : 31,5 cm
e. Refleks : Moro (+), menggenggam (+), isap (+), reflex lemah.
f. Aktivitas / tonus : aktif, tanda-tanda kejang, menangis lemah
g. Kepala/ leher : frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran wajah
simetris, molding bersesuaian
h. Mata : bersih, ada keduanya, reflex cahaya (+/+)
i. THT : telinga normal, palatum normal, hidung bilateral
j. Abdomen : kembung, tali pusat segar, lingkar perut 34 cm
k. Thorax : simetris, terdapat retraksi dada
l. Paru-paru :
1) Suara nafas : stidor sebelum di suction, terdengar di semua lapang paru
2) Respirasi : spontan, tampak sesak, RR 66x/menit, menggunaka headbox
m. Jantung : bunyi jantung normal
n. Extremitas : aktremitas bergerak semua, dan simetris, tidak ada kelainan
o. Umbilicus : normal
p. Genetalia : laki-laki normal, testil turun.
q. Anus : paten
r. Spina : normal
s. Kulit : warna kulit pucat, sianosis
t. Suhu : 36 C, penghangat radian
8. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul : bayi hanya tidur
b. Motorik halus : gerakan mata ada, reflex (+)
c. Kognitif dan bahasa : bayi menangis jika merasa tidak nyaman
d. Motorik kasar : bayi menggerakkan kaki dan tangan jika ada respon dari sekitar.
e. Kesimpulan : bayi menangis saat merasa tidak nyaman dan mengeluarkan suara
saat menangis ( merintih ).
9. Informasi lain
Terapi yang diberikan :
a. Tanggal 3 februari 2022
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
b. Tanggal 4 februari 2022
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
c. Tanggal 5 februari 2022
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
B. ANALISIS DATA

Data Problem Etiologi


DS : - Bersihan jalan nafas Penumpukkan
DO : tidak efektif mucus
 Bayi tampak sulit bernafas
 Terdapat secret dimulut
 Bayi tampak sesak
 Bayi terpasang O2 HB 5lpm
 RR : 66x/menit
 HR : 145x/menit
 Retraksi dada (+)
DS : - Resiko hipotermi Transisi
DO : lingkungan luar
 Akral dingin
 Suhu 36 C
 RR : 66x/menit
 Bayi tampak lemah
 Kuku jari tampak sianosis
 Apgar skore lahir 4/5/6
DS : - Resiko infeksi Respon imun yang
DO : terganggu
 Umbilicus terpasang infuse D10%
10cc/jam mulai tanggal 4 februari
2015
 Terpasang OGT

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secrer
2. Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan luar
3. Resiko infeksi b.d respon imun yang terganggu
D. INTERVENSI

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi suara nafas
nafas tidak keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan O2 HB 5lpm
efektif b.d diharapkan jalan nafas efektif 3. Monitor status O2 dan
penumpukan ditandai dengan : respirasi
secrer Respirasi dalam batas normal 4. Posisikan pasien
( 40-60x/menit) 5. Lakukan suction
Tidak ada suara nafas 6. Kalaborasi dengan tim medis
tambahan pemberian terapi obat
Vital sign dalam batas normal
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign
b.d transisi keperawatan selama 3x24 jam 2. Hangatkan bayi
lingkungan luar diharapkan tidak terjadi 3. Monitor gejala hipotermi
hipotermi ditandai dengan : atau hipertermi
Vital sign dalam batas normal 4. Monitor adanya bradikardi
(khususnya suhu 36,5-37,5 C) 5. Monitor pernafasn
6. Kaji warna kulit dan gejala
siaonosis
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. JCuci tangan sebelum dan
b.d respon imun keperawatan selama 3x24 jam sesudah kontak dengan bayi
yang terganggu diharapkan tidak terjadi 2. Lakukan tehnik aseptic dan
infeksi ditandai dengan : antiseptic dalam pemberian
Tidak ada tanda gejala infeksi askep
Suhu dalam batas normal 3. Lakukan perawatan tali pusat
Tidak terjadi kejang 4. Jaga kebersihan badan dan
lingkungan bayi
5. Observasi tanda infeksi
6. Hindarkan bayi kontak
dengan yang sakit
7. Kalaborasi pemberian obat
dan antiseptic
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No
Implementasi Evaluasi
Dx
1 1. Mengauskultasi suara nafas S:-
2. Memberikan O2 HB 5lpm O : Ku lemah, kesadaran Apatis,
3. Memonitor status O2 dan respirasi menangis merintih,
4. Memposisikan pasien RR 66 x/menit, HR 145x/menit
5. Melakukan suction Suara nafas stridor
6. Mengkalaborasi dengan tim medis Tampak sesak
pemberian terapi obat A : Masalah Teratasi sebagian
P: Monitor Ku dan respirasi
Pertahankan intervensi
2 1. Memonitor vital sign S:-
2. Menghangatkan bayi O : Akral dingin, suhu 36 C, kulit
3. Memonitor gejala hipotermi atau pucat tampak sianosis
hipertermi A : Masalah teratsi sebagian
4. Memonitor adanya bradikardi P : Monitor Vs dan hipotermi
5. Memonitor pernafasn Pertahankan intervensi
6. Mengkaji warna kulit dan gejala siaonosis
3 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah S : -
kontak dengan bayi O : Tidak ada tanda infeksi, suhu
2. Melakukan tehnik aseptic dan antiseptic 36 C, ampisilin masuk 180 mg
dalam pemberian askep A : Masalah teratasi sebagian
3. Melakukan perawatan tali pusat P : Pantau Vs
4. Menjaga kebersihan badan dan Observasi tanda infeksi
lingkungan bayi Pertahankan intervensi
5. Mengobservasi tanda infeksi
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI
7. Mengkalaborasi pemberian obat dan
antiseptic

Anda mungkin juga menyukai