Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan dalam obstetrik adalah suatu keadaan gawat darurat
pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Kasus gawat darurat obstetri apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kegawatdaruratan
neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
(Sharieff, Brousseau, 2006). Dalam menentukan kondisi kasus neonatal yang
dihadapi apakah dalam keadaan gawat darurat atau tidak, harus dilakukan
pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan obsterik. Dalam prakteknya, pemeriksaan sisitematis yang
lengkap membutuhkan waktu yang lama, padahal penilaian harus dilakukan
secara cepat, maka dilakukanlah penilian awal. Penilaian awal ialah langkah
pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan
pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi ) yang
dihadapi. Penyebab kematian yang paling cepat pada kasus obstetri adalah
asfiksia dan perdarahan.Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas
dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran
(mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi. Mengingat manifestasi
klinik kasus gawat darurat obstetrik sangat sukar dikenali, tergantung
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman
bidan sebagai tenaga penolong. Dalam organisasi kesehatan bidan merupakan
salah satu sumber daya manusia kesehatan yang memiliki standar kompetensi

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 1


yang wajib sebagai karakteristik terhadap standar kualitas profesionalnya
dalam bekerja. Bidan adalah pemberi pelayanan kepada ibu sepanjang daur
kehidupannya, melakukan penanganan kasus gawat darurat obstetrik tidak
terlepas dari pengetahuan dan sikap dalam bertindak untuk melakukan
rujukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan ?
2. Bagaimana penilaian awal pada kegawatdaruratan neonatal ?
3. Bagaimana pengkajian, diagnosa dan penatalaksaan pada asfiksia,
BBLR, prematur, hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubin dan infeksi
neonatorum ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah kami ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen


Ibu Dewi Pujiati, M.Keb.
2. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosa dan penatalaksaan pada asfiksia,
BBLR, prematur, hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubin dan infeksi
neonatorum.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini memiliki manfaat bagi pembaca dan penulis, akan menambah
pengetahuan tentang bagaimana mengkaji, mendiagnosa dan penatalaksaan
pada asfiksia, BBLR, prematur, hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubin dan
infeksi neonatorum.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Penilaian Awal Kegawatdaruratan Neontal


Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah suatu keadaan gawat darurat
pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Kasus gawat darurat obstetrik apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu (Sharieff, Brousseau, 2006).
Dalam menentukan kondisi kasus neonatal yang dihadapi apakah dalam
keadaan gawat darurat atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan secara
sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan obsterik.
Dalam prakteknya, pemeriksaan sisitematis yang lengkap membutuhkan
waktu yang lama, padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka
dilakukanlah penilian awal. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk
menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan pertolongan
segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi ) yang dihadapi.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai berikut :
1. Periksa Pandang
a. Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang, gelisah,
tampak kesakitan
b. Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak keringat
c. Menilai pernafasan : cepat, sesak nafas.
d. Menilai perdarahan dan kemaluan

2. Periksa Raba
a. Kulit : dingin, demam
b. Nadi : lenah/kuat, cepat/normal
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 3


3. Tanda vital
a. Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
Yang termasuk kedalam kegawatdaruratan Neonatus salah satunya, yaitu :
1. Asfiksia
2. BBLR
3. Prematur
4. Hipotermia
5. Hipoglikemia
6. Hiperbilirubin
7. Kejang infeksi neonatorum
B. Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal
1. Asfiksia
a. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalh keadaan dimana bayi yang baru
dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
dilahirkan.
b. Asfiksia dalam kehamilan
Dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis,
keracunan obat bius, uremia dan toksemia gravidarum, anemia berat,
cacat bawaan atau trauma.
c. Asfiksia dalam Persalinan
Dapat disebabkan oleh :
1) Kekurangan O2, misalnya pada :
a) Partus lama (CPD, serviks kaku dan atonia atau inersia uteri)
b) Rupture uteri yang membakat : kontraksi uterus yang terus
menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta
c) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta
d) Prlapsus ; tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul
e) Peberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 4


f) Perdarahan banyak misalnya plasenta previa dan solusi
plasenta
g) Jika plasenta sudah tua dapat terjadi pestaturitas atau sertinus
disfungsi
d. Jenis asfiksia
1) Asfiksia pallida
2) Asfiksia livida

Perbedaan Asfiksia pallida Asfiksia livida

Warna kuku Pucat Kebiru-biruan

Tonus otot Sudah kurang Masih baik

Reaksi rangsangan Negatif Positif

Bunyi jantung Tak teratur Masih teratur

Prognosis Jelek Lebih baik

e. Patogenesis
1) Bila janin kekurangan O2 dan kadar C02 bertambah, timbulnya
rangsangan terhadap N. Vagus sehingga bunyi jantung janin
menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung,
maka N vagus tidak dapat dipengaruhi lagi timbulah kini
rangsang dari N. Simpatikus. Djj menjadi lebih cepat akhirnya
irreguler dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia
adalah djj yang lebih cepat dari 160 kali permenit atau kurang
dari 100 kali per menit, halus dan ireguler, serta adanya
pengeluaran mekoniun.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 5


2) Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium
keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia :
a) Jika djj normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b) Jika djj lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium :
janin sedang asfiksia
c) Jika djj kurang dari 100 kali permenit dan ada mekonium :
janin dalam keadaan gawat.
3) Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudia, terdapat banyak air ketuban dan mekonium
dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin
lahir alveoli tidak berkembang.
f. Diagnosa
Diagnosa asfiksia in uteri :
1) Djj irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari
100 kali per menit
2) Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
3) Analisa air ketuban/ amnioskopi
4) Kardiotokografi
5) Ultrasonografi

Diagnosa asfiksia setelah bayi lahir :

1) Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas


2) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka gejala
neurologik seperti kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/
tidak menangis.
g. Penanganan
1) Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan
mulut dan jalan nafas
2) Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang
dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan o2 dengan
tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mouth to mouth

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 6


respiration, heart massage ( masase jantung) atau menekan dan
melepaskan dada bayi. Pemberian O2 harus hati-hati, terutama
pada bayi prematur. Bisa menyebabkan lenticularfibrosis oleh
pemberian o2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari
24 jam, sehingga bayi menjadi buta.
3) Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari
postpartum, jika kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang
menyumbat pernafasan, dapat keluar
4) Pemberian coramine, lobeline, sekarang tidak dilakukan lagi.
5) Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg.
6) Berikan transfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
h. Prognosis
Asfiksia livida lebih baik dari pallida. Prognosis tergantung pada
kekurangan o2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam
keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh
pada masa mendatang.
i. Profilaksis
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus
adalah penting, juga kerja sama yang baik debgab bagian ilmu
kesehatan anak .
Yang harus diperhatikan :
1) Hindari forseps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit,
serta pemberian pituitarin dalam dosis tinggi.
2) Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan
berikan o2 dan darah segar.
3) Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat dan
jangan menunggu terlalu lama pada kala II.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 7


j. Apgar score
Klasifikasi klinik nilai apgar :
1) Asfiksia berat ( nilai apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian
oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu
diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg
berat badan dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan,
diberikan via vena umbilikus.
2) Asfiksia ringan sedang ( nilai apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampau bayi
dapat bernafas normal kembali.
3) Bayi normal atau sedikit asfiksia ( nilai apgar 7-9)
4) Bayi normal dengan nilai apgar 10

2. BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah)


a. Pengertian
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa
memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan desa
berat lahir diterima dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 2 penyebab kelahiran
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena umur
kehmailan kurang dati 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya, sekalipun umur kehamilan cukup atau kombinasi
keduanya.
Menurut (Saifuddin dkk, 2000) berkaitan dengan penanganan
dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 8


3) Bayi berat lahir rendah ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <
1000 gram
Menurut Cunnigham dkk, BBLR didefinisikan sebagai bayi
lahir kurang dari 2500 gram dan telah dimodifikasi untuk
menguraikan BBLR yang beratnya 1500 gram atau kurang dan bayi
yang luar biasa rendah (BBLBR) dan berat 1000 gram atau kurang.
Menurut Mochtar (1998) sejak tahun 1961 WHO mengganti
istilah premature dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena
didasari tidak semua bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir bukan bayi premature.
b. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat digolongkan menjadi :
1) Premature murni
Bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
badan yang sesuai
2) Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya
umur kehamilan
3) Retardasi pertumbuhan janin intrauterine
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
umur kehamilan
4) Dismaturitas
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutan kehamilannya. Atau bayi
baru lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan
tuannya kehamilan.
5) Large for date
Bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya
tuannya kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 9


c. Klasifikasi BBLR
Menurut ilyas, dkk (1994) dan wiknjosastro (2005) bayi dengan
BBLR dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan karena bayi
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
d. Penyebab BBLR
1) Faktor genetik/kromosom
2) Infeksi
3) Bahan toksik
4) Radiasi
5) Insufisensi/disfungsi placenta
6) Faktor nutrisi
7) Faktor lain : merokok, peminum alkohol, bekerja berak masa
hamil, plasenta previa gemelli, obat, dsb (Sinopsis
Obstetri jilid I hal. : 449)
8) Faktor ibu :
a) Gizi masa hamil kurang
b) Umur < 20 tahun / > 35 tahun
c) Jarak hamil menahun ibu : HT, jantung, gangguan
pembuluh darah (perokok)
d) Faktor pekerja yang terlalu berat

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 10


9) Faktor kehamilan
a) Hamil dengan hidramnion
b) Gemelli
c) Perdarahan anterpartum
d) Komplikasi hamil PE/E, KPD
10) Faktor janin
a) Cacat bawaan
b) Infeksi dalam rahim
c) Faktor yang masih belum diketahui
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB untuk
Pendidikan Bidan, hal : 327)
Dengan mengetahui berbagai faktor penyebab persalinan
preterm dapat di pertimbangkan langkah untuk menghindari
persalinan preterm jalan :
1) Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
2) Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat
menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm
3) Memberikan nasehat tentang : gizi saat kehamilan
4) Meningkatkan keadaan sosio-ekonomi keluarga dan kesehatan
lingkungan
e. Faktor Resiko
1) Resiko demografi, usia ibu hamil < 17 tahun atau > 35 tahun,
ras, status sosial ekonomi rendah
2) Resiko medis sebelum hamil. Paritas > 4, Berat badan dan tinggi
ibu yang rendah,cacat bawaan, infeksi saluran kencing, DM,
hipertensi kronis, rubella, riwayat obstetrik jelek (BBLR,
abortus spontan, kelainan genetik)
3) Resiko medis saat hamil. Penambahan berat badan selama
hamil, interval kehamilan yang pendek, hipotensi, hipertensi,
preklamsi, eklamsi, bakteturia, infeksi TORCH, perdarahan
trimester I, kelainan plasenta, hiperemesis gravidarum, oligo

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 11


hidramnion, polihidramnion, anemia, abnormal, ketuban pecah
dini
4) Resiko perilaku dan lingkungan.
Merokok, gizi kurang, alkohol, obat-obatan keras, terpapar
bahan kimiatoksik dan tempat tinggal di ketinggian
5) Faktor resiko lainnya
Pemeriksaan kehamilan in adekuat, stress atau gangguan
psikologis, uterus mudah berubah bentuk, kontraksi uterus tiba-
tiba, defisiensi hormon progesteron.
f. Gambaran Bayi Preterm
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkaran dada kurang dari 30 cm
4) Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6) Kepala relatif lebih besar
7) Kulit : tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang
8) Otot hipotonik-lemah
9) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
10) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus
11) Kepala tidak mampu tegak
12) Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
13) Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
14) Kuku panjang belum melewati ujung jari
15) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
16) Tulang rawan dan telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga tidak teraba tulang rawan daun telinga
17) Rambut lanugo masih banyak
18) Tumir mengkilap, telapak kaki halus

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 12


19) Alat kelamin pada bayi laki-laki pnogmentasi dan rugat skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia
minora
20) Fungi saraf yang belum/kurang matang mengakibatkan reflek
hisap, menelan dan batuk yang masih lemah dan tangisnya
lemah.
21) Jaringan kelenjar mammae masih kurang
g. Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai
berikut
1) Suhu Tubuh
a) Pusat pengatur panas badan belum sempurna
b) Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya
bertambah
c) Otot bayi masih lemah
d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat
kehilangan panas badan
e) Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga
bayi dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu
banyak kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan
sekitar 30 0C sampai 37 0C
2) Pernafasan
a) Pusat pengatur pernafasan belum sempuma
b) Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga
perkembangannya tidak sempurna
a) Otot pernafasan dan tulang iga lemah
b) Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran,
mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan.
3) Alat pencernaan makanan
a) Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan
kurang baik

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 13


b) Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna
sehingga pengosongan lambung berkurang.
c) Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat
menimbulkan aspirasi pneumonia.
4) Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga
mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.
5) Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air
masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.
6) Perdarahan dalam otak
a) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah
pecah
b) b.Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga
memudahkan terjadi perdarahan dalam otak.
a) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat
menyebabkan kematian.
b) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga
memudahkan terjadi perdarahan dan nekrosis.
h. Pencegahan
1) Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera
melakukan konsultasi merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2) Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadinya persalinan dengan BBLR.
3) Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.
4) Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm
atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari
normal.
5) Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih
mendapat kepercayaan masyarakat.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 14


i. Penatalaksanaan
1) Mempertahankan suhu tubuh dan lingkungan.
2) Mencegah infeksi.
3) Mempertahankan usaha respirasi.
4) Mencegah kerusakan integritas kulit.
5) Memberikan asuhan kepada keluarga.
j. Tatalaksana Bayi Berat Lahir Rendah Pada Saat Lahir
1) Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan
2) Berat badan bayi saat lahirLakukan pemeriksaan fisik lengkap
3) Tentukan bayi adalah : BBLR yang boleh dirawat oleh bidan,
adalah BBLR dengan berat di atas 2000 gram, tanpa
masalah/komplikasi.
4) Untuk semua bayi baru lahir:
a) Keringkan dan stimulasi
b) Jaga bayi baru lahir tetap hangat
c) Periksa pernapasan bayi dan warnanya
d) Lakukan resusitasi jika diperlukan
e) Lakukan kontak kilit dengan kulit bayi dan ibu sesegera
mungkin
f) Mulai pemberian ASI sesegera mungkin ( atau perah ASI
(kolostrum) dan berikan dengan cangkir sesegera mungkin)
5) Untuk semua bayi dengan berat 2000 – 2499 gram:
a) Jaga bayi tetap hangat
b) Jaga bayi selalu “kontak kulit dengan kulit” dengan ibunya
c) Tutupi ibu dan bayi keduanya dengan selimut atau kain
yang hangat.
d) Tutup kepala bayi dengan kain atau topi.
e) JANGAN memandikan bayi selama 3 hari atau sampai suhu
tubuh stabil.
f) Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan
memberikan dengan cangkir) sesegera mungkin.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 15


6) Periksa pernapasan, kehangatan, warna dan minum ASI
(menghisap) setiap 30-60 menit selama 6 jam.Beri bayi baru
lahir dosis tunggal vitamin K 1 mg IM. Ajari ibu dan keluarga
menjaga bayi tetap hangat dengan selalu melakukan “kontak
kulit dengan kulit”.
7) Jika suhu aksila turun dibawah 360C (96.80F): Hangatkan bayi
dengan menghangatkan ruangan, pakai sumber panas, dan tutupi
bayi dan ibu keduanya dengan selimut atau kain yang lebih
HANGAT.
a) Sarankan ibu dan keluarga selalu mencuci tangan sebelum
memegang BBLR.
b) Jika masalah bertambah: Jika BBLR membiru, atau
memiliki gangguan pernapasan, stimulasi dan rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi menggunakan Pedoman
Rujukan. Jika bayi tidak menghisap dengan baik, perah dan
beri ASI dengan menggunakan cangkir dan segera rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
k. Pemantauan
Kunjungi bayi tiap minggu dan periksa masalah-masalah yang ada,
dan berat badannya untuk memastikan ada penambahan berat badan.

3. Prematur
a. Definisi
Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada
umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir (ACOG 1995).

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 16


Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi
premature adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu
atau kurang.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun
2005 menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan yang
terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
b. Masalah persalinan preterm
Angka kejadian persalinan preterm pada umumnya adalah
sekitar 6-10%. Hanya 1,5% persalinan terjadi pada umur kehamilan
kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada kehamilan kurang dari 28
minggu. Namun, kelompok ini merupakan duapertiga dari kematian
neonatal. Kesulitan utama dalam persalinan preterm ialah perawatan
bayi preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar
morbiditas dan mortaliltas. Penelitian lain menunjukan bahwa umur
kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan dengan risiko
kematian perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat
bayi > 1500 gram keberhasilan hidup sekitar 85%, sedangkan pada
umur kehamilan sama dengan berat janin < 1500 gram angka
keberhasilan sebesar 80%. Pada umur kehamilan < 32 minggu
dengan berat lahir < 1500 gram angka keberhasilan hanya sekitar
59%. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan persalinan preterm
tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat bayi lahir.
Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja
pada kematian perinatal, melainkan bayi prematur ini sering pula
disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun
jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah
RDS (Respiratory Distress Syndrome), perdarahan
intra/periventricular, NEC (Nectorizing Entero Cilitis), displasi
bronco-pulmonar, sepsis dan paten duktus arteriosus. Adapun jangka
panjang sering berupa kelainan neurologic seperti serebral palsi,
retinopasi, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 17


neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik. Dengan
melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi preterm, maka
menunda persalinan preterm, bila mungkin, masih tetap memberi
suatu keuntungan.
c. Etiologi dan factor predisposisi
Persalinan premature merupakan kelainan proses yang
multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi dan
factor medic mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan
prematur. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi
berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus
persalinan premature sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya
kontraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu:
1) Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada
ibu maupun janin, akibat stress pada ibu atau janin.
2) Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi
asenden dari traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.
3) Perdarahan desidua.
4) Peregangan uterus patologik.
5) Kelainan pada uterus atau serviks.
Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
persalinan premature harus dicermati beberapa kondisi yang dapat
menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan premature atau
seorang dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat kehamilan
belum genap bulan.
Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan
premature adalah :
1) Janin dan plasenta
a) Perdarahan trimester awal
b) Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta,
vasa previa)

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 18


c) Ketuban pecah dini (KPD)
d) Pertumbuhan janin terhambat
e) Cacat bawaan janin
f) Kehamilan ganda/gemeli
g) Polihidramnion
2) Ibu
a) Penyakit berat pada ibu
b) Diabetes mellitus
c) Preeclampsia/hipertensi
d) Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
e) Penyakit infeksi dengan demam
f) Stress psikologik
g) Kelainan bentuk uterus/serviks
h) Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
i) Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j) Pemakaian obat narkotik
k) Trauma
l) Perokok berat
m) Kelainan imunologi/kelainan resus
Drife dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm
terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan
efektif, 10% pada kehamilan ganda, dan sebagian lain sebagai akibat
kondisi ibu atau janinnya. Infeksi korioamnion diyakini merupakan
salah satu sebab terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan
preterm. Pathogenesis infeksi ini yang menyebabkan persalinan
belum jelas benar. Kemungkinan diawali dengan aktivasi fosfolipase
A2 yang melepaskan bahan asam arakidonat dari selaput amnion
janin, sehingga asam arakidonat bebas meningkat untuk sintesis
prostaglandin. Endotosin dalam air ketuban akan merangsang sel
desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin yang dapat
menginisiasi proses persalina. Proses persalinan preterm yang

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 19


dikaitkan dengan infeksi diperkirakan diawali dengan pengeluaran
produk sebagai hasil dari aktivasi monosit. Berbagai sitokin,
termasuk interleukin-1, tumor nekrosing faktor (TNF), dan
interkulin-6 adalah produk sekretorik yang dikaitkan dengan
persalinan preterm. Sementara itu, Platelet Activating Factor (PAF)
yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada
aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga dihasilkan dari paru dan
ginjal janin. Dengan demikian, janin memainkan peran yang sinergik
dalam mengawali proses persalinan preterm yang disebabkan oleh
infeksi. Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran
lewat pengaruh langsung dari protease.
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora normal
vagina predominan laktobasilus yang menghasilkan hydrogen
peroksida digantikan oleh bakteri anaerob, Gardnella vaginalis,
spesies mobilunkus atau mikoplasma hominis. Keadaan ini telah
lama dikaitkan dengan ketuban pecah dini, persalinan preterm, dan
infeksi amnion, terutama bila pada pemeriksaan pH vagina lebih dari
5,0.
Pada hipertensi atau preeklampsia, penolong persalinan
cenderung untuk mengakhiri kehamilan. Hal ini menimbulkan
prevalensi preterm meningkat. Kondisi medik lain yang sering
menimbulkan persalinan preterm adalah inkompetensi serviks.
Penderita dengan inkompetensi serviks berisiko mengalami
persalinan preterm.
Di samping faktor risiko di atas, faktor risiko lain yang perlu
diperhatikan adalah tingkat sosio-ekonomi, riwayat lahir mati, dan
kehamilan diluar nikah. Merupakan langkah penting dalam
pencegahan persalinan preterm adalah bagaimana mengidentifikasi
faktor risiko kemudian memberikan perawatan antenatal serta
penyuluhan agar ibu dapat mengurangi tisiko tambahan.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 20


d. Diagnosis
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman
persalinan preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada
kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses persalinan.
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman
persalinan preterm, yaitu:
1) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau
2-3 kali dalam waktu 10 menit
2) Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
3) Perdarahan bercak
4) Perasaan menekan daerah serviks
5) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan
sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%
6) Presentas janin rendah sampai mencapai spina isiadika
7) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya
persalinan preterm
8) Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
e. Penapisan untuk persalinan preterm
Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat
dilakukan sejak awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul.
Dimulai dengan pengenalan pasien yang beresiko, untuk diberi
penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan
preterm serta pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga
tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Pemeriksaan serviks
tidak lazim dilakukan pada kunjungan antenatal, sebenarnya
pemeriksaan tersebut mempunyai manfaat cukup besar dalam
meramalkan terjadinya persalinan preterm. Bila di jumpai serviks
pendek (< 1 cm) disertai dengan pembukaan yang merupakan tanda
serviks matang/inkompetensi serviks, mempunyai risiko terjadinya
persalinan preterm 3-4 kali.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 21


Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya
persalinan preterm, sebagai berikut
1) Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi
dan pemendekan serviks (secara manual maupun
ultrasonografi). Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan
akan terjadinya persalinan preterm.

2) Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain
adalah: jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih),
pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit
dalam serum ibu (> 13.000/ml).

3) Indikator biokimia
a) Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada
vagina, serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya
gangguan pada hubungan antara korion dan desidua. Pada
kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50
mg/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalinan
preterm.
b) Corticotropin releasing hormone (CRH): peningkatan CRH
dini atau trimester 2 merupakan indikator kuat untuk
terjadinya persalinan preterm.
c) Sitokin inflamasi: seperti IL-Iβ, IL-6, IL-8, dan TNF-α telah
diteliti sebagai mediator yang mungkin berperan dalam
sintesis prostaglandin.
d) Isoferitin plasenta: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar
isoferitin sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara
bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada
trimester akhir yaitu 54,8 ±53 U/ml. Penurunan kadar dalam
serum akan berisiko terjadinya persalinan preterm.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 22


e) Feritin: rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang
sensitif untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan
ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan reaksi
fase akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti
menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar feritin
dan kejadian penyulit kehamilan, termasuk persalinan
preterm.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah


persalinan preterm antara lain sebagai berikut:

1) Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)


2) Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
3) Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh
pelayanan antenatal yang baik
4) Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang
(narkotik)
5) Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
6) Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
7) Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing
8) Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan
preterm

f. Pengelolaan
Menjadi pemikiran pertama pada pengelolaan persalinan
preterm adalah: apakah ini memang persalinan preterm. Selanjutnya,
mencari penyebabnya dan menilai kesejahteraan janin yang dapat
dilakukan secara klinis, laboratoris, ataupun ultrasonografi meliputi
pertumbuhan/berat janin, jumlah dan keadaan cairan amnion
presentasi dan keadaan janin/kelainan kongenital. Bila proses
persalinan kurang bulan masih masih tetap berlangsung atau

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 23


mengancam, meski telah dilakukan segala upaya pencegahan, maka
perlu dipertimbangkan:

1) Seberapa besar kemampuan klinik (dokter spesialis kebidanan,


dokter spesialis kesehatan anak, peralatan) untuk menjaga
kehidupan bayi preterm atau berapa persen yang akan hidup
menurut berat dan usia gestasi tertentu.
2) Bagaimana persalinan sebaiknya berakhir, pervaginam atau
bedah sesar.
3) Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak
atau sindroma gawat napas.
4) Bagaimana pendapat pasien dan keluarga mengenai konsekuensi
perawatan bayi preterm dan kemungkinan hidup atau cacat.
5) Seberapa besar dana yang diperlukan untuk merawat bayi
preterm, dengan rencana perawatan intensif neonatus.
Ibu hamil yang mempunyai risiko terjadi persalinan preterm
dan/atau menunjukkan tanda-tanda persalinan preterm perlu
dilakukan intervensi untuk meningkatkan neonatal outcomes.
1) Manajemen persalinan preterm berlangsung pada beberapa
faktor.
2) Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak
dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
3) Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm.
4) Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat
dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan
> 34 minggu.
5) Penyebab/komplikasi persalinan preterm.
6) Kemampuan neonatal intensive care facilities.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 24


Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan
preterm, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus
preterm adalah:

1) Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian


tokolisis.
2) Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, dan
3) Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.

g. Upaya menghentikan kontraksi uterus


Kemungkinan obat-obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi
penting untuk dipakai memberikan kortikosteroid sebagai induksi
maturitas paru bila usia gestosis kurang dari 34 minggu.
Intervensi ini bertujuan untuk menunda kelahiran sampai bayi
cukup matang. Penundaan kelahiran ini dilakukan bila:

1) Umur kehamilan kurang dari 35 minggu.


2) Pembukaan serviks kurang dari 3 cm.
3) Tidak ada amnionitis, preeklampsia atau perdarahan yang
aktif.
4) Tidak ada gawat janin.
Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap
his dan pembukaan.
5) Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru
janin.
6) Berikan 2 dosis bethametason 12 mg IM selang 12 jam (atau
berikan 4 dosis deksamethason 5 mg IM selang 6 jam)
7) Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 25


Pemberian antibiotika, mungkin berhasil pada kasus dengan
risiko infeksi tinggi. Organisme yang menyebabkan adalah
golongan aerob Gram (+) dan (-), anaerob dan lain-lain yang
berasal dari:

1) Biasanya flora normal dari vagina/rektum.


2) Kadang eksogen akibat tindakan-tindakan yang aseptik (sering
grup A streptokokus).

h. Tokoliasis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat
persalinan, tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian
tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi
uterus yang regular dengan perubahan serviks. Alasan pemberian
tokolisis pada persalinan preterm adalah:
1) Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur
2) Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk
menstimular surfaktan paru janin.
3) Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang
lebih lengkap.
4) Optimalisasi personel.

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis


adalah:

1) Kalsium antagonis: Nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3


kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat
dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.
2) Obat β-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan
salbutamol dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek
samping lebih kecil.
3) Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin): jarang
dipakai karena efek samping pada ibu atau janin.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 26


4) Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis,
perlu membatasi aktivitas atau tirah baring.
i. Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk
pematangan surfaktan paru janin, menurunkan insidensi RDS,
mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya menurunkan
kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia
kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan adalah: deksamethason atau betametason.
Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:
1) Betametason: 2 x 2 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
2) Deksametason: 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
j. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
risiko terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan
per oral, yang dianjurkan adalah: eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari,
atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak
dianjurkan pemberian ko-amoksilaf karena risiko NEC.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien
dengan KPD/PPROM (preterm premature rupture of the
membrane) adalah:
1) Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril.
2) Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan
pemeriksaan spekulum.
3) Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan
amnion (ICA) tanpa adanya kecurigaan kelainan ginjal dan
tidak adanya IUGR mengarah pada kemungknan KPD.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 27


Penderita dengan KPD/PPROM dilakukan pengakhiran
persalinan pada usia kehamilan 36 minggu. Untuk usia 32 – 35
minggu jika ada bukti hasil pemeriksaan maturitas paru, maka
kemampuan rumah sakit (tenaga dan fasilitas perinatologi) sangat
menentukan kapan sebaiknya kehamilan diakhiri.

Akan tetapi, bila ditemukan adanya bukti infeksi (klinik


ataupun laboratorik), maka pengakhiran persalinan
dipercepat/induksi, tanpa melihat usia kehamilan.

Persiapan persalinan preterm perlu pertimbangan berdasar:

1) Usia gestasi
a) Usia gestasi 34 minggu atau lebih: dapat melahirkan di
tingkat dasar/primer, mengingat prognosis relatif baik.
b) Usia gestasi kurang dari 34 minggu: harus dirujuk ke
rumah sakit dengan fasilitas pearawatan neonatus yang
memadai.

2) Keadaan selaput ketuban


Bila didapat KPD/PPROM dengan usia kehamilan kurang dari
28 minggu, maka ibu dan keluarga dipersilahkan untuk
memilih cara pengelolaan setelah diberi konseling dengan
baik.
k. Cara persalinan
Bila tokolisis tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya
optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus bila:

1) Umur kehamilan lebih dari 35 minggu.


2) Serviks membuka lebih dari 3 cm.
3) Perdarahan aktif.
4) Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan
hidup kecil.
5) Adanya korioamnionitis.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 28


6) Preeklampsia.
7) Gawat janin.

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus


pervaginam. Seksio sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik
lagi bagi bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuria janganlah dipakai
sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Oleh karena itu
seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik. Pada
kehamilan letak sungsang 30 – 34 minggu, seksio sesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu,
persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan
kehamilan aterm.

Monitor kemajuan persalinan memakai partograf. Hindarkan


pemakaian vakum untuk melahirkan (sebab risiko perdarahan
intrakranial pada bayi prematur cukup tinggi).

Persiapkan menolong bayi prematur, asfiksia bisa memperburuk


penyakit membran hialin dan komplikasi prematur lain-lain.

Bila mungkin rujuk pada tempat untuk perawatan yang lebih


mampu.

l. Perawatan neonatus
Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan
keadaan umum, biometri, kemampuan bernapas, kelainan fisik, dan
kemampuan minum.
Keadaan kritis bayi prematur yang harus dihindari adalah
kedinginan pernapasan yang tidak adekuat, atau trauma. Suasana
hangat diperlukan untuk mencegah hipotermia pada neonatus (suhu
badan di bawah 36,5oC), bila mungkin bayi sebaiknya dirawat cara
KANGURU untuk menghindarkan hipotermia. Kemudian dibuat
perencanaan pengobatan dan asupan cairan.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 29


ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan
dengan sonde atau dipasang infus. Semua bayi baru lahir harus
mendapat nutrisi sesuai dengan kemampuan dan kondisi bayi.
Sebaiknya persalinan bayi terlalu muda atau terlalu kecil
berlangsung pada fasilitas yang memadai, seperti pelayanan perinatal
dengan personel dan fasilitas yang adekuat termasuk perawatan
perinatal intensif.

4. Hipotermia
a. Pengertian
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana bayi dengan suhu tubuh
kurang dari 36,5°C dengan cara pengukuran pada ketiak, dapat
disebabkan lingkungan yang dingin atau bayi mungkin basah atau diberi
baju yang tidak sesuai dengan usia dan ukurannya (WHO, 2008).
b. Prinsipdasarmempertahankansuhutubuhbayibarulahirdanmencegahhi
poermia
1) Mengeringkanbayibarulahirsegerasetelahlahir
Bayilahirdengantubuhbasaholeh air
ketuban.Aliranudaramelaluijendela/ pintu yang
terbukaakanmempercepatterjadinyapenguapandanbayilebihcepat
kehilanganpanastubuh. Akibatnyadapattimbulserangandingin
(cold stress) yang
merupakangejalaawalhipotermia.Bayikedinginanbiasanyatidakm
emperlihatkangejalamenggigilolehkarena control
suhunyabelumsempurna. Hal
inimenyebabkangejalaawalhipotermiaseringkalitidakterdeteksiol
ehibu/ keluargabayiataupenolongpersalinan.
Gejalahipotermiaterjadibilasuhutubuh (aksila) bayiturun di
bawah 36℃.Nilai normal 36,5℃ - 37,5℃.
Untukmencegahterjadinyaserangandingin,
setiapbayibarulahirharussegeradikeringkandenganhanduk yang

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 30


keringdanbersih
(sebaiknyahanduktersebutdihangatkanterlebihdahulu).Mengerin
gkantubuhbayibayiharusdilakukandengancepatmulaikepalakemu
dianseluruhtubuh.Handuk yang basahharusdigantidenganhanduk
yang lain yang keringdanhangat.
Setelahtubuhbayikeringsegeradibungkusdenganselimut,
diberitopi/ tutupkepala, kaustangandan
kaki.Selanjutnyabayidiletakkandengantelungkup di atas dada
untukmendapatkehangatandaridekapanibu.
Penilaianderajatvitalisbayisegeralahirhendaknyadilakukan
di bawahlampu agar
terangdansinarlampudapatmemanasitubuhbayi.
Segerakeringkansetiapbayibarulahirdengankain yang
hangatdankeringuntukmenghindarihipotermia.
2) Menundamemandikanbayibarulahirsampaisuhutubuhbayistabil
Untukmencegahterjadinyaserangandingin, ibu/
kelargadanpenolongpersalinanharusmenundamemandikanbayi.
a) Padabayibarulahirsehatyaitulahircukupbulan, berat> 2.500
gram, langsungmenangiskuat,
makamemandikanbayiditundaselama± 24 jam
setelahkelahiran. Padasaatmemandikanbayi, gunakanla air
hangat.
b) Padabayilahirdenganrisiko (tidaktermasukkriteria di atas),
keadaanumumbayilemahataubayidenganberatlahir< 2.000
gram, sebaiknyabayijangandimandikan,
ditundabeberapaharisampaikeadaanumummembaikyaitubila
suhutubuhbayistabil,
bayisudahlebihkuatdandapatmenghisap ASI denganbaik.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 31


c. Prinsipdasar
Suhu normal bayibarulahirberkisar 36,5℃ - 37,5℃ (suhu
ketiak). Gejalaawalhipotermiaapabilasuhu< 36℃ atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
32℃-
36℃).Disebuthipotermiakuatbilasuhutubuh<32℃.Untukmenguk
ursuhutubuhhipotermiadiperlukan thermometer ukuranrendah
(low reading thermometer) yang dapatmengukursampai 25℃.Di
sampingsebagaisuatugejala,
hipotermiadapatmerupakanawalpenyakit yang
berakhirdengankematian.Hipotermiamenyebabkanterjadinyapen
yempitanpembuluhdarah, yang
mengakibatkanterjadinyametabolikanaerobik,
meningkatkankeutuhanoksigen,
mengakibatkanhipoksemiadanberlanjutdengankematian.
d. Mekanismekehilanganpanaspadabayibarulahir
Menurut JNPK-KR (2007)
bayibarulahirdapatkehilanganpanastubuhnyamelaluicara-
caraberikut :
1) Radiasi : Dari objekkepanasbayi. Contoh;
timbanganbayidingintanpa alas
2) Evaporasi : karenapenguapancairan yang
melekatpadakulit. Contoh; air
ketubanpadatubuhbayibarulahir, tidakcepatdikeringkan.
3) Konduksi : panastubuhdiambilolehsuatupermukaan
yang melekat di tubuh. Contoh; pakaianbayi yang
basahtidakcepatdiganti.
4) Konveksi : pengupantubuhkeudara. Contoh; angina di
sekitarbayibarulahir.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 32


e. PenilaianHipotermiapadaBayiBaruLahir
MenurutSarwonoPrawirohardjo (2006)
penilaianhipotermiapadabayibarulahirdibedakanatasgejalaumum
hipotermiadantanda-tandahipotermiauntukfasesedang, baratdan
stadium lanjutyaitu :
1) Gejalahipotermiabayibarulahir
a) Bayitidakmauminum/menetek
b) Bayitampaklesuataumengantuksaja
c) Tubuhbayiterabadingin
d) Dalamkeadaanberat,
denyutjantungbayimenurundansklerema.
2) Tanda-tandahipotermiasedang (stresdingin/cold stress)
a) Aktifitasberkurang, letargis
b) Tangisanlemah
c) Kulitberwarnatidak rata (cutis marmorata)
d) Kemampuanmenghisaplemah
e) Kaki teraba dingin
3) Tanda-tandahipotermiaberat (cederadingin/cold injury)
a) Samadenganhipotermiasedang
b) Bibirdan kuku kebiruan
c) Pernafasanlambat
d) Pernafasantidakteratur
e) Bunyijantunglambat
f) mungkindapattimbulhipoglikemidanasidosismetabolik
4) Tanda-tanda stadium lanjuthipotermia
a) Muka, ujung kaki dantanganberwarnamerahterang
b) Bagiantubuhlainnyapucat
c) Kulitmengerasmerahdantimbul edema
terutamapadapunggung, kaki dantangan (sklerema)

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 33


f. PenangananHipotermiapadaBayiBaruLahir
MenurutSarwonoPrawirohardjo (2006)
penangananhipotermiapadabayibarulahirantaralain :
1) Bayi yang
mengalamihipotermiabiasanyamudahsekalimeninggal.
Tindakan yang
harusdilakukanadalahsegeramenghangatkanbayi di
dalaminkubatorataumelaluipenyinaranlampu.
2) Cara lain yang
sangatsederhanadanmudahdikerjakanolehsetiap orang
adalahmenghangatkantubuhbayimelaluipanastubuhibu.
Bayidiletakkantelungkup di dada ibu agar
terjadikontakkulitlangsungibudanbayi. Untukmenjaga agar
bayitetaphangat,
tubuhibudanbayiharusberadadidalamsatupakaian
(metodakanguru).
Sebaiknyaibumenggunakanpakaianlonggarberkancingdepa
n.
3) Bilatubuhbayimasihdingin, gunakanselimutataukainhangat
yang disetrikaterlebihdahulu, yang
digunakanuntukmenutupitubuhbayidanibu.
Lakukanberulang kali sampaitubuhbayihangat.
4) Biasanyabayihipotermiamenderitahipoglikemia,
sehinggabayiharusdiberi ASI sedikit-
sedikitseseringmungkin. Bilabayitidakbisamenghisap,
diberiinfusglukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 34


5. Hipoglikemia
a. Konsepdasar
Hipoglikemiaadalahkeadaan hasil pengukuran kadar glukosa
darah < 45 mg/dl. Hipoglikemiabisadisebabkanoleh: pelepasan
insulin yang berlebihanolehpankreas; dosis insulin atauobatlainnya
yang terlalutinggi, yang diberikankepadapenderita diabetes
untukmenurunkankadarguladarahnya;
kelainanpadakelenjarhipofisaataukelenjar adrenal.
Hipoglikemiaadalahmasalahseriuspadabayibarulahir,
karenadapatmenimbulkankejang yang
berakibatterjadinyahipoksiaotak.Bilatidakdikeloladenganbaikakanme
nimbulkankerusakanpadasusunansarafpusatbahkansampaikematian.
Dalamkeadaan normal, tubuhmempetahankankadarguladarahantara
70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadarguladarahterlalutinggi;
padahipoglikemia, kadarguladarahterlalurendah. Kadar guladarah
yang rendahmenyebabkanberbagaisistem organ
tubuhmengalamikelainanfungsi.
Otakmerupakan organ yang sangatpekaterhadapkadarguladarah
yang rendahkarenaglukosamerupakansumberenergiotak yang utama.
Otakmemberikanresponterhadapkadarguladarah yang
rendahdanmelaluisistemsaraf, merangsangkelenjar adrenal
untukmelepaskanepinefrin (adrenalin). Hal
iniakanmerangsanghariuntukmelepaskangula agar
kadarnyadalamdarahtetapterjaga. Jikakadarnyamenurun,
makaakanterjadigangguanfungsiotak.
Kejadianhipoglikemialebihseringdidapatpadabayidariibudengan
diabetes melitus.Glukosamerupakansumberkalori yang
pentinguntukketahananhidupselama proses persalinandanhari-
haripertamapascalahir. Setiap stress yang
terjadimengurangicadanganglukosa yang

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 35


adakarenameningkatkanpenggunaancadanganglukosa,
misalnyapadaasfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguanpernapasan.
Gejalahipoglikemiajarangterjadisebelumkadarguladarahmencap
ai 50 mg/dL. Diagnosis hipoglikemiaditegakkanberdasarkangejala-
gejalanyadanhasilpemeriksaankadarguladarah.
Kelainanpadapenyimpanankarbohidratataupembentukanglukosa di
hati.Jenishipoglikemiareaktiflainnyaterjadipadabayidananak-
anakkarenamemakanmakanan yang
mengandunggulafruktosadangalaktosaatauasam amino
leusin.Fruktosadangalaktosamenghalangipelepasanglukosadarihati;
leusinmerangsangpembentukan insulin yang
berlebihanolehpankreas.Akibatnyaterjadikadarguladarah yang
rendahbeberapasaatsetelahmemakanmakanan yang mengandungzat-
zattersebut.
Penyebabnyabisaditentukanberdasarkanriwayatkesehatanpenderita,
pemeriksaanfisikdanpemerisaanlaboratoriumsederhana.Jikadicurigai
suatuhipoglikemiaautoimun,
makadilakukanpemeriksaandarahuntukmengetahuiadanyaantiboditer
hadap insulin.Penyebablainnyaadalahpenyakitautoimun,
dimanatubuhmembentukantibodi yang menyerang insulin.Kadar
insulin dalamdarahnaik-turunsecara abnormal
karenapankreasmenghasilkansejumlah insulin
untukmelawanantiboditersebut.Hal
inibisaterjadipadapenderitaataubukanpenderita diabetes.
Istilahhipoglikemiadigunakanuntukkadarguladarahbayi di
bawah rata-rata bayiseusiadanberatbadan yang sama. Batasnyabayi
yang termasukdenganberatbadan 2500 gram ataulebihglukosa
plasma darahlebihrendahdari 30 mg/dl dalam 72 jam pertamadan 40
mg/dl padahariberikutnya, sedangkanpadaberatbadanlahirrendah 25
mg/dl. Glukosamerupakansumberenergiutamaselamakehamilan,
kadarguladarahjaninsekitarduapertigakadarguladarahibu.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 36


b. Manifestasiklinik
Berbedadenganhipoglikemiakimiawi,
padahipoglikemiasimptomatik paling
banyakdijumpaipadabayikecilmenurutkehamilanolehkarenabanyak
gejala yang diperlihatkantimbulbersamadengankeadaan yang lain,
sepertiinfeksi, terutama sepsis dan meningitis, anomaly
susunansarafpusat, perdarahan edema, danmasihbanyak yang
lainnya, angkatersebutmakinberkisarantara 1-3/1000
kelahiranhidup. Awalgejala-gejalamulaidaribeberapa jam
sampaisatuminggusetelahkelahiran,
berkeringatbanyakkepucatanmendadak,
hipotermiadanhatijantunginidapatberasaldaribeberapapenyebab,
makaharus di perhitungkan diagnosis yang lain.
c. Prinsip dasar
1) Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah.
2) Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir,
karena dapat menimbulkan kejan yang berakibat terjadinya
hipoksia otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan
sampai kematian.
3) Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu
dengan diabetes melitus.
4) Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk
ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari
pertama pasca lahir.
5) Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 37


d. DIAGNOSTIK
1) Anamnesis
a) Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi,
gangguan pernafasan
b) Riwayat bayi prematur
c) Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
d) Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
e) Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Melitus
f) Riwayat bayi dengan penyakit jantung bawaan
2) Pemeriksaan klinis
Hipoglikemia sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi
harus sudah dilakukan agar prognosis menjadi lebih baik.
Gejala yang sering terlihat adalah:
a) Tremor.
b) Bayi lemah, apatis, letargi, kerngat dingin.
c) Sianosis.
d) Kejang.
e) Apne atau nafas lambat, tidak teratur.
f) Tangis melengking atau lemah merintih.
g) Hipotoni.
h) Masalah minum.
i) Nstagmus gerakan involunter pada mata.
e. Pengobatanhipoglikemia
Jikatidakterdapatserangankejang, glukosa 10% diberikan intra
vena,
efektifuntukmeningkatkankontrasepsiglukosadarah.Jikaterdapatkke
jang-kejangadaindikasimemberiglukosa 10-25% sebagaisunikan
bolus yang dapatmengakibatkanbeban dosis1-2
gr/kg.Setelahpengobatanawal,
infusglukosaharusdiberikandengankecepatamg4-8 mg/kg
permenit.jikahipoglikemiatimbulkecepataninfusharusdinaikkan 15-

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 38


20% glukosa, jikainfus intra vena 20%
glukosatidakcukupuntukmenghilangkangejaladankonsentrasigulada
rah normal. Berikanhidrokaetison 2,5 mg/dl gram selama 12 jam
ataupretnison 1 mg/kg selama 24 jam. Guladarahharus di ukurtiap 2
jam.Di standarkan 40 mg/dll.Pengobatan yang
dipenitipuntukmengatasibeberapakasuspemberian glucagon
dansomatostain.Bayidenganresikotinggiguladarahharus di
ukurdalamsatu jam setelahlahir, 2 jam pertamakemudiantiap 6 jam
sampaiberumur 24 jam.
Harusdiberimakananperoralataupipalambung, infus intra vena
glukosadengankecepatan 4 mg/kg.

6. Hiperbilirubin
a. Definisi
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi
baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru
lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning
pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah,
2000).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice
pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan
efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata,
kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga
dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 39


b. Fatofisiologi
1) Produksi bilirubin yang meningkat : peningkatan jumlah sel
darah merah, penurunan umur sel darah merah, peningkatan
pemecahan sel darah merah (Inkompatibilitas golongan darah
dan Rh, defek sel darah merah pada defisiensi G6PD atau
sferositosis, polisitemia, sekuester darah, infeksi).
2) Penurunan konjugasi Bilirubin: prematuritas, ASI , defek
kongenital yang jarang.
3) Peningkatan Reabsorpsi Bilirubin dalam saluran cerna : ASI,
asfiksia, pemberian ASI yang terlambat, obstruksi saluran cerna.
4) Kegagalan ekskresi cairan empedu : infeksi intrauterin, sepsis,
hepatitis, sindrom kolestatik, atresia biliaris, fibrosis kistik.
c. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.
1) Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua
dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak
mempunyai potensi menjadi karena ikterus. Adapun tanda-tanda
sebagai berikut :
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga .
b) Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada
neonatus cukup bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5%
per hari.
d) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 40


2) Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut:
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup
bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.
c) Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Arief ZR,
2009. hlm. 29)
d. Penyebab Hiperbilirubin
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2) Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin
dalam hati.
3) Gangguan konjugasi bilirubin.
4) Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan
sel darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis
dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5) Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas
pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia atau karena
pengaruh obat-obatan tertentu.
6) Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel
hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 41


7) Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
a) Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk
mengeluarkannya, misal pada hemolisis yang meningkat
pada inkompabilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain,
defisiensi enzim G6PD, piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
b) Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan
fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom
Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi protein Y
dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake”
bilirubin ke sel hepar.
c) Gangguan transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian
diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat
dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, dan sulfaforazole.
Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapat
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.
d) Gangguan dalam ekskresi.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar
atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya
disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
biasanya akibat infeksi/kerusakan hepar oleh penyebab
lain.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 42


e. Faktor-faktor hiperbilirubin
1) Faktor Maternal
a) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native
American,Yunani)
b) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan
Rh)
c) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
d) ASI
2) Faktor Perinatal
a) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3) Faktor Neonatus
a) Prematuritas
b) Faktor genetic
c) Polisitemia
d) Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol,
sulfisoxazol)
e) Rendahnya asupan ASI
f) Hipoglikemia
g) Hipoalbuminemia
f. Manipestasi Klinik
Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar
bilirubin serumnya kira-kira 6mg/dl(Mansjoer at al, 2007). Ikterus
sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai
kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga.
Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna
kuning-kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat
ditemukan pada ikterus yang berat(Nelson, 2007).

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 43


Gambaran klinis ikterus fisiologis:
1) Tampak pada hari 3,4
2) Bayi tampak sehat(normal)
3) Kadar bilirubin total <12mg%
4) Menghilang paling lambat 10-14 hari
5) Tak ada faktor resiko
6) Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi
fisiologis)(Sarwono et al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:
1) Timbul pada umur <36 jam
2) Cepat berkembang
3) Bisa disertai anemia
4) Menghilang lebih dari 2 minggu
5) Ada faktor resiko
6) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia
dikelompokkan menjadi :
1) Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama
kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan
hipotoni.
2) Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry)
meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
displasia dentalis).
Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna
kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih
(sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar
40 µmol/l.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 44


Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna
kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih
(sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar
40 μmol/l.
g. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi
kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin
indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan
tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata
berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements),
kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus.
Selain itu dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.
h. Diagnosis
1) Anamnesis : riwayat ikterus pada anak sebelumnya, riwayat
keluarga anemi dan pembesaran hati dan limpa, riwayat
penggunaan obat selama ibu hamil, riwayat infeksi maternal,
riwayat trauma persalinan, asfiksia.
2) Pemeriksaan fisik :
Umum : keadaan umum (gangguan nafas, apnea, instabilitas
suhu, dll)
Khusus : Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai
jari tangan dan dilakukan pada pencahayaan yang memadai.
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam cahaya
matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati
untuk menghilangkan warna karena pengaruh
sirkulasi darah.Ada beberapa cara untuk menentukan derajat
ikterus yang merupakan resiko terjadinya kern ikterus.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 45


Penilaian Ikterus Menurut Kramer

Kadar Bilirubin
Daerah Luas Ikterus (mg%)

1 Kepala dan leher 5

2 Daerah 1+ badan bagian atas 9

Daerah 1,2 + badan bagian


bawah

3 dan Tungkai 11

Daerah 1,2,3 + lengan dan


4 kaki dibawah tungkai 12

Daerah 1,2,3,4 + tangan dan


kaki

5 16

(Dewi,2012)

i. Penatalaksanaan
1) penatalaksanaan Ikterus Fisiologis
a) Lakukan perawatan bayi seperti :
b) Memandikan bayi
c) Melakukan perawatan tali pusat
d) Lakukan pencegahan hipotermi
e) Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00
hingga hjam 09.00 pagi,kurang lebih 30 menit

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 46


f) Berikan ASI secara adekuat
g) Mempertahankan intake (pemasukan jaringan)
h) Monitor intake dan output
i) Berikan terapi infuse pada bayi bila indikasi yaitu
meningkatnya konsentrasi urine dan cairan hilang
berlebihan
j) Monitoring temperature setiap 1 jam
(Suriadi,2010)
2) Penatalaksanaan Terapeutik
a) Terapi sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau
setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali
ke batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh
bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air
tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar
juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus
meningkat sehingga menimbulkan resiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis
lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu
yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara
paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang
disebut flaxy glass yang berfungsi meningkatkan energi
sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian
diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas,
kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan
menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek
cahaya yang berlebihan dari lampu-lampu tersbut. Seperti
diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna
sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 47


Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi resiko
terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.
Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap
dampak fototerapi. Ada kecenderungan bayi yang
menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi karena
malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin
justru akan meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke
organ usus.
b) Fenobarbital
Dapat mengekresi bilirubin dalam hati dan
memperbesar konjugasi.Meningkatkan sintesis hepatic
glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan
bilirubin konjugasi dan clearance hepatic pada pigmen
dalam empedu,sintesis protein dimana dapat
meningkatkan albumin untk
meningkat bilirubin.Pada suatu penelitian menunjukan
pemberian fenobarbital pada ibu untuk beberapa hari
sebelum kelahiran baik pada kehamilan cukup bulan atau
kurang bulan dapat mengkontrol
terjadinya hiperbilirubinemia.namun karena efeknya pada
metabolisme bilirubin biasanya belum terwujud sampai
bebrapa hari setelah pemberian obat dan oleh Karen
akeefektifannya lebih kecil dibandingkan dengan
fototerapi dsn mempunyai efek sedative ysng tidsk
diinginkan dan tidak menambah respon terhadap
fototerapi,maka fenobarbital tidak dianjurkan untuk
pengobatan ikterus pada bayi neonatus (Suriadi,2010).
c) Transfusi Tukar
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan
dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20
mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 48


darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat
menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus).
Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa
mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya
keterbelakangan mental, cerebrel palsy, gangguan
motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni
akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.
Tujuan transfusi tukar adalah untuk menurunkan
kadar bilirubin indirek, mengganti eritrosit yang dapat
dihemolisis, membuang antibody yang menyebabkan
hemolisis, dan mengoreksi anemia.Transfusi tukar akan
dilakukan oleh dokter pada neonatus dengan kadar
bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dari
20mg% atau sebelum bilirubin mencapai kadar 20 mg%.
Darah yang digunakan sebagai darah pengganti (darah
donor) ditetapkan berdasarkan penyebab
hiperbilirubinemia.
d) Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus
mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki
zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang
air besar dan buang air kecilnya. Akan tetapi, pemberian
ASI juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada
beberapa kasus, ASI justru dapat meningkatkan kadar
bilirubin sehingga bayi semakin kuning (breast milk
jaundice).

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 49


e) Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan
terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai
dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama
setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Caranya
seperempat jam dalam keadaaan terlentang, misalnya,
seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam
07.00 sampai 09.00. Inilah waktu dimana sinar surya
efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam 07.00,
sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas
jam 09.00 kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan
merusak kulit bayi.Hindari posisi yang membuat bayi
melihat langsung ke matahari karena dapat merusak
matanya (Dewi,2012).

7. Infeksi Neonatorum
Infeksi pada neonatus dapat dibagi berdasarkan :
a. Waktu terjadinya infeksi
1) Infeksi antenatal
Disini kumn mncapa janin melalui peredaran darah ibu
melewati sawar plasenta. Yang dapt melewati batas lasenta
adalah virus ( rubella, poliomielitis, coxsackie, variola,
vaksinasi, sito,egalovirus ) spirochaeta (sifilis) bakteri dan
tuberkulosis kongenital yang terjadi melalui infeksi plasenta.
2) Infeksi intrapartal
Hal ini paling sering terjadi, apalagi kalau ketuban sudah
pecah dan pemeriksaaan dalam terlalu sering dilakukan terutama
bila tidak di suci hama. Infeksi akan lebih sering dijumpai pada
partus lama dan partus terlantar. Maka terjadilah amnionitis,
plasentitis, lalu menjalar kepada janin. Infeksi dapt pula terjadi

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 50


ketika jalan lahir berkontak lahir dengan kuman yang ada dalam
vgina, misalnya gonorea (blenorhea dan oral trush).
3) Infeksi postpartum (postnatal)
Biasanya infeksi yang didapat karena penggunaan alat, atu
minuman dan sebagainya yang tidak di suci hama, atau infeksi
yang telah ada dirumah sakit.
b. Jenis Infeksi
1) Infeksi berat pada neonatus, antara lain :
a) Sifilis kongenital
Yang penting adalah pencegahan. Untuk ini bila selama
hamil dicurigai menderita sifilis periksakan WR/VDRL
supaya ibu segera di obati untuk mencegah terjadinya sifilis
kongenital. Akibat dari sifilis ibu terhadap jann tergantung
dari beratnya infeksi ibu, kapan pada masa kehamilan
infeksi terjadi, dan pengobatan yang diberikan pada ibu
selama hamil.
Infeksi pada janin terjadi pada usia kehamilan 14
minggu, karena kuman tidak dapat melawati pasien sel
Langhans pada plasenta muda. Janin yang terlahir dengan
infeksi bisa lahir dengan maserasi atau lahir dengan berat
badan lahir rendah, kulit telapak kaki dan tangan mengkilat,
menebal, dan muah terkelupas.
Pengobatan dengan prokain pensilin dosis 150.000
sampai 300.00 satuan perhari selama 14 hari. Semua bayi
yang dilahirkan oleh ibu menderita sifils haru diawasi
selama 1 tahun.
b) Penyakit membran hialin (hyaline membrane disease)
Penyakit membran hialin biasanya terjadi intrapartal
karena hirupan air ketuban atau darah yang septik. Penyakit
ini harus dicurigai kalau bayi lahir dengan sesak nafas

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 51


seperti asfiksia neonatorum. Pengobatan nya dengan
melakukan resusitasi.
c) Sepsis neonatorum
Dapat terjadi dalam masa antenatal, intrapartal, dan
postnatal. Tindakan yang di anjurkan adalah :
(1) Antibiotika spektrum luas yang diberikan sambil
menunggu hasil pembiakan dan uji kepekaan darah,
yaitu ampisilin dosis 100 mg per kg berat badan, atau
kombinasi dengan kanamisin 15 mg per kg BB atau
gentamisin 2 mg per kg BB
(2) Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin
(3) Pembiakan darah dan uji kepekaan
(4) Fungsi lumbal, biakan liqour, dan uji resistensi
(5) Biarkan tinja dan air kemih
d) Meningitis
Pengobatannya sama dengan sepsis neonatorum
e) Pneumonia Kongenital
Penangannya hampir sama dengan infeksi lainnya, yaitu
dengan melakukan resusitasi dan pemberian antibiotika
f) Pneumonia aspirasi
Pemberian makanan dan minuman yang tidak hati-hat
menyebabkan terjadinya aspira minuman karena refleks
menelan dan batuk janin sebelum sempurna, terutama pada
bayi dengan berat bdaan rendah
g) Pneumonia infeksi udara (airborn infection)
h) Pneumonia stafilokokus
Ini biasanya infeksi nosokomial yang dimulai dengan
infeksi bayi sering menyebar dengan mortalitas yang tinggi.
Penyebabnya adalah entro-patogen E.coli. sering terjadi
endemik dirumah sakit

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 52


i) Tetanus neonatorum
Disebabkan karena kuman anerobik Clostridium tetani.
Pada bayi, kuman ditularkan melalui tali pusat, karena
pemotongan dengan alat tidak suci hama, tertaama dengan
sembilu bambu oleh dukun. Infeksi dapat pula melalui
pemakaian obat, bubuk, talkum, atau daun-daunan yang
digunakan masyarakat dalam perawatan tali pusat. Tetanus
neonatorum masih banyak terdapat dinegara-negara sedang
membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi
yang tinggi, dengan angka kematian 80% . Yang penting
adalah pencegahannya, yaitu dengan mengadakan penataran
dukun beranak tentang cara memotog tali pusat yang suci
hama dan tentang sterilitas alat-alat; cara perawatan tali
pusat yang baik; dan cara memandikan bayi supaya tali
pusat tidak terinfeksi. Nilai bayi tidak ditemui bayi dengan
tetanus neonatorum, maka harus segera dirawat dirumah
sakit untuk perawatan resusitasi dan pengobatan yang
sempurna dan maksimal.
j) Infeksi ringan pada neonatus
(1) Pemfigus neonatorum
Infeksi kulit berupa impetigo bulosa disebabkan oleh
stafilokokus. Kadang-kadang berupa dermatitis
eksofoliatif (penyakit Ritter). Bila dijumpau di bangsal
rumah sakit bayi harus diisolasikan karena dapat
menyebabkan wabah diseluruh bangsal.
(2) Infeksi pada pusat
Disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Pusat
bernanah dan sekitarnya berwarna merah disertai
edema.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 53


k) Oftalmia neoonatorum
Di sebut blenorea atau kongjungtivitis gonoroika yang
disebabkan oleh gonokokos sewaktu janin melalui jalan
lahir ibu yang menderita gonorea. Sebagai pencegahan,
pada setiap bayi baru lahir dahulu diberikan obat tetes mata
nitras argenti 1%. Tetapi untuk mengurangi kecelakaan
karena obat ini, sekarang di ganti dengan salep mata atau
tetesan antibiotika.
l) Infeksi monilia (moniliasis)
Disebabkan oleh candida albicans, infeksi ini sering
dijumpai pada bayi baru lahir, terutama bila keadaan umum
dan daya tahan bayi turun, misalnya pada bayi prematur
atau pada penggunaan antibiotika dan kortikosteroid yang
lama. Manifestadi pada bayi berupa stomatitis ( oral trush ),
diare, dermatitis, dan sebagainya. Pengobatan stomatitis
adalah dengan gentian violet 0,5%, atau polesan oral
daktarin salep. Secara oral dapat diberikan obat antifungus.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 54


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari apa yang telah kami uraikan sebelumnya dalam makalah ini
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Kasus gawat darurat obstetri apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu (Sharieff, Brousseau, 2006). Penilaian awal ialah langkah pertama
untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan
pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi ) yang
dihadapi. Penyebab kematian yang paling cepat pada kasus obstetri adalah
asfiksia dan perdarahan.Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas
dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran
(mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi. Mengingat manifestasi
klinik kasus gawat darurat obstetrik sangat sukar dikenali, tergantung
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman
bidan sebagai tenaga penolong.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 55


B. SARAN

Sebagai mahasiswi khusus nya mahasiswi Kebidanan kita harus lebih


memahami betul tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal karena sangat penting dan bermaanfaat untuk menambah ilmu
dalam pembelajaran.

Demi kebaikan dan kesempurnaan makalah yang dibuat penyusun,


diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 56


DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/bblr-bayi-baru-lahir-rendah-di-
masalah.html#ixzz426NHWsFt
http://www.materikesehatan.com/2015/04/makalah-komunitas-bayi-berat-
lahir.html

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

28 Oktober 2014. Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir.


https://febriyantiyb.wordpress.com/2014/10/28/hipotermia-pada-bayi-baru-lahir-
2/. 29 Maret 2016

https://nofitasari310.wordpress.com/2013/11/12/ikterus-fisiologis/ tanggal 29
maret 2016

http://maulaya-triowk.blogspot.co.id/2014/09/makalah-hiperbilirubin.htmltanggal
29 maret 2016

http://www.scribd.com/doc/213868143/MAKALAH-
HIPERBILIRUBIN#scribdtanggal 29 maret 2016

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL 57

Anda mungkin juga menyukai