PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan dalam obstetrik adalah suatu keadaan gawat darurat
pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Kasus gawat darurat obstetri apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kegawatdaruratan
neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
(Sharieff, Brousseau, 2006). Dalam menentukan kondisi kasus neonatal yang
dihadapi apakah dalam keadaan gawat darurat atau tidak, harus dilakukan
pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan obsterik. Dalam prakteknya, pemeriksaan sisitematis yang
lengkap membutuhkan waktu yang lama, padahal penilaian harus dilakukan
secara cepat, maka dilakukanlah penilian awal. Penilaian awal ialah langkah
pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan
pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi ) yang
dihadapi. Penyebab kematian yang paling cepat pada kasus obstetri adalah
asfiksia dan perdarahan.Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas
dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran
(mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi. Mengingat manifestasi
klinik kasus gawat darurat obstetrik sangat sukar dikenali, tergantung
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman
bidan sebagai tenaga penolong. Dalam organisasi kesehatan bidan merupakan
salah satu sumber daya manusia kesehatan yang memiliki standar kompetensi
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan ?
2. Bagaimana penilaian awal pada kegawatdaruratan neonatal ?
3. Bagaimana pengkajian, diagnosa dan penatalaksaan pada asfiksia,
BBLR, prematur, hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubin dan infeksi
neonatorum ?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini memiliki manfaat bagi pembaca dan penulis, akan menambah
pengetahuan tentang bagaimana mengkaji, mendiagnosa dan penatalaksaan
pada asfiksia, BBLR, prematur, hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubin dan
infeksi neonatorum.
2. Periksa Raba
a. Kulit : dingin, demam
b. Nadi : lenah/kuat, cepat/normal
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
e. Patogenesis
1) Bila janin kekurangan O2 dan kadar C02 bertambah, timbulnya
rangsangan terhadap N. Vagus sehingga bunyi jantung janin
menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung,
maka N vagus tidak dapat dipengaruhi lagi timbulah kini
rangsang dari N. Simpatikus. Djj menjadi lebih cepat akhirnya
irreguler dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia
adalah djj yang lebih cepat dari 160 kali permenit atau kurang
dari 100 kali per menit, halus dan ireguler, serta adanya
pengeluaran mekoniun.
3. Prematur
a. Definisi
Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada
umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir (ACOG 1995).
2) Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain
adalah: jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih),
pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit
dalam serum ibu (> 13.000/ml).
3) Indikator biokimia
a) Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada
vagina, serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya
gangguan pada hubungan antara korion dan desidua. Pada
kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50
mg/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalinan
preterm.
b) Corticotropin releasing hormone (CRH): peningkatan CRH
dini atau trimester 2 merupakan indikator kuat untuk
terjadinya persalinan preterm.
c) Sitokin inflamasi: seperti IL-Iβ, IL-6, IL-8, dan TNF-α telah
diteliti sebagai mediator yang mungkin berperan dalam
sintesis prostaglandin.
d) Isoferitin plasenta: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar
isoferitin sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara
bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada
trimester akhir yaitu 54,8 ±53 U/ml. Penurunan kadar dalam
serum akan berisiko terjadinya persalinan preterm.
f. Pengelolaan
Menjadi pemikiran pertama pada pengelolaan persalinan
preterm adalah: apakah ini memang persalinan preterm. Selanjutnya,
mencari penyebabnya dan menilai kesejahteraan janin yang dapat
dilakukan secara klinis, laboratoris, ataupun ultrasonografi meliputi
pertumbuhan/berat janin, jumlah dan keadaan cairan amnion
presentasi dan keadaan janin/kelainan kongenital. Bila proses
persalinan kurang bulan masih masih tetap berlangsung atau
h. Tokoliasis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat
persalinan, tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian
tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi
uterus yang regular dengan perubahan serviks. Alasan pemberian
tokolisis pada persalinan preterm adalah:
1) Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur
2) Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk
menstimular surfaktan paru janin.
3) Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang
lebih lengkap.
4) Optimalisasi personel.
1) Usia gestasi
a) Usia gestasi 34 minggu atau lebih: dapat melahirkan di
tingkat dasar/primer, mengingat prognosis relatif baik.
b) Usia gestasi kurang dari 34 minggu: harus dirujuk ke
rumah sakit dengan fasilitas pearawatan neonatus yang
memadai.
l. Perawatan neonatus
Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan
keadaan umum, biometri, kemampuan bernapas, kelainan fisik, dan
kemampuan minum.
Keadaan kritis bayi prematur yang harus dihindari adalah
kedinginan pernapasan yang tidak adekuat, atau trauma. Suasana
hangat diperlukan untuk mencegah hipotermia pada neonatus (suhu
badan di bawah 36,5oC), bila mungkin bayi sebaiknya dirawat cara
KANGURU untuk menghindarkan hipotermia. Kemudian dibuat
perencanaan pengobatan dan asupan cairan.
4. Hipotermia
a. Pengertian
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana bayi dengan suhu tubuh
kurang dari 36,5°C dengan cara pengukuran pada ketiak, dapat
disebabkan lingkungan yang dingin atau bayi mungkin basah atau diberi
baju yang tidak sesuai dengan usia dan ukurannya (WHO, 2008).
b. Prinsipdasarmempertahankansuhutubuhbayibarulahirdanmencegahhi
poermia
1) Mengeringkanbayibarulahirsegerasetelahlahir
Bayilahirdengantubuhbasaholeh air
ketuban.Aliranudaramelaluijendela/ pintu yang
terbukaakanmempercepatterjadinyapenguapandanbayilebihcepat
kehilanganpanastubuh. Akibatnyadapattimbulserangandingin
(cold stress) yang
merupakangejalaawalhipotermia.Bayikedinginanbiasanyatidakm
emperlihatkangejalamenggigilolehkarena control
suhunyabelumsempurna. Hal
inimenyebabkangejalaawalhipotermiaseringkalitidakterdeteksiol
ehibu/ keluargabayiataupenolongpersalinan.
Gejalahipotermiaterjadibilasuhutubuh (aksila) bayiturun di
bawah 36℃.Nilai normal 36,5℃ - 37,5℃.
Untukmencegahterjadinyaserangandingin,
setiapbayibarulahirharussegeradikeringkandenganhanduk yang
6. Hiperbilirubin
a. Definisi
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi
baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru
lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning
pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah,
2000).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice
pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan
efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata,
kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga
dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Kadar Bilirubin
Daerah Luas Ikterus (mg%)
3 dan Tungkai 11
5 16
(Dewi,2012)
i. Penatalaksanaan
1) penatalaksanaan Ikterus Fisiologis
a) Lakukan perawatan bayi seperti :
b) Memandikan bayi
c) Melakukan perawatan tali pusat
d) Lakukan pencegahan hipotermi
e) Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00
hingga hjam 09.00 pagi,kurang lebih 30 menit
7. Infeksi Neonatorum
Infeksi pada neonatus dapat dibagi berdasarkan :
a. Waktu terjadinya infeksi
1) Infeksi antenatal
Disini kumn mncapa janin melalui peredaran darah ibu
melewati sawar plasenta. Yang dapt melewati batas lasenta
adalah virus ( rubella, poliomielitis, coxsackie, variola,
vaksinasi, sito,egalovirus ) spirochaeta (sifilis) bakteri dan
tuberkulosis kongenital yang terjadi melalui infeksi plasenta.
2) Infeksi intrapartal
Hal ini paling sering terjadi, apalagi kalau ketuban sudah
pecah dan pemeriksaaan dalam terlalu sering dilakukan terutama
bila tidak di suci hama. Infeksi akan lebih sering dijumpai pada
partus lama dan partus terlantar. Maka terjadilah amnionitis,
plasentitis, lalu menjalar kepada janin. Infeksi dapt pula terjadi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari apa yang telah kami uraikan sebelumnya dalam makalah ini
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Kasus gawat darurat obstetri apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu (Sharieff, Brousseau, 2006). Penilaian awal ialah langkah pertama
untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan
pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi ) yang
dihadapi. Penyebab kematian yang paling cepat pada kasus obstetri adalah
asfiksia dan perdarahan.Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas
dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran
(mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi. Mengingat manifestasi
klinik kasus gawat darurat obstetrik sangat sukar dikenali, tergantung
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman
bidan sebagai tenaga penolong.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/bblr-bayi-baru-lahir-rendah-di-
masalah.html#ixzz426NHWsFt
http://www.materikesehatan.com/2015/04/makalah-komunitas-bayi-berat-
lahir.html
https://nofitasari310.wordpress.com/2013/11/12/ikterus-fisiologis/ tanggal 29
maret 2016
http://maulaya-triowk.blogspot.co.id/2014/09/makalah-hiperbilirubin.htmltanggal
29 maret 2016
http://www.scribd.com/doc/213868143/MAKALAH-
HIPERBILIRUBIN#scribdtanggal 29 maret 2016