Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN KONFLIK

PRO DAN KONTRA PEMBERLAKUAN PSBB YANG MEMICU TIMBULNYA


KONFLIK DI MASYARAKAT

Dosen :

Ina Restuwati, S.Ip, M.Si


Abdul Hanan, Sp., M.Si
Walson H. Sinaga, Drs. M.Si

Disusun Oleh :

Jelita Cindi Merfayanti Harefa


NRP.54186212472

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Terjadinya pro kontra
pelaksanaan psbb di Jabodetabek” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ina Restuwati, S.Ip, M.Si, Bapak Abdul Hanan,
Sp., M.Si, Bapak Walson H. Sinaga, Drs. M.Si pada mata kuliah Manajemen Konflik. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Manajemen Konflik bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ina
Restuwati, S.Ip, M.Si , Bapak Abdul Hanan, Sp., M.Si, Bapak Walson H. Sinaga, Drs. M.Si
M.Pd, selaku dosen pada mata kuliah Manajemen Konflik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.

Bintan, 22 Maret 2021


Penulis

Jelita Cindi Merfayanti Harefa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan manusia untuk berpergian merupakan salah satu kebutuhan pokok,


dikarenakan jarak antar tempat begitu jauh dan tidak bisa ditempuh cepat tanpa bantuan
transportasi bermotor. Perkembangan kebutuhan transportasi ini memacu orang-orang untuk
bisa mendapatkan akses pada transportasi bermotor dengan cepat dan efisien. Salah satu
inovasi terhadap kebutuhan transportasi bermotor ini adalah ojek online. Masyarakat yang
telah terbiasa menggunakan motor sebagai alat transportasi sehari-hari dimudahkan dengan
adanya ojek, yaitu jasa mengantar menggunakan sepeda motor. Ojek merupakan salah satu
moda transportasi yang sangat banyak digunakan masyarakat karena lebih murah dan relatif
lebih cepat sampai dibandingkan dengan mobil. Inovasi terbaru untuk semakin memudahkan
masyarakat dalam menggunakan ojek adalah aplikasi untuk memesan ojek tersebut secara
online dengan menggunakan platform seperti Gojek ataupun Grab.

Pada awal tahun 2020 terjadi penurunan dalam penggunaan jasa ojek online untuk
berpergian dikarenakan terjadinya penyebaran wabah Corona Virus Disease 2019
(selanjutnya disebut COVID-19). Terjadinya COVID-19 ini dimulai pada tanggal 31 Desember
2019, dimana pemerintah Cina melaporkan kepada World Health Organization atau WHO
bahwa mereka sedang merawat sejumlah orang dengan penyakit yang diduga pneumonia
yang terjadi antara tanggal 12 Desember hingga 29 Desember2 Pada tanggal 1 Januari 2020,
pemerintah Cina menutup Huanan Seafood Wholesale Market ketika ditemukan bahwa
binatang-binatang liar yang ada disana mungkin adalah sumber dari virus tersebut. Virus ini
cepat menyebar dan pada tanggal 11 Januari, Wuhan melaporkan kematian pertama terkait
dengan pasien virus ini.Pada tanggal 2 Maret 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan
secara resmi bahwa ada dua Warga Negara Indonesia yang positif terpapar Corona Virus.
Kedua orang tersebut berasal dari Depok, Jawa Barat, dimana mereka terpapar Corona Virus
saat menghadiri kelas menari di sebuah restoran di Kemang, Jakarta pada tanggal 14
Februari. Dalam kelas menari tersebut ada seorang Warga Negara Jepang yang setelah itu
dites dan dinyatakan positif Corona di Malaysia.

Setelah itu, jumlah orang yang positif Corona terus meningkat di Indonesia dan
Presiden Jokowidodo pada pertengahan ke akhir Maret mengumumkan gerakan Social
Distancing bagi seluruh orang yang ada di Indonesia agar mencegah penyebaran virus
Corona ini. Menteri Kesehatan Indonesia mengeluarkan “Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun
2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)” (selanjutnya disebut Permenkes PSBB
Penanganan COVID-19) pada tanggal 3 April 2020. Salah satu peraturan yang ada dalam
Permenkes tersebut meliputi pembatasan bagi moda transportasi berbasis aplikasi hanya
boleh mengangkut barang dan bukan penumpang. ada hari Kamis, tanggal 9 April 2020,
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan “Peraturan Gubernur Nomor 33
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar” (selanjutnya disebut
PSBB) Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Provinsi daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta (Selanjutnya disebut Pergub PSBB COVID-19) .6 Yang tujuannya
adalah “untuk mengatur semua yang terkait dengan kegitan di kota Jakarta, yakni kegiatan
perekonomian, sosial, budaya, kegamaan, dan Pendidikan.”7 Dalam Pasal 18 ayat (6) yang
menyatakan “Angkutan roda dua berbasis aplikasi dibatasi penggunaannya hanya untuk
pengangkutan barang”. Dengan diberlakukannya berbagai kebijakan untuk mencegah
penyebaran COVID-19, terdapat tumpang tindih diantara ketiga peraturan-peraturan tersebut.
Sehingga patut ditanyakan apa akibat hukum bagi ojek online yang membawa penumpang
selama masa PSBB.

1.2. Permasalahan
a. Peraturan PSBB menimbulkan Pro dan Kontra di kalangan Masyarakat dan bisa
memicu terjadinya konflik
b. Belum efektif nya pengawasan terhadap kegiatan sosial yang mendukung PSBB
c. Sosialisasi yang belum menyeluruh kepada masyarakat mengenai PSBB
terhadap pencegahan Virus COVID-19

1.3. Tujuan
a. Menjelaskan Pro dan Kontra masyarakat terkait peraturan PSBB dan konlik yang
di timbulkan
b. Mengidentifkasi mengenai peraturan PSBB yang di keluarkan oleh pemerintah
terhadap kegiatan sosial di masyarakat
c. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya PSBB bagi masyarakat untuk
mencegah terjadinya peningkatan angka penyebaran Covid-19
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Pembatasan Sosial Berskala Besar di Indonesia merupakan langkah strategis yang


diambil oleh pemerintah guna menekan laju penularan pandemi Corona Virus atau Covid-19.
Seberapa efektif langkah tersebut, semua pihak masih melihat terlebih dahulu dampak ke
depannya. Namun, kita semua berharap bahwa langkah yang diambil pemerintah dalam
menerapkan PSBB ini adalah langkah yang terbaik dan dapat berjalan sebagaimana
mestinya, serta pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan tetap dapat terjaga, sehingga
beberapa aktivitas perekonomian di Indonesia masih dapat dijalankan, walaupun dengan
batasan-batasan sosial yang lebih ketat dan massif.

Peningkatan jumlah kasus tersebut memaksa Pemprov DKI Jakarta mengusulkan


pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Usulan ini telah disetujui oleh
Kementerian Kesehatan RI serta telah ditindaklanjuti dengan penerbitan peraturan terkait
PSBB di DKI Jakarta melalui Pergub DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 dan Kepgub DKI
Jakarta Nomor 380 Tahun 2020. Sejumlah larangan dan pembatasan aktivitas warga Ibu Kota
diatur dalam peraturan yang mulai diberlakukan sejak 10 April 2020 lalu. Melalui pembatasan
ini diharapkan dapat memutus rantai dan menekan penyebaran COVID-19 di DKI Jakarta.

Tak hanya DKI Jakarta, sejumlah kota di sekitarnya pun –seperti Depok, Bekasi, Bogor,
dan Tangerang– mulai terjadi peningkatan jumlah kasus positif COVID-19. Hal ini memaksa
Pemprov Jawa Barat memberlakukan PSBB, terutama di lima kota/kabupaten di sekitar DKI
Jakarta mulai 15 April 2020. ASN Dilarang Mudik, Upaya Memutus Penyebaran COVID-19
Kondisi tersebut membuat banyak instansi pemerintah menerapkan WFH sebagai bentuk
physical distancing. Bahkan Kementerian PAN-RB menerbitkan kebijakan yang melarang
ASN mudik sebagai upaya memutus rantai penyebaran COVID-19 dari satu wilayah ke
wilayah lainnya.

Namun beberapa instansi atau perkantoran masih tetap beroperasi.


Instansi/perkantoran yang masih diperbolehkan beroperasi ini terutama yang memberikan
pelayanan umum, seperti keamanan, pangan, bahan bakar minyak/gas, kesehatan,
keuangan, logistik, dan kebutuhan dasar lainnya.
Meski demikian, instansi/perkantoran itu harus beroperasi dengan jumlah pekerja yang
minimum. Selain itu instansi/perkantoran yang beroperasi harus tetap mengutamakan upaya
pencegahan penyebaran dan penularan COVID-19 sesuai dengan protokol di tempat kerja.

2.2. Pro dan Kontra Masyaraka terhadap PSBB


Dari peraturan PSBB yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, banyak dari masyarakat
yang menuai pro dan kontra dengan alasan masing masing. Berikut adalah alasan
masyarakat pro terhadap pemberlakuan PSBB,

a. Kualitas Udara Membaik


Dampak pertama yang bisa dirasakan, yaitu membaiknya kondisi udara, terutama di
Jakarta.

b. Solidaritas Masyarakat Meningkat

Manfaat atau dampak positif PSBB lainnya adalah meningkatnya solidaritas pada
sesama masyarakat. Munculnya Relawan Melawan Covid-19 Tidak hanya solidaritas
antara warga yang mulai mengental, kelompok–kelompok relawan dengan semangat
melawan Covid-19 juga mulai bermunculan. Mereka bekerja tanpa pamrih demi
membantu pemerintah memangkas rantai penyebaran Covid-19.

Terlepas dari itu banyak juga masyarakat yang kontra terhadap pemberlakuan PSBB
dengan berbagai alasan antara lain :

2.1. Sanksi yang Tidak Tegas


Sejak awal adanya peraturan mengenai PSBB hingga berakhirnya peraturan tersebut,
tingkat penyebaran virus korona masih saja meningkat. Hal ini dikarenakan tidak adanya
sanksi tegas untuk masyarakat yang melanggar peraturan ini, sehingga masyarakat
menganggap remeh peraturan yang telah dibuat.

2.2. Pengawasan yang Kurang Ketat


Pelaksanaan pembatasan sosial dalam skala yang lebih besar dianggap kurang efektif
untuk menekan penyebaran virus yang menghebohkan seluruh dunia, sebab pengawasan
dari pihak yang bersangkutan kurang ketat. Hal ini dapat dilihat di beberapa wilayah di
Indonesia yang pelaksanaan PSBB-nya tidak seheboh berita yang dibesar-besarkan oleh
media.
2.3. Aturan dan Tata Kelola yang Tidak Jelas
Kelemahan berikutnya adalah aturan dan tata kelola yang tidak jelas. Tidak adanya
aturan yang jelas mengenai pelaksanaan pembatasa sosial yang mengakibatkan tata
kelola yang tidak jelas pula sehingga bukannya menekan angka kasus corona, tetapi
malah meningkatkan tingkat kemiskinan akibat pembatasan ini.

d. Masyarakat yang Memandang Remeh Peraturan


Selain kesalahan dari peraturan dan pelaksanaan pembatasan ini, yang menjadi
kekurangan adalah masyarakat memandang remeh peraturan yang telah dibuat. Bahkan
memandang virus corona hanyalah sebuah virus yang tidak berbahaya. Sehingga
kesadaran akan bahaya virus ini haruslah disosialisasikan kepada masyarakat.

Kekurangan-kekurangan tersebutlah yang menjadikan pelaksanaan PSBB menjadi


kurang efektif dan tidak signifikan menekan angka peningkatan penyebaran virus corona
di Indonesia.

2.4. Adaptasi Kebiasaan Baru terhadap pemberlakuan PSBB


Dari pandemi covid ini masyarakat harus beradaptasi dengan kondisi baru, adapun
beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mensukseskan penerapan Adaptasi
Kebiasaan Baru (AKB) yaitu:

a. Patuhi dan terapkan protokol kesehatan


Perlu diketahui pada AKB ini, meskipun masyarakat diminta untuk berdamai
atau mengadaptasi gaya hidup bersama dengan pandemi, protokol kesehatan
harus tetap diperhatikan. Adanya protokol ini bertujuan untuk meminimalisir
penyebaran COVID-19 dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, terutama di
tempat danfasilitas umum. Berkumpulnya orang dalam jumlah besar dan
pergerakan yang cepat di daerah tersebut menjadi alasan pentingnya protokol
kesehatan tanpa mengabaikan aspek ekonomi dan sosial. Agar protokol kesehatan
dapat mencapai target yang diharapkan, diperlukan kedisiplinan dalam
implementasinya, terutama dari pihak masyarakat yang memilik peran terbesar
dalam menentukan kesuksesan AKB. Prinsip umum protokol ini harus memenuhi
dua komponen, yaitu perlindungan kesehatan individu dan perlindungan kesehatan
masyarakat (Kemenkes RI, 2020).
Adapun hal yang perlu diperhatikan komponen kesehatan individu adalah
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2020) :
1. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut hingga ke dagu.
2. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau antiseptik
berbasis alkohol secara berkala.
3. Menghindari menyentuh area mulut, hidung, dan mata sebelum mencuci
tangan.
4. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena doplet ketika batuk, bersin, atau berbicara.
5. Menghindari keramaian, kerumunan, dan berdesakan dengan banyak
orang.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemberlakuan PSBB menimbulkan pro dan kontra di dalam masyarakat
sehingga bisa memicu terjadi konflik baik itu di dalam lingkungan masyarakat
maupun di luar lingkungan. Dalam pemberlakukan PSBB ini belum sepenuhnya
bisa berjalan dengan efektif dilihat dari kondisi sosial selama pandemi berlangsung
belum bisa meningkatkan dari aspek kesejahteraan sosial di masyarakat .

3.2. Saran
Pemberlakuan PSBB sudah baik untuk mengurangi tingkat penyebaran virus
Covid-19 akan tetapi masih banyak lagi yang perlu di kaji dari dampak
pemberlakuan PSBB terutama di bidang kesejahteraan masyarakat yang masih
belum bisa terjadi dengan adanya pemberlakuan PSBB di wilayah masing masing.
DAFTAR PUSTAKA

Kompas Online. 20 April 2020. Triwulan II-2020, Titik Kritis Dampak Covid-19.
https://kompas.id/baca/ekonomi/2020/04/20/triwulan-ii-2020-titik-kritis-
dampak-covid-19/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Tirto Online. 5 April 2020. Apa Itu PSBB Versi Pemerintah dan Kemenkes RI?
https://tirto.id/apa-itu-psbb-versi-pemerintah-dan-kemenkes-ri-eK7v. Diakses pada
tanggal 30 Mei 2020.
KemenkesRI, 2020. Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru. [online] Direktorat Promosi
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Available
at:<http://promkes.kemkes.go.id/menuju-adaptasi-kebiasaan-baru> [diakses 22
August 2020]
CNN Indonesia. (2020). Menyelamatkan Ekonomi Indonesia Melalui Penerapan
AKB. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200616191535-297-
514013/menyelamatkan-ekonomi-indonesia-melalui-penerapan-new-normal, diakses
pada tanggal 29 juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai