Anda di halaman 1dari 2

by. Ns. Rahmaya Nova H, S.Kep.

, MSc

TUBERKULOSIS PADA ANAK

Tidak hanya orang dewasa yang perlu mewaspadai TBC, penyakit


TBC pada anak pun harus menjadi kewaspadaan orang tua. Penyakit ini bisa
timbul oleh anak yang mengisap udara yang mengadung kuman TBC.
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda dengan TB pada orang
dewasa. Tuberkulosis pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak
menyebabkan refleks batuk, sehingga jarang ditemukan gejala khas TB seperti
batuk berdahak. Beberapa gejala awalnya adalah si kecil gampang jatuh sakit, atau
berat badan turun tanpa sebab.Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, penyakit
TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di
kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara
pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar
melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman.
Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru.

Parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak
menular antara sesama anak. Tuberkulosis sangat mudah menular dari orangtua
ke anak, tapi TB tidak menular dari anak ke anak.Tuberkulosis adalah penyakit
serius yang gampang menular secara langsung melalui udara. Anak-anak dengan
kekebalan tubuh buruk paling rentan tertular TB dari orang dewasa yang positif
TB. Tapi TB tidak menular antara sesama anak. Gejala TB pada anak lebih susah
didiagnosis karena bukan merupakan gejala khas TB. Pada anak jarang ditemukan
gejala batuk berdahak seperti yang diderita pada orang dewasa. Dan seringkali
terjadi salah diagnosa, karena gejala yang dialami bisa juga merupakan gejala
penyakitlain. Tuberculosis pada anak bisa ditandai dengan gejala-gejala ;Demam
lama atau berulang, tapi tidak terlalu tinggi, Tidak ada nafsu makan (anoreksia),
Berat badan tidak naik-naik, Malnutrisi atau gangguan gizi, Multi L (lemah, letih,
lesu, lelah, lemas letoy, loyo, lambat), Batuk lama atau berulang, tetapi tidak
berdahak (tapi seringkali ini merupakan gejala asma), Diare berulang. Gejala TBC
sendiri tidak serta-merta muncul. Saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, bisa
jadi anak hanya demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai
muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan
setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun
tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru
muncul gambaran vlek. Saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul
gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung
kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak
muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini
yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.

Diagnosis TB pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji dahak (sputum
test), karena memang jarang pasien TB anak mengalami batuk berdahak. Selain
itu, foto roentgen pada anak juga tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat.
Maka diperlukan uji Tuberkulin atau uji Mantoux. Uji Tuberkulin dilakukan
dengan menyuntikkan tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Reaksi
obat dapat dilihat 48 sampai 72 jam setelah penyuntikan. Uji Tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TB. Untuk pengobatan TB pada anak menggunakan
tiga macam obat, yaitu INH, Rifampicin dan Pirazinamide. Pemberian obat INH
dan Rifampicin selama dua bulan, dan Pirazinamide selama empat bulan,
sehingga minimal pemberian obat sama dengan orang dewasa, yaitu enam bulan.
Ketika seorang anak sudah menderita TB aktif, maka seluruh anggota keluarga
dan orang dewasa lain yang kontak dekat dengan si anak harus diperiksa untuk
mencari sumber penularan dan segera diobati, agar rantai penularan dapat
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai