Anda di halaman 1dari 40

TUNTUNAN IBADAH

SESUAI TARJIH MUHAMMADIYAH

BAITUL ARQAM MAHASISWA / MAHASISWI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
21-23 DESEMBER 2020
OLEH : AFRIZAL, M.H.I
PENGERTIAN IBADAH
SECARA BAHASA IBADAH BERARTI :
TAAT, TUNDUK, HINA DAN PENGABDIAN
SEDANGKAN MENURUT ISTILAH :
MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT
DENGAN MELAKSNAKAN SEGALA
PERINTAHNYA DAN MENJAUHI SEGALA
LARANGANYA SERTA MENGAMALKAN APA
SAJA YANG DIPERKENANKAN OLEH NYA
Pembagian Ibadah
ditinjau dari ruang lingkupnya ibadah dibagi
menjadi dua bagian yaitu
1. ibadah khashshah (khusus) yaitu ibadah
yang ketentuanya telah ditetapkan oleh nash
seperti thaharah, shalat, zakat dll
2. ibadah ammah (umum) yaitu semua
perbuatan baik yang dilakukan dengan niat
karena Allah seperti berdakwah, menuntut
ilmu, bekerja dll
PRINSIP-PRINSIP IBADAH
• HANYA MENYEMBAH KEPADA ALLAH
• TANPA PERANTARA
• IKHLAS
• SESUAI DENGAN TUNTUNAN
• SEIMBANG ANTARA UNSUR JASMANI DAN
ROHANI
• MUDAH DAN MERINGANKAN
• Ketua MTT Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Syamsul Anwar mengatakan bahwa dalam
lingkungan Muhammadiyah pengertian tarjih
telah mengalami perkembangan makna. Dari
makna yang dipahami sebagaimana menurut
pengertian aslinya dalam ilmu ushul fikih
bergeser kepada makna yang lebih luas karena
perkembangan kegiatan ketarjihan di
Muhammadiyah. Kegiatan ketarjihan adalah
aktifitas intelektual untuk merespons berbagai
masalah sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan
dari sudut pandang agama Islam.
• Berdasarkan definisi manhaj tarjih tersebut
memuat unsur-unsur: 1. Wawasan
(semangat/perspektif), 2. Sumber ajaran, 3.
Pendekatan, 4. Metode (prosedur teknis.)
Manhaj tarjih sebagai kegiatan intelektual
untuk merespons berbagai persoalan dari
sudut pandang agama Islam tidak sekedar
bertumpu pada prosedur teknis, melainkan
juga dilandasi oleh wawasan atau perspektif
pemahaman agama yang menjadi karakteristik
pemikiran Islam Muhammadiyah.
• Wawasan/perspektif tarjih tersebut meliputi:
1. Wawasan paham agama, 2. Wawasan tidak
berafiliasi mazhab tertentu, 3. Wawasan
tajdid, 4. Wawasan toleransi, 5. Wawasan
keterbukaan.
• Wawasan Paham Agama
• Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan
perantara Nabi-nabi-nya, berupa perintah-
perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akhirat. Ini merupakan pengertian agama secara
umum.
• Disamping itu putusan tarjih mendefinisikan pula
agama (yaitu agama islam) yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw adalah apa yang diturunkan
Allah di dalam Quran dan yang tersebut dalam
sunnah sahih, berupa perintah-perintah dan
larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunai dan akhirat.
• Wawasan Tajdid
• Tajdid mempunyai dua arti, yakni dalam
bidang akidah dan ibadah, tajdid bermakna
pemurnian dalam arti mengembalikan akidah
dan ibadah kepada kemurniannya sesuai
dengan sunnah Nabi saw. dalam bidang
muammalat duniawiyah, tajdid berarti
mendinamisasikan kehidupan masyarakat
dengan semangat kreatif dan inovaif sesuai
tuntunan zaman.
• Wawasan Toleransi
• Toleransi artinya bahwa putusan tarjih tidak
menganggap dirinya saja yang benar,
sementara yang lainnya tidak benar. Dalam
“Penerangan tentang hal tarjih” yang
dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan,
“Keputusan tarjih mulai merundingkan sampai
kepada menetapkan tidak ada sifat
perlawanan, yakni menantang atau
menjatuhkan segala yang tidak dipilih oleh
tarjih itu”.
• Wawasan Keterbukaan
• Keterbukaan artinya bahwa segala yang
diputuskan oleh tarjih dapat dikritik dalam
rangka melakukan perbaikan, ketika apabila
ditemukan dalil dan argumen yang lebih kuat,
maka majelis tarjih akan membahasnya
dengan mengoreksi dalil dan argumen yang
dinilai kurang kuat.
• Wawasan Tidak Berafiliasi Mazhab
• Memahami agama dalam perspektif tarjih dilakukan langsung dari
sumber sumber pokok, yakni al-Quran dan sunnah melalui proses
ijtihad dengan metode ijtihad-ijtihad yang ada. Namun tidak berarti
menafikan berbagai pendapat fukaha yang ada. pendapat-pendapat
mereka itu sangat penting dan dijadikan bahan pertimbangan untuk
menentukan diktum norma/ajaran yang lebih sesuai degan
semangat di mana kita hidup.
• Manhaj (metodologi) tarjih juga mengandung pengertian sumber-
sumber pengambilan diktum ajaran agama, yakni al-Quran dan
sunnah yang ditegaskan dalam sejumlah dokumen resmi
Muhammadiyah.
• Dalam beberapa dokumen resmi Muhammadiyah disebutkan, Pasal
4 ayat (1) “Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakawah amar
ma’ruf nahi munkar dan tajdid, bersumber kepada al-Quran dan
sunnah.” Dalam putusan tarjih di Jakarta tahun 2000 BAB II angka 1
menegaskan, “Sumber ajaran Islam adalah al-Quran dan sunnah al-
Maqbulah.”
Sumber-sumber Ajaran Agama
• Manhaj (metodologi) tarjih juga mengandung pengertin sumber-
sumber pengambilan norma agama. Sumber agama adalah al-
Quran dan as-Sunnah yang ditegaskan dalam sejumlah dokumen
resmi Muhammadiyah,
1. Pasal 4 ayat (1) Anggran Dasar Muhammadiyah yang telah dikutip
di atas yang menyatakan bahwa gerakan Muhammadiyah
bersumber kepada dua sumber tersebut.
2. Putusan Tarjih Jakarta 2000 Bab II angka 1 menegaskan,
“Sumber ajaran Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbūlah
( ”.)‫السنة المقبولة‬Putusan Tarijih ini merupakan penegasan kembali apa
yang sudah ditegaskan dalam putusan-putusan tedahulu (HPT, h.
278),
. ‫ْف‬ ُ ‫ق ُه َو اْلقُ ْرآ ُن اْل َك ِر ْي ُم َو ْال َح ِدي‬
َّ ‫ْث ال‬
ُ ‫ش ِري‬ ْ ‫ي َعلَى اْ ِإل‬
ِ َ‫طال‬ ْ َ ‫• األ‬
ِِّ ‫ص ُل ِفي الت َّ ْش ِري ِْع اْ ِإل ْسالَ ِم‬
Artinya:
Dasar mutlak dalam penetapan hukum Islam adalah al-Qur’an dan
al-Hadits asy-Syarif.
• Prosedur Tehnis (Metode)
1. Metode Ijtihad
• Metode untuk menemukan suatu norma syariah menggunakan ijtihad,
dan dalam praktik Muhammadiyah biasanya digunakan ijtihad kolektif.
Penegasan penggunaan ijtihad ini tersirat dalam rumusan tentang qiyas
dalam HPT, di mana ditegaskan.
‫ي ِم ْن‬ َ ‫ت ِه‬ ْ ‫س‬ ََ ‫ت اْلحا َ َجةُ ِإ‬
َ ‫لى اَ ْْل َع َم ِل ِبها َ َولَ ْي‬ ْ ‫ف ِع ْن َد ُمواَ َج َه ِة أ ُ ُم ْو ٍر َوقَ َع‬
ِ ‫ت َو َد َع‬ ُّ ‫ت‬
ُ ‫الظ ُر ْو‬ ِ ‫تى ا ْست َ ْد َع‬
َ ‫• َو ُ َم‬
‫ص ْو ُل‬ ُ ‫ص ِح ْي َح ِة فَا ْ ُلو‬ َّ ‫سنَّ ِة ال‬ ِ ‫ص ِر ْي ٌح ِمنَ اْلقُ ْر‬
ُّ ‫آن أ ِو ال‬ َ ‫لم ْيَ ِر ْد فِ ْي ُح ْك ِمها َ نَص‬ َ ‫ض ِة َو‬ َ ‫ت اْل َم ْح‬
ِ ‫أ ُم ْو ِر اْل ِعبَا َدا‬
‫ص اْ َلو ِار َدةِ َعلَى أَسا َ ِس تَسا َ ِوي اْل ِعلَ ِل‬ ِ ‫ص ْو‬ ُ ُّ‫ق اْ ِال ْجتِها َ ِد َواْ ِال ْستِ ْنبا َ ِط ِمنَ الن‬ َ ‫لى َم ْع ِرفَ ِة ُح ْك ِمها َ َع ْن‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ َ ‫ِإ‬
.‫ف‬ ِ َ‫ف َواْل َخل‬ ِ َ‫سل‬ ُ ‫َكما َ َج َرى َعلَ ْي ِه اْلعَ َم ُل ِع ْن َد‬
َّ ‫علَما َ ِء ال‬
• Artinya:
• Bilamana perlu dalam menghadapi soal-soal yang telah terjadi dan
dihajatkan untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang tak bersangkutan
dengan ibadah mahdah pada hal untuk alasannya tidak terdapat nash
yang sharih di dalam al-Qur’an atau Sunnah shahihah, maka jalan untuk
mengetahui hukumnya adalah melalui ijtihad dan istinbat dari nash-nash
yang ada berdasarkan persamaan ‘illat sebagai mana telah dilakukan oleh
ulama salaf dan khalaf.
• Teks putusan ini sebenarnya menjelaskan bahwa qiyas
dapat digunakan dalam menemukan hukum syar’i,
namun terbatas dalam hal yang tidak menyangkut
ibadah mahdah (murni). Namun dalam teks ini tersirat
penggunaan ijtihad, dan satu satu bentuk ijtihad itu
adalah qiyas.
• Dalam praktik Muhammadiyah (Tarjih) metode-metode
ijtihad lainnya seperti penggunaan maslahah, istihsan
dan lain-lain juga dapat dilakukan. Misalnya dalam
fatwa Tarjih tentang penjatuhan talak di rumah secara
sepihak oleh suami dinyatakan tidak berlaku. Talak
dalam fatwa itu harus dijatuhklan di depan sidang
Pengadilan Agama. Landasannya antara lain adalah
prinsip maslahat.
2. Operasionalisasi Sumber dan Metode Pemahamannya
• Dalam mengoperasionalisasikan sumber dan metode
pemahamannya dilakukan berdasarkan istiqr±’
ma‘naw³. Artinya ijtihad tidak dilakukan berdasarkan
satu atau dua hadis, melainkan untuk menemukan
hukum satu masalah harus dilakukan penelitian
terhadap berbagai sumber syariah yang ada. Dengan
kata lain, ijtihad tidak dilakukan dengan berdasarkan
kepada sat atau dua hadis saja, melainkan seluruh nas
dan metode ijtihad terkait dihadirkan secara serentak.
Contoh putusan tarjih dalam kaitan ini adalah putusan
tentang seni patung (Putusan Aceh 1995). Termasuk
juga dalam kaitan ini adalah ijtihad tentang
penggunaan hisab.
• 3. Ta’arud« al-Adillah
• Jika terjadi ta‘±rud diselesaikan dengan urutan cara-
cara sebagai berikut:
• Al-jam‘u wa at-tauf³q, yakni sikap menerima semua
dalil yang walaupun zahirnya ta‘±rud. Sedangkan pada
dataran pelaksanaan diberi kebebasan untuk
memilihnya (takhy³r).
• At-tarj³h, yakni memilih dalil yang lebih kuat untuk
diamalkan dan meninggalkan dalil yang lemah.
• An-naskh, yakni mengamalkan dalil yang munculnya
lebih akhir.
• At-tawaqquf, yakni menghentikan penelitian terhadap
dalil yang dipakai dengan cara mencari dalil baru.
CONTOH – CONTOH PENENTUAN
PELAKSANAAN IBADAH BERDASARKAN
TARJIH
TATA CARA SHALAT NABI SAW
1. Niat, secara bahasa berarti al-qasdhu (menyengaja),
sehingga siapapun yang menyengaja suatu perbuatan
maka sebenarnya ia telah mempunyai niat di dalam
hatinya.
2. Berdiri, sempurna menghadap ke arah qiblat hal ini sesuai
dengan bunyi QS Al-Baqarah ayat 238.
Peliharalah segala shalat (mu) dan (peliharalah) shalat
wustha (ashar). Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu)
dengan khusyu
3. Bertakbir, dengan mengucapkan Allaahu Akbar. Takbir
pertama ini dinamakan Takbiratul Ihram karena setalah
takbir ini diharamkan melakukan gerakan lain diluar
gerakan yang dituntunkan dalam shalat hingga selesai
Takbir ini disyariatkan dengan berdasarkan hadits
antara lain HR. Abu Hurairah :
‫استَ ْقبِ َِل الْ ِقْب لََة فَ َكَِّْب َُثَّ اقْ َرَأْ َما‬ َ
‫ث‬ َ
‫وء‬ ‫ض‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫غ‬ ِ
‫ب‬ ‫س‬ َ ‫أ‬ ‫ف‬ ِ
َ
‫ة‬ ‫ال‬ ‫الص‬ َ
‫ل‬ ِ
‫ا‬ َ
‫ت‬ ِ
َُّ
ْ َُُ ْ َ َ ْ ِ َّ َ َ ُْ َ ‫ا‬
‫م‬ ‫ق‬ ‫ا‬‫ذ‬
َِ ‫كَ ِم ََن الْ ُق ْر‬
‫ان‬ َ ‫تَيَ َّسََر َم َع‬
Apabila kamu bangkit berdiri untuk shalat, maka
sempurnakanlah dalam berwudlu, kemudian
menghadap kiblat, lalu bertakbirlah kemudian
bacalah Al-Qur’an yang paling mudah yang ada
padamu (Muttafaq Alayh)
kemudian membaca salah satu doa iftitah :
َِ ‫ق َوالْ َم ْغ ِر‬
‫ب‬ َِ‫ي الْ َم ْش ِر‬
َ َْ‫َ ب‬ََ ‫ي َك َما َََبع ْد‬ ََ ‫ي َخطَ َاَي‬ ََ َْ‫اللَّ ُه ََّم ََب ِع َْد بَْي ِنَ َوب‬
َِ َ‫الدن‬
‫س‬ َّ ‫ض ِم ََن‬ َُ َ‫ب اْألَبْي‬ َُ ‫اْلَطَا َََي َك َما يُنَ َّقى الثََّ ْو‬ ْ ‫ن ِم ََن‬ َ ِ ‫اَللَّ ُه ََّم نَ ِّق‬
‫َّلج َوَالََِبَِد‬
َِ ‫اء َوالث‬َِ ‫ي َِبلْ َم‬ ََ ‫اَللَّ ُه ََّم ا ْغ ِس َْل َخطَ َاَي‬
4. Membaca al-Fatihah secara tartil (jelas dan perlahan)
dengan sebelumnya bermohon perlindungan dengan
membaca ta’awwudz tanpa dikeraskan, lalu membaca
basmallah.
Membaca basmallah apakah lirih ataukah keras ?
Para Ulama berbeda pendapat dalam membaca basmallah
saat membaca Al-Fatihah dalam shalat jahr. Ada yang
membacanya dengan keras (jahr), ada juga yang
melirihkannya (sirr), bahkan ada yang sama sekali tidak
membacanya.
Mayoritas Ulama selain as-Syafi’I dan Malik memilih
melirihkan bacaan basmallah saat membaca Al-Fatihah
sebagaimana bunyi Hadits :
Aku shalat bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan
Usman, aku tidak mendengar satupun diantara mereka
yang membaca Bismillahirrahmanirrahiim (HSR. Muslim,
al-Nasa’I dan Ahmad)
5. Ruku, angkat kedua tangan seperti takbiratul
ihram sambil bertakbir Allahu Akbar menuju ke
posisi ruku.
yang perlu diperhatikan adalah bahwa posisi
kedua tangan saat ruku ada pada kedua lutut kita
dalam keadaan menggenggam, sehingga sudut
ruku diperkirakan 90 derajat bujur sangkar.
ketika ruku membaca :
َ ِ‫ك اللَّ ُه ََّم َربَّنَا َوِِبَ ْم ِد ََك اللَّ ُه ََّم ا ْغ ِف ْر‬
‫ل‬ ََ َ‫ُسْب َحان‬
atau
‫ب الْ َع ِظْي ََم‬ََِّ‫ُسْب َحا َن َر‬
6. I’Tidal, setelah ruku yakni berdiri tegak dengan
sempurna dan tenang (tuma”ninah) serta
membaca :
‫اْلَ ْم َُد‬
ْ ‫ك‬ َِ ‫للا لِم َن‬
ََ َ‫َح َدَهُ َربَّنَا َول‬ َ ‫ع‬
َ َِ
‫َس‬
َْ ُ َ
Bagaimana posisi tangan setelah I’tidal ?
posisi tangan setelah I’tidal adalah tegak lurus
dan tidak bersedekap di dada, karena tidak ada
hadis maqbul yang menjelaskan adanya tuntunan
sedekap setelah I’tidal kecuali hanya penafsiran
terhadap hadis yaitu :
..... ُ‫ود ُكلَ فَ َقارَ َم َكانََه‬ ََ ُ‫استَ َوى َح َّّتَ يَع‬ ْ ِ
ْ ُ َ َ َ ََ َ ‫فَا‬
َ
‫ه‬ ‫س‬ ‫أ‬
‫ر‬ َ
‫ع‬ ‫ف‬
‫ر‬ ‫ا‬‫ذ‬
Apabila mengangkat kepalanya beliau tegak lurus
hingga setiap tulang kembali ke tempatnya
Sementara dalam riwayat Rifa’ah bin Rafi ra
hanya menyebutkan :
apabila kamu mengangkat kepalamu maka
tegakkanlah tulang punggungmu hingga kembali
tulang tersebut ke persendiannya.
hadis-hadis inilah yang sering ditafsirkan dengan
kembali ke posisi semula dengan sedekap,
padahal tidak satupun matan hadis yang
menyebutkan tentang kembali ke posisi
semulakecuali hanya penafsiran belaka.
7. Sujud, Bertakbirlah tanpa mengangkat tangan
menuju gerakan sujud dengan meletakkan kedua
lutut lebih dahulu lalu kedua tangan, kemudian
letakkan wajah (dahi dan hidung).
Adapun bacaan yang biasa dibaca Nabi SAW
saat sujud dan ruku adalah :
َ ِ‫ك اللَّ ُه ََّم َربَّنَا َوِِبَ ْم ِد ََك الَلَّ ُه ََّم ا ْغ ِف ْر‬
‫ل‬ ََ َ‫ُسْب َحان‬
Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan
dengan pujaan kepada-Mu ya Allah ampunilah
hamba (Muttafaq Alayh)
Atau
‫ب اْأل َْعلَى‬ ََِّ‫ُسْب َحا َن َر‬
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi
8. Duduk, setelah sujud kedua, maka dituntunkan
untuk duduk, jika dalam posisi duduk tasyahud
awal maka posisi duduknya iftirasy yakni duduk di
atas bentangan kaki kiri sementara telapak kaki
kanan ditagakkan dengan jari kaki kanan
menghadap kiblat, namun jika sudah dalam posisi
duduk tasyahud akhir maka posisi duduknya
tawaruk yakni pangkal paha atas (pantat) yang
kiri duduk bertumpu pada lantai sedangkan posisi
kaki kanan sama dengan tahiyat awal.
Pada saat tasyahud, bacalah tahiyat dengan posisi
jari-jari tangan kiri terjulur di atas lutut,
sedangkan jari-jari tangan kanan dalam posisi
mengepal kecuali jari telunjuk yang menunjuk
untuk berdoa.
Apakah telunjuk digerak-gerakan ataukah tidak ?
memang ada hadis dari Wail yang berbunyi :
َِ ‫صبَ َع َهُ فَ َراَيْتَُهُ ُُيَِّرُك َها يَ ْد ُع‬
‫وبَا‬ ِ‫َُثَّ رفَ َع ا‬
ْ ََ
Kemudian beliau mengangkat telunjuknya lalu aku melihat
beliau menggerak-gerakkannya untuk berdoa denganya (HR.
Al-Nasa’I, Ahmad, dari Wail bin Hujr ra)
tetapi hadis yang lebih kuat yaitu dari abdullah bin al-
Zubayr bahwa Nabi SAW tidak menggerak-gerakan telunjuk
saat berdoa berbunyi :
‫صبُعَِِه اِ َذا َد َعا َو َل ُُيَِّرُك َها‬ ِ
ْ ‫َكا َن يُش َُْي ِِب‬
Beliau menunjuk dengan telunjuknya bila berdoa dan tidak
menggerak-gerakkanya (HSR. Al-Nasai, Abu daud dari
Abdullah bin al-Zubayr ra)
jika menggunakan metode tarjih maka hadis yang tidak
menggerak-gerakannya lah yang dipegang karena hadis yang
menggerak-geraknanya kontroversial dan bermasalah
Adapun bacaan tahiyat yaitu :
َّ ُ‫للا َوبََرَكاتَُه‬
‫السالََُم‬ َِ ُ‫َّب َوَر َْحََة‬ َ ِ‫ك اَي َها الن‬ ََ ‫ال َُم َعلَْي‬ َّ َ‫ا‬
َ ‫الس‬ َُ َ‫اََ ََو الطَّيِّب‬ ‫و‬‫ل‬
َ ‫الص‬
ًّ
ُ َِ َِ ُ ‫و‬
َ ِ َ‫ا‬
‫لل‬
َ َ ‫ي‬
َّ ِ ‫الت‬
‫َّح‬
ِ ِ
َ َّ‫ي اَ ْش َه َُد اَ َْن َل الََهَ ا َل‬
‫للاُ َواَ ْش َه َُد اَ َّن ُُمَ َّمدَا َعْب ُدَهُ َوَر ُسولَُُه‬ ِِ
ََ ْ ‫الصاْل‬
َّ ‫للا‬ َ ‫اد‬ َ َ‫َعلَْي نَا َو َعلَى ِعب‬
‫ت َعلَى اِبْ َر ِاهْي ََم ََو َعلَى َاََِل‬ ََ ‫صلَّْي‬
َ َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ ‫د‬
َ ‫م‬َّ ‫ُم‬
َُ َ
‫ل‬َِ‫اللَّه ََّم ص َِل َعلَى ُُمَ َّمدَ و َعلَى ا‬
َ َّ ُ
َِ ‫تَ َعلَى اِبْ َر ِاهْي ََم َو َعلَى أ‬
‫َل‬ ْ ‫م‬ ‫ك‬ ‫د‬
َ ‫م‬ ‫ُم‬ َ
‫ل‬ِ
َ َ َ َ َ َّ َُ َ َ َ َّ َُ َ َ َ َ ْ َ ْ ‫ا‬
‫ك‬ ‫ر‬ ‫َب‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫و‬ ‫د‬
َ ‫م‬ ‫ُم‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ َ
‫ك‬ْ ِ
‫ر‬ ‫َب‬‫و‬ َ
‫م‬ ‫ي‬ ‫اه‬ِ ‫ر‬ ‫ب‬ِ
َُ ‫َحْيدَ ََِم‬
‫يد‬ َِ ‫ك‬ ََ َّ‫اِبْ َر ِاهْي ََم اِن‬
Mengenai penambahan kata sayyidina Muhammad
dalam shalat tidak satupun hadis menuntunkanya
sehingga tidak disunahkan menggunakannya meskipun
untuk maksud penghormatan. Tetapi diluar bacaan
shalat boleh saja menyebutkan sayyidina Muhammad
sebagai ekspresi cinta dan penghormatan kepada Nabi
SAW
WUDLU
Ialah bersuci dengan menggunakana air, muka,
kedua tangan sampai siku, mengusap kepala dan
kedua kaki sampai mata kaki.
hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS al-
Maidah ayat
Hai orang-orang yang beriman apabila kamu
hendak mendirikan shalat maka basuhlah
wajahmu dan kedua tanganmu sampai siku,
usaplah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai
mata kakimu
Rukun Wudlu
Yang dimaksud dengan rukun atau fardhu wudlu
disini adalah sesuatu yang wajib dikerjakan dalam
berwudlu.
Rukun wudlu ini didasarkanpada nash Al-Qur’an
surat al-Maidah ayat 6 yang menyebutkan 4
anggota wudlu yang wajib dibasuh dalam
berwudlu. Oleh karena itu niat sebagai penentu
diterima tidaknya sebuah amalan dan sunnah
Nabi SAW yang senantiasa berwudlu secara tertib
Demikian pula hadits Nabi SAW :
َّ ‫ث احتَّى يات ا او‬
‫ضَا ا‬ ‫لا يا ْقبالَ ا‬
َ‫صالاَة ا ا ا احدَ ك َْم اذاا ا ا ْح َدا ا‬ َ
Artinya Allah tidak menerima shalat salah
seorang kamu bila berhadats sampai
berwudlu (HR. al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Abu Daud dan Ahmad)
maka mayoritas ulama berpendapat bahwa niat
dan tertib termasuk dalam rukun wudlu. Tetapi
ulama Hanafiyah mengatakan bahwa niat dan
tertib itu termasuk sunnah sehingga rukun wudlu
tetap 4 sebagaimana petunjuk zahir ayat 6 surat
al Maidah.
Empat Rukun wudlu :
1. Membasuh wajah
2. Membasuh kedua tangan sampai siku
3. Mengusap/menyapu kepala
4. Membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki
TATA CARA WUDLU
Dalam hal tata cara wudlu berdasarkan hadits
yang diceritakan oleh Humran maula (mantan)
budak Usman bin Affan yaitu :
Niat berwudlu karena Allah dengan mengucap
bismillah (‫)توضؤا باسم هللا‬
Membasuh tangan tiga kali sambil menyela
nyela jari jemari
berkumur kumur secara sempurna sambil
memasukkan air ke hidung kemudian
menyemburkannya sebanyak tiga kali
membasuh wajah tiga kali secara merata sambil
mengucek ujung bagian dalam kedua mata
membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali
kemudian tangan kiri dengan cara yang sama
mengusap kepala sekaligus dengan telinga
cukup satu kali. Kepala yang dimaksud disini
adalah tempat tumbuhnya rambut dikepala
membasuh kaki kanan sampai mata kaki sambil
menyela-nyela jemari sebanyak tiga kali,
kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama
tertib.
setelah wudlu menghadap kiblat dan
membaca :
Ashadu anla ila ha illallah wa as haduanna
Muhammadan abduhu warasuuluh (HSR.
Nasa’i, Ibn Majah)
‫اللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهرين‬
Tambahan ini secara sanad cukup
kontroversial karena sanadnya kacau dan
terputus
Hal- Hal Yang Membatalkan Wudlu
• Keluarnya sesuatu dari 2 lubang yaitu qubul
dan dubur
• Tidur nyenyak dalam keadaan terbaring
• Menyentuh kemaluan tanpa alas atau
pembatas
• Hilang akal seperti gila, pingsan atau mabuk
• Bersetubuh
TAYAMUM
• Adalah sebagai pengganti wudlu dan mandi besar bila
ada halangan seperti sakit atau ketiadaan air untuk
bersuci.
• Tayamum didasarkan pada ayat al-Qur’an surat al-Nisa
ayat 43 dan al-Maidah ayat 6 :
dan jika kamu sakit atau sedang dalam musyafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf Lagi
Maha Pengampun
Hadits Riwayat Ammar bin Yasir ra. Yang
bercerita dihadapan Umar bin Khattab bahwa
dalam perjalanan ia pernah berguling-guling
diatas tanah lalu shalat karena junub dan tidak
mendapatkan air. Akhirnya kejadian ini
diceritakan kepada Nabi Muhammad saw dan
beliaupun bersabda :
sesungguhnya cukup bagimu begini, lalu
beliau pun menepukkan kedua telapak
tangannya ke tanah lalu meniupnya kemudian
mengusap keduanya pada wajah dan kedua
telapak tangannya (HR. Muttafaq alaih)
Dalam redaksi al-Bukhari yang lain dan al-Nasai
ada tambahan :
dan mengusap wajah dan kedua tangannya sekali
Berdasarkan dalil di atas, maka cara bertayamum
adalah sebagai berikut :
1. Mengucap bismillah sambil meletakkan kedua
telapak tangan di tanah (boleh di dinding),
kemudian meniup debu yang di kedua telapak
tangan tersebut
2. Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah
satu kali, kemudian langsung mengusapkan ke
tangan kanan lalu kiri cukup sampai pergelangan
telapak tangan, masing-masing satu kali
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN TAYAMUM

• Semua yang membatalkan wudlu


• Menemukan air suci sebelum mengerjakan
shalat. Bagi yang sudah shalat lalu menemukan
air untuk bersuci pada saat waktu shalat belum
habis, maka ada dua pilihan kebolehan, yaitu
boleh mengulang shalat dan boleh tidak
mengulang (HR. Abu Daud dan Nasai).
• Habis masa berlakunya yakni satu tayamum
untuk satu kali shalat kecuali dijama’

Anda mungkin juga menyukai