Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM IPA TERAPAN

PROYEK IPA TERAPAN UMUM

Disusun oleh:

Tri Nur Anifah 18312241026

Aulia Nurlitasari 18312241035

Angela Alfina P. 18312241036

Puput Novia A. 18312241037

Pendidikan IPA A 2018


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Maret, 2021

HALAMAN PENGESAHAN:

PROYEK IPA TERAPAN UMUM

oleh:

Kelompok 4

Yogyakarta, 22 Maret 2021

Anggota:

Nama NIM Tanda Tangan


Tri Nur Anifah 18312241026
Aulia Nurlitasari 18312241035
Angela Alfina Purnama 18312241036
Puput Novia Anggraeni 18312241037

Diserahkan pada tanggal 23 Maret 2021, jam ….


Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Ekosari Roektiningroem, M. P.)


A. KEGIATAN 1
1. JUDUL
Vacuum Cleaner

2. TUJUAN
a. Menjelaskan prinsip kerja vacuum cleaner
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kekuatan vacuum cleaner

3. DASAR TEORI
Vacuum Cleaner adalah alat penyedot debu pada karpet atau lantai.
Alat ini terdiri atas mesin penyedot, selang penyedot dengan mulut penyedot. Pada
umumnya, vacuum cleaner dilengkapi dengan kabel panjang dan roda
untuk memudahkan gerakan ketika membersihkan (Darsono, 1995: 34).
Vacuum cleaner didefinisikan sebagai alat pembersih karpet atau carpet sweeper.
Namun memiliki arti yaitu penghisap debu. Penghisap debu ialah perkakas rumah
tangga yang berfungsi sebagai ‘sapu elektronik’.
Vacuum cleaner adalah alat yang digunakan untuk membersihkan debu yang
menempel pada karpet. Alat ini bekerja berdasarkan perbedaan tekanan udara.
Dalam vacuum cleaner, motor dan blower dirancang supaya ruang pembersih dan
selang karet tekanannya berkurang. Jadi, ada perbedaan tekanan antara ruang vakum
dan tekanan udara luar. OIeh karena itu, vacuum cleaner dapat menyerap debu
yang menempel pada karpet sebab tekanan udara luar (tekanan atmosfer) memaksa
udara masuk ke dalam ruang vakum. Debu yang menempel pada karpet terserap
masuk bersama-sama dengan masuknya udara ke ruang vakum (Ruwanto, 2011: 57).
Sistem kerjanya menggunakan pompa udara untuk menciptakan keadaan kosong
untuk menghisap debu dan kotoran, biasanya dari lantai. Sebagian besar rumah
dengan lantai berkarpet di negara berkembang memiliki penghisap debu sebagai
pembersih. Kotoran dikumpulkan dengan sistem penyaringan maupun siklon untuk
kemudian dibuang. Sejumlah uji telah menunjukkan bahwa penghisapan debu dapat
membunuh 100% kutu muda dan 96% kutu dewasa.
Vacuum cleaner secara umum digunakan untuk menghisap debu / kotoran
berukuran kecil sedangkan kegunaannya dalam usaha cuci mobil dipergunakan untuk
membersihkan bagian interior mobil seperti: jok, karpet, dashboard dan sela-sela
bagian di bagian dalam mobil. Saat ini vacuum cleaner yang dipergunakan dalam
usaha cuci mobil adalah vacuum yang memiliki kemampuan “WET ‘n DRY”, yakni
bisa digunakan untuk menghisap permukaan kering dan basah (air).
Wet & Dry Vacuum Cleaner (Multi Purpose Vacuum Cleaner. Vacuum
cleaner ini serbaguna bisa sebagai mesin penyedot debu kering
atau menyedot debu basah di atas lantai biasa maupun karpet (Darsono, 1995: 34).

4. METODOLOGI PERCOBAAN
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 17 Maret 2021
Waktu : 09.20 – 11.00 WIB
Tempat : di tempat tinggal praktikan
b. Variabel Percobaan
1. Variabel bebas : ukuran styrofoam yang akan dihisap vacuum cleaner
2. Variabel terikat : waktu selama vacuum cleaner menghisap styrofoam
3. Variabel control : alat dan bahan yang digunakan dan jumlah styrofoam
c. Alat dan Bahan
1) Botol soda 6) Karet
2) Bola ping pong 7) Kertas
3) Pisau atau cutter 8) Styrofoam
4) Gunting 9) Tissue
5) Selotip atau perekat
d. Desain
Percobaan Alat

e. Prosedur Percobaan

Memotong bagian bawah botol sekitar 1/3 dari dasarnya, dan membuat lubang di bagian
atas botol dengan ukuran 3/4 inci sekitar 1 - 1/2 inci di bawah leher. Lubang tersebut akan
menuju ke filter bag.

Membuat kantong penyaring untuk penyedot debu dengan selembar tissue berukuran 6' x
4'. Melipat persegi panjang kertas menjadi dua dan merekatkan sisi-sisinya untuk membuat
tas. Merekatkannya di atas lubang yang telah dibuat di dekat leher botol.

Merekatkan salah satu ujung utas ke bola ping-pong. Meletakkan bola di bagian atas botol.
Memasukkan ujung karet yang bebas melalui mulut botol, dan merekatkan ke bagian luar
botol sehingga bola pin-pong menggantung sedikit di bawah leher.

Memotong selembar kertas berukuran 6' x 3' dan melipat menjadi dua secara memanjang.
merekatkan setiap ujung strip ini ke bagian bawah botol untuk membuat pegangan piston.

Mencoba alat tersebut dengan variabel bebas yang telah ditentukan.


5. DATA HASIL PERCOBAAN
Ukuran Waktu yang diperlukan
No. Dokumentasi
styrofoam untuk menghisap styrofoam

1. Potongan besar 1.14 menit

2. Potongan sedang 1.01 menit

3. Potongan kecil 1.00 menit


*Gambar di atas menunjukkan waktu penghisapan styrofoam

6. PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum pembuatan vacuum cleaner ini, praktikan bertujuan
untuk menjelaskan prinsip kerja vacuum cleaner dan mengetahui faktor yang
mempengaruhi kekuatan vacuum cleaner. Pada praktikum ini praktikan menetapkan
variabel bebas berupa ukuran styrofoam yang akan dihisap menggunakan vacuum
cleaner. Untuk variabel terikatnya praktikan menetapkan waktu selama vacuum
cleaner menghisap styrofoam. Sementara itu untuk variabel kontrolnya, praktikan
menetapkan alat dan bahan serta jumlah setiap ukuran styrofoam.
Pertama-tama praktikan menyiapkan alat dan bahan berupa botol soda, bola ping
pong, cutter, gunting, solatip, karet, tissue, kertas, dan styrofoam seperti berikut ini

Gambar 1.1 Alat dan bahan pembuatan vacuum cleaner


Botol soda dijadikan sebagai bahan utama untuk membuat vacuum cleaner. Bola ping
pong digunakan untuk menghambat udara masuk ketika piston ditarik dari botol soda.
Cutter dan gunting digunakan memotong botol soda dan styrofoam. Solatip untuk
merekatkan dua benda. Karet berfungsi untuk menyambungkan bola ping pong
dengan mulut botol. Tissue digunakan untuk filter bag. Kertas dijadikan sebagai
pegangan piston untuk mendorong dan menariknya. Dan styrofoam digunakan
sebagai piston dan juga digunakan sebagai partikel yang akan dihisap vacuum
cleaner.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, praktikan memotong 1/3 botol soda bagian
bawah. Kemudian praktikan membuat lubang persegi panjang tipis pada ujung botol,
di bawah mulut botol. Lubang persegi panjang tersebut nantinya digunakan untuk
tempat filter bag. Setelah itu praktikan membuat filter bag menggunakan tissue.
Kemudian praktikan memasang filter bag tersebut pada lubang persegi panjang tadi.
Setelah itu praktikan menempelkan ujung karet yang telah diputus ke permukaan bola
dan mengaitkan ujung karet lainnya pada mulut botol. Sehingga bola ping pong dapat
menggantung di dekat dalam mulut botol. Praktikan kemudian membuat piston
menggunakan styrofoam yang telah dipotong lingkaran dengan diameter
menyesuaikan bagian tengah botol. Untuk pegangannya praktikan menggunakan
kertas yang dilipat membentuk persegi panjang. Kertas tersebut kemudian ditempel di
styrofoam membentuk pegangan yang melengkung. Setelah itu praktikan
memasukkan piston tersebut di bagian bawah botol tadi. Jadi desain alat vacuum
cleaner yang praktikan buat seperti berikut ini

Gambar 1.2 Vacuum cleaner sederhana yang dibuat praktikan


Cara menggunakan vacuum cleaner sederhana ini pertama praktikan mendorong
piston ke dalam botol, dan menariknya kembali dengan hentakan. Hal tersebut
menurunkan tekanan udara di dalam botol. Udara bertekanan rendah di dalam botol
akan menciptakan daya hisap yang akan menarik udara bertekanan tingii dari luar.
Setelah itu praktikan mendorong piston kembali. Hal tersebut berguna untuk
memampatkan udara dan meningkatkan tekanan. Bola ping pong berfungsi sebagai
katup saat pratikan mendorong piston masuk ke dalam botol.
Vacuum cleaner yang telah dibuat oleh praktikan kemudian diuji penggunaannya
dengan menghisap styrofoam yang ukurannya berbeda-beda. Praktikan menyiapkan
styrofoam dengan potongan besar, potongan sedang, dan potongan kecil dengan
jumlah yang sama rata. Pada ukuran styrofoam potongan besar, waktu yang
dibutuhkan untuk menghisap seluruh styrofoam yaitu satu menit empat belas detik.
Untuk ukuran styrofoam potongan sedang diperlukan waktu satu menit satu detik
untuk menghisap seluruh styrofoam. Sedangkan untuk ukuran styrofoam potongan
kecil diperlukan waktu satu menit untuk menghisap seluruh styrofoam. Jadi dapat
dikatakan semakin kecil partikel yang dihisap, maka semakin cepat vacuum cleaner
menghisap partikel tersebut.
Vacuum cleaner ini biasa digunakan untuk menyedot debu pada lantai ataupun
karpet. Alat ini terdiri dari mesin penyedot, dan selang penyedot yang dilengkapi
dengan mulut penyedot. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Darsono
(1995: 34) yang menyatakan bahwa vacuum Cleaner adalah alat penyedot debu pada
karpet atau lantai. Alat ini terdiri atas mesin penyedot, selang penyedot dengan mulut
penyedot. Pada umumnya, vacuum cleaner dilengkapi dengan kabel panjang dan roda
untuk memudahkan gerakan ketika membersihkan.
Prinsip kerja dari vacuum cleaner yaitu menerapkan konsep tekanan udara.
Tekanan udara di dalam vacuum cleaner didesain seminimal mungkin. Pada vacuum
cleaner sederhana yang dibuat praktikan, piston didorong masuk ke dalam botol
untuk membuat tekanan udara di dalamnya menjadi seminimal mungkin. Kemudian
tekanan udara di luat botol memaksa udara untuk masuk ke dalam botol. Perbedaan
tekanan di dalam botol dan di luar botol inilah yang menyebabkan vacuum cleaner
sederhana ini mampu menghisap partikel yang ada di depan mulut botol. Hal tersebut
sesuai dengan teori menurut Ruwanto (2011: 57) yang mengemukakan bahwa alat
ini bekerja berdasarkan perbedaan tekanan udara. Dalam vacuum cleaner, motor
dan blower dirancang supaya ruang pembersih dan selang karet tekanannya
berkurang. Jadi, ada perbedaan tekanan antara ruang vakum dan tekanan udara luar.
OIeh karena itu, vacuum cleaner dapat menyerap debu yang menempel pada karpet
sebab tekanan udara luar (tekanan atmosfer) memaksa udara masuk ke dalam ruang
vakum. Debu yang menempel pada karpet terserap masuk bersama-sama dengan
masuknya udara ke ruang vakum.
Prinsip kerja vacuum cleaner menggunakan konsep tekanan. Tekanan yaitu gaya
yang bekerja pada satuan luas bidang tekan. Tekanan sebandinng dengan gaya yang
bekerja pada suatu benda. Tekanan berbanding dengan luas bidang tekan. Atau dapat
dituliskan persamaan tekanan menjadi P = F/A. Seperti yang dikatakan oleh Frank
(1986) yang mengungkapkan bahwa membangun teori dasar tentang unjuk kerja
pompa vacuum, bahwa alirannya satu dimensi, dengan menggabungkan vektor-
vektor kecepatan fluida yang diperoleh dengan pengidealan ini dalam bilah-bilah
pendesak itu dengan teorema momentum sudut untuk suatu volume kendali.
Faktor yang mampu mempengaruhi kekuatan vacuum cleaner yaitu ukuran
partikel atau benda, volume tabung, dan kecepatan tarikan pompa. Semakin besar
ukuran partikel, maka akan semakin kecil kekuatan vacuum cleaner untuk menyedot
partikel tersebut. Sementara itu semakin besar volume dan semakin cepat tarikannya,
maka kekuatan penyedotan partikel juga akan semakin besar.

7. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan membuat vacuum cleaner ini, maka dapat disimpulkan
bahwa,
a. Prinsip kerja dari vacuum cleaner yaitu berdasarkan perbedaan tekanan udara di
luar botol dan di dalam botol.
b. Faktor yang mempengaruhi kekuatan vacuum cleaner yaitu ukuran partikel atau
benda, volume tabung, dan kecepatan tarikan pompa. Semakin besar ukuran
partikel, maka akan semakin kecil kekuatan vacuum cleaner untuk menyedot
partikel tersebut. Sementara itu semakin besar volume dan semakin cepat
tarikannya, maka kekuatan penyedotan partikel juga akan semakin besar.
8. JAWABAN PERTANYAAN
a. Mengapa alat tersebut bisa menyedot benda atau partikel?
Jawab:
Vacuum cleaner dapat menyedot benda atau partikel karena adanya perbedaan
tekanan udara di luar dan di dalam alat. Tekanan udara yang tinggi dari luar
masuk ke dalam yang tekanannya rendah sehingga benda atau partikel ikut
terbawa masuk.

b. Apa faktor yang mampu mempengaruhi kekuatannya?


Jawab:
Faktor yang mampu mempengaruhi kekuatan vacuum cleaner yaitu ukuran
partikel atau benda, volume tabung, dan kecepatan tarikan pompa. Semakin besar
ukuran partikel, maka akan semakin kecil kekuatan vacuum cleaner untuk
menyedot partikel tersebut. Sementara itu semakin besar volume dan semakin
cepat tarikannya, maka kekuatan penyedotan partikel juga akan semakin besar.
B. KEGIATAN 2
1. JUDUL
Kapal Selam Sederhana

2. TUJUAN
Mengetahui prinsip kerja kapal selam sederhana

3. DASAR TEORI
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapaat mengalir. Istilah fluida mencakup
zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.
Fluida statis memiliki hukum-hukum, salah satunya adalah hukum Archimedes.
Hukum archimedes menyatakan bahwa “ sebuah benda yang tercelup sebagian atau
seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkannya”. Artinya, sebuah benda yang tenggelam
seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas
yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.
Berdasarkan hukum archimedes, sebuah benda yang tercelup ke dalam zat cair
akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan gaya keatas
(Fa) dari zat cair itu. Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya
kedua gaya tersebut yaitu sebagai berikut:
 Tenggelam
Sebuah benda yang tercelupka ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat
benda (W) lebih besar dari gaya ke atas (Fa). Jadi, Syarat benda tenggelam adalah
Massa jenis benda harus lebih besar dari massa zat cair.
 Melayang
Sebuah benda yang tercelup kedalam zat cair akan melayang jika berat benda
(W) sama dengan gaya keatas (Fa) atau benda tersebut dalam keadaan setimbang.
Jadi, Syarat benda melayang adalah massa jenis benda harus sama dengan dari
massa zat cair.
 Terapung
Sebuah benda yang dicelupkan kedalam zat cair akan terapung juka berat
benda (W) lebih kecil dari gaya keatas (Fa). Jadi, Syarat benda mengapung adalah
Massa jenis benda harus lebih kecil dari massa zat cair

4. METODOLOGI PERCOBAAN
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 22 Maret 2021
Waktu : Pukul 7.30
Tempat : Rumah praktikan

b. Variabel Percobaan
1) Variabel bebas : volume udara yg ditiup
2) Variabel terikat : ketinggian kapal selam
3) Variabel control : alat dan bahan pembuatan, lokasi uji coba, massa jenis air

c. Alat dan Bahan


1) Botol bekas
2) Solder
3) Selang
4) Sedotan
5) Plastisin
6) 4 buah baterai
7) Gunting
8) Selotip

d. Prosedur Percobaan
Melubangi botol menggunakan solder pada dua tempat sebagai jalan masuk selang dan
sedotan. Kemudian memasukkan selang dan sedotan tersebut.

Menutup sela-sela sedotan dan botol dengan plastisin, begitu pula sela-sela selang dengan
botol juga ditutup plastisin.

Menempelkan baterai pada badan botol dengan selotip. Tempat menempelnya di dekat
lubang sedotan agar bagian lubang tersebut nantinya berada di bawah botol.

Melakukan uji coba produk. Caranya meletakkan botol pada air sampai badan botol
terendam sepenuhnya.

Meniup selang sehingga udara keluar dari botol. Volume tiupan divariasi untuk melihat
perbedaannya pada kenaikan tinggi kapal selam.

5. DATA HASIL PERCOBAAN


NO Posisi awal (tenggelam) Posisi Akhir Keterangan

1 Ketika udara
dibuang, air
masuk ke badan
botol, botol
perlahan
tenggelam
2 Dengan tiupan
sedang, botol
terapung,
volume tercelup
2/3 dari badan
botol

3 Dengan tiupan
kuat, botol
terapung,
volume tercelup
1/5 dari badan
botol

6. PEMBAHASAN
Praktikum kapal selam sederhana memiliki tujuan untuk mengamati bagaimana
prinsip kerja kapal selam. Kapal selam ditempatkan di dalam air. Air termasuk
fluida. Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapaat mengalir. Istilah fluida
mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat
mengalir.
Fluida dalam percobaan ini adalah fluida statis (karena air diam/tidak mengalir).
Fluida statis memiliki hukum-hukum, salah satunya adalah hukum Archimedes.
Hukum archimedes menyatakan bahwa “ sebuah benda yang tercelup sebagian atau
seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkannya”. Artinya, sebuah benda yang tenggelam
seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas
yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.
Oleh karena itu terdapat tiga kemungkinan posisi benda yang akan terbentuk.
Tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis fluida. Terapung jika
massa jenis benda kurang lebih sama dengan massa jenis fluida, dan melayang jika
massa jenis benda kurang dari massa jenis fluida. Prinsip inilah yang dipergunakan
dalam kapal selam.
Alat dan bahan yang diperlukan yaitu Botol bekas, Solder, Selang, Sedotan,
Plastisin, 4 buah baterai, Gunting , dan Selotip. Cara pembuatan sangat sederhana.
Badan botol sebagai kapal selam, selang sebagai masukan udara, sedotan untuk
keluaran air, dan baterai sebagai pemberat agar botol bisa tenggelam. Dalam
praktikum ini yang difariasi adalah kekuatan tiupan, yaitu tiupan negatif (disedot),
tiupan sedang, dan tiupan kuat. Kemudian melihat perbedaannya pada kapal selam.
Secara umum, prinsip kerja kapal selam dan proses yang terjadi di dalamnya
adalah sebagai berikut.
1. Ketika dicelup ke dalam air, air masuk melalui sedotan di bagian bawah.
Kemudian udara akan keluar melalui selang karena terdapat tekanan air. Hal ini
menyebabkan massa jenis air kurang lebih sama dengan massa jenis kapal selam.
Sehingga kapal selam akan melayang di dalam air.

2. Ketika udara ditiupkan ke dalam kapal, muncul tekanan udara pada kapal selam.
Tekanan udara ini akan mendorong air keluar melalui sedotan. Akibatnya massa
jenis kapal selam lebih kecil daripada massa jenis air sehingga badan kapal selam
terangkat ke atas dan melayang di permukaan air.
3. Ketika udara dihembuskan dengan kekuatan sedang, maka pergerakan naiknya
kapal juga sedang (tidak cepat maupun lambat). Selain itu, posisi kapal juga
terapung dengan 2/3 bagian tercelup. Hal ini dikarenakan tekanan udara yang
dihembuskan tidak cukup kuat untuk menekan air agar keluar. Sehingga proses
pertukaran udara dan air di dalam botol berlangsung lambat.

4. Ketika udara dihembuskan dengan kuat, maka pergerakan naiknya kapal juga
cepat dan posisi melayang dengan ¼ bagian tercelup. Hal ini dikarenakan tekanan
udara cukup kuat untuk mengeluarkan air secara cepat sehingga pertukaran udara
dan air di dalam botol berlangsung cepat. Akibatnya, kapal selam terapung
dengan cepat.
5. Ketika udara ditarik keluar dari kapal selam, peristiwa yang terjadi adalah
sebaliknya. Yaitu tekanan udara melemah sehingga tekanan air lebih besar dan air
terdorong masuk ke dalam kapal selam. Akibatnya massa jenis air dan massa jenis
kapal selam kurang lebih sama. Kemudian kapal selam perlahan-lahan tenggelam.

7. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, cara kerja kapal selam ada dua. Ketika udara
dihembuskan, tekanan udara di dalam kapal selam lebih besar dari tekanan air di
dalam kapal selam sehingga udara memasuki kapal selam dan air terdorong keluar.
Akibatnya massa jenis kapal selam kurang dari massa jenis air dan kapal selam
terapung. Sebaliknya, ketika udara ditarik, tekanan udara di dalam kapal selam lebih
kecil dari tekanan air di dalam kapal selam sehingga air memasuki kapal selam dan
udara terdorong keluar. Akibatnya massa jenis kapal selam kurang lebih sama dengan
massa jenis air dan kapal selam melayang.
C. KEGIATAN 3
1. JUDUL
Kapal Air

2. TUJUAN
Untuk mengetahui cara kerja kapal uap

3. DASAR TEORI
Hukum aksi – reaksi (Hukum III Newton) Kapal uap juga menggunakan
konsep hukum III Newton. Mesin kapal uap memberikan gaya aksi dengan
mengemburkan gas keluar lewat belakang kapal dan gas tersebut memberikan gaya reaksi
dengan mendorong kapal kedepan.
Bunyi hukum III Newton : jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka
benda kedua tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama yang besar gayanya
sama dengan gaya yang diterima tetapi berlawanan arah. Perlu diperhatikan bahwa kedua
gaya tersebut harus bekerja pada dua benda yang berlainan.
F aksi = - F reaksi

(Giancoli, 1997).

Tekanan uap adalah suatu uap pada kesetimbangan dengan fase bukan dengan
uapnya. Massa jenis adalah pengukur massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap volumenya (Supiyanto,
2005).
Perpindahan kalor pada kapal uap termasuk jenis perpindahan kalor secara
konveksi. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat car dan gas dalam hal ini
terjadi karena adanya perbedaan massa jenis dalam zat cair tersebut (Supiyanto, 2005).
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum
universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu
bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika
ini berbunyi: “Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding
dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja
yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya”. Kata lainnya yaitu bahwa
energi tidak dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, dan juga energi tidak dapat
diciptakan maupun dimusnahkan (Hukum Termodinamika I) (Giancoli, 1997).

4. METODOLOGI PERCOBAAN
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021
Waktu : 14.00- selesai
Tempat : Rumah praktikan
b. Alat dan Bahan
1) Sterofoam
2) Kaleng bekas
3) Stik es cream
4) Sedotan
5) Lilin
6) Lem
7) Air
8) Gunting
9) Cuter
10) Alat tulis
11) Hp
12) Pengaris
c. Prosedur Percobaan
5. DATA HASIL PERCOBAAN

Kapal uap sederhana dapat bergerak dan lubang yang dibuat mengeluarkan uap air.

6. PEMBAHASAN
Praktikum dengan judul “Kapal Uap” bertujuan untuk mengetahui cara kerja
kapal uap. Praktikum ini dilakukan di rumah praktikan pada tanggal 20 Maret 2021 pukul
14.00 sampai selesai. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kaleng bekas
minuman sejumlah dua dan satu untuk menampung air dan satu untuk menjadi alas lilin
pada kapal uap, stick es cream sebanya 4 buah untuk menjadi kaki kaleng yang
menampung air, strerofoam untuk menjadi alas perahu, lilin untuk menjadi sumber panas,
sedotan untuk membantu mengalirkan uap air panas, kemudian alat yang digunakan
adalah gunting, cuter, lem, alat tulis, pengaris, dan hp.
Langkah untuk membuat kapal uap adalah pertama membuat pola pada
strerofoam dan memotongnya, kedua membuat lubang pada sisi bawah kaleng minuman
dan menutup bagian yang terbuka pada sisi atas dengan rapat pada praktikum ini
digunakan lembaran kaleng sisa alas untuk lilin yang ditempelkan menggunakan lem G,
ketiga membuat lembaran keleng dengan kaleng minuman yang satu lagi dengan
membuang bagian atas dan bawahnya kemudian dipotong di bagian tengah kemudian
memotong secukupnya untuk dijadikan alas lilin pada perahu, keempat memasang kaki
pada keleng menggunaan stick es cream kemudian mengisikan sedikit air kedalam
kalengnya, kelima menyatukan kaleng dengan alas perahu dan memasang lilinya, keenam
menyalakan lilin dan mengetes kinerja perahu uap didalam kolam kemudian mencatat
hasilnya.
Hasilnya adalah perahu uap dapat berjalan dan ada uap air yang
dikeluarkan oleh lubang pada kaleng. Uap air tersebut berasal dari air yang mendidih
didalam kaleng yang dipanasi menggunakan lilin. Uap air yang keluar akan mendorong
perahu untuk bergerak ke depan. Peristiwa ini disebut dengan hukum aksi reaksi, mesin
kapal uap memberikan gaya aksi dengan mengemburkan gas keluar lewat belakang kapal
dan gas tersebut memberikan gaya reaksi dengan mendorong kapal kedepan.

Gambar 1. Rancangan Alat Peraga Kapal Uap

Gambar 2. Percobaan Kapal Uap Didalam Air

Bunyi hukum III Newton adalah jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda
kedua maka benda kedua tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama yang besar
gayanya sama dengan gaya yang diterima tetapi berlawanan arah (Giancoli, 1997). Dalam
kapal uap, uap air yang keluar ke arah belakang akan memberikan gaya ke depan dengan
besar yang sama pula, sehingga kapal uap dapat bergerak maju.

7. KESIMPULAN
Cara kerja kapal uap sama dengan hukum III Newton yaitu hukum aksi reaksi
yang berbunyi jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua
tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama yang besar gayanya sama dengan
gaya yang diterima tetapi berlawanan arah. Gaya yang menyebabkan uap air keluar ke
arah belakang akan memberikan gaya yang sama pula ke arah depan sehingga kapal uap
bisa bergerak ke depan.
D. KEGIATAN 4
1. JUDUL
Roket Air
2. TUJUAN

Menjelaskan prinsip kinerja roket air

3. DASAR TEORI
Roket air atau aquajet adalah salah satu jenis roket yang menggunakan air
sebagai bahan bakarnya dengan memanfaatkan udara bertekanan. Roket air
merupakan instrumen sederhana yang beroperasi mengikuti hukumhukum dalam
fisika. Sejauh ini roket air telah dijadikan sebagai suatu wahana permainan belaka.
Padahal jika dianalsisis secara konsep gerak yang terdapat dalam roket air terdapat
kajian yang cukup kompleks baik secara fisis ataupun matematis.(Haryani dkk :
2016)
Teori fisika yang menjelaskan bagaimana roket air bisa terbang adalah hukum
III Newton. Hukum III Newton mengatakan bahwa “ Jika benda A memberikan gaya
pada benda B (Gaya Aksi/Faksi), maka benda B akan memberikan gaya pada benda
A (Gaya Reaksi/Freaksi). Kedua gaya ini memiliki besar yang sama tetapi arahnya
berlawanan” (John Graham : 2001)
Dalam membuat roket air ada beberapa factor yang harus diperhatikan,
diantaranya : (Aldino, 2011)
1. Nose cone
Nose cone adalah bagian yang paling ujung dari sebuah roket. Bentuk nose cone
mempengaruhi kestabilan roket saat meluncur.selain itu, bentuk nose cone juga
menentukan kecepatan roket. Nose cone dibuat lancip agar mempunyai kecepatan
yang maksimal karena ujung yang lancip dapat lebih mudah membelah udara.
2. Body Roket
body roket adalah bagian yang sangat penting dari roket air. Body roket berisi air
yang digunakan sebagai bahan bakar roket. Biasanya untuk membuat roket air
yang tahan oleh tekanan, body roket dibuat dengan menggunakan botol air soda
yang nota bene tahan terhadap tekanan
3. Fin (sayap roket)
Sayap roket adalah bagian yang sangat penting dari sebuah roket, dibuat dengan
fungsi sebagai pengarah aliran udara dari ujung roket menuju belakang. Dengan
kata lain berfungsi membuat gerakan roket lebih stabil
4. Nazzel
Nazzel adalah salah satu bagian penting dari sebuah roket karena ukuran nazzel
yang dipakai menentukan besarnya gaya dorong roket, selain sebagai lubang
keluarnya campuran air dan udara, nazzel juga berfungsi sebagai penghubung
antara roket dan statif (peluncur)

4. METODOLOGI PERCOBAAN
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021
Waktu : 13.00 - selesai
Tempat : Rumah Praktikan
b. Variabel Percobaan
1) Variabel bebas : Volume air
2) Variabel terikat :Jarak luncur roket
3) Variabel control : alat dan bahan pembuatan roket air
c. Alat dan Bahan
 Botol bekas air mineral 1,5 L  Pipa ½ inci
 Kardus  Sambungan L ½ inci
 Plastisin  Sambungan T ½ inci
 Double tape  Tali still
 Lakban  Tali tambang kecil
 Gunting  Air
 Kertas buffalo  Kertas
 Lem pipa  Dop
 Pompa
d. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan roket
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Membuat nose cone roket bentuk mengerucut dari kertas buffalo dan
pada ujung nose cone yang rucut diberi plastisin sebagi pemberat
3) Membuat 4 sayap roket menggunakan kardus dengan bentuk trapesium
4) Merekatkan nose cone dengan double tape dan di lapisi dengan lakban
agar tidak mudah lepas pada bagian depan botol
5) Memasang sayap-sayap roket dengan lakban
6) Opsi bagian nose cone dan sayap roket dilapisi kertas yang tidak
mudah basah sat terkena air
2. Cara membuat statif (peluncur) roket

1) Pipa 1/2'' ukuran 4 m dipotong menjadi 8 pipa berukuran 20 cm dan 1


pipa ukuran 39cm dengan menggunakan gergaji pipa.
2) Kemudian, 6 pipa berukuran 20 cm di gabungkan menjadi statif bentuk
persegi panjang menggunakan pipa L sebagai penghubung bagian tepinya
dan pipa T sebagai penghubung bagian tengah statif. Lalu sambungan
pipa – pipa tersebut di rekatkan dengan lem pipa, supaya kuat dan tidak
ada udara yang keluar.
3) Untuk membuat peluncur roket dibuat dari 1 pipa berukuran 20 cm dan 1
pipa ukuran 39cm yang disatukan. Kemudian direkatkan dengan selotip
dan diberi seal tape diatasnya. Lalu pipa tadi disambungkan pada dasar
statif.
4) Salah satu pipa T dilubangi menggunakan pisau untuk jalan masuk
selang.
5) Pentil ban tubles dipasangkan pada salah satu lubang selang dan lubang
satunya dimasukkan melalui pipa T yang sudah dilubangi menuju badan
roket.
6) Untuk penyangga peluncur roket dibuat dari 1 pipa berukuran 20 cm dan
kemudian ujungnya ditutup dengan tutup pipa agar udara tidak keluar.
7) Lalu Pipa 1'' ukuran 20 cm dimasukkan ke dalam pipa tadi dan
dipasangkan dengan pipa T ukuran 1''.
e. Cara kerja alat
1) Mengisi roket botol dengan air dengan variasi air yang akan ditentukan
2) Memompa roket melalui pentil pada dudukan dengan tekanan yang maksimal
3) Setelah udara dalam roket penuh tekanan, tariklah tali pipa pemantik dengan
cepat, maka air dan udara akan keluar melalui roket, akibatnya roket
terdorong dan meluncur ke angkasa.

f. Skema Rangkaian

Gambar : Skema rangkaian percobaan


Sumber : Dokumen pribadi

5. DATA HASIL PERCOBAAN


No Jumlah volume Jarak tempuh roket Tinggi Roket
air (m) meluncur
(patokan tinggi rumah +- 3 m)

1. Langsung dipompa 2m 1m
tanpa air
2. ¼ dari badan roket 6m Melampaui
3. ½ dari badan roket 13 m Melampaui
6. PEMBAHASAN
Pada percobaan Roket Air ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip kinerja roket
dengan percobaan yang telah dilakukan pada hari Sabtu, 20 Maret 2021, pukul 13.00
sapai selesai yang bertempat di rumah ppraktikan.

Pada percobaan ini adapun alat dan bahan yang digunakan cukup banyak yaitu
meliputi 2 proses pembuatan, yang pertama pembuatan roket airnya dan yang kedua
pembuatan statif roket. Alat dan bahan yang diguanakan ada Botol bekas air mineral
1,5 L, kardus, plastisin, double tape, lakban, gunting, kertas buffalo, lem pipa,pompa,
pipa ½ inci, sambungan L ½ inci, sambungan T ½ inci, tali still, tali tambang kecil,
dop dan air.

Gambar : alat dan bahan


Sumber : dokumen pribadi
Dalam percobaan roket air ini meliputi 2 langkah yang pertama langkah
pembuatan roket airnya yang meliputi Menyiapkan alat dan bahan, membuat nose
cone roket bentuk mengerucut dari kertas buffalo dan pada ujung nose cone yang
rucut diberi plastisin sebagi pemberat, membuat 4 sayap roket menggunakan kardus
dengan bentuk trapesium, merekatkan nose cone dengan double tape dan di lapisi
dengan lakban agar tidak mudah lepas pada bagian depan botol, memasang sayap-
sayap roket dengan lakban dan opsi bagian nose cone dan sayap roket dilapisi kertas
yang tidak mudah basah sat terkena air.
Gambar : hasil pembuatan roket

Sumber : dokumen pribadi

Kemudian langkah kedua yaitu pembuatan statif roket yang mana cara
pembuatannya dengan Pipa 1/2'' ukuran 4 m dipotong menjadi 8 pipa berukuran 20
cm dan 1 pipa ukuran 39cm dengan menggunakan gergaji pipa. Kemudian, 6 pipa
berukuran 20 cm di gabungkan menjadi statif bentuk persegi panjang menggunakan
pipa L sebagai penghubung bagian tepinya dan pipa T sebagai penghubung bagian
tengah statif. Lalu sambungan pipa – pipa tersebut di rekatkan dengan lem pipa,
supaya kuat dan tidak ada udara yang keluar. Untuk membuat peluncur roket dibuat
dari 1 pipa berukuran 20 cm dan 1 pipa ukuran 39cm yang disatukan. Kemudian
direkatkan dengan selotip dan diberi seal tape diatasnya. Lalu pipa tadi
disambungkan pada dasar statif. Salah satu pipa T dilubangi menggunakan pisau
untuk jalan masuk selang. Pentil ban tubles dipasangkan pada salah satu lubang
selang dan lubang satunya dimasukkan melalui pipa T yang sudah dilubangi menuju
badan roket. Untuk penyangga peluncur roket dibuat dari 1 pipa berukuran 20 cm
dan kemudian ujungnya ditutup dengan tutup pipa agar udara tidak keluar. Lalu Pipa
1'' ukuran 20 cm dimasukkan ke dalam pipa tadi dan dipasangkan dengan pipa T
ukuran 1''.
Gambar : Hasil pembuatan statif roket
Sumber : dokumen pribadi

Roket air merupakan bentuk praktik dari pelajaran atau teori fisika yang biasa
dipelajari di sekolah. Khususnya mengenai tekanan dan gaya dorong yang
disebabkan udara.
Roket air adalah salah satu jenis roket yang menggunakan air sebagai bahan bakarnya.
Pemberian tekanan pada roket ini dapat diartikan sebagai gaya dorong udara yang bekerja
pada suatu luasan permukaan didalam roket. Hal ini seuuai dengan literasi menurut Hafid
Bahtiar (2011) Tekanan dapat digambarkan sebagai gaya-gaya yang bekerja dalam roket.
Saat roket belum diluncurkan tidak ada resultan gaya yang bekerja pada roket, namun setelah
roket diluncurkan muncul resultan gaya. Hal ini terjadi karena gaya dorong pada dinding
bagian bawah roket berkurang atau lebih sedikit dari pada gaya dorong dinding bagian atas
roket. Karena ada resultan gaya ke atas maka roket punbergerak ke atas.

Cara mengoperasikan roket air yaitu dengan mengisi air pada badan roket kemusian
dipasangkan dengan statif nya dan diberi tekanan udara dari pompa. Jika tekanan udaranya
sudah cukup, roket dilepaskan dan akan meluncur. Dari hasil percobaan roket air ini ternya
didapat kan data yang mana jika roket air ini tidak diberi air, dimana langsung dipasng pada
statif dan diberi tekanan udara hanya mampu meluncur sejauh 2 m dan untuk tingginya
hanya 1m,, pada roket air yang diberi air sebanyak ¼ dari bagian badan roket dan diberi
tekanan udara, roket ini mampu meluncur sejauh 6 m dan melampaui tinggi patokan,
sedangkan pada roket air yang diberia ir sebanyak ½ dari bagian badan roket dan diberi
tekanan udara, roket ini mampu meluncur sejauh 13 m dan melampaui tinggi patokan.
Dimana perlu diketahui dalam pemberian tekanan udara dari ketiga kali pengulangan
tersebut sama yaitu 10 kali push pompa sepeda.
Dari data hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin banyak air yang digunakan sebagai
bahan bakar dari roket air ini, hasil dari peluncurannya pun semakin jauh. Hal ini sesuai
dengan literature ( Barjah dkk : 2012) aDalam membuat roket air untuk mencapai jarak
terjauh ada pada pertimbangan ukuran atau volume body roket air. Body roket yang
memiliki ukuran atau volume lebih besar cenderung membuat peluncuran yang lebih
spektakuler karena volume roket menentukan jumlah maksimum air/bahan bakar dan udara
yang dapat disimpan.

Teori dasar peluncuran roket air, sama dengan percobaan balon yang
meluncur ke atas. Roket air memberikan gaya aksi yang sangat besar kepada gas,
dengan mendorong gas keluar, dan gas tersebut memberikan gaya reaksi yang sama
besar, dengan mendorong roket air ke atas. Gaya dorong yang diberikan gas kepada
roket air sama besar dengan gaya yang diberikan roket air kepada gas, hanya arahnya
berlawanan. Roket air mendorong gas ke bawah, gas mendorong roket air ke atas.
Inilah yang disebut hukum aksi-reaksi / hukum newton 3.
Sesuai dengan Teori fisika yang menjelaskan bagaimana roket air bisa
terbang adalah hukum III Newton. Hukum III Newton mengatakan bahwa “ Jika
benda A memberikan gaya pada benda B (Gaya Aksi/Faksi), maka benda B akan
memberikan gaya pada benda A (Gaya Reaksi/Freaksi). Kedua gaya ini memiliki
besar yang sama tetapi arahnya berlawanan” (John Graham : 2001)

7. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat dismipulkan bahwa :
Prinsip keerja dari roket air ini sama dangan kerja roket pada fisika, hanya saja roket
air menggunakan sir sebagai bahan bakar yang dibuang. Udara dipompakan ke dalam
badan roket yang berisi air sehingga tekanan udara di dalam botol lebih tinggi
daripada di luar botol. Pada saat diluncurkan, udara didalam badan roket menekan air
keluar dari badan roket. Semburan air tersebut memberikan gaya dorong pad a roket
sehingga roket dapat meluncur. Yang mana hal itu mengacu pada Hukum III Newton
(aksi-reaksi)
DAFTAR PUSTAKA

Aldino Adry Baskoro. 2011. Roket Air sebagai Peraga Sains Atraktif Untuk Mengenalkan
Konsep Gerak, Gaya, dan Perubahan Energi pada Siswa. LKIG Ke- 19 LIPI.
Barjah, NN, dkk. 2012. Rancang Bagian Alat Eksperimen Roket Air.Yogyakarta :Kanius
Darsono, Agustinus, 1995. Tata Graha Hotel (Housekeeping). Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Frank M, White. 1986. Mekanika Fluida I Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, D. C.1997.Fisika .Erlangga :Jakarta

Hafid Bahtiar, dkk. 2011. Belajar Fisika dengan Permainan Roket Air Sederhana. Salatiga :
Physics Community (Phyco)
Haryani, F. F., Amaliah, R., Fitrasari, D., & Viridi, S. (2016). Konsep fisika dalam gerak
permainan roket air. Seminar Nasional Pendidikan Sains (pp. 245- 254). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
John Graham. 2001. Sains Gaya dan Gerak. Jakarta : Erlangga.
Ruwanto, Bambang. 2011. Asyik Belajar Fisika. Jakarta: Gramedia.
Supiyanto. 2005. Fisika SMA XI . Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai