Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum ke-5 Hari/Tgl: Sabtu, 3 Oktrober 2020

M.K. Dietetik Infeksi dan Gizi Kurang

SHIGELLOSIS AKUT

Oleh :

Alya Sekarningrum J3F119003

Fatkhul Ehsan J3F119000

Sintya Aryani J3F119003

Penanggung Jawab :

Dr Roy Bozemantoro Uripi, MH

MANAJEMEN INDUSTRI JASA MAKANAN DAN GIZI


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

SHIGELLOSIS AKUT

Pak Sadi berumur 65 tahun, tinggi badan 165 cm, berat 54 kg, seorang
pensiunan, sering mengudap di angkringan di pinggir jalan. Sejak kemarin Os
mengeluh: jika akan defekasi perut terasa mulas, frekuensi defekasinya tiga kali
sehari, dengan konsistensi feses lebih encer dari biasa, di-sertai lendir dan darah.
Pemeriksaan fisik: keadaan umum baik, mata sedikit cekung, suhu 38.0 oC, frekuensi
pernafasan 20 X/menit, nadi 80 X/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, jantung dan
paru2 normal. Hati dan limfa tidak teraba, abdomen timpani, peristaltik meningkat.
Laboratorium darah Hb 13 g/dl, lekosit 11000/mm3, urin normal, sedang tinja
menunjukkan jumlah lemak meningkat, uji mikrobiologi shigella (+). Os rawat jalan,
mendapat obat antibiotik, vitamin dan pereda mulas.

1. Data Identitas dan Antopometri

Nama : Pak Sadi

Umur : 65 Thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pensiunan

Berat Badan : 54 kg

Tinggi Badan : 165 cm

IMT : 54/1,652

= 19,83 kg/m2

Status Gizi : Normal

2. Data subyektif

2
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

Defekasi perut terasa mulas, frekuensi defekasinya tiga kali sehari, dengan
konsistensi feses lebih encer dari biasa, di-sertai lendir dan darah.
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik :
Suhu :38,0C
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi :80 kali permenit
Frekuensi pernapasan :20 kali permenit
Hati dan limfa tidak teraba, abdomen timpani, peristaltik meningkat.
b. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 13 g/dl
Lekosit : 11.000/mm3
Urin normal, sedang tinja menunjukkan jumlah lemak meningkat, uji mikrobiologi
shigella.

4. Prilaku gizi penderita


Sering mengudap di angkringan di pinggir jalan, tidak memperhatikan higiene
dan sanitasi dalam mengkonsumsi makanan.
5. Patogenesis
Shigellosis adalah infeksi enteric invasive akut yang disebabkan oleh bakteri
yang masuk ke dalam genus Shigella, secara klinis ditunjukkan dengan diare yang
sering berdarah. Shigellosis banyak menjadi endemic di banyak negara
berkembang dann juga menjadi epidemi yang menyebabkan cukup morbiditas dan
kematian. (Nuraeni,2012).
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri
dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang
disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti
mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala
dan tanda dehidrasi.

3
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau


darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non
inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair
dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya
minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat
timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada
pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare
osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas
dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya
adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam
magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin
yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu,
asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal
seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan
diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory
bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,
sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat terjadi akibat lebih dari
satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang
bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya

4
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit
dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus.
Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer
fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel epitel.
Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagai colonization factor
antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen seperti
Enterotoxic E. Coli (ETEC) Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi
Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence factor
(EAF), menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur
sitoskleton di bawah membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak
terlihat pada infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin.
Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada
jenis kuman enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC.
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel
usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel
epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi
inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat dilepaskannya
mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif lain. Kuman
Shigella juga memproduksi toksin shiga yang menimbulkan kerusakan sel. Proses
patologis ini akan menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa
lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.
Sitotoksin

5
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh
Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan
sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat
menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC
serta V. Parahemolyticus

6. Kasus yang dihadapi:


a. Seorang PRIA umur 65 th, BB 54 kg, TB 165 cm.
b. Berdasar IMT 19,83 kg/m2status gizi penderita normal. Dengan diagnosa medis
Kolitis Et Kausa Shigellosis.
7. Analisa Assesmen
Taanda, GP, Masalah Gizi Tujuan Intervensi Jenis Intervensi
Lab, dan Obat
Frekuensi defekasi Gangguan Menghentikan diare Makanan mudah
meningkat = penyerapan zat gizi dicerna, tidak
Diarea merangsang sedikit
sisa
Peristaltik Gangguan Menormalkan Memberi diet yang
meningkat = pencernaan dan motilitas usus agar sedikit mungkin
gangguan motilitas penyerapan zat gizi pencernaan dan meninggalkan sisa
usus penyerapan kembali sehingga
normal membatasi volume
feses dan
menurunkan
peristaltik
Jumlah lemak tinja Gangguan Menghentikan Mengatur jenis dan
meningkat = pencernaan lemak steatorea jumlah lemak
Steatorea dalam diet
Mata cekung Gangguan Menyeimbangkan Memberi cairan
merupakan Satu keseimbangan cairan dan elektrolit yang cukup
tanda = Dehidrasi cairan dan
elektrolit
Abdomen timfani : Gangguan Menurunkan Diet rendah laktosa
adanya gas pencernaan pembentukkan gas
dirongga abdomen laktosa, sehingga
fermentasi
meningkat
pembentukan gas
Hemorrargi Gangguan Menghentikkan Memberi diet yang
(pendarahan penyerapan zat gizi pendarahan dan sedikit mungkin

6
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

kolon) akibat adanya luka menyembuhkan meninggalkan sisa


menyebabkan luka dan peradangan luka sehingga
pada kolon membatasi volume
feses dan tidak
merangsag kolon
Suhu 38C = Kebutuhan energi Mencukupi Diet dengan
Febris dan protein kebutuhan energi kandungan energi
Lekosit meningkat dan protein dan protein lebih
11.000/mm3 = tinggi dan normal
lekositosis
Kebiasaan Perilaku makan Mengubah perilaku Nasehat agar
mengudap terkait higiene dan makan penderita penderita
angkringan di sanitasi yang salah memperhatikan
pinggir jalan higiene dan sanitasi
dalam
mengkonsumsi
makanan

8. Rumusan masalah gizi pada domain klinik penderita:


Gangguan penyerapan zat gizi pada saluran pencernaan akibat penyakit colitis et
kausa shigellosis, ditandai dengan gejala diare, steatorhea, flatulensi dan dehidrasi.
9. Tujuan dan Syarat Diet
i. Tujuan dan Syarat Diet
Tujuan intervensi gizi pada penderita tersebut yaitu:
1. membantu mengatasi keluhan penderita, seperti diarhea, flatuensi, steatorhea dan
dehidrasi
2. mempertahankan status gizi
3. meningkatkan kekebalan penderita dan encegah kekambuhan
ii. Intervensi gizi yang dilakukan berupa:
1. pengaturan diet yaitu Diet Sisa Rendah 1, secara bertahap ditingkatkan menjadi
Diet Sisa Rendah 2 (Diet Biasa).
2. Nasehat perilaku makan : makan teratur dengan memperhatikan higiene pribadi,
higiene makanan dan sanitasi

10. Syarat diberi Diet Sisa Rendah 1 untuk Shigellosis:


1. Jumlah serat sehari maksimum 4 gram. Sayuran dan buah tidak diberikan
2. Bentuk makanan saring, cincang, atau dihaluskan.
3. Porsi kecil dan frekuensi sering, disajikan pada suhu kamar, tidak boleh terlalu
panas/dingin.

7
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

4. Energi dihitung dengan faktor sakit (FS) 1,13 (berdasar kenaik-an suhu), dan
faktor aktifitas 1,3 (beraktifitas sangat ringan).
5. Penggunaan gula dibatasi. Penggunaan bahan yang mengandung laktosa, misalnya
susu dan hasil olahannya dibatasi karena ada flatulensi.
6. Lemak dibatasi, maksimum 15 % energi setiap acara makan. Sumber lemak
dipilih yang mudah dicerna, misalnya MCT, contohnya dalam bentuk emulsi
seperti santan.
7. Protein cukup, yaitu 15 % AKE/hari atau rasio Kal : N = 175 : 1
8. Cairan tinggi, untuk mengatasi dehidrasi.
9. Menghindari bahan atau bumbu yang tajam / merangsang. Menghindari bahan
yang mengandung gas karena dapat menimbulkan flatulensi. Makanan dimasak
hingga lunak.
10. Vitamin dan mineral diberikan dalam bentuk suplemen.

Kasus. Shigellosis Akut

1. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


AMB : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 54) + (5 x 165) – (6,8 x 65)
= 1188,8

Keb. E : AMB x FS x FA
= 1188,8 x 1,13 x 1,3
= 1746 kal

Keb. P sehari dengan rasio Kalori : N = 175 : 1 atau 15%


: 15% x 1746 = 65,5
4

Keb.L : 15% x 1746 kal = 29,1 g


9

Keb. KH: 70% x 1746 kal = 305,6 g


4

2. Keb. Cairan sehari


1746 kal x 100 cc = 1746 cc
100

8
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

3. Perencanaan Keb. Energi, protein, lemak makan pagi dan selingan pagi
Energi makan pagi : 20% x Keb. E sehari
= 20% x 1746 kal
= 349 kal

Lemak makan pagi : 15% x Keb. L makan pagi


9
= 15% x 1746 kal
9
= 29,1 g

Energi selingan pagi : 5% x Keb. E sehari


= 5% x 1746 kal
= 87 kal

Lemak selingan pagi : 15% x Keb. L selingan pagi


9
= 15% x 87 kal
9
= 1,45 g

4. Tentukan jenis dan bahan makanan untuk makan pagi dan selingan pagi

Nama Berat
Waktu Keb. Kerangka E P L KH
Hidanga Bahan
makan E Menu sp g (kal) (g) (g) (g)
n
Makan 349 Makanan Bihun Bihun 1 50 175 4 - 40
Pagi kal pokok rebus
Lauk Semur Daging 1 55 75 7 5 -
hewani bola-bola
daging Minyak 1¼ 6 63 - 6 -
cincang
Minuman Teh Gula 1 14 36 - - -
manis
Total 349 11 11 40
Selinga 87 Snack Croute Tepung ¼ 10 44 1 - 10

9
M.K Dietetik Penyakit Infeksi dan Gizi Kurang
Kelompok 7
Kelas A2
Dosen Pembimbing: Dr. Roy Bozemantoro S.Ked., M.H.
PK Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi
Sekolah Vokasi - Institut Pertanian Bogor

n pagi kal manis with terigu


jam Margarin ½ 3 25 - 2,5 -
nenas
Gula ¼ 4 9 - - -

1/10
Nanas 10 8 - - 1

Total 86 1 2,5 11

10

Anda mungkin juga menyukai