Anda di halaman 1dari 10

MATERI KD 4.

MENYAJIKAN HASIL EVALUASI KARYA SENI


BUDAYA NUSANTARA

Penyajian Kritik Seni

Penyajian kritik seni memiliki bentuk dan cara yang sistematis. Kritikus yang baik secara
sadar memahami bentuk, proses, bahkan sistem yang digunakannya untuk mencapai
kesimpulan kritiknya. Menurut Feldman (1967:469) dalam teori kritik seni dikenal empat
tahap meliputi; deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi.

a. Deskripsi

Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada
pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut menyajikan keterangan
secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni. Kritikus sastra
akan menguraikan karya sastra dan menguraikan proses pembuatan karya tersebut.

Dalam karya seni rupa, kritikus akan mengarahkan perhatiannya pada prinsip konfirmasi
seperti warna, arah, bentuk, penggunaan baris, tekstur, volume, dan ruang. Dalam seni musik,
kritikus mendata bagaimana penyajian sebuah konser, baik aransemen, vokal, dan instrumen
musik yang dipakai untuk menyajikan sebuah pagelaran. Dalam seni tari, kritikus akan
menguraikan bagaimana aspek penari, gerak, ekspresi, dan ilustrasi musik yang
mengiringinya. Demikian pula seorang kritikus teater dan film yang akan menguraikan
sinopsis, termasuk aspek tokoh, akting, dialog, dan penampilan aktor/aktris utama dan
pemeran pembantu dalam sebuah pementasan teater atau pertunjukan film yang menjadi
objek kritik.

Data ini diperlukan karena sifatnya bisa mempengaruhi persepsi kritikus dalam hal
pemahaman dan penilaian kritisnya nanti. Dalam pembuatan deskripsi perlu dihindari
interpretasi terhadap karya seni, kesan pribadi kritikus ketika mengamati karya seni bukan
termasuk bagian dari deskripsi, jadi deskripsi berarti menguraikan fakta seni sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, tanpa tafsiran yang sifatnya ilusif dan imajinatif.

Disamping mendeskripsikan adegan, suasana, kritikus juga menerangkan pentas, tata cahaya,
dan dekorasinya, sekaligus mengutip puisi yang dibacakan. Dengan teknik mendeskripsi
seperti ini, tentu saja pembaca kritik mendapatkan informasi yang lengkap.

b. Analisis

Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Dalam karya
seni rupa, kualitas tersebut terdapat pada garis, bentuk, warna, pencahayaan, penataan figur,
lokasi, ruang, dan volume. Jika seorang kritikus musik memberikan penilaian terhadap
seorang penyanyi, maka disamping ia menafsirkan nilai penampilan sang artis, dia juga
menganalisis segi tekniknya, misalnya vokal, jangkauan suara, akting, kefasihan, dan kualitas
bunyi yang diciptakan.
Ide seorang kritikus sangat penting dalam menganalisis karya seni. Hasil karya seni,
selanjutnya akan menjadi fakta objektif bagi kritikus untuk menafsirkan makna seni. Hal ini
penting dalam upaya menilai seni secara kritis. Pada dasarnya tahap analisis adalah mengkaji
kualitas unsur pendukung subject matter yang telah dihimpun dalam data deskripsi.

c. Interpretasi

Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari
hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak bermaksud menemukan nilai
verbal yang setara dengan pengalaman yang diberikan karya seni. Juga bukan dimaksudkan
sebagai proses penilaian.

Aktifitas interpretasi merupakan sebuah tantangan dan tentu saja merupakan bagian penting.
Namun, dalam kegiatan ini kritikus tidak berada dalam posisi menilai, tetapi memutuskan apa
makna seni, tema karya, masalah artistik, masalah intelektual karya seni, dan akhirnya
menyimpulkan karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh.

Dalam menafsirkan karya seni, kritikus bertolak dari data deskripsi dan analisis (yang telah
dilakukan sebelumnya) untuk menghasilkan sebuah hipotesis tentang karya seni yang
bersangkutan. Perlu asumsi yang melandasi dalam menginterpretasikan karya seni.
Diasumsikan bahwa seni mempunyai kejelasan atau implikasi isi ideologis (bukan dalam arti
politis). Diasumsikan pula bahwa objek seni adalah hasil karya manusia yang tidak bisa lepas
dari aspek sistem nilai penciptanya. Karya seni tidak dapat dipisahkan dari wahana ide
senimannya.

Seorang kritikus tidak tertarik secara khusus pada persoalan apakah ide dalam karya seni
sesuai dengan pandangan senimannya (tidak ingin menerobos privacy seorang seniman)
karena pandangan seorang seniman belum pasti terjelma dalam produk seninya. Dengan kata
lain, kritikus tidak menggunakan seni untuk mendapatkan apa yang dipikirkan seniman, yang
diperlukan adalah bagaimana mengamati objek seni dengan seksama, sehingga ditemukan ide
yang sangat signifikan. Jadi, itulah fungsi seorang kritikus, menemukan gagasan apa yang
terdapat pada sebuah karya seni, dan selanjutnya mengungkapkan apa maknanya.

Dari keterangan di atas, yang penting untuk kritik seni, bahwa seniman bukan pemegang
otoritas dalam memaknai hasil karyanya. Para kritikus pada umumnya, sangat
memperhatikan apa yang dikatakan seniman, menyimak dengan baik segala ungkapan
seniman, tetapi kritikus akan menguji pernyataan tersebut pada karya seni yang
dihasilkannya. Pernyataan seniman ditempatkan sebagai material yang perlu dikonfirmasikan
dengan metode analisis dari interpretasi kritikus.

Bagi kritikus yang terbiasa mengamati karya naturalis dengan tema yang jelas, menafsirkan
seni abstrak atau seni non-objektif mengalami kesulitan. Kesulitan ini diperkirakan menjadi
alasan kuat bagi kritikus untuk berlindung pada pernyataan seniman, biografi dan pendapat
rekan-rekannya untuk mengungkapkan misteri karyanya. Kemudian juga pengaruh teori
kreatifitas artistik yang menganggap seniman mengetahui apa yang akan diekspresikan atau
masalah apa yang akan dipecahkan.
Namun demikian, kritikus seharusnya tidak mencampuradukkan antara niat atau tujuan
artistik dengan pencapaian artistik. Dengan kata lain, kebenaran sebuah pernyataan harus
dapat diamati pada karya seni, jika tidak, maka kritikus dapat melihat terjadinya kesenjangan
antara aspek konseptual dengan prestasi atau pencapaian artistik. Dalam mengamati seni
kontemporer, kritikus mudah terpengaruh oleh reputasi seniman dan tulisan tentang karyanya.
Namun dalam praktik penilaian kritis, hal tersebut hanya digunakan sebagai pedoman dalam
hal khusus jika diperlukan, akan tetapi makna seni dalam arti sesungguhnya kritikus yang
menyimpulkannya.

Sesungguhnya kritik seni tidak berfungsi sebagai pengganti pengalaman estetis, mengungkap
makna seni bukanlah berarti menemukan verbalisasi objek seni.

Dalam menafsirkan secara kritis karya seni kontemporer, kritikus berurusan dengan kualitas
formal dan sensual objek seni. Kritikus menafsirkan dengan cermat dampak kualitas
penghayatannya. Selama proses pembuatan deskripsi dan analisi, kritikus membicarakan
elemen seni dan teknik pengorganisasiannya untuk mengarahkan perhatiannya langsung pada
keaktualan objek seni.

Salah satu masalah sentral dalam estetika dan kritik seni adalah tidak ada jalan menghindari
persepsi seni organisisme manusia. Variasi persepsi itu sendiri adalah sumber kegembiraan
dan bagian dari kesenangan hidup. Kritikus dengan sadar dan penuh pertimbangan berusaha
memformulasikan suatu penjelasan spesifik dari data tersebut. Isi deskripsi dan analisis
dijadikan sebagai bukti dan kesaksian yang sangat berguna. Keterangan tersebut dengan
sendirinya mensugestikan diri mewakili seni, meskipun tidak lengkap sebagai suatu karya
seni yang utuh. Namun, dapat dipilih satu atau lebih data deskripsi dan analisis sebagai
landasan pembentukan hipotesis, jika memang ada keterangan yang mengesankan.

Dalam kritik seni, tidak terlalu mementingkan apa penyebab kreasi sebuah objek seni. Namun
lebih mengutamakan ide atau prinsip pengorganisasian yang memberikan efek tertentu pada
kritikus. Sebagai penyebab timbulnya praduga, bahwa objek seni yang sama akan
mempengaruhi individu secara berbeda.

Oleh karena itu, efek seni dan pengalaman estetik berada inside the skin of an observer,maka
kritik seni mengembangkan suatu metode yang dapat memperkecil subjektifitas yang inherent
dalam kritik seni. Dengan kata lain, karena kita tidak berhasil menelaah efek yang diberikan
seni in side kita, tampaknya cara terbaik ialah menelaah pernyataan, observasi, dan persepsi
yang telah dibuat seputar objek seni, yang ada diluar pribadi kita. Meskipun efek tersebut
timbul pada diri kita, tetapi hal itu dapat diselidiki dengan teliti oleh tiap orang.

Untuk tujuan penafsiran dalam kritik seni, hipotesis adalah suatu ide atau prinsip organisasi
yang berhubungan erat dengan materi deskripsi dan analisis.

d. Evaluasi

Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah karya dalam
hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik dan faedah
estetiknya. Dalam aktifitas ini dikenal model evaluasi dengan studi komparatif historis.
Pada bagian ini kritikus perlu mengenali dengan seksama sebanyak mungkin gaya artistik,
aliran seni, pengaruh komunikasi dalam pertukaran artistik modern, perluasan lahan
kreatifitas, serta keunikan karya seni (orisinilitas) dalam sejarah kesenian. Sehingga ia
mampu melakukan kaji banding kesejahteraan dengan tepat, untuk mencari serangkaian
makna dan kekuatan ekspresi karya seni yang menjadi objek kritik.

Penilaian orisinilitas adalah instrumen penilaian kritis yang menjelaskan ide karya, yakni
dengan mengidentifikasikan masalah artistik yang akan dipecahkan, apa fungsi seni, ada
tidaknya inovasi ekspresi artistik, dan akseleransi teknik artistiknya.

Penilaian teknik seni adalah mengukur kelogisan penggunaan materi dan instrumen seni
dengan korelasinya dengan bentuk dan fungsi seni. Dalam konteks karya yang anti teknik,
anti estetis, anti seni, dan karya-karya vulgar lainnya penilaian ditekankan pada aspek
intelektualnya, yakni bobot ide yang menyertai karya seni tersebut. Sebab tanpa isi pikiran,
sebuah karya tergolong tidak bermanfaat, karena tidak relevan dengan kehidupan dan
kemanusiaan kita.

Penyajian Kritik Seni

Penyajian kritik seni memiliki bentuk dan cara yang sistematis. Kritikus yang baik secara
sadar memahami bentuk, proses, bahkan sistem yang digunakannya untuk mencapai
kesimpulan kritiknya. Menurut Feldman (1967:469) dalam teori kritik seni dikenal empat
tahap meliputi; deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi.

a. Deskripsi

Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada
pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut menyajikan keterangan
secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni. Kritikus sastra
akan menguraikan karya sastra dan menguraikan proses pembuatan karya tersebut.

Dalam karya seni rupa, kritikus akan mengarahkan perhatiannya pada prinsip konfirmasi
seperti warna, arah, bentuk, penggunaan baris, tekstur, volume, dan ruang. Dalam seni musik,
kritikus mendata bagaimana penyajian sebuah konser, baik aransemen, vokal, dan instrumen
musik yang dipakai untuk menyajikan sebuah pagelaran. Dalam seni tari, kritikus akan
menguraikan bagaimana aspek penari, gerak, ekspresi, dan ilustrasi musik yang
mengiringinya. Demikian pula seorang kritikus teater dan film yang akan menguraikan
sinopsis, termasuk aspek tokoh, akting, dialog, dan penampilan aktor/aktris utama dan
pemeran pembantu dalam sebuah pementasan teater atau pertunjukan film yang menjadi
objek kritik.

Data ini diperlukan karena sifatnya bisa mempengaruhi persepsi kritikus dalam hal
pemahaman dan penilaian kritisnya nanti. Dalam pembuatan deskripsi perlu dihindari
interpretasi terhadap karya seni, kesan pribadi kritikus ketika mengamati karya seni bukan
termasuk bagian dari deskripsi, jadi deskripsi berarti menguraikan fakta seni sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, tanpa tafsiran yang sifatnya ilusif dan imajinatif.

Disamping mendeskripsikan adegan, suasana, kritikus juga menerangkan pentas, tata cahaya,
dan dekorasinya, sekaligus mengutip puisi yang dibacakan. Dengan teknik mendeskripsi
seperti ini, tentu saja pembaca kritik mendapatkan informasi yang lengkap.

b. Analisis

Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Dalam karya
seni rupa, kualitas tersebut terdapat pada garis, bentuk, warna, pencahayaan, penataan figur,
lokasi, ruang, dan volume. Jika seorang kritikus musik memberikan penilaian terhadap
seorang penyanyi, maka disamping ia menafsirkan nilai penampilan sang artis, dia juga
menganalisis segi tekniknya, misalnya vokal, jangkauan suara, akting, kefasihan, dan kualitas
bunyi yang diciptakan.

Ide seorang kritikus sangat penting dalam menganalisis karya seni. Hasil karya seni,
selanjutnya akan menjadi fakta objektif bagi kritikus untuk menafsirkan makna seni. Hal ini
penting dalam upaya menilai seni secara kritis. Pada dasarnya tahap analisis adalah mengkaji
kualitas unsur pendukung subject matter yang telah dihimpun dalam data deskripsi.

c. Interpretasi

Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari
hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak bermaksud menemukan nilai
verbal yang setara dengan pengalaman yang diberikan karya seni. Juga bukan dimaksudkan
sebagai proses penilaian.

Aktifitas interpretasi merupakan sebuah tantangan dan tentu saja merupakan bagian penting.
Namun, dalam kegiatan ini kritikus tidak berada dalam posisi menilai, tetapi memutuskan apa
makna seni, tema karya, masalah artistik, masalah intelektual karya seni, dan akhirnya
menyimpulkan karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh.

Dalam menafsirkan karya seni, kritikus bertolak dari data deskripsi dan analisis (yang telah
dilakukan sebelumnya) untuk menghasilkan sebuah hipotesis tentang karya seni yang
bersangkutan. Perlu asumsi yang melandasi dalam menginterpretasikan karya seni.
Diasumsikan bahwa seni mempunyai kejelasan atau implikasi isi ideologis (bukan dalam arti
politis). Diasumsikan pula bahwa objek seni adalah hasil karya manusia yang tidak bisa lepas
dari aspek sistem nilai penciptanya. Karya seni tidak dapat dipisahkan dari wahana ide
senimannya.

Seorang kritikus tidak tertarik secara khusus pada persoalan apakah ide dalam karya seni
sesuai dengan pandangan senimannya (tidak ingin menerobos privacy seorang seniman)
karena pandangan seorang seniman belum pasti terjelma dalam produk seninya. Dengan kata
lain, kritikus tidak menggunakan seni untuk mendapatkan apa yang dipikirkan seniman, yang
diperlukan adalah bagaimana mengamati objek seni dengan seksama, sehingga ditemukan ide
yang sangat signifikan. Jadi, itulah fungsi seorang kritikus, menemukan gagasan apa yang
terdapat pada sebuah karya seni, dan selanjutnya mengungkapkan apa maknanya.

Dari keterangan di atas, yang penting untuk kritik seni, bahwa seniman bukan pemegang
otoritas dalam memaknai hasil karyanya. Para kritikus pada umumnya, sangat
memperhatikan apa yang dikatakan seniman, menyimak dengan baik segala ungkapan
seniman, tetapi kritikus akan menguji pernyataan tersebut pada karya seni yang
dihasilkannya. Pernyataan seniman ditempatkan sebagai material yang perlu dikonfirmasikan
dengan metode analisis dari interpretasi kritikus.

Bagi kritikus yang terbiasa mengamati karya naturalis dengan tema yang jelas, menafsirkan
seni abstrak atau seni non-objektif mengalami kesulitan. Kesulitan ini diperkirakan menjadi
alasan kuat bagi kritikus untuk berlindung pada pernyataan seniman, biografi dan pendapat
rekan-rekannya untuk mengungkapkan misteri karyanya. Kemudian juga pengaruh teori
kreatifitas artistik yang menganggap seniman mengetahui apa yang akan diekspresikan atau
masalah apa yang akan dipecahkan.

Namun demikian, kritikus seharusnya tidak mencampuradukkan antara niat atau tujuan
artistik dengan pencapaian artistik. Dengan kata lain, kebenaran sebuah pernyataan harus
dapat diamati pada karya seni, jika tidak, maka kritikus dapat melihat terjadinya kesenjangan
antara aspek konseptual dengan prestasi atau pencapaian artistik. Dalam mengamati seni
kontemporer, kritikus mudah terpengaruh oleh reputasi seniman dan tulisan tentang karyanya.
Namun dalam praktik penilaian kritis, hal tersebut hanya digunakan sebagai pedoman dalam
hal khusus jika diperlukan, akan tetapi makna seni dalam arti sesungguhnya kritikus yang
menyimpulkannya.

Sesungguhnya kritik seni tidak berfungsi sebagai pengganti pengalaman estetis, mengungkap
makna seni bukanlah berarti menemukan verbalisasi objek seni.

Dalam menafsirkan secara kritis karya seni kontemporer, kritikus berurusan dengan kualitas
formal dan sensual objek seni. Kritikus menafsirkan dengan cermat dampak kualitas
penghayatannya. Selama proses pembuatan deskripsi dan analisi, kritikus membicarakan
elemen seni dan teknik pengorganisasiannya untuk mengarahkan perhatiannya langsung pada
keaktualan objek seni.

Salah satu masalah sentral dalam estetika dan kritik seni adalah tidak ada jalan menghindari
persepsi seni organisisme manusia. Variasi persepsi itu sendiri adalah sumber kegembiraan
dan bagian dari kesenangan hidup. Kritikus dengan sadar dan penuh pertimbangan berusaha
memformulasikan suatu penjelasan spesifik dari data tersebut. Isi deskripsi dan analisis
dijadikan sebagai bukti dan kesaksian yang sangat berguna. Keterangan tersebut dengan
sendirinya mensugestikan diri mewakili seni, meskipun tidak lengkap sebagai suatu karya
seni yang utuh. Namun, dapat dipilih satu atau lebih data deskripsi dan analisis sebagai
landasan pembentukan hipotesis, jika memang ada keterangan yang mengesankan.

Dalam kritik seni, tidak terlalu mementingkan apa penyebab kreasi sebuah objek seni. Namun
lebih mengutamakan ide atau prinsip pengorganisasian yang memberikan efek tertentu pada
kritikus. Sebagai penyebab timbulnya praduga, bahwa objek seni yang sama akan
mempengaruhi individu secara berbeda.

Oleh karena itu, efek seni dan pengalaman estetik berada inside the skin of an observer,maka
kritik seni mengembangkan suatu metode yang dapat memperkecil subjektifitas yang inherent
dalam kritik seni. Dengan kata lain, karena kita tidak berhasil menelaah efek yang diberikan
seni in side kita, tampaknya cara terbaik ialah menelaah pernyataan, observasi, dan persepsi
yang telah dibuat seputar objek seni, yang ada diluar pribadi kita. Meskipun efek tersebut
timbul pada diri kita, tetapi hal itu dapat diselidiki dengan teliti oleh tiap orang.

Untuk tujuan penafsiran dalam kritik seni, hipotesis adalah suatu ide atau prinsip organisasi
yang berhubungan erat dengan materi deskripsi dan analisis.

d. Evaluasi

Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah karya dalam
hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik dan faedah
estetiknya. Dalam aktifitas ini dikenal model evaluasi dengan studi komparatif historis.

Pada bagian ini kritikus perlu mengenali dengan seksama sebanyak mungkin gaya artistik,
aliran seni, pengaruh komunikasi dalam pertukaran artistik modern, perluasan lahan
kreatifitas, serta keunikan karya seni (orisinilitas) dalam sejarah kesenian. Sehingga ia
mampu melakukan kaji banding kesejahteraan dengan tepat, untuk mencari serangkaian
makna dan kekuatan ekspresi karya seni yang menjadi objek kritik.

Penilaian orisinilitas adalah instrumen penilaian kritis yang menjelaskan ide karya, yakni
dengan mengidentifikasikan masalah artistik yang akan dipecahkan, apa fungsi seni, ada
tidaknya inovasi ekspresi artistik, dan akseleransi teknik artistiknya.

Penilaian teknik seni adalah mengukur kelogisan penggunaan materi dan instrumen seni
dengan korelasinya dengan bentuk dan fungsi seni. Dalam konteks karya yang anti teknik,
anti estetis, anti seni, dan karya-karya vulgar lainnya penilaian ditekankan pada aspek
intelektualnya, yakni bobot ide yang menyertai karya seni tersebut. Sebab tanpa isi pikiran,
sebuah karya tergolong tidak bermanfaat, karena tidak relevan dengan kehidupan dan
kemanusiaan kita.
CONTOH KRITIK SENI (RUPA)

Kritik Terhadap Lukisan Istriku dan Kebun Kecilnya Karya A. Wibowo

Lukisan Istriku dan Kebun Kecilnya Karya A. Wibowo


A. Deskripsi

Lukisan berujudul Istriku dan Kebun Kecilnya berukuran 1 x 2 m. Lukisan


ini terbagi atas latar depan, latar tengah, dan latar belakang. Latar depan
ditunjukkan dengan seorang wanita, seekor hewan, dan beberapa bentuk
pepohonan. Latar tengah ditunjukkan dengan dua wanta yang duduk di
bangku dan di sebelahnya sebuah keranjang, meja antik yang ada bagian
atasnya terdapat satu buah keranjang kecil, dan satu buah gelas. Latar
belakang ditunjukkan dengan keberadaan tiga wanita.

Dengan demikian, dalam lukisan ini terdapat enam figur wanita dengan
beberapa posisi yang sedang melakukan aktivitas. Lukisan ini didominasi
dengan warna hijau, biru, dan kuning. Bentuk-bentuk yang tampak, antara
lain pepohonan, salur-saluran daun, serta ranting yang berwarna biru, hijau,
dan coklat.

B. Analisis Formal

Keberadaan garis dalam lukisan ini pada dasarnya berfungsi sebagai identitas
bentuk sehingga bentuknya dapat dikenali. Garis sebagai identitas bentuk,
sepertihalnya bentuk-bentuk yang tampak pada wanita, hewan, pohon, daun,
bangku panjang, meja, keranjang kecil, gelas, pot bunga, dan sangkar burung.
Bangun (shape) pada lukisan ini terjadi karena dibatasi oleh sebuah garis,
juga dibatasi oleh warna yang berbeda atau oleh gelap terang. Hal ini
ditunjukkan seperti pada figur istri yang duduk pada bagian latar depan, latar
tengah, dan latar belakang.

Adapun warna-warna, seperti hijau, kuning, biru, putih, coklat, hitam, dan
sebagainya yang hadir dalam lukisan ini menunjukkan suatu tanda pada
bentuk yang membedakan ciri bentuk atau benda satu dengan yang lainnya.
Dalam pengorganisasian unsur-unsur seni yang ada, penempatannya
menimbulkan kesan seimbang dan harmonis. Pengorganisasiannya
menunjukkan keterpaduan secara utuh dan menyatu.

C. Interpretasi

Lukisan ini mengungkapkan suatu pengamatan dari pelukis secara


menyeluruh, artinya menghadirkan keadaan istrinya dengan beberapa
aktivitas yang ada dalam kebun kecilnya. Secara keseluruhan lukisan ini
menunjukkan nuansa warna sejuk, antara lain warna hijau kekuningan dan
warna tanah atau kecokelatan. Penempatan objek istri yang tersebar ke segala
bidang tetap seimbang dan harmonis. Tarikan garis yang kuat menampilkan
karakter atau kemampuan pelukis dalam mengungkapkannya.

D. Evaluasi

Hasil analisis terlihat wanita sebagai objek utama dalam lukisannya.


Pengorganisasian unsur seni seimbang, menyatu, dan harmonis. Adapun
komparasi dengan lukisan yang lain (dua penari dan pengantin cucakrawa)
memberikan dukungan kuat, baik dari segi teknik, wujud, dan isi. Bertitik
tolak dari hasil sintesis dan hasil komparasi lukisan lainnya, lukisan
berjudul Istriku dan Kebun Kecilnya adalah lukisan yang BAGUS
karena menunjukkan makna inovasi ekspresi artistik yang tinggi. Hal ini
didukung dengan kemampuan pelukis memadukan antara media, teknik,
pengorganisasian struktur rupa dan isi.
TUGAS KD 4.8

SAJIKAN/ BUAT KRITIK SENI DENGAN CERMAT (SEPERTI CONTOH) DIBUKU TUGAS/DIKETIK

JUDUL LUKISAN : DIPONEGORO MEMIMPIN PERTEMPURAN


DIMENSI LUKISAN : 150 CM X 120 CM
BAHAN, MEDIA : CAT MINYAK-KANVAS
TH : 1940
OLEH : BASUKI ABDULLAH

Anda mungkin juga menyukai