Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP K3 RUMAH SAKIT

Dosen Pembimbing :

1. Ns. Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep


2. Ns. Raden Surahmat, S.Kep, M.Kes, M.Kep
3. Romliyadi, S.Kep., Ners, M.Kes.,M.Kep
4. Ali Harokan, S.Kep,.Ners.,M.Kes

Disusun Oleh :

Almareta Fajrin 17.14201.30.29

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP K3RS

A. Definisi K3
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk
mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta
penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang
maksimal, sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,1992).
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga
kerja dan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut
(Dainur,1999).
Menurut Depkes 2003, kesehatan kerja adalah cabang ilmu kesehatan yang
mempelajari tentang teknik, metoda serta berbagai upaya penyerasian antara beban
kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja.
Jadi pengertian dari hal-hal yang berhubungan dengan K3 adalah :
1. Keamanan kerja
Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya
suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil.
a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya
sebagai berikut. : 1) Baju kerja, 2) Helm, 3) Kaca mata, 4) Sarung tangan,
5) Sepatu.
b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai
berikut. : 1) Buku petunjuk penggunaan alat, 2) Rambu-rambu dan isyarat
bahaya., 3) Himbauan 4) Petugas keamanan.
Usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari
penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960,
BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan
jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun
didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat
bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu
dilaksanakan.

B. Tujuan K3
1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
3. Menjamin proses produksi berjalan

C. Trias Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan
trias epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan
populasi pekerja, host digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena terkait
dengan sifat bahaya kerja, sehingga diasumsikan bahwa semua individu pekerja
dan kelompok beresiko terkena bahaya kerja.
Agent adalah faktor yang berhubungan dengan penyakit dan cedera, diklasifikasikan
menjadi biologi, kimia, erginomi, fisik, atau psikososial.  Environment , berhubungan
dengan kondisi eksternal yang berpengaruh terhadap interaksi host dan agents. Apabila
interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan, maka
timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut ada dalam
lingkungan pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa semua pekerja yang
ada dalam lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk sakit atau cedera,
dengan demikian proaktif dari perawat menjadi hal yang penting dalam upaya
mencegah terjadinya penyakit atau cedera akibat kerja melalui design yang efektif
melalui 3 level prevensi; primer, sekunder dan tersier. Lingkup Kegiatan Program
Keperawatan Kerja:
D. Syarat-Syarat K3
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan atas
keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
3. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta
nilai-nilai agama

E. Indiktor K3
Menurut Mangkunegara (2002, p. 170), bahwa indikator penyebab keselamatan
kerja adalah:
1. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesaat.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan
Penerangan.

F. Pelayanan Kesehatan Kerja


1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

2. Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja

3. Pembinaan & pengawasan lingkungan kerja

4. Pembinaan & pengawasan sanitasi air

5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja

6. Pencegahan thd peny umum & PAK

7. P3K

8. Pelatihan Petugas P3K, Perencanaan tempat kerja, APD, gizi.


G. Penyakit Akibat Kerja
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam
penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu :
1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan
parut,yang silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari
penghirupan.
6. Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor, benzena,
derivat halogen,derivat nitro, dan amina dari benzena atau homolognya yang
beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton.
10. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun,
amoniak seng, braso dan nikel.
11. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
12. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
13. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetic dan radiasi mengion.
14. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
biologik.
15. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter,pic,bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyaweaan, produk atau residu dari zat tersebut.
16. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses.
17. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminnasi khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Bennett N.B. dan Silalahi, Rumondang. 1991. Manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja: Pustaka Binaman Pressindo.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah.  Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan


dan  Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai