15.IDAI
15.IDAI
Klinis
Tata Laksana COVID-19 pada Anak
21 Maret 2020
Tim Penyusun
UKK Respirologi
UKK Infeksi dan Penyakit Tropis
UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak
Disclaimer isi:
2
Perhatian khusus
Panduan ini merupakan panduan interim yang dapat berubah sewaktu-waktu karena
perkembangan penyakit yang masih baru dan bukti-bukti keilmuan yang terus bertambah.
Panduan ini ditujukan khusus untuk anggota IDAI.
A. Pendahuluan
Saat ini COVID-19 telah dinyatakan sebagai kasus pandemi. Sampai tanggal 19 Maret 2020
terdapat 209.839 kasus COVID-19 dengan lebih dari 170 negara terjangkit COVID-19. Kasus
kematian mencapai 8.778 dengan case fatality rate 4.18%. Kejadian COVID-19 pada anak
tidak sebanyak dewasa, dan sebagian besar anak yang terkonfirmasi COVID-19
mendapatkannya dari keluarga. Menurut Wu, dkk (2020) kejadian COVID-19 pada anak usia
10-19 tahun sebanyak 549/72.314 atau 1% dari seluruh kasus; sedangkan kelompok usia
<10 tahun sebanyak 416/72.314 (0,9%) kasus. Sampai tanggal 21 Maret 2020, di Indonesia,
terdapat 450 kasus COVID-19; 38 diantaranya meninggal.
Menurut informasi di situs Kementrian Kesehatan pada tanggal 17 Maret 2020 wilayah
terjangkit (daerah yang melaporkan kasus konfirmasi COVID-19) di Indonesia meliputi: DKI
Jakarta, Jawa Barat (Kab. Bekasi, Depok, Cirebon, Purwakarta, Bandung), Banten (Kab.
Tangerang, Kota Tangerang, Tangerang Selatan), Jawa Tengah (Solo, Semarang, Magelang),
Kalimantan Barat (Pontianak), Sulawesi Utara (Manado), Bali, dan D.I. Yogyakarta
(Kabupaten Sleman). Sedangkan area dengan transmisi lokal (daerah yang melaporkan
kasus konfirmasi COVID-19 dan terbukti adanya transmisi lokal) di Indonesia meliputi:
- DKI Jakarta
- Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Depok)
- Banten (Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang)
- Jawa Tengah (Solo)
3
B. Definisi
Anak adalah seseorang berusia 0 – <18 tahun (World Health Organization/WHO) atau
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak masih dalam kandungan (UU nomor
23 tahun 2002).
Beberapa istilah berikut digunakan untuk mengklasifikasikan status anak yang dicurigai
COVID-19 sesuai dengan petunjuk terbaru dari Kementrian Kesehatan RI:
Anak yang demam (≥38°C) ATAU riwayat demam ATAU gejala gangguan sistem pernapasan
seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk, tanpa gejala pneumonia.
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN
Pada 14 hari hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu riwayat berikut:
• Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi
lokal
• Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia
1. Anak yang mengalami demam (≥38°C) atau ada riwayat demam, disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/pilek/nyeri tenggorokan/ pneumonia
ringan hingga berat (berdasarkan gejala klinis dengan atau tanpa pemeriksaan
radiologis).
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu riwayat berikut:
4
• Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan
transmisi lokal.
• Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia.
2. Anak dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel
COVID-19.
3. Anak dengan gejala ISPA berat/pneumonia berat* di area transmisi lokal di Indonesia
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
*) Kriteria pneumonia berat: pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:
• takipnea: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit; >5 tahun,
≥30x/menit;
• distres pernapasan berat (seperti grunting(merintih),head bobbing, stridor, retraksi);
• sianosis sentral atau SpO2 <90%;
• tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang.
c. Kasus Probabel
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi inkonklusif (tidak dapat
disimpulkan).
d. Kasus Konfirmasi
Anak yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif.
Selain klasifikasi status anak terkait dengan riwayat berpergian atau tinggal di negara
terjangkit maupun area dengan transmisi lokal di Indonesia, anak juga perlu diklasifikasikan
statusnya dalam kaitannya dengan riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19 atau
PDP.
5
Definisi kontak erat adalah anak yang melakukan kontak fisis atau berada dalam ruangan
atau berkunjung dalam radius 1-meter selama minimal 15 menit dengan PDP, kasus
probabel atau kasus konfirmasi dalam 2 hari sebelum kasus (sumber penularan) timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Anak yang termasuk kontak erat adalah:
• Anak yang tinggal serumah atau berada dalam satu ruangan (termasuk kelas,
pertemuan masal, tempat penitipan anak, dsb) dengan kasus dalam 2 hari sebelum
kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala
• Anak yang bepergian bersama dengan kasus (radius 1 meter) menggunakan segala
jenis alat transportasi/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Kontak erat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
C. Diagnosis
Anamnesis
Manifestasi klinis COVID-19 pada anak sangat bervariasi, dari yang asimptomatik sampai
menunjukkan gejala sesak yang berat. Pada anamnesis, tanyakan:
Gejala:
• Gejala sistemik: demam, malaise, fatigue, nyeri kepala, mialgia
• Gejala saluran pernapasan: batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat,
sesak napas
• Gejala lain: diare, mual, muntah.
Faktor risiko:
• Kontak erat dengan PDP, kasus probabel, atau kasus terkonfirmasi COVID-19
• Tinggal atau bepergian ke negara atau area terjangkit.
6
Pemeriksaan fisis:
Tergantung derajat keparahan penyakit, pada pemeriksaan bisa didapatkan tanda berikut:
• Kesadaran: kompos mentis sampai penurunan kesadaran
• Desaturasi (Sa02 <92%)
• Tanda utama: demam dan peningkatan laju napas sesuai kriteria WHO
• Napas cuping hidung
• Sianosis
• Retraksi subkostal dan/atau interkostal
• Suara paru: ronki, wheezing
• Lain-lain: pembesaran tonsil.
Pemeriksaan penunjang
a. Darah
§ Darah rutin lengkap: pada fase awal dapat ditemukan leukosit meningkat, normal,
atau leukopenia disertai limfopenia. Pada beberapa kasus didapatkan
trombositopenia
§ CRP: normal atau meningkat sementara
§ Prokalsitonin: normal/ meningkat pada fase lanjut
§ Untuk menilai komplikasi lakukan pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, laktat, AGD,
elektrolit, glukosa, HIV, dan pemeriksaan lain atas indikasi.
b. Pencitraan
§ Foto toraks:
• Pada ODP dan PDP tanpa pneumonia tidak rutin dilakukan, tergantung kondisi
pasien dan penilaian dari klinisi
• Dilakukan pada PDP pneumonia, kasus probabel dan kasus konfirmasi
• Hasil: sesuai gambaran pneumonia ringan sampai berat
• Dapat ditemukanefusi pleura.
7
§ CT-scan toraks
• Bisa dilakukan jika terindikasi dan kondisi memungkinkan (pertimbangkan risiko
penularan akibat membawa pasien ke ruang CT-scan)
• Pada tahap awal didapatkan gambaran multiple small plaques dan interstitial
changes, terutama di daerah perifer. Pada kondisi lanjut bisa didapatkan bilateral
multiple ground-glass opacity dan/atau infiltrat
• Konsolidasi paru bisa didapatkan pada kasus yang berat.
c. Pemeriksaan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 dengan metode RT-PCR dan sequencing
§ Spesimen yang dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologi adalah swab nasofaring,
sputum dan serum. Bila memungkinkan: bilasan bronkus, bronchoalveolar lavage,
dan bila menggunakan endotracheal tube dapat berupa aspirat endotracheal.
§ Pengambilan spesimen nasofaring dan serum:
• Perlu koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk penyediaan viral
transport media (VTM) dan cara pengirimannya.
d. Pemeriksaan rapid test
§ Pemeriksaan rapid test harus berhati-hati dalam menginterpretasikan hasilnya
dengan memperhatikan waktu kontak dan timbulnya gejala mengingat false negative
yang tinggi. Perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
e. Pemeriksaan lain yang terindikasi sesuai kondisi pasien
8
Tabel 1. Klasifikasi klinis PDP
Klasifikasi Keterangan
Asimptomatik Anak dengan hasil positif COVID-19 tanpa manifestasi klinis
ISPA atas Demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, fatigue, nyeri kepala, mialgia
atau rasa tidak nyaman
Pneumonia ISPA atas disertai dengan minimal salah satu kriteria berikut:
• Takipnea sesuai kriteria WHO
• Dispnea: napas cuping hidung, head bobbing, retraksi subkostal dan/atau
interkostal
• Saturasi oksigen <92% room air
• Hipoksemia
Kasus kritis Gagal napas membutuhkan ventilator
• Kriteria ALI/ARDS adalah sebagai berikut:
ALI (acute lung injury)
Oxygen Index (PaO2/FiO2) > 200 <300 atau
Saturation Index (SpO2/FiO2) >212 < 253 atau
Oxygenation Index ([(FIO2 × MAP)/PaO2])> 5,3 <8,1 atau,
Oxygenation Saturation Index ([(FIO2 × MAP)/SpO2]) > 6,5 <7,8
ARDS (acute respiratory distress syndrome)
Oxygen Index (PaO2/FiO2) <200
Saturation Index (SpO2/FiO2) < 212 atau
Oxygenation Index ([(FIO2 × MAP)/PaO2]) > 8,1 atau,
Oxygenation Saturation Index ([(FIO2 × MAP)/SpO2]) > 7,8
Sepsis
• Diagnosis sepsis ditegakkan berdasar tanda systemic inflammatory response
syndrome (SIRS) yang disebabkan infeksi. Kriteria infeksi, dalam hal ini,
sesuai dengan diagnosis COVID-19. Kriteria SIRS, disesuaikan dengan usia
anak (International Pediatric Sepsis Consensus Conference) 2005, yaitu:
Terdapat paling sedikit 2 dari 4 kriteria, salah satu kriteria tersebut harus
merupakan suhu tubuh atau jumlah leukosit yang abnormal:
A. Abnormalitas suhu (suhu inti <36oC atau >38,5 oC atau suhu aksila >37,9
oC).
9
C. Rerata laju pernafasan >2SD diatas normal menurut umur atau
penggunaan ventilasi mekanik untuk proses akut yang tidak
berhubungan dengan penyakit neuromuskular atau dibawah pengaruh
anestesi umum (Tabel 3).
D. Peningkatan/penurunan jumlah lekosit menurut umur (Tabel 3) (bukan
akibat sekunder dari leukopenia yang diinduksi oleh kemoterapi) atau
ditemukan neutrofil imatur >10%.
Sepsis Berat
Sepsis berat adalah sepsis ditambah dengan disfungsi organ (Tabel 4)
Syok Septik
Syok septik adalah tanda kegagalan sirkulasi pada anak dengan tanda klinis
berupa takikardi dan gangguan perfusi yang antara lain ditandai dengan waktu
pengisian kapiler >2 detik, ekstremitas yang dingin atau mottled, kesadaran
menurun, nadi perifer yang lebih kecil dari nadi central. Syok septik yang
mengakibatkan hipotensi disebut syok septik berat. Hipotensi adalah tekanan
sistolik di bawah nilai normal sesuai usia (Tabel 5).
MAP: mean airway pressure
D. Tata laksana
Secara skematis, penentuan status anak dan tindak lanjutnya dapat dilakukan dengan 2
pendekatan, yaitu dengan berdasarkan riwayat tinggal atau bepergian ke Negara terjangkit
atau area dengan transmisi lokal di Indonesia (Gambar 1) atau berdasarkan adanya kontak
dengan ODP, PDP, dan kasus konfirmasi COVID-19 (Gambar 2).
10
Tinggal atau perjalanan dari negara terjangkit/
area terjangkit COVID-19 di Indonesia
Gejala
Pemantauan** Pemantauan**
Keterangan:
*Isolasi di rumah selama 14 hari dengan menggunakan masker dan tetap menerapkan PHBS, memperhatikan
lingkungan yang child friendly (ramah anak) dan asupan nutrisi yang cukup.
**Dicatat dan dilaporkan ke dinas kesehatan/fasilitas kesehatan setempat
***Jika fasilitas di RS rujukan tidak mencukupi dan RS non rujukan tidak mempunyai ruang isolasi tekanan
negatif, pasien dirawat di RS non rujukan dengan ketentuan sebagai berikut: jika memungkinkan, satu pasien
dirawat di satu ruangan. Jika tidak memungkinkan pasien dirawat dengan sistem kohorting.
11
Anak kontak
Keterangan:
*Isolasi di rumah selama 14 hari dengan menggunakan masker dan tetap menerapkan PHBS, memperhatikan
lingkungan yang child friendly (ramah anak) dan asupan nutrisi yang cukup.
**Jika fasilitas di RS rujukan tidak mencukupi dan RS non rujukan tidak mempunyai ruang isolasi tekanan
negatif, pasien dirawat di RS non rujukan dengan ketentuan sebagai berikut: jika memungkinkan, satu pasien
dirawat di satu ruangan. Jika tidak memungkinkan pasien dirawat dengan sistem kohorting.
a. Tata laksana ODP
• Isolasi di rumahselama 14 hari
• Lapor dinas kesehatan setempat/hotline COVID-19 Kementerian Kesehatan untuk
surveilans
• Swab pada hari ke 1 dan 2
• Lakukan pemantauan
• Jika mengalami pneumonia ikuti alur PDP dengan pneumonia.
12
• Lapor dinas kesehatan setempat/hotline COVID-19 Kementerian Kesehatan untuk
surveilans
• Swab pada hari ke 1 dan 2
• Berikan terapi sesuai kondisi pasien
• Lakukan pemantauan
• Jika mengalami pneumonia ikuti alur PDP dengan pneumonia.
13
Tabel 2. Tata laksana sesuai klasifikasi klinis
14
- Lopinavir/ Ritonavir**
• <7 kg: 16 mg/kg/dosis/kali
setiap 12 jam (lopinavir)
• 7-15 kg: 12 mg/kg/dosis/kali
setiap 12 jam (lopinavir)
• 15-40 kg: 10
mg/kg/dosis/kali setiap 12
jam (lopinavir)
• >40 kg: sesuai dosis dewasa
- Manfaat klorokuin pada anak:
belum banyak laporan &
buktiilmiah untuk
merekomendasikan
pemberiannya pada semua pasien
anak
- Bila terjadi perburukan klinis
rawat ICU dengan standar isolasi
COVID-19
*diberikan jika ada koinfeksi dengan
virus influenza
**jika tersedia, dosis untuk lopinavir
Kasus kritis - Rawat ICU - Rawat ICU dengan standar isolasi
- Gagal napas membutuhkan COVID-19
ventilator, syok, atau multiorgan - Gagal napas membutuhkan
failure atau sepsis disesuaikan ventilator, syok, atau multiorgan
dengan protokol standar. failure atau sepsis:
• Tatalakasana COVID-19
ditambah dengan protokol
standar.
• Steroid dan immunoglobulin
tidak direkomendasikan
secara rutin, hanya diberikan
atas indikasi khusus.
Keterangan:
Perhatikan efek samping obat
Nebulisaasi pada kasus ISPA atas dan pneumonia TIDAK BOLEH diberikan tanpa indikasi yang jelas, jika
harus diberikan inhalasi gunakan MDI+aerochamber
15
e. Penggunaan NIV atau HHFNCO pada kasus PDP atau kasus konfirmasi COVID-19
• Indikasi dan prinsip penggunaan NIV atau HHFNCO sama dengan kasus non COVID
• Tenaga medis yang memberikan tindakan tersebutharus menggunakan APD yang
sesuai dan tindakan dilakukan di ruang tekanan negatif.
g. Tindakan intubasi
Jika diperlukan tindakan intubasi, perhatikan hal-hal berikut:
• Pencegahan infeksi adalah prioritas utama: semua tim yang terlibat harus
menggunakan APD sesuai standar dan tindakan dilakukan di ruang dengan tekanan
negatif.
• Jalur komunikasi harus tersedia untuk tim di dalam dan tim di luar ruangan.
• Pastikan sudah tersedia checklist intubasi dan daftar peran masing-masing staf.
Peran staf:
- Dokter A: dokter yang paling berpengalaman dalam mengintubasi dan berperan
.untuk mengintubasi pasien dalam upaya pertama.
- Dokter B: bertindak sebagai pemimpin tim selama proses intubasi.
- Perawat A: memberi bantuan untuk airway kepada Dokter A.
- Perawat B: tim harus memutuskan apakah Perawat B harus berada di dalam
ruang isolasi atau di luar ruangan (tetap menggunakan APD).
• Periksa monitor, akses intravena, instrumen, obat-obatan, ventilator dan suction.
• Pertimbangkan penggunaan jalan napas tambahan/glidescope/AirTraq.
16
• Pertimbangkan rapid sequence intubation (RSI).
• Jika terdapat rencana untuk ventilasi manual, gunakan small tidal volumes.
• Preoksigenasi selama 5 menit dengan 100% O2 untuk menghindari ventilasi manual.
• Pastikan filter tersedia antara face mask dan bag.
• Intubasi dan konfirmasi dengan EtCO2 dan pemeriksaan dada (hindari penggunaan
stetoskop)
- Jika menggunakan glidescope - gunakan disposable blade.
- Membungkus sisa peralatan dalam penutup plastik bening.
- Simpan peralatan terkait lainnya di luar ruangan sampai dibutuhkan.
• Mulai ventilasi manual: gunakan filter, inline suction, jangan memutuskan sambungan
ventilator.
• Setelah meninggalkan daerah bertekanan negatif (dimana prosedur ini seharusnya
dilakukan), bersihkan seluruh permukaan dan barang-barang non-disposable dengan
hyperchlorite. Peralatan sekali pakai/disposable harus ditempatkan di kantong
bening double zip-locked dan dibuang di tempat sampah di dalam ruang isolasi.
Semua obat yang digunakan harus dibuang.
• Melepaskan APD dengan benar.
17
Catatan:
Pasien yang telah dipulangkan tetap dilakukan isolasi di rumah sampai dengan 14 hari setelah
timbulnya gejala.
• Bayi sehat yang lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 masuk dalam kriteria kontak
erat risiko tinggi
• Bayi dilakukan swab pada hari ke-1 dan ke-14 untuk pemeriksaan SARS-CoV-2
• Bayi dirawat terpisah dari ibu, sampai ibu dinyatakan sembuh oleh dokter yang
merawat (sesuai dengan kriteria yang berlaku)
• ASI tetap diberikan kepada bayi dalam bentuk ASI perah
• Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan pembersihan pompa
setelah digunakan
• Kebersihhan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan
• Dukungan kesehatan mental dan psikososial diberikan untuk ibu dan keluarga
• Bayi dimonitor ketat dan perlu difollow up hingga pulang
• Jika bayi menunjukkan gejala, bayi dirawat sebagai PDP di ruang isolasi tekanan
negatif. Jika tidak memungkinkan, bayi dirawat di ruang isolasi (satu ruang sendiri).
Tata laksana bayi sehat yang lahir dari ibu PDP:
• Bayi sehat yang lahir dari ibu PDP masuk dalam kriteria kontak erat risiko rendah
• Tidak perlu dilakukan swab pada bayi
18
• Bayi dirawat terpisah dari ibu, sampai diketahui hasil pemeriksaan SARS-CoV-2 ibu
negatif
• ASI tetap diberikan kepada bayi dalam bentuk ASI perah
• Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan pembersihan pompa
setelah digunakan
• Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan
• Bayi dimonitor ketat dan perlu difollow up hingg pulang
• Dukungan kesehatan mental dan psikososial diberikan untuk ibu dan keluarga.
Tata laksana bayi sehat yang lahir dari ibu ODP:
• swab nasofaring
• intubasi, ekstubasi dan prosedur terkait seperti ventilasi manual dan open suctioning
• prosedur trakeotomi/trakeostomi (penyisipan/open suctioning/pengangkatan)
• bronkoskopi
• beberapa prosedur gigi (seperti pengeboran berkecepatan tinggi)
19
• ventilasi non-invasif (NIV) seperti bi-level positive airway pressure (BiPAP) dan
continuous positive airway pressure ventilation (CPAP)
• high-frequency oscillating ventilation (HFOV)
• high flow nasal oxygen (HFNO) atau high flow nasal cannula
• induksi sputum
• pemasangan NGT
20
4. Bersihkan area periksa sesering mungkin
5. Pada saat pendaftaran mendapat informasi adanya kecurigaan infeksi COVID-19:
6. Pisahkan klinik untuk anak sehat dan sakit, namun apabila tidak memungkinkan:
• Buat perjanjian dengan mendahulukan pelayanan kesehatan pada anak sehat (misal:
akan diimunisasi).
• Pastikan pasien datang sesuai nomor agar tidak terlalu lama menunggu.
• Pengukuran suhu dan pemeriksaan antropometri di luar ruang periksa.
• Pada anak sakit dengan gejala infeksi respiratori pisahkan dan diminta untuk
menggunakan masker.
• Pastikan orang tua atau pengasuh yang mengantar dalam keadaan sehat, namun
apabila ada gejala infeksi respiratori perlakukan hal yang sama dengan pasien.
21
• Gunakan alat pelindung diri (APD) lengkap
• Penggunaan APD lengkap diperlukan pula saat pengambilan spesimen untuk
menegakkan diagnosis.
22
2. Penggunaan APD harus berdasarkan risiko paparan, tenaga kesehatan yang berkontak
langsung dengan pasien dan melakukan pengambilan sampel harus menggunakan
gaun/apron, sarung tangan, pelindung mata dan masker (pada kondisi berisiko
terjadinya aerosol gunakan masker N-95)
3. Penggunaan masker yang sama untuk memeriksa beberapa pasien yang berbeda dengan
diagnosis yang sama dapat dilakukan, tetapi penggunaan lebih dari 4 jam dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan sebaiknya dihindari
4. Di area publik, apabila terdapat individu dengan gejala infeksi saluran nafas akut, atau
individu yang merawat pasien dalam pemantauan COVID-19 dirumah, maka harus
menggunakan masker. Pada individu tanpa gejala penyakit, penggunaan masker tipe
apapun tidak direkomendasikan.
Penempatan ruang rawat anak
Kasus suspek anak - simtomatik ringan sampai sedang yang perlu dirawat/ mild-
moderately symptomatic requiring admission (level 0–1)
• Anak-anak dengan gejala ringan hingga sedang perlu dirawat untuk diobservasi dan
kepentingan pemberian makanan atau menyusui.
• Intervensi yang dilakukan:
- Pemberian makan melalui selang nasogastrik
- Oksigen tambahan untuk menjaga saturasi di atas kriteria yang ditetapkan (90-
92%)
- Cairan IV
-Humidified High flow nasal cannulae oxygen (HHFNCO) - prosedur ini berisiko tinggi,
maka lakukan hanya jika benar-benar diperlukan dan disertai dengan pengendalian
infeksi yang tepat.
- Pemantauan sesuai kebutuhan
• Rawat di ruangan yang diisi oleh 1 orang
23
• Orang tua/pengasuh yang dirawat dengan anak harus tinggal di ruangan setiap saat
sampai boleh pulang atau hasil tes negatif. Baik anak dan orang tua harus mengenakan
masker bedah / surgical mask saat pergi keluar ruangan dengan alasan apapun.
• Staf berada di ruangan seminimal mungkin
• Proses yang dilakukan harus dijelaskan kepada keluarga
• Aerosol generating procedures (HHFNCO, suctioning, melakukan NPA, menggunakan
nebuliser) harus dihindari kecuali dilakukan atas alasan penting dan mendesak.
• Sampah harus dikelola dengan tepat. Jika tidak ada toilet di dalam ruang rawat, maka
harus disediakan toilet khusus yang secara rutin dibersihkan
• Kamar perlu dibersihkan dengan klorin setelah hasil skrining tertunda atau dikonfirmasi
positif.
Kasus suspek anak - membutuhkan intervensi / moderate intervention (perawatan
kritis pediatrik level 2, contoh. CPAP)
• Anak-anak yang memerlukan bantuan pernapasan harus didiskusikan dengan PICU. Jika
mereka menjalani prosedur berisiko tinggi (suction, Optiflow, CPAP, dll) maka harus
dikelola di ruangan khusus dan harus diprioritaskan daripada pasien rawat inap lainnya.
• Semua staf yang berada di area tersebut harus mengenakan masker, google, sarung
tangan, dan gown yang sesuai.
• Orang tua/pengasuh yang dirawat dengan anak harus tinggal di ruangan setiap saat
sampai diperbolehkan pulang atau hasil negatif tes skrining telah dikonfirmasi.
• Kamar perlu dibersihkan dengan klorin setelah hasil skrining tertunda atau dikonfirmasi
positif.
Kasus suspek anak - membutuhkan perawatan PICU (level 3)
• Perawatan level 3 meliputi intubasi dan ventilasi yang berkelanjutan. Lakukan seperti
pada Panduan Perawatan Intensif Anak di atas.
• Semua staf yang terlibat dalam perawatan pasien tersebut, sebelum dipindahkan ke
perawatan intensif, harus mengenakan APD (masker, google, sarung tangan dan gown)
• Kamar harus dibersihkan dengan klorin.
24
• Pemberian antibiotik spektrum luas secara cepat untuk pengelolaan demam neutropenia
sangat penting.
• Semua tindakan pencegahan penyakit menular harus diikuti sesuai dengan pasien
COVID-19 lainnya
• Jika seorang pasien, dengan riwayat gejala gangguan pernapasan persisten karena
kebutuhan medis yang kompleks, membutuhkan masuk ke rumah sakit dengan
eksaserbasi akut masalah pernapasan mereka, mereka harus diperlakukan sebagai
kasus suspek COVID-19
25
Daftar bacaan
1. Kemenkes RI. Pedoman kesiapsiagaan menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) revisi kedua.
Kemenkes RI, Jakarta. 2020.
2. World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) situation report-59. 2020.
Tersedia di: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200315-
sitrep-59-covid-19.pdf?sfvrsn=33daa5cb_6
3. Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and important lessons from the coronavirus disease 2019
(COVID-19) outbreak in China. Summary of a report of 72 314 cases from the Chinese Center for
disease control and prevention. JAMA 2020. Tersedia di: https://jamanetwork.com/.
4. Shen, K., Yang, Y., Wang, T. dkk. Diagnosis, treatment, and prevention of 2019 novel coronavirus
infection in children: experts’ consensus statement. World J Pediatr. 2020.
https://doi.org/10.1007/s12519-020-00343-7.
5. Chen, Z., Fu, J., Shu, Q. dkk. Diagnosis and treatment recommendations for pediatric respiratory
infection caused by the 2019 novel coronavirus. World J Pediatr 2020.
https://doi.org/10.1007/s12519-020-00345-5.
6. Shen, K., Yang, Y. Diagnosis and treatment of 2019 novel coronavirus infection in children: a pressing
issue. World J Pediatr. 2020. https://doi.org/10.1007/s12519-020-00344-6.
7. Xu, Y., Li, X., Zhu, B. dkk. Characteristics of pediatric SARS-CoV-2 infection and potential evidence for
persistent fecal viral shedding. Nat Med (2020).https://doi.org/10.1038/s41591-020-0817-4.
8. Wang, Y., Zhu, L. Pharmaceutical care recommendations for antiviral treatments in children with
coronavirus disease 2019. World J Pediatr (2020). https://doi.org/10.1007/s12519-020-00353-5.
9. Xia, W, Shao, J, Guo, Y, dkk. Clinical and CT features in pediatric patients with COVID-19 infection:
Different points from adults. Pediatr Pulmonol. 2020; 1– 6. https://doi.org/10.1002/ppul.24718.
10. Wei M, Yuan J, Liu Y, dkk. Novel coronavirus infection in hospitalized infants under 1 year of age in
China. JAMA. 2020. doi:10.1001/jama.2020.2131.
11. Kam K, Yung CF, Cui L, dkk. A well infant with coronavirus disease 2019 (COVID-19) with high viral
load. Clin Infect Dis. 2020. Tersedia di: https://academic.oup.com/cid/advance-
article/doi/10.1093/cid/ciaa201/5766416.
12. Liu W., Zhang Q., Chen J., dkk. Detection of COVID-19 in children in early January 2020 in Wuhan,
China. N Engl JMed. 2020. doi: 10.1056/NEJMc2003717.
13. Royal College of Paediatrics and Child Health. COVID-19 –guidance for pediatric services. 2020.
Tersedia di: https://www.rcpch.ac.uk/resources/covid-19-guidance-paediatric-services.
14. Thomas NJ, Shaffer ML, Willson DF, Shih MC, Curley MA. Defining acute lung disease in children with
the oxygenation saturation index. Pediatr Crit Care Med. Jan 2010;11(1):12-17.
26
15. Goldstein B, Giroir B, Randolph A, International Consensus Conference on Pediatric S. International
pediatric sepsis consensus conference: definitions for sepsis and organ dysfunction in pediatrics.
Pediatr Crit Care Med. Jan 2005;6(1):2-8.
16. Doughty L, Clark RS, Kaplan SS, Sasser H, Carcillo J. sFas and sFas ligand and pediatric sepsis-induced
multiple organ failure syndrome. Pediatr Res. Dec 2002;52(6):922-927.
17. http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2017/08/21/peds.2017-1904.
18. Leteurtre S, Duhamel A, Salleron J, et al. PELOD-2: an update of the PEdiatric logistic organ dysfunction
score. Crit Care Med. Jul 2013;41(7):1761-1773.
19. COVID-19- guidance for paediatric sevices. Royal college of paediatrics and child health, 13 march
2020
27
Lampiran 1
Tabel 3. Variabel tanda vital dan laboratorium sesuai usia.
28
Tabel 4. Kriteria disfungsi organ
29
Tabel 6. Penggunaan APD
30
Tabel 6. Penggunaan APD (lanjutan)
31
Lampiran 2
32
33