Anda di halaman 1dari 13

Nama : Dana Sanitiya

Nim : 200106045

Asisten : Ivon Resti Adidah

Hari/Tanggal : Sabtu 27 Maret 2020

I. Tujuan Praktium
I.1 Menjelaskan struktur dan anatomi tulang, otot, dan sendi yang merupakan komponen
utama sistem lokomotorius
I.2 Menjelaskan fungsi tulang, otot, dan sendi
I.3 Menentukan lokasi jaringan otot

1.4 Menjelaskan karakteristik ketiga tipe otot manusia,yaitu otot skelet, otot jantung, dan
otot polos

1.5 Menjelaskan mekanisme kontraksi otot

II. Prinsip Praktikum

2.1 Berdasarkan Mekanisme kontraksi otot yang berhubungan dengan system

Lokomotorik (supit, 2012)

2.2 Berdasarkan Karakteristik ketiga tipe otot manusia, yaitu otot skelet,

Otot jantung dan otot polos (Hidayatullah dkk, 2019)

2.3 Berdasarkan lokasi jaringan otot dan sendi (Ellis, 2006)


III. Teori Dasar

Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang mampu
berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan parallel didalam
sitoplasma, serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil
aktin dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan,
dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam
suatu hewan yang aktif (Campbell, 2000).

Sistem otot merupakan suatu sistem yang berperan penting bagi suatu makhluk hidup,
karena otot inilah yang memberikan bentuk yang bagus bagi tubuh manusia. Selain itu otot
merupakan alat gerak aktif yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. Manusia memiliki
suatu bentuk yang utuh ini di sebabkan oleh suatu organ yang sangat berpengaruh terhadap
manusia itu sendiri. pada dasarnya manusia terbentuk karena adanya rangka tempat melekatnya
otot-otot tubuh dan otot tersebut memberikan pergerakan kepada rangka sehingga manusia bisa
berjalan ataupun beraktivitas lainnya. Sistem otot merupakan suatu sistem yang sangat beperan
penting bagi suatu mahluk hidup. Kenapa dikatakan suatu sistem yang berperan penting karena
otot inilah yang memberikan bentuk yang bagus bagi manusia. Selain itu otot merupakan alat
gerak aktif yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. (Taiyeb, 2016).

Sistem otot pada tubuh berperan menjaga kestabilan posisi tubuh, menghasilkan gerakan
dan menghasilkan panas tubuh. Hampir 700 otot membangun sistem otot, misalnya otot bisep
brakii yang tersusun atas jaringan otot rangka dan jaringan ikat. Beberapa otot rangka memiliki
fungsi utama untuk menstabilkan posisi tulang-tulang sehingga otot rangka yang lain dapat
melakukan sebuah gerakan yang lebih efektif (Faisal, 2012).

Jaringan otot atau biasa disebut otot telah dijumpai mulai dari invertebrata sampai
vertebrata. Otot merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Hampir setengah dari keseluruan
berat tubuh manusia disumbang oleh otot. Jaringat otot seperti jaringan yang lain memiliki sifat
pekah terhadap rangsangan (sifat iritabilitas), mampu merambatkan impuls (sifat konduktivitas),
mampu melaksanakan metabolism dan mampu membelah diri. Sifat jaringan otot yang khas
adalah kemampuannya untuk berkontraksi (sifat kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas
disebabkan sel-sel otot memiliki protein kontraktil, yaitu aktin dan myosin (Yunadi, 2003).

Menurut Adnan (2009), secara umum kita mengenal tiga macam otot yaitu:
1.   Otot skelet atau otot rangka/otot sadar/otot bergaris melintang, bersifat voluntary, jadi
kontraksinya dapat di atur oleh kemauan kita.
2.   Otot polos atau otot tidak sadar/ otot tidak bergaris melintang kontraksinya tidak dapat di atur
oleh kemauan kita.
3.   Otot jantung, merupakan otot bergaris melintang tetapi tidak di bawah kemauan kita.
Gerakan hanya dapat terjadi bila ada suatu kontraksi dari otot-otot yang bersang-kutan.
Selain itu, untuk melakukan suatu gera-kan dibutuhkan mobilitas dari sendi dan fleksi-bilitas
yang baik pada jaringan lunak (otot, jaringan pengikat, dan kulit). Mobilitas yang dimaksud
adalah kemampuan dari sendi untuk melakukan mobilisasi/gerakan tanpa adanya hambatan gerak
dan bebas dari rasa nyeri. Fleksibilitas adalah kemampuan suatu jaringan atau otot untuk
mengulur dan kembali ke ben-tuk semula. Fleksibilitas otot dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya struktur sendi, usia, jenis kelamin, latihan/aktivitas, suhu tu buh, serta kehamilan.
Bila fleksibilitas otot menurun, akan mengakibatkan kelemahan otot yang ditandai dengan
adanya nyeri pada otot, jaringan konektif atau periosteum (Irfan, 2008).

Kerangka merupakan organ penyangga tubuh kita sehingga tubuh dapat berdiri tegak.
Ada sekitar 206 jumlah tulang manusia dewasa yang membentuk bangun tubuh manusia,
sedangkan pada anak-anak jumlah tersebut sebenarnya lebih dari 300 tulang. Proses
pertumbuhan anak-anak menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan beberapa tulang
sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit. Tempat dimana tulang atau lebih saling
berhubungan dinamakan sendi. Beberapa sendi tidak mempunyai pergerakan, namun beberapa
sendi lainnya ada yang memiliki pergerakan sedikit dan banyak (Devison, 2009).
IV.Alat Dan Bahan

4.1 Alat

No Nama Alat Fungsi


1 Alat Bedah Sebagai alat membedah suatu
barang.
2. Alat Peraga Sebagai alat praktek objek
Praktikum.
3. Benang Sebagai alat menyatukan kulit yang
dibedah
4. Benang kasur Sebagai alat menjahit objek
5. Beban 10-100 gram Sebagai alat mengangkat beban saat
melakukan prosedur kontraksi otot
isometric dan isotonik.
6. Elektroda Sebagai alat pengukur dan melihat
nilai pH
7. Jarum Sebagai alat menjepit kaki katak.
8. Kait jantung Sebagai alat mengait bagian pada
vertikel.
9. Kimograf Sebagai alat mencatat tekanan dan
gerakkan.
10 Klem femur Sebagai alat menjepit femur
.
11 Pemanas Sebagai alat memanaskan zat
.
12 Pendingin Sebagai alat pendingin zat
.
13 Skeleton Sebagai alat identifikasi bagian-
. bagian tulang.
14 Statif 3 rangkai Sebagai alat menjepit klem femur
. dan juga sebagai penyangga.
15 Stimulator Sebagai alat merangsang bagian otot
. menggunakan arus listrik.
4.2 Bahan

No Bahan Fungsi
1 Air es Untuk mendinginkan otot gastroknemius
2. Air Hangat Untuk menghangatkan zat ataupun larutan ringer.
3. Air suling 1 liter Untuk membersihkan Tulang ayam da Katak
4. Cacl2 Untuk larutan ringer dan digunakan sebagai
membasahi sel pada jaringan otot.
5. Katak Hidup Untuk melakukan Percobaan
6. KCl Untuk larutan ringer dan digunakan sebagai
membasahi sel pada jaringan otot.
7. NaCl Untuk larutan ringer dan digunakan membasahi sel
pada jaringan otot
8. NaHCO3 Untuk Untuk larutan ringer dan digunakan
membasahi sel pada jaringan otot
9. NaH2PO4 Untuk Untuk larutan ringer dan digunakan
membasahi sel pada jaringan otot
10 Tulang Kaki Untuk menentukan kerangka kaki ayam
.
5. Prosedur
5.1.Anatomi tulang
a. Identifikasi tulang ayam

Disiapkan alat dan bahan



Kemudian, ayam dipotong menjadi dua bagian, setelah itu sisihkan bagian
paha sampai ceker ayam

Kemudian, dipisahkan bagian daging ayam dengan tulang ayam

Kemudian,diidentifikasi bagian bagian dari tulang ayam yang
meliputi,epifisis, rongga medulla, tulang batu karang (cancellous), tulang pejal
(kompak), diafisis, metafisis dan sumsum tulang.

Sehingga, didapatkan hasil dari identifikasi anatomi tulang ayam

5.2 Skeleton
b. Identifikasi gambar skeleton

Disediakan gambar skeleton



Kemudian, diidentifikasi tulang tulang yang terdapat pada gambar skeleton

Lalu, digambarkan bagian-bagian tulang yang sudah diidentifikasi

Dan didapatkan hasil identifikasi bagian-
bagian tulang dari gambar skeleton
5.3 Anatomi otot

a. Pengenalan beberapa otot kranial dan fasial

Disediakan alat peraga



Lalu diidentifikasi dan tunjukkan otot-otot berikut,Otot auricularis, otot
frontalis, Otot corrugator supercilli, otot quadratus labii superior, otot
zygomaticus, otot orbicularis oris, otot nasalis,dan otot orbicularis oculi

Lalu,diidentifikasi otot-otot yang terlibat dalam ekspresi muka berikut ini,
Meringis, merengut,menaikkan hidung, mengerutkan bibir ke atas, dan
mengerutkan dahi

Didapatkan hasil identifikasi otot

b. Pengenalan beberapa otot superfisial tubuh

Disediakan alat peraga / gambar



Kemudian, diidentifikasi dan ditunjukkan letak, otot sternocleidomastoid,otot
biceps branchii, otot quadriceps femoris, otot serratus anterior, otot triceps
branchii, otot rectus abdominis, otot branchioradialis, otot gastrocnemius, otot
gluteus maksimus, otot sartorius, otot ekstensor, otot fleksor, otot soleus, otot
peroneus, otot pectoralis, dan otot deltoideus

Didapatkan hasil identifikasi otot superfisial
5.3.Anatomi otot skelet

a. Struktur anatomi makro otot

Disediakan Struktur anatomi makro otot



Kemudian, diidentifikasi dan dilengkapi anatomi makro otot skelet, serta
Temukan bagianbagian,epimisium,perimisium, endomosium,fesikulus,tendon
dan serabut otot

Didapatkan hasil identifikasi otot skelet

b. Struktur anatomi mikro otot skelet dan miofibril

Disediakan struktur anatomi mikro otot skelet dan myofibril



Lalu, diidentifikasi dan ditulis bagian-bagian anatomi mikro otot dan struktur
miofibril pada filament tipis (aktin), filament tebal (myosin), garis
Z,sarkolema,sarkomer,sarkoplasma,pita A, Pita I,nukleus, tubulus T,
retikulum sarkoplasma, dan zone H

Setelah itu, diidentifikasi struktur neuromuscular junction, lalu ditulis bagian-
bagian neuromuscular serta temukan bagian- bagian celah sinaptik, vesikel
sinaptik, akson terminal, dan reseptor asetilkolin

Didapatkan hasil identifikasi anatomi mikro otot skelet dan myofibril

5.4.Gerakan – gerakan tubuh

Disediakan gambar gerakan tubuh



Kemudian, praktikan memeragakan gerakan- gerakan seperti pada gambar 5

Setelah itu, praktikan yang lain dalam kelompok yang sama menentukan tipe
gerakan yang diperagakan praktikan tersebut

Didapatkan hasil gerakan tubuh dalam menentukan tipe
5.5.Fisiologi otot

a.Kontraksi isometrik dan isotonic

Dengan rileks, diletakkan tangan pada meja dan telapak tangan dihadapkan ke
atas. Lalu ditempatkan sebuah buku di atas telapak tangan, kemudian buat
ancang-ancang untuk mengangkat buku tersebut

Lalu, diamati permukaan anterior lengan atas
selama dilakukan ancang-ancang

Lalu, diletakkan lengan bawah sekali lagi dengan rileks pada meja dengan
telapak tangan menghadap ke atas

Lalu, ditempatkan beberapa buku di atas telapak tangan, atau beban lain yang
sedemikian beratnya sehingga tidak mungkin terangkat oleh tangan

Kemudian, buatlah ancang-ancang untuk mengangkat dan rasakan serta amati
apa yang terjadi pada otot pada lengan atas

Didapatkan hasil dari pengamatan kontraksi otot isometrik dan isotonic

b. Kontraksi otot (Inaktivasi Katak)

Anestesi katak dengan eter



Desebrasi Isolasi otot gastroknemius katak

Katak dipegang dengan satu tangan dan dengan telunjuk tekanlah kepalanya
ke bawah, sehingga terbentuk sudut 90̊ dengan tubuhnya

Digunting kulit dari bagian posterior pinggul katak yang telah didesebrasi
kemudian dikuliti seluruh bagian kaki, dengan cara ditarik dengan pinset atau
jari tangan dengan cepat

Lalu, temukan suatu lekukan pada batas kepala pada bagian tubuh dengan cara
diraba

Kemudian, tusuklah jarum bedah dengan tangan lainnya melalui foramen
magnum pada lekukan tersebut ke dalam rongga kranial dan jarum bedah
didorong ke arah muka dan ke bawah. Lalu,jarum diputar mengelilingi rongga
kranial

Lalu, dipisahkan bagian otot paha dari tulang paha (femur) dan perhatikan
bagian otot dan tulang, jangan sampai otot gastroknemius ikut terlepas dari
tulang

Kemudian, dicari tendon achilles pada bagian distal gastroknemius . Lalu
Bebaskan tendo dari jaringan di sekitarnya, kemudian diikatkan kawat pada
bagian atas dari tendon tersebut. Dipotong/gunting tendon tersebut sehingga
terlepas dari bagian tulang tumit

Didapatkan hasil dari desebrasi

Lalu,dipotong tulang paha kira-kira pada bagian tengahnya.Lalu dipisahkan


juga otot gastroknemius dari tulang tibia dan fibula

Setelah itu dipasang femur pada klem femur yang tersedia dan ikatkan tali
tendon achilles pada pengungkit (pengumpil)

Didapatkan hasil dari Isolasi otot gastroknemius katak

c. Kontraksi tunggal (kejangan) dengan bagian-bagiannya


Kimograf diputar dengan kecepatan lambat.

Di putar kimograf dengan kecepatan tinggi, sehingga tiap kontraksi
memberikan gambar yang lebar

Kemudian, diberikan kejutan-kejutan tunggal pada otot terisolasi tersebut
mulai dengan tegangan listrik 0 volt

Kemudian,diamati profil kontraksi yang tercatat pada kimograf

Setiap kali pemberian stimulus, tegangan ditingkatkan sehingga diperoleh
tegangan terkecil yang dapat menimbulkan kejangan pada otot

Lalu, dinaikkan terus tegangan pada kejutan-kejutan berikutnya, sehingga
diperoleh kontraksi maksimum dari otot tersebut. Respon yang diberikan
adalah respon maksimal

Setelah itu disalin pada kertas dan gambar hasil yang diperoleh, kemudian beri
nama-nama berikut :
Periode laten, Periode kontraksi, Periode relaksasi dan
Satu kejangan tunggal penuh

Didapatkan hasil nilai ambang kejangan

5.6.Pengaruh suhu terhadap kontraksi otot

Sebuah otot gastroknemius direndam dalam larutan es yang dingin



Kemudian otot diangkat setelah beberapa lama, lalu dipasangkan klem dan
pengumpil. Dengan, tetap dipertahankan kelembaban dan suhu rendah dari
preparat otot tersebut dan dibasahi dengan larutan ringer dingin

Lalu, diberikan stimulus tunggal dengan gambaran kontraksi yang terjadi dan
dicatat pada kimograf yang berputar dengan kecepatan tinggi

5.7. Pengaruh peningkatan frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot

Dipasang kimograf dengan kecepatan rendah. Lalu, dipasang juga stimulator


pada stimulus maksimal

Kemudian, diberikan 6-8 kali stimulasi pada otot terisolasi dengan kecepatan
stimulasi 2-3 stimulus/detik. Lalu diamati gambaran kontraksi yang terjadi

Kemudian, dipindahkan jarum penulis pada bagian lain kimograf, kemudian


dipasang kimograf pada kecepatan sedang dan stimulator pada stimulasi
maksimal

Lalu, diberikan stimulus dengan kecepatan meningkat : mulai dari


1 stimulus/detik, ditingkatkan menjadi 2,3,4,5,7,10, dan 20 stimulus/detik

Setelah itu, diberikan stimulus terus-menerus sampai terjadi keletihan otot


Didapatkan hasil dari pengaruh peningkatan frekuensi stimulus terhadap
kontraksi otot

5.8.Kontraksi otot jantung

Di bius atau inaktivasi seekor katak dengan eter

Kemudian,ditelentangkan katak tersebut pada meja bedah,lalu diikat bagian


kaki-kai katak

Lalu, digunting/potong kulit dan otot pada bagian toraks dan digunting/potong
tulang dada (sternum) sehingga terlihat perikardiumnya

Lalu, dipasang kail kecil dan dikaitkan pada bagian ventrikel jantung secara
hati-hati sehingga tidak merusak atau melubangi dinding jantung

Lalu, dihubungkan kait tersebut dengan jarum penunjuk kimograf melalui
sebuah kawat.Setelah itu,dijalankan kimograf yang telah dihitamkan dengan
asap

Kemudian ,diamati pola kontraksi otot jantung (EKG normal) dan disalin atau
digambarkan gerakan denyut jantung yang diperoleh secara skematik pada
kertas gambar

Setelah itu,diidentifikasi bagian-bagian yang menunjukkan kontraksi atrial,
awal relaksasi atrial, kontraksi ventrikel, relaksasi ventrikel, dan
tahap/gambaran mana yang menunjukkan sistol dan diastol jantung

Didapatkan hasil identifikasi dari kontraksi jantung

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2009. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Campbell. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga: Jakarta, 2000.

Devison, john. 2009. Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan


Bawah. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Faisal. 2012. Buku Ajar Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM.

Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.

Irfan. 2008. Beda Pengaruh Auto Stretching Dengan Contract Relax And
Stretching Terhadap Penambahan Panjang Otot Hamstring. Jakarta:
Universitas Indonusa Esa. Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol 8 No 1.

Taiyeb, Mushawwir. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Yunadi, Titi. Fisiologi Manusia. Jakarta: Erlangga, 2003.

Anda mungkin juga menyukai