Askep Hemodialisa
Askep Hemodialisa
Askep Hemodialisa
A. Pengertian
Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke kompartemen lain
melewati membran semipermeabel.
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke ginjal buatan, dimana
dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan cairan. Frekuensi hemodialisa bervariasi
dari 2 – 3 x/minggu.
Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin mengalir kedalam ginjal
buatan (dialiser), tempat akan bertemu dengan dialisat yang tidak mengandung urea dan
kreatinin. Aliran berulang darah melalui dialiser pada rentang kecepatan 200 – 400 ml/jam,
lebih dari 2 – 4 jam, diharapkan dapat mengurangi kadar produk sisa ini menjadi keadaan
yang lebih normal.
B. Tujuan
1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara darah dan bagian
cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif (penghisap) dalam kompartemen
dialisat.
C. Indikasi
4. Aksesori Peralatan
2)Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan konsentrasi dialisat, perubahan
tekanan udara dan kebocoran darah.
1) Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara dialiser dan pasien.
2) Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan terhadap darah.
5. Komponen Manusia/Pelaksana
Aspek yang lebih penting adalah pemahaman dan pengetahuan yang akan digunakan perawat
dalam memberikan asuhan pada pasien selama dialisis berlangsung.
Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam
diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa variabel. Untuk itu sebelum proses
hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu tentang :
- Diagnosa penyakit
- Tahap penyakit
- Usia
- Masalah medis lain
- Nilai laboratorium
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Keadaan emosi
F. Persiapan Peralatan
1. Jarum arteri
2. Selang normal saline
3. Dialiser
4. Bilik drip vena
5. Detektor
6. Port pemberian obat
7. Pemantau tekanan arteri
8. Pompa darah
9. Sistem pengalir dialiser
10. Pemantau tekanan vena
11. Jarum vena
12. Penginfus heparin
G. Prosedur Tindakan
Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: vistula atau tandur
arteriovenosa (AV), atau kateter hemodialisis dua lumen.
Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian
dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial”, keduanya
untuk membedakan darah yang masuk kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai
dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat
dengan anastomosis AV pada fistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong
cairan normal saline yang diklep selalu disambungkan ke sirkuit tetap sebelum pompa darah.
Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan
normal saline yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk
memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan
ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus
heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang
digunakan.
Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir kedalam
kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah
yang meninggalkan dialiser melewati kondektor udara dan foam yang mengklem dan
menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-
obat yang akan diberikan pada dialisis diberikan melalui port obar-obatan. Penting untuk
diingat, bagaimanapun, bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialisis
selesai kecuali memang diperintahkan harus diberikan.
Darah yang telah melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang
Posdialiser. Setelah waktu tindakan yang dijadwalkan, dialisis diakhiri dengan mengklem
darah dari pasien, membuka slang cairan normal saline, dan membilas sirkuit untuk
mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang, meskipun program dialisis kronik
sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.
Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialisis karena
pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib digunakan oleh
tenaga pelaksana hemodialisa.
H. Interpretasi Hasil
Hasil hemodialisa dapat dinilai dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi
gangguan elektrolit dan asam basa.
I. Komplikasi
1) Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti tekanan darah naik,
peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan vena sentral, dispnea,
batuk, edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan frekuensi nadi,
pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan penurunan
haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan melalui lambung yang menimbulkan
kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa keperawatan kekurangan cairan.
c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala hipotensi, mual muntah,
berkeringat, pusing dan pingsan.
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi berlebihan,
kehilangan darah ke dalam dialiser, inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat
antihipertensi
f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom disequilibrium,
respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.
2) Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi selama
prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan magnesium.
3) Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan karena
penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama kematian pada
pasein uremik.
1. Masalah peralatan
a) Konsentrasi dialisat
Perubahan mendadak atau cepat dalam konsentrasi dialisat dapat mengakibatakan kerusakan
sel darah dan kerusakan serebral. Gejala ringan seperti mual muntah, dan sakit kepala. Pada
kasus berat dapat mengakibatkan koma, kekacauan mental dan kematian.
b) Aliran dialisat
Aliran yang tidak mencukupi tidak akan membahayakn pasien tetapi akan mengganggu
efisiensi dialysis.
c) Temperatur
Suhu harus dipertahankan pada 36,7 – 38,3 C
d) Aliran darah
Faktor yang mempengaruhi adalah tekanan darah, fistula dan fungsi kateter, serta sirkuit
ektrakoporeal.
e)Kebocoran darah
f) Emboli udara
Faktor Resiko Meliputi : Pembekuan; perdarahan karena lepasnya sambungan secara tidak
sengaja
Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-
gejala membuat diagnosa aktual)
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri:
Pembekuan:
1. Awasi potensi aliran AV internal pada interval sering : Palpasi getaran distal ;
RASIONAL: Getaran disebabkan oleh turbulen darah arterial tekanan aliran yang masuk ke
sistem tekanan vena yang lebih rendah dan harus dipalpasi di atas sisi keluarnya vena.
3. Perhatikan warna darah dan / atau pemisahan sel dan Serum sebelumnya.
RASIONAL: Perubahan warna dari merah sedang sampai merah gelap keunguan
menunjukan aliran darah lembam / pembekuan dini. Pemisahan dalam selang indikatif
pembekuan. Darah merah gelap kemudian cairan kuning jernih menunjukan pembentukan
bekuan lengkap.
5. Beritahu dokter dan / atau lakukan prosedur penghilangan pembekuan bila terdapat bukti
kehilangan potensi pirau.
7. Hindari trauma pada pirau ; contoh menangani selang dengan perlahan, pertahankan posisi
kanula. Batasi aktivitas ekstremitas. Hindari mengukur TD atau mengambil darah dari
ekstremitas yang ada pirau. Instruksikan pasien tidak tidur atau membawa beban, buku,
dompet pada ektremitas yang sakit.
RASIONAL: Dari beberapa bukti yang didapati pada pemeriksaan, dapat dengan segera
tindakan/intervensi penanggulangan selanjutnya.
Perdarahan:
8. Pasang dua klem kanula pada balutan pirau, sediakan torniket. Bila kanula terpisah, klem
pertama pada arteri kemudian kanula vena. Bila selang lepas dari vena, klem kanula yang
masih ditempatnya lakukan tekanan langsung pada sisi perdarahan. Pasang torniket diatasnya
atau kembangkan balon pada tekanan diatas TD sistolik pasien.
RASIONAL: Mencegah kehilangan darah masif bila kanula terpisah atau pirau berubah
posisi sambil menunggu bantuan medik.
Infeksi :
9. Kaji kulit sekitar akses vaskuler, perhatikan kemerahan, pembengkakan, hangat lokal,
eksudat, nyeri tekan.
RASIONAL: Tanda infeksi lokal, dapat menjadi sepsis bila tak diatasi.
10. Hindari kontaminasi pada sisi akses. Gunakan teknik aseptik dan masker bila memberikan
perawatan pirau, mengganti balutan, dan bila melakukan proses dialisa.
RASIONAL: Tanda infeksi / sepsis yang memerlukan intervensi medik cepat
Kolaborasi:
12. Contoh kultur sisi/ darah sampel sesuai indikasi.
RASIONAL: Infus pada sisi arterial filter untuk mencegah pembekuan pada filter tanpa efek
samping sistemik.
13. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : Heparin (dosis rendah); Antibiotik (sistemik dan /
atau topikal)
RASIONAL: Pengobatan cepat infeksi dapat mengamankan jalan masuk, mencegah sepsis
Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-
gejala membuat diagnosa aktual)
Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh berat badan
dan tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada perdarahan
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri:
1. Ukur sama sumber pemasukan dan pengeluaran. Lakukan ini tiap hari.
RASIONAL: Membantu mengevaluasi status cairan, khususnya bila dibandingkan dengan
berat badan. Catatan : Haluaran urine adalah evaluasi tidak akurat dari fungsi ginjal pada
pasien dialisa. Beberapa orang menunjukan haluaran urine dengan sedikit klirens toksin
ginjal, yang lain menunjukan oliguria atau anuria.
3. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila tersedia selama dialisa.
RASIONAL: Hipotensi, takikardia, penurunan tekanan hemodinamik menunjukan
kekurangan cairan.
7. Kaji adanya perdarahan terus menerus atau perdarahan besar pada sisi akses, membran
mukosa, insisi / luka. Hematemesis / guaiak feses, drainase gaster.
RASIONAL: Heparinisasi sistemik selama dialisa meningkatkan waktu pembekuan dan
menempatkan pasien pada resiko perdaahan, khususnya selama 4 jam pertama setelah
prosedur.
Kolaborasi:
8. Awasi pemerikasaan laboratorium sesuai indikasi :
- Hb/Ht ;
RASIONAL: Menurun karena anemia , hemodilusi, atau kehilangan darah aktual.
9. Berikan cairan IV (contoh garam faal) / volume ekspander (contoh albumin) selama dialisa
sesuai indikasi:
RASIONAL: Cairan garam faal / dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan
dalam sisi vena hemofolter CAV bila kecepatan ultra filtrasi tinggi digunakan untuk
membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik. Volume ekspander mugkin dibutuhkan
selama / setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba/ nyata.
Faktor Resiko Meliputi : Pemasukan cairan cepat /berlebihan ; IV, darah, plasma ekspande,
garam faal diberikan untuk mendukung TD selama dialisa.
Kemungkinan dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnosa aktual).
Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan “berat badan kering “ dalam batas normal pasien
edema,” bunyi nafas jelas dan kadar natrium dalam batas normal.
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri:
1. Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Timbang dengan rutin.
RASIONAL: Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan
berat badan. Peningkatan berat badan antara pengobatan harus tidak lebih dari 0,5 kg/hari.
Kolaborasi:
5. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.
RASIONAL: Kadar natrium tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan, edema, hipertensi,
dan komplikasi jantung,
6. Batasi pemasukan peroral cairan indikasi, pemberian jangka waktu memungkinkan cairan
sepanjang periode 24 jam.
RASIONAL: Hemodialisa intermiten mengakibatkan retensi /kelebihan cairan antara
prosedur dan dapat memerlukan pembatasan cairan. Jarak cairan membantu mengurangi
haus.