الْمُعْتَبَرُ فِى أَوَامِرِ اللهِ الْمَعْنَى وَالْمُعْتَبَرُ فِي أُمُورِ الْعِباَدِ الإِسْمُ وَاللَّفْظُ
الْمُعْتَبَرُ فِى أَوَامِرِ اللهِ الْمَعْنَى وَالْمُعْتَبَرُ فِي أُمُورِ الْعِباَدِ الإِسْمُ وَاللَّفْظُ
ُاإل ْس ُم َواللَّ ْفظ ِ ْال ُم ْعتَبَ ُر فِى أَ َوا ِم ِر هللاِ ْال َم ْعنَى َو ْال ُم ْعتَبَ ُر فِي أ ُم
Al mu’tabaru fi awamirillah al ma’na wal mu’tabaru fi umuril ‘ibad al ismu wal lafzhu
Merupakan patokan dasar dalam hal-hal yang berkaitan dengan hak Allah adalah niat, sedangkan
yang berkaitan dengan hak-hak hamba (manusia) adalah lafadz-nya atau kasat mata.
Merupakan Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun tidak sengaja menimbulkan
suatu keburukan (mafsadah), dan pada umumnya keburukan itu tetap terjadi meskipun tidak
disengaja. Contohnya Talak, Bercanda dalam Islam dibolehkan, namun harus ada batasannya. Jika
konten bercanda itu telah masuk ke ranah privat apalagi syariat, dan walaupun dia tidak berniat untuk
menalak istrinya, hal tersebut dapat menimbulkan konsekuensi hukum yang tidak main-main.
Abdurrazzaq meriwayatkan dalam kitab al-Mushannaf, dari Umar bin Khattab, beliau berkata, “Ada
tiga hal di mana seseorang yang hanya main-main dan yang benar-benar memiliki konsekuensi hukum
yang sama, yaitu talak, sedekah, dan memerdekakan budak."
ُّوا هّللا َ َع ْد ًوا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َك َذلِكَ َزيَّنَّا لِ ُكلِّ أُ َّم ٍة َع َملَهُ ْم ثُ َّم إِلَى َربِّ ِهم
ْ ُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِمن دُو ِن هّللا ِ فَيَ ُسبkْ َوالَ تَ ُسب
)وا يَ ْع َملُونَ (األية ْ ُ بِ َما َكانkَّمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبِّئُهُم
"Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka
nanti akan memaki Allah dengan melampui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah
kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah
mereka kerjakan. (QS. Al-An'am : 108)
َ َ يا َ َرسُوْ َل هللاِ َك ْيفَ يَ ْل َعنُ ال َّر ُج ُل َوالِ َد ْي ِه؟ ق: قِ ْي َل،إِ َّن ِم ْن أَ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر أَ ْن يَ ْل َعنَ ال َّر ُج ُل َوالِ َد ْي ِه
يَسُبُّ ال َّر ُج ُل:ال
) وأبو داوودk َويَسُبُّ أُ َّمهُ فَيَسُبُّ أُ َّمهُ (رواه البخاري ومسلم،ُأَبا َ ال َّر ُج ُل فَيَسُبُّ أَباَه
Sesungguhnya sebesar-besar dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya. Lalu
Rasulullah ditanya orang, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua
ibu bapaknya?" Rasulullah menjawab, "Seseorang mencaci-maki ayah orang lain, maka
ayahnya juga akan dicaci-maki orang itu, dan seseorang mencaci-maki ibu orang lain, maka
ibunya juga akan dicaci-maki orang itu". (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud).