Anda di halaman 1dari 7

Definisi

 Odontogram, adalah suatu gambar peta mengenai keadaan gigi di dalam mulut yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Rekam Medik Kedokteran Gigi
 Rekam medis odontogram merupakan salah satu bagian dari rekam medis yaitu catatan yang
berisi informasi tentang gigi seseorang yang merupakan salah satu sarana identifikasi gigi geligi
yang dapat dipercaya, khususnya bila rekaman data gigi semasa hidup pernah dibuat dan
disimpan secara baik dan benar.
 Rekam medis odontogram merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain
tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien disertai foto, radiologi, gambar pencitraan
(imaging). dan rekaman elektro diagnostik yang dapat dibuat secara manual atau digital.
Fungsi Odontogram :
 Sebagai resume keadaan gigi dan mulut pasien baik untuk kepentingan ngan pasienmaupun
rujukan.
 Sebagai dasar perencanaan perawatan/kebutuhan alat/ bahan kedokteran gigi melalui
perhitungan DMF/T
Tujuan Umum :
 Untuk mengetahui keadaan gigi geligi sesorang
Tujuan Khusus :
 Memberikan gambaran umum keadaan gigi dan mulutpasien.
 Merupakan dokumen legal yang dapat melindungi dokter gigi maupun pasien.
 Sebagai resume keadaan gigi dan mulut pasien baik untuk kepentingan pasien maupun rujukan.
 Sebagai dasar perencanaan perawatan/kebutuhan alat/bahan kedokteran gigi melalui perhitungan
DMF/T.
 Sebagai bahan penelitian.
 Sebagai sarana identifikasi.
Dalam lembar Odontogram, selain dicantumkan gambar Odontogram,juga dicatatkan informasi –
informasi penting mengenai keadaan gigidan mulut pasien.Yang dicatatkan pada lembar Odontogram
adalahhanya informasi yang tidak mudah berubah.

Pengisian odontogram:
 Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien dilakukan dan dicatat pada
kunjungan pertama atau kesempatan pertama sehingga memberikan gambaran keadaan secara
keseluruhan.
 Selama perawatan belum mencapai restorasi tetap, tidak perlu dilakukan perbaikan odontogram.
 Setelah perawatan mencapai restorasi tetap, dapat dilakukan koreksi pada gambar odontogram
yang ada, dan diberikan paraf dan tanggal perubahan.
 Jika koreksi dinilai sudah terlalu banyak, dapat dibuat odontogram baru. Odontogram lama tetap
dilampirkan sebanyak 2 odontogram yang lama.
 Jika kunjungan pasien terakhir kali sudah lebih dari satu tahun, dibuatkan odontogram baru.

Alasan gigi digunakan sebagai bukti


Menurut Alphonsus Quendangen dan kawan‐kawan, Identifikasi personal sering merupakan
suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas odontogram personal dengan
tepat amat penting dalam penyidikan. Apabila terjadi kekeliruan akan berakibat fatal dalam proses
peradilan, karena rekam medis ini merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik14.
Sebagai rekam medis, odontogram dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan karena
dikatagorikan sebagai alat bukti keterangan ahli yang tertuang dalam Permenkes No. 269/2008 pasal 13
menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki manfaat yaitu alat bukti dalam proses penegakan hukum,
disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dalam penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi.
 Karena gigi merupakan bagian terkeras pada tubuh manusia, yang mempunyai komposisi
bahan organik dengan jumlah kadar air yang sedikit. Gigi baru akan menjadi abu pada
suhu 1000 F – 1200 F (538 C ‐ 649 C), sedangkan mahkota inlay dan tambalan amalgam
pada gigi menjadi abu di atas suhu lebih 1600 F (871 C).
 Sifat‐sifat gigi yang melekat erat pada tulang rahang, tahan terhadap proses pembusukan,
tahan terhadap panas sampai 900 derajat Celcius, tahan terhadap asam, tahan terhadap
abrasi maupun atrisi, nilai individualistisnya tinggi, bentuknya jelas dan mudah dikenali,
menjadikan gigi sebagai salah satu bahan identifikasi. Identifikasi melalui gigi ini
 Keuntungan gigi sebagai obyek identifikasi karena mempunyai letak yang terlindung
dari otot‐otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot‐otot
tersebut terlebih dahulu. Gigi geligi sukar membusuk walaupun telah dimakamkan
kecuali sudah mengalami nekrotik atau gangren, sedangkan organ‐organ tubuh lain
bahkan tulang telah hancur tetapi gigi masih utuh dan gigi geligi manusia di dunia tidak
ada yang sama dengan kemungkinan satu berbanding dua milyar, gigi juga mempunyai
ciri‐ciri khusus yang dapat diidentifikasi sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan sehari‐
harinya.Selain tahan panas lebih dari 649 derajat celsius juga tahan terhadap asam
pekat17
Dengan mengetahui berbagai tujuan pembuatan odontogram sebagai identifikasi personal maka
dengan sendirinya diwajibkan para dokter gigi untuk mengetahui, mempelajari, dan mematuhi segala
ketentuan seperti yang berlaku pada Undang‐ Undang dan peraturan lainnya karena sanksi pidananya
cukup berat secara hukum maupun secara administrasi, yang tercantum dalam pasal 45 tentang
Informed Consent, pasal 46 tentang Dental Record, pasal 47 tentang kepemilikan Dental Record pasal
48 tentang Confidentiality of dental record, dan pasal 79 Ketentuan Pidana dari undang‐undang
dimaksud diatas.
LESI KARIES
 Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang
menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk
lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah
terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan
mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan
berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi,
terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin,
dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan
pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke
jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
 Lesi karies akan terjadi bila ada ketidakseimbangan antara faktor protektif dan faktor patologik,
yang akan menimbulkan gangguan pada proses demineralisasi-remineralisasi. Pembentukan
biofilm plak menjadi pemicu proliferasi bakteri kariogenik dengan memproduksi asam hasil
fermentasi karbohidrat. Keadaan ini menyebabkan turunnya pH saliva, sehingga akan merusak
struktur mineral gigi. pH yang rendah meningkatkan populasi flora patogen. Lesi awal tampak
sebagai hasil dari hilangnya kalsium, fosfat, dan karbonat, membentuk lesi eminerlisasi di
subsurface yang sering disebut sebagai “white spots”, terutama di daerah akumulasi plak. Tahap
awal dari lesi dini dapat dicegah dengan menurunkan faktor patologik seperti plak biofilm, dan
meningkatkan faktor protektif
 Karies gigi awalnya akan terbentuk pada enamel dengan pembentukan plak gigi terlebih dahulu
yang 70% berisi bakteri. Bakteri dan terkadang jamur dapat mengonsumsi karbohidrat dan
menggunakannya sebagai energi dan memproduksi asam laktat. Asam yang diproduksi agen-
agen ini kemudian menguraikan matriks mineral pada gigi. Pada stadium awal ini akan memiliki
gambaran white spot lesion, yaitu lesi seperti putih kapur pada bagian lesi. Lesi bercak putih
tersebut kemudian akan berubah menjadi lesi berwarna kehitaman. [1,4,5] Remineralisasi gigi
dapat terjadi dengan deposit kristal dan mineral pada saliva. Namun, apabila pasien tetap tidak
menjaga kebersihan gigi dari plak dan tidak mengurangi konsumsi gula maka proses
demineralisasi akan terus berlanjut melalui produksi asam dari bakteri pada lesi. Seiring
terjadinya demineralisasi, beberapa zona akan terbentuk pada enamel, yaitu:
o Zona translusen: fase awal terjadi karies. Zona ini terbentuk saat enamel sudah
kehilangan mineral sebanyak 0,5%
o Zona gelap: apabila demineralisasi terus terjadi maka zona gelap akan terbentuk. Pada
zona ini terjadi remineralisasi yang mengisi bagian prisma email
o Zona badan lesi: pada zona ini terjadi destruksi dan demineralisasi hebat. Pori-pori pada
jaringan ini sebesar 5% pada bagian tepi dan membesar menjadi 25% pada bagian tengah
o Zona permukaan: memiliki gambaran bercak putih pada permukaan enamel. Pada zona
ini terjadi remineralisasi pada permukaan, namun pada bagian dalam sudah terbentuk
rongga kosong. Hal ini menyebabkan permukaan terlihat seolah-olah utuh namun dalam
jangka waktu pendek akan terbentuk kavitas[1,4]
LESI NON KARIES
a. ABRASI
i. Definisi
Abrasi merupakan keausan yang disebabkan
oleh benda asing, khususnya karena penyikatan gigi.
Abrasi umumnya terjadi pada bagian servikal (akar)
gigi anterior maupun posterior, terutama pada sisi
vestibular. Hampir semua kasus akan terlihat
terbukanya akar karena resesi gingival (Agoes, 2011).

ii. Penyebab
1. Cara Menyikat Gigi yang Salah
Menyikat gigi terlalu keras dengan
arah horizontal (kedepan dan kebelakang) secara terus menerus dapat
menyebabkan abrasi gigi. Menyikat gigi yang paling baik adalah dengan
arah vertikal (keatas dan kebawah) atau berputar.
2. Penggunaan Pasta Gigi yang Keras
Penggunaan pasta gigi yang keras juga dapat menjadi penyebab
abrasi gigi. Pasta gigi mengandung bahan tertentu yang juga dapat
membuat gigi terkikis. Bagian gigi yang paling banyak terkena abrasi
adalah bagian akar gigi. Penelitian menunjukkan bahwa 50% abrasi pasta
gigi terjadi dalam 20 detik pertama menyikat gigi.
3. Penggunaan Kawat Gigi
Penggunaan kawat gigi juga dapat berpotensi menjadi penyebab
abrasi gigi. Kawat gigi dapat menekan gigi akan menimbulkan gesekan
secara terus menerus, terutama pada saat mengunyah makanan, sehingga
dapat abrasi gigi dapat terjadi. Selain kawat gigi, penggunaan mahkota
gigi juga dapat menyebabkan gesekan yang dapat menyebabkan abrasi.
4. Tindik dalam Mulut
Melakukan tindik di sekitar mulut di mana aksesoris dapat
bergesekan dengan gigi juga dapat menjadi penyebab abrasi gigi.
Gesekan yang berulang antara gigi dan aksesoris tersebut menyebabkan
gigi terkikis dan mengalami abrasi.
5. Kebiasan Menggigit Benda Keras
Penyebab abrasi gigi lainnya adalah kebiasaan menggigit benda
keras. Kondisi ini meliputi konsumsi makanan keras terlalu sering atau
kebiasaan benda keras seperti pensil, kuku, atau benda lainnya.
6. Gigi Terkikis Asam
Penyebab abrasi yang terakhir adalah paparan asam yang dapat
mengikis gigi, ini termasuk ke dalam penyebab yang paling umum. Asam
yang dimaksud dapat berasal dari makanan yang mengandung asam yang
tinggi atau dapat juga disebabkan karena asam lambung yang naik pada
penyakit GERD. (Andria dkk, 2013)
iii. Gambaran Klinis
Gigi yang mengalami abrasi akan terlihat garis cekungan tajam pada
sepertiga bawah mahkota gigi, dekat gusi. Kondisi ini dapat mengganggu
penampilan dan membuat gigi menjadi lebih sensitif.
Pulpa mengadakan reaksi dengan membentuk kalsifikasi di tubulus dentin
dan pembentukan dentin reaksioner. Dentin yang terbuka ini jarang sensitif dan
bentuknya seringkali seperti alur berbentuk V di dekat tepi ginggiva. Seringkali
dijumpai adanya resesi ginggiva akibat penyikatan berlebihan tetapi ginggivanya
biasanya sehat (Agoes, 2011).

iv. Perawatan
Perawatannya adalah menasihati pasien agar menggunakan teknik
penyikatanyang kurang merusak dan dengan pasta gigi yang tidak abrasif atau
hentikan kebiasaanmenggigit- gigit. Pada bentuknya yang ringan, kavitas lebih
baik diamati dahulu. Jika alur ke arah ginggiva sangat dalam dan membahayakan,
pulpa dapat ditambal dengan semen adhesive yang merupakan prosedur yang
tidak membahayakan. (Andria dkk, 2013)
b. Atrisi
i. Definisi
Atrisi gigi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan hilangnya
suatu substansi gigi secara bertahap pada permukaan oklusal dan proksimal gigi
karena proses mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan. Atrisi
gigi ini dapat terjadi pada insisal, oklusal dan proksimal dari gigi. Terjadinya
proses ini lama dan berjalan lambat pada waktu mengunyah (Agoes, 2011).

ii.

Penyebab
Bruxism (teeth grinding) merupakan kebiasaan mengasah gigi atas
dengan gigi bawah, yang biasa disebut dengan “kerot”. Biasanya bruxism
dilakukan secara tidak sadar saat tidur. Penyebab bruxism belum diketahui secara
pasti, namun beberapa penelitian menyebutkan bahwa stres salah satu
penyebabnya. Bruxism merupakan kebiasaan yang dilakukan dalam waktu yang
lama, sehingga juga dapat menyebabkan abrasi gigi.(Andria dkk, 2013)
iii. Gambaran klinis
Gigi yang mengalami atrisi akan ditemui pembentukan facet di puncak
kaninus dan hilangnya tuberkel di tepi insisal. Kondisi ringan ini tidak
memerlukan perawatan gigi khusus. Pada kondisi hilangnya lapisan gigi yang
lebih parah, tubulus dentin dan pulpa akan terbuka dan terbentuk reaksi
kalsifikasi dan dentin reaksioner. Jika pulpa terbuka, maka perawatan saluran
akar gigi harus dilakukan dan diperlukan pembuatan mahkota gigi.
Keadaan ringan sering ditemukan berupa terbentuknya facet pada puncak
kaninusdan hilangnya tuberkel di tepi insisal. Keadaan semacam ini tidak
memerlukan perawatanapa- apa. Keausan yang terus berlanjut akan membuka
tubulus dentin dan pulpa akanmengadakan raeksi dengan membentuk kalsifikasi
pada tubulus di daerah yang terkenadan dengan pembentukan dentin reaksioner.
Keausan yang ditimbulkan hanya olehkebiasaan mengerotlan gigi menyebabkan
keausan yang merata pada email dan dentin.Jika dijumpai cekungan dangkal dan
dikelilingi oleh lingkaran email, maka biasanya initerjadi karena adanya erosi
yang tumpah tindih dengan atrisi (Agoes, 2011).
iv. Perawatan
Pada tahapnya yang masih dini, pengamatan dan nasehat yang tepat
merupakan tindakan tepat karena kavitasnya belum bisa menerima tumpatan.
Akan tetapi kadang-kadang terlihat keausan yang hebat sekali. Sering kali hal ini
disebabkan oleh kebiasaan pasien mengerotkan giginya tanpa sadar, terutama di
waktu malam ketika saliva yang berfungsi sebagai pelumas sedang sedikit. Kalau
keausan menjadi sangat luas sehingga banyak jaringan gigi yang hilang dan jika
kecepatan keausan melebihi kecepatan pembentukan dentin reaksionernya, pulpa
mungkin akan terbuka sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar.
Intervensi perlu dilakukan jika keausan sudah mengganggu, pulpa dalam bahaya
terbuka, atau mengganggu oklusi.
Sering kali diperlukan pembuatan mahkota. Bagi gigi posterior biasanya
digunakan mahkota tuang emas, sementara bagi gigi anterior digunakan mahkota
metal keramik sehingga merupakan kombinasi estetika dan kekuatan. Biasanya
keausan menimpa banyak gigi sehingga perawatannya tak dapat dihindarkan lagi,
merupakan perawatan yang ekstensif. Perawatan akan merupakan perawatan
yang sukar dan memakan waktu karena sering kali oklusi pasien harus diperbaiki
dulu; maka perawatan seperti ini sangat tidak menyenangkan bagi operator yang
tidak berpengalaman. Ciri khas atrisi adalah perkembangan dari suatu sisi yang
mana adalah permukaanyang datar dengan di kelilingi oleh tepi yang berbatas
jelas. Disana akan terdapat garis paralel yang jelas hanya dalam satu arah dan di
dalam tepi dari permukaan gigi. Satu sisi akan bersatu dengan sempurna dengan
sisi yang lain pada sebuah gigi di lengkunganyang berbeda dan garis yang paralel
akan terletak pada arah yang sama. Penyebaran dari atrisi dipengaruhi oleh tipe
dari oklusi, geometri dari system stomatognathic dan pola karakteristik dari
kertakan gigi individu. (Andria dkk, 2013)
c. Erosi:
i. Melarutnya email gigi dan asam disebabkan hilangnya jaringan keras dan tida
melibatkan bakteri. Penyebabnya adalah makanan dan minuman yang
mengandung asam, asam yang timbul akibat gangguan pencernaan, dan asam
dengan PH < 5,5. Erosi dimulai dari adanya pelepasan ion kalsium, jika hal ini
berlanjut maka akan menyebabkan kehilangan dari prisma enamel dan
dilanjutkan dengan adanya porositas. Porositas menyebabkan kekerasan lapisan
enamel gigi berkurang.
ii. Definisi
Erosi gigi terjadinya pengikisan lapisan terluar gigi (enamel) oleh asam.
Enamel adalah lapisan keras transparan yang menutupi dan melindungi gigi dari
kerusakan. [1, 2, 3] Ketika enamel mengalami erosi gigi, dentin atau lapisan gigi
di bawah enamel akan tampak, sehingga dapat menyebabkan rasa sakit karena
sifat dentin yang sensitif.
iii. Penyebab
Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab erosi gigi meliputi:
1. Konsumsi minuman ringan yang berlebih seperti soda memiliki kadar
fosfor dan asam sitrat yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan erosi
gigi.
2. Konsumsi minuman yang terbuat dari buah, terutama jeruk dan lemon,
memiliki kadar asam yang dapat merusak enamel gigi.
3. Mulut kering atau air liur sedikit (xerostomia).
4. Konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan pat (starch).
5. Obat-obatan tertentu, seperti aspirin dan antihistamin.
6. Faktor keturunan (genetik).
7. Faktor lingkungan, misalnya gesekan antargigi serta stres.
8. Erosi gigi juga bisa disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti
gastroesophageal reflux disease (GERD) atau bulimia.
iv. Gambaran klinis
Salah satu tanda dari erosi gigi adalah terkikisnya permukaan gigi yang
menyebabkan tampilan halus dan berkilau. Dental erosion juga dapat
menyebabkan akar gigi yang terekspos (dentin) sensitif terhadap panas dan
dingin. Tanda-tanda dari erosi gigi pada bagian belakang gigi meliputi
terbentuknya depresi pada permukaan penggigit gigi. Tambalan dapat menjadi
menonjol apabila permukaan gigi sekitar terkikis akibat erosi. Apabila enamel
terkikis, gigi lebih rentan terhadap lubang atau kerusakan. Apabila kerusakan gigi
sudah memengaruhi enamel, kerusakan sudah dapat memasuki bagian utama dari
gigi. Lubang kecil mungkin tidak menyebabkan masalah apa pun pada awalnya.
Namun begitu lubang berkembang dan memasuki gigi, lubang dapat
memengaruhi saraf-saraf kecil, menyebabkan abses atau infeksi yang sangat
sakit.
v. Perawatan
Penanganan erosi gigi tergantung dari tingkat keparahannya. Pada gigi
yang erosinya belum parah, dokter masih bisa menambal gigi tersebut agar
lapisan dentin kembali tertutup dan rasa nyeri hilang. Perawatan veneer juga bisa
dilakukan untuk melapisi enamel yang sudah rusak.

Apabila sudah terjadi erosi gigi yang parah, dokter gigi akan menyarankan
prosedur pemasangan crown guna melindungi gigi dari kerusakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Trisnowahyuni, Agus Hadian Rahim dan Eddie Imanuel Doloksaribu. 2017. Rekam Medis
Odontogram Sebagai Alat Identifikasi Dan Kepentingan Pembuktian Di Pengadilan . SOEPRA Jurnal
Hukum Kesehatan, Vol. 3 | No. 1

Anda mungkin juga menyukai