Internalisasi prinsip SOF juga menyebar ke berbagai bidang kehidupan. Sampai saat
ini masih terdapat perdebatan terkait dengan manakah yang seharusnya diunggulkan, aspek
substansi ataukah bentuk/formalitas. Sebagian berpendapat bahwa perbankan syariah lebih
mengutamakan substansi, yaitu untuk mencapai kemaslahatan umat, sedangkan sebagian
lainnya mengutamakan pembahasan tentang sah batalnya akad
Dari perspektif pelaku bisnis, saksi maupun penulis dapat dikatakan merupakan salah
satu fungsi untuk memenuhi aspek formalitas. Dengan demikian, penerapan prinsip SOF
menciderai fungsi akuntansi itu sendiri, dan tidak memenuhi kebenaran sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur'an. Berlandas ayat QS. Al-Baqarah [2]: 282 maka prinsip yang
benar adalah Substance And Form (SAF).
Berlandas konsep kesatuan usaha maka perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang
mandiri, terpisah dari pemilik. Salah satu perwujudan dari konsep ini adalah keberadaan
perusahaan perusahaan yang terdaftar di pasar modal yang sahamnya dapat diperjual-belikan.
1. Internalisasi Konsep Kesatuan Usaha
2. "Menghidup-hidupkan" Sesuatu
Kebenaran yang tersurat dalam firman ALLAH SWT adalah bahwa yang
diseru melakukan muamalah adalah manusia, bukan yang lain. Konsep kesatuan
usaha di akuntansi sebenarnya dirancang untuk membantu pemilik mengetahui
informasi kinerja bisnisnya secara lebih jelas, tidak lebih dari itu.
BASIS AKRUAL
b. Transaksi penjualan kredit, pendapatan dicatat pada saat penjualan, bukan pada saat
penerimaan kas;
c. Transaksi penerimaan kas dari pelanggan sebagai uang muka penjualan, pendapatan
dicatat pada saat pr
Penerapan secara konsisten pencatatan berbasis akrual tidak selalu mudah. Pertama,
standar akuntansi keuangan yang berlaku dalam beberapa situasi membolehkan pencatatan
berbasis kas. Kedua, standar akuntansi keuangan yang berlaku di pemerintah mengarah pada
penerapan akuntansi berbasis akrual. Ketiga, dalam penerapan akuntansi syariah, pencatatan
berbasis akrual pernah menjadi isu karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.
● Dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282. Interpretasi atas phrasa-phrasa tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Salah satu terjadinya utang-piutang adalah transaksi jual-beli secara kredit. Dengan
demikian, pencatatan sudah dilakukan pada saat penjualan kredit.
b. Transaksi jual-beli secara tunai diperbolehkan untuk tidak dicatat. Salah satu
interpretasi atas hal ini adalah bahwa pencatatan berbasis kas boleh untuk tidak
digunakan.
Penyajian informasi yang memenuhi keduanya, reliabilitas (andal) dan relevansi merupakan
harapan yang ingin dicapai. Permasalahan muncul karena faktor reliabilitas dan relevansi
oleh pemerhati akuntansi yang saling bertentangan. Sebagian besar pemerhati akuntansi
mencoba untuk memilih dan menimbang pernyataan manakah yang seharusnya diutamakan.
Penggunaan alat ukur yang disebut kos historis (historical cost) di akuntansi masa lalu
mencerminkan kepedulian lebih tinggi dari pengembang akuntansi terhadap reliabilitas
dibanding relevansi. Seiring dengan perubahan dan persaingan bisnis, penggunaan alat ukur
nilai wajar (fair value) dan nilai sekarang (present value) mencerminkan kepedulian yang
lebih tinggi terhadap relevansi dibanding reliabilitas. Namun saat ini dalam akuntansi
keuangan, IFRS cenderung mengutamakan relevansi dibanding reliabilitas.
Akuntansi harus menghasilkan informasi yang andal relevan. Namun demikian, sejauh ini
tujuan tersebut sangat tidak mudah dicapai. Kedua hal tersebut sebenarnya merupakan
pasangan; meskipun ada tetapi keberadaannya harus terpenuhi agar informasi dapat
digunakan sebagai pertanggungjawaban sekaligus penyedia informasi untuk pengambilan
keputusan. Dengan demikian, permasalahan yang mewakili akuntansi sekarang ini adalah
"apa yang harus dilakukan untuk menjadikan reliabilitas dan relevansi menjadi sistem
berpasangan yang sebenarnya, bukan sebagai tradeoff yang harus ditanggung?".
IFRS menjadi topik bahasan hangat para pemerhati akuntansi di banyak negara. IFRS ini
disusun oleh IASB yang berada di bawah lembaga yang disebut IFRS Foundation.
Bermula dari Arahan IASC (International Accounting Standard Committee) di tahun 1973,
gagasan untuk menyusun akuntansi yang tepat secara internasional bergerak secara dinamis.
Pada tahun 2001, IASC berubah bentuk menjadi LASC Foundation yang menjadikan IASC
merupakan entitas yang berdiri sendiri. Perkembangan organisasi mendorong terjadinya
perubahan nama dari IASC Foundation menjadi IFRS Foundation pada tahun 2010 sesuai
dengan nama standar yang dihasilkan. Awalnya organisasi yang sekarang disebut IFRS
Foundation didirikan oleh 9 negara. Sampai dengan 2011, sudah lebih dari 100 negara yang
melibatkan diri dengan entitas ini, baik sebagai negara yang berencana melakukan
konvergensi, sedang melakukan konvergensi, atau menyatakan diri penuh IFRS, dan terdapat
9 IFRS yang sudah diterbitkan, termasuk IFRS untuk UKM (entitas kecil dan menengah).
Berdasar ayat QS. Al-Baqarah [2]: 282 maka sangat jelas bahwa tujuan IFRS tidak pernah
tercapai. Mengapa demikian? Karena tidak mungkin ada di dunia ini yang sifatnya tunggal.
Semuanya disediakan beragam. Dari perspektif sistem, perbedaan merupakan syarat untuk
menghasilkan sinergi. Dengan demikian, tujuan IFRS Foundation bertentangan dengan
kebenaran yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an. Kebenaran tentang hal di atas, yaitu
ketidak-mungkinan adanya yang bersifat tunggal, sebenarnya telah terbukti dalam kehidupan
kita.
BAGIAN III: BAB 20 MONETER NILAI
Seandainya tidak ada uang maka muamalah dalam bentuk jual beli dilakukan dengan model
barter. Akuntansi dewasa ini menggunakan satuan uang (nilai moneter) untuk mengukur
sebuah transaksi, dan menyajikannya dalam bentuk informasi keuangan. Dalam
perjalanannya akuntansi juga mengembangkan beberapa metode pengukuran nilai moneter,
antara lain kos historis, nilai wajar, dan nilai bersih yang dapat direalisasikan. nilai realisasi
bersih. Di satu sisi, penggunaan beragam metode pengukuran nilai moneter mencerminkan
pengembangan akuntansi. Di sisi lain, penggabungan nilai-nilai moneter yang dihasilkan,
dari metode pengukuran yang berbeda, meskipun sama-sama berbasis nilai moneter,
sebenarnya tidak selalu menyajikan informasi yang akurat. Dari perspektif akuntansi
keuangan, keberadaan Catatan atas laporan keuangan (CALK) yang merupakan bagian dari
laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan untuk menyajikan beragam informasi
penting yang tidak dapat terekam di sistem akuntansi pokok. Dari perspektif akuntansi
manajemen, pengukuran berbasis Balanced Scorecard (BSC) merupakan alternatif yang
menarik untuk diterapkan.