Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA DASAR AKUNTANSI SYARIAH

SUBSTANCE OVER FORM

Sekilas tentang Substance Over Form

Menggunakan prinsip substance over form (selanjutnya disingkat SOF), pemerhati


akuntansi akan mengutamakan pencatatan atas substansi transaksi, dibanding aspek
formalitasnya. Dalam kondisi normal, kedua aspek tersebut diharapkan dapat dipenuhi
semuanya. Ketika dihadapkan dengan situasi tertentu, maka prinsip ini lazimnya
diberlakukan. Contoh penerapan prinsip SOF terjadi dalam peristiwa penyerahan barang
konsinyasi. Contoh kedua, yang banyak dibahas di literatur, prinsip SOF berlaku untuk
transaksi leasing (sewa-guna/sewa-beli).

Pemberlakuan SOF di Perbankan Syariah

Internalisasi prinsip SOF juga menyebar ke berbagai bidang kehidupan. Sampai saat
ini masih terdapat perdebatan terkait dengan manakah yang seharusnya diunggulkan, aspek
substansi ataukah bentuk/formalitas. Sebagian berpendapat bahwa perbankan syariah lebih
mengutamakan substansi, yaitu untuk mencapai kemaslahatan umat, sedangkan sebagian
lainnya mengutamakan pembahasan tentang sah batalnya akad

Mungkinkah Substance And Form?

Dari perspektif pelaku bisnis, saksi maupun penulis dapat dikatakan merupakan salah
satu fungsi untuk memenuhi aspek formalitas. Dengan demikian, penerapan prinsip SOF
menciderai fungsi akuntansi itu sendiri, dan tidak memenuhi kebenaran sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur'an. Berlandas ayat QS. Al-Baqarah [2]: 282 maka prinsip yang
benar adalah Substance And Form (SAF).

KONSEP KESATUAN USAHA

Berlandas konsep kesatuan usaha maka perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang
mandiri, terpisah dari pemilik. Salah satu perwujudan dari konsep ini adalah keberadaan
perusahaan perusahaan yang terdaftar di pasar modal yang sahamnya dapat diperjual-belikan.
1. Internalisasi Konsep Kesatuan Usaha

Kesatuan usaha menunjuk pada pemberian status kepada perusahaan sebagai


entitas yang berdiri sendiri yang memiliki tanggungjawab dan kewenangan terpisah
dari pemiliknya. Dengan berlandas konsep kesatuan usaha (economic entity concept),
fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi dari perspektif perusahaan. gagasan
tentang kesatuan usaha juga berlaku di banyak situasi. Salah satunya adalah
keberadaan perusahaan yang disebut Perseroan Terbatas (PT) baik yang dimiliki
sedikit orang (PT Tertutup) maupun yang terdaftar di pasar modal

2. "Menghidup-hidupkan" Sesuatu

Kebenaran yang tersurat dalam firman ALLAH SWT adalah bahwa yang
diseru melakukan muamalah adalah manusia, bukan yang lain. Konsep kesatuan
usaha di akuntansi sebenarnya dirancang untuk membantu pemilik mengetahui
informasi kinerja bisnisnya secara lebih jelas, tidak lebih dari itu.

BASIS AKRUAL

1. Ilustrasi yang diharapkan memudahkan mengenali konsep basis akrual:

a. Transaksi penjualan tunai, pendapatan dicatat pada saat penjualan;

b. Transaksi penjualan kredit, pendapatan dicatat pada saat penjualan, bukan pada saat
penerimaan kas;

c. Transaksi penerimaan kas dari pelanggan sebagai uang muka penjualan, pendapatan
dicatat pada saat pr

Penerapan secara konsisten pencatatan berbasis akrual tidak selalu mudah. Pertama,
standar akuntansi keuangan yang berlaku dalam beberapa situasi membolehkan pencatatan
berbasis kas. Kedua, standar akuntansi keuangan yang berlaku di pemerintah mengarah pada
penerapan akuntansi berbasis akrual. Ketiga, dalam penerapan akuntansi syariah, pencatatan
berbasis akrual pernah menjadi isu karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.

2. Basis Akrual Sebagai Reminder Janji yang Harus Dipenuhi

● Dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282. Interpretasi atas phrasa-phrasa tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Salah satu terjadinya utang-piutang adalah transaksi jual-beli secara kredit. Dengan
demikian, pencatatan sudah dilakukan pada saat penjualan kredit.

b. Transaksi jual-beli secara tunai diperbolehkan untuk tidak dicatat. Salah satu
interpretasi atas hal ini adalah bahwa pencatatan berbasis kas boleh untuk tidak
digunakan.

Menggunakan pencatatan berbasis akrual, semua peristiwa baik pada saat


penjualan/pembelian dan pada saat pelunasannya akan dicatat. Jika menggunakan basis kas,
pencatatan hanya dilakukan pada saat terjadi penjualan/pembelian tunai atau pada saat
pelunasan utang-piutang.

PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

1. Pengguna Laporan Keuangan (Konvensional dan Syariah)

Tujuan akuntansi diwujudkan dalam bentuk penyediaan informasi yang


memenuhi kebutuhan para pengguna. Informasi akuntansi lazimnya berupa laporan
keuangan (financial statements). Menurut IASB laporan keuangan terdiri dari laporan
posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan
komparatif (jika diperlukan). Dan untuk pengguna laporan keuangan meliputi
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditur usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umum. Para pemerhati akuntansi syariah
mengajukan perspektif yang dipertimbangkan memenuhi kriteria yang lebih bersifat
menyeluruh.

Tujuan laporan keuangan yang sesuai syariah dimaksudkan untuk memenuhi


tujuan yang bersifat materi sekaligus bersifat spirit. Untuk tujuan materi, laporan
keuangan menyediakan informasi yang dianalogikan sebagai “badan” , sementara
laporan keuangan sebagai akuntabilitas dianalogikan sebagai “ruh”.

2. Akuntansi Sebagai Alat Pencatatan Muamalah

● Phrasa QS. Al-Baqarah [2]: 282. Interpretasi atas tiga phrasa :


a. Pencatatan (akuntansi) digunakan sebagai alat untuk bermuamalah, antara lain utang-
piutang dan jual-beli.

b. Pencatatan berfungsi untuk menegakkan keadilan, sebagai bukti, dan meminimalkan


ketidak-jelasan.

c. Pencatatan berfungsi untuk meningkatkan ketaqwaan manusia kepada ALLAH SWT.

Kesimpulannya, akuntansi merupakan media untuk mencapai tujuan habluminnash


dan HabluminAllah. Oleh karena itu, akuntansi tidak boleh ditujukan hanya untuk beberapa
kepentingan tertentu saja, terlebih jika hanya untuk penyandang dana (investor, pemberi
pinjaman, dan kreditor).

BAGIAN III: BAB 18 RELIABILITAS & RELEVANSI

1. Dilema Reliabilitas dan Relevansi

Penyajian informasi yang memenuhi keduanya, reliabilitas (andal) dan relevansi merupakan
harapan yang ingin dicapai. Permasalahan muncul karena faktor reliabilitas dan relevansi
oleh pemerhati akuntansi yang saling bertentangan. Sebagian besar pemerhati akuntansi
mencoba untuk memilih dan menimbang pernyataan manakah yang seharusnya diutamakan.
Penggunaan alat ukur yang disebut kos historis (historical cost) di akuntansi masa lalu
mencerminkan kepedulian lebih tinggi dari pengembang akuntansi terhadap reliabilitas
dibanding relevansi. Seiring dengan perubahan dan persaingan bisnis, penggunaan alat ukur
nilai wajar (fair value) dan nilai sekarang (present value) mencerminkan kepedulian yang
lebih tinggi terhadap relevansi dibanding reliabilitas. Namun saat ini dalam akuntansi
keuangan, IFRS cenderung mengutamakan relevansi dibanding reliabilitas.

2. Reliabilitas dan Relevansi Sebagai Pasangan

Akuntansi harus menghasilkan informasi yang andal relevan. Namun demikian, sejauh ini
tujuan tersebut sangat tidak mudah dicapai. Kedua hal tersebut sebenarnya merupakan
pasangan; meskipun ada tetapi keberadaannya harus terpenuhi agar informasi dapat
digunakan sebagai pertanggungjawaban sekaligus penyedia informasi untuk pengambilan
keputusan. Dengan demikian, permasalahan yang mewakili akuntansi sekarang ini adalah
"apa yang harus dilakukan untuk menjadikan reliabilitas dan relevansi menjadi sistem
berpasangan yang sebenarnya, bukan sebagai tradeoff yang harus ditanggung?".

BAGIAN III: BAB 19 TUJUAN IFRS FOUNDATION

IFRS menjadi topik bahasan hangat para pemerhati akuntansi di banyak negara. IFRS ini
disusun oleh IASB yang berada di bawah lembaga yang disebut IFRS Foundation.

1. Sejarah dan Tujuan IFRS Foundation

Bermula dari Arahan IASC (International Accounting Standard Committee) di tahun 1973,
gagasan untuk menyusun akuntansi yang tepat secara internasional bergerak secara dinamis.
Pada tahun 2001, IASC berubah bentuk menjadi LASC Foundation yang menjadikan IASC
merupakan entitas yang berdiri sendiri. Perkembangan organisasi mendorong terjadinya
perubahan nama dari IASC Foundation menjadi IFRS Foundation pada tahun 2010 sesuai
dengan nama standar yang dihasilkan. Awalnya organisasi yang sekarang disebut IFRS
Foundation didirikan oleh 9 negara. Sampai dengan 2011, sudah lebih dari 100 negara yang
melibatkan diri dengan entitas ini, baik sebagai negara yang berencana melakukan
konvergensi, sedang melakukan konvergensi, atau menyatakan diri penuh IFRS, dan terdapat
9 IFRS yang sudah diterbitkan, termasuk IFRS untuk UKM (entitas kecil dan menengah).

Tujuan IFRS Foundation adalah untuk mengembangkan seperangkat tunggal standar


pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang masuk global, dapat dipaksakan, dan dapat
diimplementasikan untuk membantu para pengguna, terutama di pasar modal dunia, dalam
pengambilan keputusan ekonomik.

2. Mengagas Hal Yang Tidak Mungkin Tercapai

Berdasar ayat QS. Al-Baqarah [2]: 282 maka sangat jelas bahwa tujuan IFRS tidak pernah
tercapai. Mengapa demikian? Karena tidak mungkin ada di dunia ini yang sifatnya tunggal.
Semuanya disediakan beragam. Dari perspektif sistem, perbedaan merupakan syarat untuk
menghasilkan sinergi. Dengan demikian, tujuan IFRS Foundation bertentangan dengan
kebenaran yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an. Kebenaran tentang hal di atas, yaitu
ketidak-mungkinan adanya yang bersifat tunggal, sebenarnya telah terbukti dalam kehidupan
kita.
BAGIAN III: BAB 20 MONETER NILAI

Informasi akuntansi lazimnya dapat diidentikkan dengan penyediaan informasi yang


disajikan menggunakan alat ukur nilai moneter. Meskipun beragam metode pengukuran
digunakan, tetapi pada sejauh ini alat ukurnya sama yaitu nilai moneter.

1. Uang Sebagai Alat Tukar

Seandainya tidak ada uang maka muamalah dalam bentuk jual beli dilakukan dengan model
barter. Akuntansi dewasa ini menggunakan satuan uang (nilai moneter) untuk mengukur
sebuah transaksi, dan menyajikannya dalam bentuk informasi keuangan. Dalam
perjalanannya akuntansi juga mengembangkan beberapa metode pengukuran nilai moneter,
antara lain kos historis, nilai wajar, dan nilai bersih yang dapat direalisasikan. nilai realisasi
bersih. Di satu sisi, penggunaan beragam metode pengukuran nilai moneter mencerminkan
pengembangan akuntansi. Di sisi lain, penggabungan nilai-nilai moneter yang dihasilkan,
dari metode pengukuran yang berbeda, meskipun sama-sama berbasis nilai moneter,
sebenarnya tidak selalu menyajikan informasi yang akurat. Dari perspektif akuntansi
keuangan, keberadaan Catatan atas laporan keuangan (CALK) yang merupakan bagian dari
laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan untuk menyajikan beragam informasi
penting yang tidak dapat terekam di sistem akuntansi pokok. Dari perspektif akuntansi
manajemen, pengukuran berbasis Balanced Scorecard (BSC) merupakan alternatif yang
menarik untuk diterapkan.

2. Pencatatan Berbasis Matematika

Tantangan bagi pemerhati akuntansi, mengembangkan akuntansi yang tidak hanya


menggunakan ukuran nilai moneter. Pencatatan yang menggunakan ukuran terutama umat
Islam, untuk non-moneter sebenarnya juga telah diterapkan di masa awal kejayaan Islam.
Kesalahannya, perjalanan panjang justru menjadikan akuntansi hanya menggunakan alat
moneter. Pemaksaan penyajian informasi hanya dalam satuan moneter berisiko, dan
tampaknya telah terbukti, dihasilkan informasi yang dihasilkan akuntansi. Persyaratan
lanjutan, pengukuran yang dikembangkan akuntansi harus berlandas matematika yang
mencerminkan tercapainya keadilan.

Anda mungkin juga menyukai