Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

OBAT ASMA BUDESONID INHALER

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 GANJIL
REGULER 2B

Prily Dwiekinanti (PO.71.39.1.19.061)


Rahma Rofiana (PO.71.39.1.19.063)
Sabrina Kholifatun Nisa (PO.71.39.1.19.067)

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Drs. Sonlimar M, Apt, M. kes


Ade Agustianingsih, AMF, S.Farm, Apt

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
perkenaannya sehingga Laporan Praktikum Farmakologi II yang berjudul “Obat Asma
Budesonid Inhaler” ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Laporan ini kami buat berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan. Kami
sangat berterima kasih kepada segenap dosen dan pegawai yang telah membimbing kami selama
proses praktikum, sehingga kami dapat menyelesaikan praktikan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun, sehingga pada pembuatan
laporan kami yang selanjutnyadapat lebih baik lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih atas perhatian dan dukungannya. Besar harapan
kami laporan ini dapat berguna dalam pengembangan dari tiap-tiap topik percobaan

Palembang, 09 April 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

A. Pengantar ..........................................................................................................................1

B. Tujuan................................................................................................................................1

C. Dasar Teori........................................................................................................................1

D. Bahan dan Alat..................................................................................................................6

E. Hasil Pengamatan...............................................................................................................6

F. Kesimpulan dan saran........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

LAMPIRAN PPT.................................................................................................................10

LAMPIRAN JURNAL.........................................................................................................13

ii
A. Pengantar
Asma merupakan penyakit inflamasi di mana ukuran diameter jalan napas menyempit secara
kronis akibat edema dan tidak stabil (Neal, 2006). Kata asma (asthma) berasal dari bahasa
Yunani yang Berarti “terengah-engah“.World Health Organization (WHO) menyatakan lebih
dari 100 juta penduduk dunia menderita asma. Setiap tahun terjadi penambahan jumlah
penderita asma sebanyak 150 ribu (Rahajoe, 2008).

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui definisi Asma
2. Untuk mengetahui penyabab Asma
3. Untuk mengetahui ciri-ciri asma
4. Untuk mengetahui penggolongan obat asma.
5. Untuk mengetahui contoh obat asma inhaler
6. Untuk menjelaskan cara penggunaan obat asma inhaler

C. Dasar Teori
1. Definisi Asma
Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) pada National
Institute of Health (NIH) Amerika, asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada
paru yang dicirikan oleh obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel, inflamasi jalan napas,
peningkatan respon jalan napas terhadap berbagai rangsangan (Ikawati, 2006). Asma atau
bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yang disertai
serangan sesak nafas akut secara berkala, mudah sengal-sengal dan batuk(dengan bunyi khas).
Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah pada malam hari dan
meningkatnya ambang rangsang (hiperreaktivitas) bronchi terhadap rangsangan alergis maupun
non alergis.
Asma alergi dipicu oleh respon sistem kekebalan tubuh terhadap alergen tertentu, seperti
sebu sari dari pohon, gulma, rumput, bulu, kulit binatang dan air liur, tinja kecoa, tungau debu,
debu, dan beberapa jenis wangi atau bau. Setelah reaksi alergi terpicu, zat lain seperti tembakau,

1
polusi udara, asap kimia, dan produk beraroma dapat memperburuk kondisi. Asma non-alergi
sama sekali tidak berhubungan dengan alergen maupun antobodi dalam tubuh. Namun, gejala-
gejala yang dimiliki oleh asma non-alergi mirip dengan asma akibat alergi, yakni dada yang
terasa sesak, batuk secara terus menerus, suara dalam dada saat bernafas, serta rasa sesak saat
bernafas. Serangan asma yang di akibatkan oleh non-alergi kebanyakan berasal dari internal
yakni dalam tubuh. Namun, faktor ini tidak harus secara biologis ataupun berupa reaksi kimia
dalam tubuh. Kebanyakan serangan asma non-alergi disebabkan oleh kondisi emosional dan
psikis dari penderita.

2. Penyebab Asma
Asma dapat disebabkan oleh debu, asap rokok, bulu binatang, udara dingin, aktivitas fisik,
infeksi virus atau bahkan terpapar zat kimia. Namun, hingga kini penyebab dari asma belum
diketahui secara pasti. Pengidap asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif.
Karenanya, saat paru-paru terkena iritasi dari pemicu asma, maka otot saluran pernapasan jadi
kaku dan menyempit. Pada pengidap asma, saluran pernapasan akan lebih sensitif, sehingga
paru-paru yang terkena iritasi dari pemicu asma dapat menyebabkan otot saluran pernapasan.
Produksi dahak meningkat, sehingga membuat kesulitan bernapas.
Pada masa kanak-kanak, gejala asma akan menghilang dengan sendirinya saat masuk usia
remaja. Gejala asma yang tergolong menengah atau berat pada masa kanak-kanak dapat muncul
kembali di masa mendatang. Perlu diketahui juga bahwa gejala asma bisa muncul di usia berapa
pun, dan tidak selalu bermula pada waktu kanak-kanak.

3. Ciri-ciri Asma
 Obstruksi saluran pernapasan. Pada proses bernafas secara normal, pita-pita otot yang
mengelilingi saluran udara keadaan rileks dan udara bergerak bebas. Akan tetapi pada
penderita asma, zat-zat penyebab alergi, pilek dan virus pernapasan serta pemicu lingkungan
membuat pita-pita otot di sekitar saluran udara mengencang, sehingga udara tidak dapat
bergerak bebas. Kurangnya udara yang masuk menyebabkan seseorang merasa sesak napas
dan udara yang keluar melalui saluran udara yang ketat menyebabkan suara siulan yang
dikenal sebagai “mengi”.

2
 Peradangan. Orang dengan asma memiliki saluran bronkial yang merah dan bengkak..

 Iritabilitas saluran pernapasan. Saluran udara penderita asma sangat sensitif karena dipicu
oleh hal sekecil apa pun seperti alergi,  serbuk sari,  bulu binatang, debu, atau asap.

4. Penggolongan obat Asma


a) Reliever (Obat Pereda)
Obat yang digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma jika sedang timbul. Obat
yang termasuk golongan reliever adalah agonis beta 2, antikolinergik, teofilin, dan
kortikosteroid sistemik.
b) Controller (Obat Pengendali)
Obat yang digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratorik
kronik dan efektif digunakan dalam penanganan asma di semua tingkatan. Obat yang
termasuk dalam controller adalah obat anti inflamasi seperti kortikosteroid, natrium
kromoglikat ,natrium nedokromil, dan antihistamin aksi lambat.

5. Obat Inhaler Asma


Obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat
ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup
melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat tersebut
langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda.
Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan inhaler dan melakukan pemeriksaan
setidaknya sekali dalam setahun.
Selain inhaler, ada juga yang disebut sebagai spacer. Ini merupakan wadah dari logam atau
plastik yang dilengkapi dengan corong isap di satu ujungnya dan lubang di ujung lainnya untuk
dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui
corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariawan di mulut atau
tenggorokan akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan
mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah
memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan
distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan. Sebagai bagian dari

3
penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa dokter atau apoteker
mengajari cara menggunakan inhaler dengan benar.

5. Jenis – jenis Inhaler

Ada dua jenis inhaler yang digunakan dalam penanganan penyakit asma, yaitu:
1. Inhaler pereda. 
Inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat serangan sedang
berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-
agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat (misalnya terbutaline dan salbutamol).
Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan
begitu, saluran pernapasan dapat terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas
kembali dengan lebih mudah. Obat-obatan yang terkandung di dalam inhaler pereda jarang
menimbulkan efek samping dan aman digunakan selama tidak berlebihan. Inhaler pereda tidak
perlu sering digunakan lagi jika asma sudah terkendali dengan baik.

2. Inhaler pencegah.
Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi
jumlah peradangan dan sensitivitas yang terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda harus
menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya
secara utuh. Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat
serangan asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut,
maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan. Umumnya pengobatan
pencegah disarankan jika Anda mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu,
harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu, atau terbangun pada
malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma. Inhaler pencegah biasanya
mengandung obat-obatan steroid seperti budesonide, beclometasone, mometasone, dan
fluticasone. Merokok dapat menurunkan kinerja obat ini.
Jika asma tidak kunjung mereda oleh pengobatan di atas, dokter bisa meningkatkan
dosis inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak juga dapat mengendalikan gejala asma, biasanya
dokter akan memberikan Anda tambahan obat yang disebut long-acting reliever atau obat pereda
asma reaksi lambat (long-acting bronchodilator/long-acting beta2-agonist atau LABA).
Khasiatnya sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya saja kinerjanya butuh waktu yang lebih

4
lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam. Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah
salmeterol dan formoterol. Dikarenakan  LABA juga tidak meredakan peradangan pada saluran
napas penderita asma, obat ini dapat memperparah asma sembari menyembunyikan gejalanya.
Hal ini meningkatkan kemungkinan serangan asma parah yang mungkin membahayakan jiwa
penderita. Oleh karena itu selalu gunakan inhaler kombinasi atau inhaler yang dikombinasikan
dengan steroid inhalasi dan bronkodilator jangka panjang dalam satu perangkat.

6. Macam-macam Inhaler
Ada 3 macam inhaler yang sering digunakan saat ini dalam pengobatan yaitu,
a). Metered Dose Inhaler (MDI)
Metered dose inhaler (MDI) atau inhaler dosis terukur merupakan cara inhalasi yang
memerlukan tehnik inhalasi tertentu agar sejumlah dosis obat mencapai saluran respiratori.
Penggunaan MDI membutuhkan latihan. Para dokter sebaiknya mengajarkan pasiennya cara
penggunaan yang benar, karena sebagian besar pasien sulit mempelajarinya hanya dengan
membaca brosur. MDI mungkin tidak praktis pada sekelompok pasien : anak kecil, usia
lanjut, bingung, cacat fisik, penderita artritis, kepatuhan pasien buruk dan pasien yang
cenderung memakai MDI secara berlebihan (Suwondo,1991). Kesalahan yang umum terjadi
pada penggunaan MDI adalah kurang koordinasi, terlalu cepat inspirasi, tidak menahan napas
selama 10 detik, tidak mengocok kanister sebelum digunakan, tidak berkumur-kumur setelah
penggunaan dan posisi MDI terbalik (NACA, 2008).
b). Metered Dose Inhaler dengan spacer
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara aktuator dengan mulut, sehingga
kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang dan akan dihasilkan partikel berukuran
kecil yang berpenetrasi ke saluran respiratori yang kecil (small airway) (Rahajoe, 2008).
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDI dengan spacer adalah ukuran kanister
dan spacer tidak cocok dan menggosok spacer dengan kasar dan keras (NACA, 2008).
c). Dry Powder Inhaler (DPI)
Inhaler tipe ini berisi serbuk kering. Pasien cukup melakukan hirupan yang cepat dan
dalam untuk menarik obat dari dalam alat. Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan
tertarik masuk ke paru-paru saat menarik napas. Kesalahan yang umum terjadi pada
penggunaan turbuhaler adalah tidak membuka tutup, tidak memutar searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam, cara menghirup pelan dan lemah, tidak menahan napas, dan

5
pasien meniup turbuhaler hingga basah (NACA, 2008).

D. Bahan dan Alat


1. Laptop
2. Buku obat obat penting edisi ke-7
3. Artikel/jurnal penelitian
4. PPT

E. Pembahasan
1. Obat Asma Inhaler Budesonid
Golongan
Nama Dagang Nama Pabrik Bahan Aktif Kekuatan
Obat
Obucort Otsuka Indonesia Budesonid 200mcg/dose Keras
Symbicort Astra Zeneca Budesonid & 160 mcg Keras
Formoterol 4,5mcg

 Deskripsi :
Budesonid adalah obat atau terapi pereda kortikosteroid yang digunakan untuk mengatasi
berbagai kondisi peradangan, seperti asma, rhinitis alergi, croup, atau penyakit Crohn.
Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, yaitu inhaler, cairan nebulizer,
semprotan hidung, dan kapsul. Budesonide inhaler dan cairan nebulizer bekerja dengan
cara meredakan  peradangan pada saluran pernapasan, sehingga sering digunakan pada
asma dan croup. Beasley, R., et al. (2019).

 Kategori :
Kortikosteroid

 Indikasi / Manfaat / Kegunaan :


Budesonide digunakan untuk meredakan dan mencegah gejala serangan asma, seperti
sesak napas dan mengi, rhinitis alergi, dan croup.

 Efek Samping :
Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan budesonide kapsul

6
adalah:
 Suara serak
 Batuk atau bersin
 Rasa kering di tenggorokan
 Sakit kepala
 Nyeri sendi atau nyeri otot
 Mual atau muntah
 Nafsu makan berkurang

 Dosis dan Atursn Pakai


Dosis budesonide yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi kesehatan pasien
dan bentuk sediaan obat yaitu :
Dewasa: 1–2 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 0,5–1 mg, 2 kali sehari.

 Mekanisme Kerja
Budesonid inhaler menghibisi enzim fosfolipit A2 yang kemudian diubah menjadi
asam arachidonat. Asam arachidonat adalah asam lemak esensial tidak jenuh. Dapat
ditemukan pada hewan dan jaringan lemak manusia, organ hati, otak dan organ kelenjar.
Pada proses ini asam arachidonat mengasilkan leukotrien dan prostaglandin. Leukotrien
adalah molekul lemak dari sistem kekebalan tubuh yang berkontribusi terhadap
peradangan pada alergi. rhinitis dan asma, sedangakn prostaglandin adalah senyawa
serupa hormon yang merupakan bagian dari molekul pertahanan diri. Senyawa ini
berperan dalam beragam fungsi tubuh, antara lain, kontraksi dan relaksasi otot polos,
penyempitan dan pelebaran pembuluh darah (untuk mengendalikan tekanan darah), serta
mengatur peradangan dalam tubuh. Setelah itu Leukotrien dan prostaglandin
menyebabkan penurunan inflamasi/radang yang menyebabkan menurunnya
bronkospasme dan hipersensitivitas.

7
F. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan pengertiannya Asma adalah salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
penyempitan dan peradangan saluran pernapasan yang mengakibatkan sesak (sulit
bernapas). Salah satu obat yang dianjurkan untuk penderita asma adalah Inhaler. Alat ini
dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup
melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat
tersebut langsung menuju paru-paru. Salah satu contoh obat asma hirup adalah Budesonid
Inhaler yang digunakan sebagai terapi pencegah yang beasal dari golongan kortikosteroid.

Saran
Diharapkan kepada seorang yang memiliki penyakit Asma untuk menghindari penyebab-
penyebab terjadinya Asma contohnya asap rokok, debu, bahan kimia, polusi, udara dingin dan
lain-lain. Beberapa langkah-langkah pengendalian komposit (misalnya Uji Kontrol Asma,
Kuesioner Kontrol Asma, Kuesioner Penilaian Terapi Asma, Sistem Skor Kontrol Asma)
telah dikembangkan dan sedang divalidasi untuk berbagai aplikasi, termasuk penggunaan oleh
pelayanan kesehatan untuk menilai keadaan kontrol pasien asma mereka dan oleh pasien
untuk penilaian diri sebagai bagian dari rencana tindakan pribadi (GINA, 2010).

8
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 52. Jakarta: Isfi
Penerbitan.

Obat-obat penting khasiat, penggunaan,dan efek-efek sampingnya edisi ke 7 cetakan pertama


lengkap dengan obat-obatan terbaru.

Pusat Informasi Obat Nasional. 2015. Budesonidet. Jakarta : Badan POM RI.

Alodokter. 2020. Budesonide.

Beasley, R., et al. (2019). Controlled Trial of Budesonide–Formoterol as Needed for Mild
Asthma, The New England Journal of Medicine, 380 (21), pp. 2020-2030.

Szefler, S. Pharmacodynamics and pharmacokinetics of budesonide: A new nebulized


corticosteroid. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 1999.

9
LAMPIRAN

 PPT

10
11
12
 JURNAL

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai