DRAFT FINAL
SOP PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN
DARURAT BENCANA BANJIR
BAB
1
PENDAHULUAN
Aceh Tamiang merupakan daerah yang rawan terjadinya bencana banjir. Banjir terjadi di
Tamiang setiap tahunnya pada musim hujan bulan Desember di Tamiang tahun 2006
merupakan kejadian banjir terbesar dalam beberapa dekade. Kejadian banjir ini selain karena
curah hujan yang tinggi juga sangat erat kaitannya dengan kondisi kawasan Daerah Aliran
Sungai (DAS). DAS Krueng Tamiang mengelola sumber daya hidrologis dengan memiliki luas
4683 Km2, dengan panjang alur sungai 208 Km, dan potensi air pertahun 9.424.218.240 m3,
menjadikan DAS Krueng Tamiang sebagai kedua terbesar di Aceh.
Atas kenyataan di atas, untuk mengurangi dampak risiko banjir terhadap masyarakat,
dibutuhkan pengembangan suatu sistem peringatan dini (early warning system – EWS) dan
penanganan darurat banjir.
Sebuah sistem peringatan dinidimaksudkan agar masyarakat yang bertempat tinggal di dalam
kawasan rawan banjir memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri, keluarga dan
harta benda mereka, jika suatu saat banjir datang. Penerapan konsep ini membutuhkan
partisipasi dan dedikasi hampir seluruh para pihak yang hidup dan mencari nafkah di dalam
wilayah hukum Kabupaten Aceh Tamiang. Tetapi kelangsungan hidup masyarakat yang berada
masih dalam keadaan miskin patut diprioritaskan karena mereka adalah golongan yang paling
rentan terdampak oleh sebuah bencana.
Satu langkah awal dalam merancang sebuah sistem peringatan dini adalah mempelajari
kapabilitas (kemampuan) yang tersedia dan juga infrastruktur yang mampu disediakan untuk
sistem dan kesenjangan apa yang perlu diisi dengan kapabilitas dan infrastruktur baru. Setiap
sistem peringatan dini adalah bersifat unik untuk suatu derah tertentu dan perlu beradaptasi
dengan kondisi lokal – namun, setiap sistem peringatan dini dapat dipastikan membutuhkan
empat komponen dasar agar dapat beroperasi secara efektif :
1. Awareness – Kerja assessment secara sistematis (teliti dan berdikasi tinggi)
terhadap bencana dan kalangan rentan, dan pemetaan terhadap pola dan
kencenderungannya.
2. Prakiraan – Prakiraan yang akurat dan tepat waktu terhadap bencana dengan
metode saintifik dan teknologi yang handal
3. Peringatan – Komunikasi pesan peringatan yang jelas dan tepat waktu kepada
semua yang terancamn risiko
4. Aksi – Kapasitas dan pengetahuan lokal dan nasional beraksi dengan tepat ketika
peringatan diumumkan.
Kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan penanganan bencana pada saat tanggap
darurat juga merupakan kunci keberhasilan dalam penanggulangan bencana untuk
diminimalkan jumlah korban, menyediakan kebutuhan dasar untuk jangka waktu sementara
dan memastikan bahwa infrastruktur yang tersedia dapat dioperasikan dalam rangka
mendukung kegiatan darurat
Standar Operasi Prosedur merupakan suatu gambaran terstruktur dan tertulis tentang
langkah-langkah yang telah disepakati bersama oleh seluruh institusi pelaksana tentang siapa
1
melakukan apa, saat kapan, di mana serta bagaimana cara pelaksanaannya. Prosedur
dibutuhkan saat pelaksana suatu kegiatan terdiri dari berbagai institusi yang memiliki
kewenangan sendiri-sendiri dan kegiatan tersebut menuntut untuk segera ditanggapi.
TUJUAN
LANDASAN HUKUM
RUANG LINGKUP
PENGERTIAN ISTILAH
Ancaman bencana (threatening disaster) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
Bahaya (hazard) adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis,
geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu, yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Bantuan darurat (relief) bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
Bencana (disaster) adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam, seperti gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor, epidemik
dan wabah penyakit atau ulah manusia, seperti gagal teknologi/modernisasi, konflik sosial
2
antar kelompok atau antar komunitas dan aksi teror, sehingga menyebabkan timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana alam (natural disaster) adalah jenis bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Pelatihan (drill) adalah suatu bentuk latihan untuk membiasakan melakukan suatu jenis
kegiatan, menurut urutan yang telah ditetapkan secara baku.
Gladi resik (general repetition) adalah suatu bentuk latihan untuk memberikan
pengetahuan dan kemampuan melakukan kegiatan yang telah dipelajari atau dilatih
sebelumnya.
Kelompok rentan (vulnerability) adalah bayi, anak usia di bawah lima tahun, anak-anak,
ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia.
Kemampuan (capacity) adalah Penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yang dimiliki
penduduk, yang memungkinkan bagi mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah,
menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri
dari akibat bencana.
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kerentanan (vulnerability) adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat
untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya
tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang
dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.
Komando dan Pengendalian (control and command) adalah organisasi pengendali dan
pemberi komando dalam masa siaga dan darurat bencana, dipimpin oleh seorang
Komandan Kodal, yang karena fungsinya memiliki alternative pengganti, apabila yang
bersangkutan berhalangan.
Komando Tanggap Darurat Bencana (disaster emergency response command) adalah
organisasi penanganan tanggap darurat bencana, yang dipimpin oleh eorang Komandan
Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum, memiliki
struktur orgnisasi standard yang menganut satu komando, dengan mata rantai dan garis
komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.
Korban bencana (victims) adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
Masyarakat (community) adalah perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum.
Mitigasi (mitigation) adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
Pemulihan (recovery) adalah upaya mengembalikan kondisi masyarakat, lingkungan hidup
dan pelayanan public yang terkena bencana, melalui rehabilitasi.
Penanggulangan bencana (disaster management) adalah upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, pencegahan bencana, mitigasi
bencana, kesiapsiagaan bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pencegahan (prevention) adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
sebagian atau seluruh bencana.
Pengungsi (refugee) adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar
dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk
bencana.
Pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction) adalah segala tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas terhadap jenis
bahaya tertentu atau mengurangi potensi jenis bahaya tertentu.
Penyelamatan (rescuing) adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mencari,
menolong, menyantuni dan mengamankan manusia, mencari dan mengamankan harta
benda, mengamankan sarana dan prasarana serta lingkungan dari bencana.
3
Penyelenggaraan penanggulangan bencana (overcoming of disaster coordination) adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Peringatan dini (early warning) adalah upaya pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
Pos Komando (command post) adalah pos yang menjamin kelancaran komando operasi
penanganan (Incident Command Centre).
Prosedur tetap (standard operation procedure) adalah serangkaian upaya terstruktur
yang disepakati secara bersama tentang siapa melakukan apa, kapan, di mana dan
bagaimana cara penanganan bencana.
Rantai Komandan Kendali (control command chain) adalah jenjang Kodal yang
dipergunakan, apabila Kodal berhalangan hadir. Para pengganti alternative akan memiliki
wewenang dan kewajiban yang sama dengan Kodal yang berhalangan.
Rawan bencana (disaster vulnerability) adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu, yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak
buruk bahaya tertentu.
Rehabilitasi (rehabilitation) adalah perbaikan semua aspek pelayanan public dan
kehidupan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah bencana.
Rekonstruksi (reconstruction) adalah upaya perbaikan jangka menengah dan jangka
panjang, berupa fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan pelayanan publik dan
kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelum terjadinya
bencana.
Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah
dan kurun waktu tertentu, berupa kematian, luka-luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Risiko bencana (disaster risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana (disaster emergency response command
system) adalah suatu system penanganan darurat bencana yang dipergunakan oleh semua
instansi, dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan
anggara.
Status keadaan darurat bencana (disaster emergency situation status) adalah suatu
keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar
rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
Tanggap darurat bencana (disaster emergency response) adaah upaya yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana, untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan, evakuasi korban dan harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta
pemulihan prasarana dan sarana.
4
BAB
2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibukota Karang Baru terletak di sebelah timur provinsi Aceh
(03o53’ - 06o Lintang Utara dan 97o44’ - 98o 18’ Bujur Timur), memiliki luas wilayah 1.957,02 km2.
Secara administratif, Kabupaten Aceh Tamiang memiliki 12 kecamatan yang terdiri dari 27 mukim
dan 213 gampong atau desa. Dengan batas daerah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Aceh Timur dan Kota Langsa, Sebelah selatan berbatassan dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah
timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tenggara. Peta Kondisi Geografis Kab. Aceh Tamiang dapat dilihat
pada Gambar 1 di bawah ini.
Topografi menunjukkan suatu karakteristik dan bentuk kemiringan lahan di wilyah kabupaten
Tamiang sangat bervariasi yaitu dari datar sampai bergunung. Sebagian besar merupakan
wilayah yang datar dan landai dengan kemiringan 0 – 20yaitu 104.246 Ha (53,75 %), untuk
kemiringan lereng 3 – 150yang merupakan daerah yang landai sampai agak miring memiliki
luas 58.694 Ha (30,26 %), sedangkan untuk kemiringan lereng 16 – 400 memiliki luas 23.568 Ha
(12,15 %). Namun untuk kemiringan lereng diatas 400hanya 7.464 Ha (3,84 %).
DAS Krueng Tamiang memiliki hulu di area pegunungan di pedalaman Aceh dimana terdapat
sejumlah gunung tinggi seperti gunung Geulembu (3044 m), Gunung Gurik (2104 m), Gunung
Kembar (2250 m) dan Gunung Bendahara (3012 m). Panjang aliran sungai mencapai 208 km
mengalir kearah timur. DAS Krueng Taming mencakup areal 4683 Km2, merupakan DAS
terbesar di propinsi Aceh. Dalam sistem administrasi pengelolaan DAS, Krueng Tamiang diberi
nomor SWS 01.01.05, terdiri dari 5 anak sungai utama di wilayah tengah dan hulu, seperti
Krueng Serbajadi, Waih Ni Uring, Waih Ni Lesten, Simpang Kanan, Simpang Kiri, dan beberapa
anak sungai yang lebih kecil. DAS Krueng Tamiang memiliki kemiringan sungai rata-rata 1,2%,
di daerah hulu sangat curam (5%) sedangkan di hilir sangat datar (0,1%).
5
Graffik profil ketinggian DAS Krueng Tamiang dari daerah Hulu sampai ke Hilir
Daerah Aliran sungai Krueng Tamiang terdiri dari beberapa alur sungai besar dan kecil.
Terdapat 3 sungai besar yaitu sungai Simpang Kiri yang melewati kecamatan Tamiang Hulu,
Tenggulun dan Kejuruan Muda, sungai Simpang Kanan yang melewati wilayah kecamatan
Bandar Pusaka dan Sekerak, dan Sungai Tamiang yang melewati 6 kecamatan yaitu Banda
Mulia, Kota Kuala Simpang, Rantau, Karang Baru, Bendahara, dan Seruway.
Berdasarkan kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sangat bervariasi yaitu dari
datar sampai bergunung. Sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan kemiringan 0-
2 % yaitu sebesar 104.246 hektar (53,74) yang terdapat pada bagian pesisir timur dan tengah
wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara wilayah yang bergunung dengan kemiringan >
40 % merupakan jumlah yang terkecil yaitu seluas 7.464 hektar (3,85 %).
6
BAB
3
METODE PENGGUNAAN
Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk terselenggaranya pelaksanaan
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam
rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak
bencana, dengan mengandalkan pada prinsip-prinsip penanggulangan bencana, seperti : cepat
& tepat, prioritas, koordinasi & keterpaduan, berdaya guna & akuntabilitas, kemitraan,
pemberdayaan, non diskriminatif serta non proletisi.
Pada saat keadaan darurat bencana, diperlukan pengerahan sumber daya manusia,
peralatan, dan logistik yang ada, baik dari masyarakat maupun dari instansi/lembaga, yang
diperlukan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana, memenuhi
kebutuhan dasar, dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak akibat
bencana. Pengerahan sumber daya manusia, peralatan dan logistik ke lokasi bencana harus
sesuai dengan kebutuhan. Ada tiga kondisi berbeda, yang mengharuskan para pihak untuk
mengambil tindakan dalam menghadapi banjir, yaitu : prabencana dan tanggap darurat
bencana serta pemulihan pasca bencana.
SOP Banjir yang akan diterapkan mengandalkan pada kerja Komando dan Pengendalian
(KODAL) Lapangan, yang ada di tingkat desa, dan membawahi Satuan Tugas (Satgas) :
Peringatan Dini, Logistik & Peralatan, Perlindungan Kelompok Rentan, Pencarian &
Penyelamatan, Pemenuhan Kebutuhan Dasar serta Pemulihan Fasilitas Kritis. Selain itu, secara
berjenjang terdapat KODAL Kecamatan dan KODAL Kabupaten/Kota. Terkait dengan kondisi
tersebut di atas, maka SOP Banjir dibagi kedalam 3 bagian, yaitu : Prosedur Daerah, Panduan
Tugas dan Daftar Periksa. Pembagian ini dimaksudkan untuk mempermudah penguasaan
prosedur oleh tiap-tiap KODAL dan institusi tekait penanggulangan bencana banjir.
PROSEDUR DAERAH
7
PANDUAN TUGAS
DAFTAR PERIKSA
8
BAB
4
KEORGANISASIAN DAN TATA LAKSANA
A. KOMANDO DAN PENGENDALIAN
Keorganisasian dan tata laksana untuk peringatan dini dan penanganan darurat bencana banjir
dibedakan atas tiga Komando dan Pengendalian (KODAL), yaitu : Kepala Pos Darurat Desa,
KODAL Lapangan Kecamatan, Kodal Darurat Kabupaten/Kota dan KODAL Kabupaten/Kota.
9
4. KODAL KABUPATEN / KOTA
Kodal Kabupaten/Kota melekat pada MUSPIDA, dengan tugas dan kewenangannya sebagai
berikut :
Meminta laporan dari KODAL Darurat Bencana Kab/Kota secara langsung, terkait kondisi
terkini.
Memberikan laporan secara berkala kepada KODAL Aceh.
Memberikan instruksi langsung Kodal Darurat Kabupaten/Kota.
Menggunakan dana darurat Aceh, sesuai peruntukannya, berdasarkan otorisasi yang
menjadi kewenangannya.
B. RANTAI KODAL
Rantai ini dipergunakan, apabila salah seorang dari anggota tim KODAL pada masa siaga dan
darurat tidak dapat dihubungi atau berhalangan tetap. Rantai KODAL dibuat dua lapis.
Metode penggunaan Rantai KODAL :
Digunakan secara berurut.
Satu rantai KODAL dinyatakan tidak dapat dihubungi atau berhalangan tetap, apabila
rantai tersebut tidak memberikan respon setelah 3 X panggilan, dengan menggunakan
minimal 2 moda komunikasi.
C. KOMUNIKASI
Untuk kebutuhan informasi dan komunikasi pada masa siaga dan darurat bencana banjir di
Aceh, maka komunikasi penanggulangan bencana dilaksanakan pada frekuensi yang dimiliki
oleh RAPI/ORARI dan KODAL Lapangan Kecamatan.
10
D. STRUKTUR KOMANDO DAN PENGENDALI
KODAL KAB
KODAL LAPANGAN
KEPALA POS DARURAT
KECAMATAN
KECAMATAN
SEKRETARIAT
KEPALA POS
KEPALADESA
DARURAT POS
DARURAT DESA
11
BAB
5
PROSEDUR DAERAH
PROSEDUR PENERIMAAN PERINGATAN DINI DAN LEGITIMASI ARAHAN
JENIS PROSEDUR : UMUM SUB BAGIAN : -
SIFAT : TERTUTUP PENGENDALI : KODAL PERINGATAN
DINI
MAKA :
TIM SATGAS KOMUNIKASI : SEGERA MELAKUKAN ANALISIS KONDISI TERAKHIR, DAN MEMBERI
(PERINGATAN DINI & REKOMENDASI ARAHAN SESUAI PROSEDUR, BERUPA REKOMENDASI :
PENYEBARAN ARAHAN) (1) STATUS POTENSI
(2) WILAYAH EVAKUASI
KEPALA POS DARURAT : SEGERA SETELAH MENDAPAT REKOMENDASI DARI TIM SATGAS PERINGATAN
DESA DINI & PENYEBARAN ARAHAN, SEGERA MEMBERIKAN ARAHAN RESMI UNTUK
DISEBARKAN KEPADA MASYARAKAT. SELAIN ITU MEMBERI LAPORAN KE KODAL
LAPANGAN KECAMATAN TENTANG KONDISI TERAKHIR
KONDISI : APABILA RANTAI KODAL TIDAK DAPAT DIHUBUNGI, HINGGA KETINGGIAN AIR MEMBAHAYAKAN
MAKA :
TIM SATGAS
PERINGATAN DINI & : MEMBERIKAN ARAHAN RESMI SESUAI KEWENANGAN YANG DIBERIKAN
PENYEBARAN KEPADANYA, UNTUK KEMUDIAN DISEBARKAN MELALUI JALUR KOMUNIKASI YANG
ARAHAN MEMUNGKINKAN DAN MENCATAT KONDISI INI, UNTUK KEMUDIAN DILAPORKAN
APABILA TELAH DAPAT MENGHUBUNGI KEPALA POS DARURAT DESA
12
PROSEDUR PENYEBARAN ARAHAN
JENIS PROSEDUR : UMUM SUB BAGIAN : -
SIFAT : TERBUKA PENGENDALI : KODAL PERINGATAN
DINI
MAKA :
TIM SATGAS KOMUNIKASI
(PERINGATAN DINI & : MEMBERIKAN ARAHAN MELALUI ALAT PENYEBARAN ARAHAN KEPADA
PENYEBARAN ARAHAN) MASYARAKAT SERTA INSTITUSI YANG TELAH DITETAPKAN, DENGAN
MENGGUNAKAN PESAN TEKS DAN/ATAU BUNYI YANG TELAH DITENTUKAN
MELALUI PENGERAS SUARA MESJID, RADIO KOMUNIKASI DAN SMS
13
PROSEDUR KAJIAN CEPAT DAN PENETAPAN STATUS BENCANA
JENIS PROSEDUR : UMUM SUB BAGIAN : -
SIFAT : TERBUKA PENGENDALI : KODAL LAPANGAN
KECAMATAN
KODAL DARURAT
KAB/KOTA
KODAL KABUPATEN/
KOTA
KODAL LAPANGAN : MENETAPKAN KEPALA – KEPALA POS DARURAT DESA UNTUK OPERASI DARURAT
KECAMATAN BENCANA
KODAL KABUPATEN / : MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA KODAL ACEH TERKAIT STATUS DARURAT
KOTA BENCANA
14
PROSEDUR PENANGANAN DARURAT BENCANA
JENIS PROSEDUR : UMUM SUB BAGIAN : -
SIFAT : TERBUKA PENGENDALI : KODAL DARURAT
KABUPATEN
BIDANG LOGISTIK & : MENYEDIAKAN FASILITAS, JASA DAN BAHAN-BAHAN SERTA PERLENGKAPAN
PERALATAN TANGGAP DARURAT
15
KETENTUAN UMUM PENANGANAN DARURAT BENCANA BANJIR
JENIS PROSEDUR : UMUM SUB BAGIAN : -
SIFAT : TERBUKA PENGENDALI : KODAL DARURAT
KABUPATEN
16
PROSEDUR PENGHENTIAN MASA DARURAT BENCANA
JENIS PROSEDUR : UMUM SUB BAGIAN : -
SIFAT : TERBUKA PENGENDALI : KODAL KABUPATEN /
KOTA
KONDISI : TIDAK TERIDENTIFIKASI BENCANA TURUNAN DALAM JANGKA WAKTU RELATIF DEKAT
: AKTIVITAS MASYARAKAT TELAH BERJALAN, WALAU BELUM PULIH BENAR
MAKA :
KEPALA POS DARURAT DESA : TIDAK TERIDENTIFIKASI BENCANA TURUNAN DALAM JANGKA WAKTU RELATIF
DEKAT
KODAL DARURAT KAB / : MELAKUKAN ANALISIS UNTUK MENGHENTIKAN MASA DARURAT BENCANA
KOTA
17
18
BAB
6
PANDUAN TUGAS
BERKOORDINASI KEPADA : KODAL PERINGATAN DINI DAN TIM KOMUNIKASI KECAMATAN TERLANDA
BENCANA
19
INSTITUSI : TIM SATGAS PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN EVAKUASI
20
B. TINGKATAN KECAMATAN (JIKA STATUS BENCANA TINGKAT KECAMATAN)
INSTITUSI : TIM SATGAS KOMUNIKASI (PERINGATAN DINI DAN PENYEBARAN ARAHAN)
21
INSTITUSI : TIM SATGAS LOGISTIK DAN PERALATAN
22
C. TINGKATAN KABUPATEN (JIKA STATUS BENCANA TINGKAT KABUPATEN/KOTA)
INSTITUSI : KODAL KABUPATEN/KOTA
BERKOORDINASI KEPADA : BIDANG PERENCANAAN; BIDANG OPERASI SERTA BIDANG LOGISTIK DAN
PERALATAN KODAL DARURAT KABUPATEN/KOTA
23
BENCANA SECARA UPDATE
24