Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS : STATUS NEUROLOGI PASIEN SPACE OCCUPYING

LESION DENGAN HIV dan TOXOPLASMOSIS CEREBRI


Ade Iwan Mutiudin1, Ridal Sagala2, Tuti Pahria3, Yusshy Kurnia Herliani4*,
Hasniatisari Harun5, Epi Pitriana6
1,2,3,4,5
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
6
Ruang Azalea, RSUP Hasan Sadikin Bandung
* yusshy.kurnia@unpad.ac.id

Abstrak
Space occupying lesion merupakan desakan ruang yang diakibatkan peningkatan volume di dalam
ruang intrakranial. Desakan ruang di intrakranial dapat mengakibatkan jaringan otak mengalami
nekrosis sehingga dapat menyebabkan gangguan neurologik progresif. Pasien SOL dengan HIV dan
Toxoplasmosis Cerebri menunjukkan hampir 80-90% ditemukan memiliki kelainan neurologik. Tujuan
: menganalisis karakteristik pasien dan menganalisis status neurologi. Metode : penelitian dekriptif
dengan pendekatan studi kasus observasi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah
consecutive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan lembaran ceklis yang merupakan kriteria
status neurologis berdasarkan Nanda, lembar observasi dan MMSE. Hasil : Durasi mulai sakit yang di
alami kedua pasien lebih dari 3 bulan dengan lama hari perawatan lebih dari 7 hari. Kedua pasien
mempunyai riwayat penyakit penyerta yang sama dan baru mendapatkan terapi Atiretroviral setelah
dirawat di rumah sakit. Gangguan status neurologis yang paling dominan tampak pada pasien Space
Occupying Lesion dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri diantaranya : Keluhan sakit kepala,
gangguan kognitif dan gangguan berbicara serta kelemahan otot. Saran : Monitoring status neurologi
secara komprehensif merupakan bagian penting terutama pada pasien Space Occupying Lesion dengan
HIV dan Toxoplasmosis Cerebri, agar pelayanan yang diberikan akan lebih optimal dan berkualitas.
Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh gangguan fungsi
neurologi.

Kata Kunci : HIV, Status Neurologi, Space Occupying Lesion, Toxoplasmosis Cerebri

Abstract
Case Study : Neurology Status of Patients Space Occupying Lesion with HIV and Cerebri
Toxoplasmosis. Space occupying lesion is the insistence of space caused by an increase in volume in
the intracranial space. Pressure in the intracranial space can brain tissue to experience necrosis so
that it can cause progressive neurologic disorders. SOL patients with HIV and Cerebri Toxoplasmosis
show nearly 80-90% are found to have neurological abnormalities. Aims : To analyze patient
characteristics and analyze neurological status. Method : Descriptive research with an observational
case study approach. The sampling technique used was consecutive sampling. Data collection tools use
checklist sheets which are neurological status criteria based on Nanda, observation sheets and MMSE.
Results : Duration of pain started in both patients was more than 3 months with a length of treatment
more than 7 days. Both patients had a history of the same comorbidities and had only received
Atiretroviral therapy after being hospitalized. The most dominant neurological status disorders seen in
Space Occupying Lesion patients with HIV and Cerebri Toxoplasmosis include: Complaints of
headaches, cognitive disorders and speech disorders and muscle weakness. Suggestion: Monitoring
Neurology Status comprehensively is an important part especially in the patient's occupying lesion
with HIV, so that the service provided will be more optimal and quality. Thus, it can reduce the
morbidity and mortality rates caused by impaired neurological functions.

Keywords: HIV, Neurological Status, Space Occupying Lesion, Cerebral Toxoplasmosis

Pendahuluan
Space Occupying Lesion (SOL) serebrospinal. Lesi desakan ruang (Space
merupakan desakan ruang yang Occupying Lesion) bisa meningkatkan
diakibatkan peningkatan volume di dalam tekanan intrakranial (Wilson, L.M., &
ruang intrakranial yang ditempati oleh Price, S.A, 2006). Space Occupying
jaringan otak, darah, dan cairan Lesion bisa berupa neoplasma ataupun
tumor, perdarahan ataupun granuloma. dengan kejadian penurunan kesadaran dan
Jaringan otak akan mengalami nekrosis gejala fokal neurologis lainnya. 273 pasien
sehingga menyebabkan gangguan 41% diantaranya memiliki prognosis yang
neurologik progresif (Sisca & Zam, 2017). buruk akibat adanya defisit neurologis saat
SOL dengan immunocompromise masuk rumah sakit (Hendrik dan Jofizal,
seperti pada pasien HIV merupakan suatu 2006).
keadaan adanya defisiensi imun yang Berdasarkan masalah keperawatan
disebabkan oleh defisiensi yang progresif tersebut maka perlu dilakukan monitoring
dari limfosit T (T helper), pasien dengan status neurologi pasien secara
penurunan CD4 di bawah level kritis komprehensif dan berkala yang bertujuan
(CD4<200sel/ul). Keadan ini menjadikan untuk menganalisa status neurologi
pasien sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat mempertahankan status
oportunistik (Yostila D & Armen A, neurologi yang adekuat pada pasien SOL
2018). Toxoplasma merupakan salah satu dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri
infeksi opportunistik yang paling sering sehingga pelayanan yang diberikan akan
ditemukan pada pasien dengan HIV lebih optimal dan berkualitas.
(Abdul Gofir, 2018). Toxoplasmosis
termasuk dalam peringkat 10 besar Tujuan
penyakit oportunistik yang paling sering 1. Menganalisis karakteristik demograpi
ditemukan pada pasien keganasan dan HIV pasien space occupying lesion dengan
terutama dengan Cluster of Differentiation HIV dan toxoplasmosis cerebri
(CD4) di bawah 200sel/ul (Amin Z et.,al 2. Menganalisis status neurologi pasien
2013). space occupying lesion dengan HIV
Pasien dengan HIV dan dan toxoplasmosis cerebri
Toxoplasmosis Cerebri 60% menunjukkan
tanda SOL dan hampir 80-90% ditemukan Metode
memiliki kelainan neurologik, dimana
diyakini memicu toksin atau limfokin yang Metode penelitian yang digunakan
mengakibatkan disfungsi seluler dan adalah penelitian dekriptif dengan
mengganggu fungsi neurotransmitter, yang pendekatan studi kasus observasi. Studi
ditandai dengan penurunan progressif pada kasus dilaksanakan di ruang azalea RSHS
fungsi kognitif, perilaku dan gangguan Bandung pada Bulan November 2019.
motorik. Komplikasi SOL dengan HIV Sampel pada penelitian terdiri dari dua
dan Toxoplasmosis Cerebri menyebabkan orang pasien space occupying lesion
morbiditas yang cukup besar dan dengan HIV dan toxoplasmosis cerebri.
seringkali terkait dengan angka kematian Tehnik pengambilan sampel yang
yang tinggi (Mohammed MZ & digunakan adalah consecutive sampling,
Venugopal K, 2014). dimana pemilihan sampel dengan
Penelitian yang dilakukan di menetapkan subjek yang memenuhi
Rumah Sakit Massachusetts Belanda pada kriteria inklusi dimasukan dalam penelitian
bulan Oktober 1998 sampai April 2002 sampai kurun waktu tertentu, sehingga
dari 63 pasien terdapat 62 pasien (98 %) jumlah klien yang diperlukan terpenuhi
mengalami prognosis yang buruk karena (Nursalam 2017). Kriteria inklusi dari
memiliki satu atau lebih faktor resiko yaitu studi kasus adalah pasien dewasa atau
gejala fokal neurologis, kesadaran lanjut usia dengan gangguan status
menurun dan kejang (De Beek, 2004). neurologi.
Sedangkan penelitian di RS Cipto Teknik pengumpulan data yaitu
Mangunkusumo Jakarta pada bulan Januari langkah pertama yang dilakukan peneliti
1997 – Desember 2005 menunjukkan adalah memberikan lembar persetujuan
hubungan peningkatan angka mortalitas untuk dijadikan responden dalam
penelitian. Informed consent dilakukan Tuan. I, berusia 31 tahun, keluarga
kepada pasien dan keluarga agar mengerti pasien mengeluhkan 3 hari sebelum masuk
maksud dan tujuan peneliti serta rumah sakit pasien mengeluh nyeri kepala
mengetahui apa yang akan kita teliti, hasil hebat, pasien banyak tidur dan sulit untuk
apa yang akan kita peroleh nanti. Apabila dibangunkan. Pasien dibawa ke Rumah
pasien dan keluarga bersedia untuk Sakit dalam keadaan penurunan kesadaran.
dijadikan responden penelitian, maka Riwayat penyakit sebelumnya bahwa 3
responden mengisi lembar persetujuan tahun terakhir pasien sudah sering
yang telah disediakan, sebaliknya jika mengeluh sakit kepala tetapi pasien tidak
calon responden tidak bersedia maka berobat ke rumah sakit. Hasil
peneliti akan menghormati hak responden. pememeriksaan penunjang MRI Kepala,
Alat pengumpulan data dan kesan: Intracerebral pre-kontras tampak
pengkajian menggunakan lembar ceklis hipointensitas multiple intracerebral
yang merupakan kriteria status neurologis terutama di temporo-parietal kanan serta
berdasarkan nanda, lembar observasi dan forceps major kanan yang post kontras
pengkajian mini-mental state exam terlihat irreguler rim enhancing massa di
(MMSE). Kuesioner keperawatan terdiri temporo-parietal kanan juga di forceps
dari data demografi mengenai durasi mulai major kanan dengan perifokal edema yang
sakit, lama hari rawat, dan riwayat menyempitkan sulcy dan gyri serta
penyakit penyerta serta lama pemberian mengobliterasi ventrikel lateral kanan dan
terapi ARV. Data dasar yang didapatkan III, serta sylvia fissure kanan dengan
dalam penelitian ini adalah hasil dari medline shifted ringan ke kiri. dd/: toxo-
pengkajian asuhan keperawatan secara encephalitis/TORCH, tidak tampak tanda-
komprehensif, masalah keperawatan, dan tanda cerebral atriphi, cerebellum, pons
implementasi keperawatan sesuai dengan dan cerebellopontine angle baik.
keadaan pasien. Kemudian dilakukan Rhinosinusitis ethmoidalis bilateral dan
observasi status neurologi selama 5 hari. sphenoidalis kanan. Dilakukan
Lembar ceklis yang merupakan kriteria pemeriksaan CD4 Hasilnya: CD4 = 3,
status neurologi berdasarkan nanda dan Pemeriksaan anti HIV hasilnya: Reaktif.
juga penilaian (MMSE) RSHS. Jenis Setelah dilakukan pengkajian
observasi yang kami lakukan diantaranya : secara komprehensif mengenai
1. Tanda-tanda 7. Keluhan sakit pemeriksaan fisik dan pengkajian status
vital kepala neurologi didapatkan bahwa kesadaran
pasien kompos mentis, pasien berbicara
2. Pupil 8. Karakteristik pelo dan lambat, daya ingat pasien
berbicara menurun, pasien tidak mengingat apa-apa,
3. Tingkat
kesadaran 9. Kekuatan otot masih terasa nyeri kepala dengan skala
nyeri 3-4 (VAS), ekstremitas bagian kiri
4. Glasgow 10. Muntah tampak hemiparase ringan, kekuatan otot
Coma Scale kanan 4/4, kiri 3/3. Masalah keperawatan
11. Kejang
5. Status kognitif yang muncul di perawatan hari ke 12
(MMSE) adalah resiko ketidakefektifan perfusi
Sumber : Nursing jaringan serebral, nyeri kronis dan
6. Status intervention hambatan memori.
pernafasan clasificaion (NIC)
Pasien II
Tuan Y, usia 31 tahun, datang ke
Hasil Rumah Sakit di antar keluarganya
kemudian dirawat di ruang Azalea. Pada
Pasien I saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluh nyeri kepala sejak 3 bulan yang cardiovaskuler, gastrointestinal dan
lalu. Semakin hari nyerinya semakin berat, genetalia dalam batas normal.
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, Pada pemeriksaan neurologis
dirasakan hampir setiap hari terutama pada nervus kranial terdapat kelainan pada
saat bangun tidur dipagi hari, skala nyeri 3 nervus II visus menurun 2/60 bedsite -
(NRS). Mual(-), muntah (-), kejang (-). 3/60 bedsite, nervus III, VI gerakan bola
Pasien mengeluhkan penglihatan mata mata opthalmoplegia, diameter pupil
kanan kabur, keluhan tersebut dirasakan kanan 3 mm kiri 3 mm dan nervus XI
secara perlahan, pasien juga mengeluh reflek patella (-), parese sinistra. Hasil
lemah pada sisi badan terutama bagian pemeriksaan mini mental status
sebelah kiri. Dua minggu sebelum masuk examination (MMSE) kemungkinan
Rumah Sakit pasien pernah memeriksakan adanya gangguan kognitif dengan skor 23.
keadaanya ke RS Swasta yang ada di kota Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
Bandung dan tidak mengalami perbaikan dan penunjang maka ditegakan diagnosis
sehingga di rujuk ke RSHS. Tn. Y etiologi space occupying lesion dengan
mempunyai riwayat DM yang tidak HIV dan toxoplasmosis cerebri. Pasien ini
terkontrol. Pemeriksaan fisik pasien diberikan terapi Paracetamol Tab,
didapatkan kesadaran compos mentis. Cotrimoxazole, Fluconazole, Insulin
Tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 22 kemudian diberikan intervensi sesuai
x/mnt, pulse 80 x/mnt, suhu 36.4°C. keadaan pasien sampai mengalami
Pemeriksaan status generalis pasien pemulihan kesehatan.
didapatkan sistem respirasi,
.
Tabel 1.
Karakteristik Demograpi Pasien I dan Pasien II
NO KETERANGAN PASIEN I PASIEN II
1 Nama Tuan I Tuan Y
2 Usia 31 Tahun 32 Tahun
3 Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
4 Durasi mulai sakit 3 Tahun 3 Bulan
5 Lama hari rawat 18 Hari 8 Hari
6 Penyakit penyerta Toxoplasmosis cerebri Toxoplasmosis cerebri, DM
7 Terapi ARV 14 Hari 5 Hari
Sumber : Ruang Azalea RSUP Hasan Sadikin

Tabel 2.
Lembar Observasi Tuan I
Respon
No Intervensi Hari ke-14 Hari ke-15 Hari ke-16 Hari ke-17 Hari ke-18
08.00 14.00 08.00 14.00 08.00 14.00 08.00 14.00 08.00 14.00
1 Tanda-tanda vital                    
  Tekanan darah 110/80 110/80 110/70 110/70 110/70 110/70 110/70 110/80 120/70 120/80
  Nadi 82 80 84 86 76 80 82 80 78 80
  Pernafasan 20 20 20 20 20 20 18 20 20 20
  Suhu 36.5 36.5 36.8 36.7 36 36.5 36.2 36.6 36.8 36.5
  Saturasi O2 98% 98% 97% 97% 98% 98% 95% 95% 99% 99%
2 Pupil                    
  3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3
Ukuran
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
  Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat
  Simetris N N N N N N N N N N
  Reaktivitas N N N N N N N N N N
3 Tingkat kesadaran CM CM CM CM CM CM CM CM CM CM
4 Glasgow Coma Scale 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
  Eye 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
  Motorik 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
  Verbal 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 Status Kognitif (MMSE) 17 17 19 19 19 19 22 22 26 26
6 Status pernafasan                    
  Teratu Teratu Teratu Teratu
Pola nafas Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur
r r r r
  Kecepatan Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg
  Teratu Teratu Teratu Teratu
Irama Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur
r r r r
  Kedalaman N N N N N N N N N N
  Kesulitan bernafas - - - - - - - - - -
7 Keluhan sakit kepala + (3-4) + (3-4) + (2-3) +(1-2) + (0-1) - (0) - (0) - (0) - (0) - (0)
8 Karakteristik berbicara Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero
9 Kekuatan otot 4/3 4/3 4/3 4/3 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4
    4/3 4/3 4/3 4/3 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4
10 Muntah - - - - - - - - - -
11 Kejang - - - - - - - - - -
Sumber : Ruang Azalea RSUP Hasan Sadikin

Tabel 3.
Lembar Observasi Tuan Y
Respon
No Intervensi Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8
08.00 14.00 08.00 14.00 08.00 14.00 08.00 14.00 08.00 14.00
1 Tanda-tanda vital                    
  Tekanan darah 110/70 110/70 110/80 110/80 120/80 120/80 120/90 120/90 120/80 120/80
  Nadi 80 85 80 82 78 80 80 80 80 82
  Pernafasan 22 22 21 21 21 21 21 21 22 22
  Suhu 36.4 36.5 36.6 36.6 36.6 36.7 36.7 36.7 36.7 36.8
  Saturasi O2 96% 96% 97% 96% 97% 97% 97% 97% 97% 97%
2 Pupil                    
  3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3
Ukuran
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
  Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat
  Simetris N N N N N N N N N N
  Reaktivitas N N N N N N N N N N
3 Tingkat kesadaran CM CM CM CM CM CM CM CM CM CM
4 Glasgow Coma Scale 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
  Eye 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
  Motorik 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
  Verbal 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 Status Kognitif (MMSE) 23 23 23 23 26 26 28 28 30 30
6 Status pernafasan                    
  Teratu
Pola nafas Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur
r
  Kecepatan Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg Reg
  Teratu
Irama Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur Teratur
r
  Kedalaman N N N N N N N N N N
  Kesulitan bernafas - - - - - - - - - -
7 Keluhan sakit kepala + (3-4) + (3-4) + (3-4) + (3-4) + (2-3) + (2-3) + (1-2) + (1-2) -(0) -(0)
8 Karakteristik berbicara Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero Rero
9 Kekuatan otot 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4
    5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4
10 Muntah - - - - - - - - - -
11 Kejang - - - - - - - - - -
Sumber : Ruang Azalea RSUP Hasan Sadikin

Pembahasan kasus. Sedangkan menurut hasil dogar


(2015) menunjukkan bahwa terdapat 64
Analisis Data Demograpi
(62%) laki-laki dan 40 (38%) perempuan.
Hasil penelitian ini didapat bahwa
Terlepas dari beberapa perbedaan dalam
kedua responden berjenis kelamin laki-laki
rasio, semua studi ini menunjukkan
dan berusia 31 tahun. Hasil penelitian Ejaz
penderita laki-laki lebih banyak
butt, (2005) mengenai analisis morfologi
dibandingkan dengan perempuan.
pasien Space Occupying Lesion yang
Durasi mulai sakit yang di alami
dilakukan oleh Rumah Sakit Lahore,
Tn. I yaitu sekitar 3 tahun yang lalu, pasien
Pakistan, selama 1 tahun didapatkan
sudah sering mengeluh sakit kepala tetapi
bahwa dalam 100 kasus space occupying
pasien tidak berobat ke rumah sakit.
lesion intrakranial, terdapat 54 kasus
Sedangkan dengan Tn. Y sudah
terjadi pada pria dan 46 kasus pada wanita.
mengalami nyeri kepala selama 3 bulan,
Selain itu, pada usia 30-39 tahun terdapat
Semakin hari nyerinya semakin berat,
13 kasus, dan pada usia 40-49 terdapat 14
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk,
dirasakan hampir setiap hari terutama pada Kedua pasien mempunyai riwayat
saat bangun tidur dipagi hari. Durasi mulai penyakit penyerta yang sama yaitu HIV
sakit mempengaruhi manifestasi klinis dan Toxoplasmosis Cerebri. Orang dengan
yang ditunjukkan oleh pasien. HIV atau AIDS berisiko terkena tumor.
Suzanne C Smeltzer & Brenda G Meski belum diketahui alasan pastinya,
Bare (2012) menerangkan bahwa kemungkinan tumbuhnya tumor jenis ini
manifestasi dini dari SOL yang mencakup disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh
gangguan daya ingat, sakit kepala, melemah, terutama pada tahap lanjut atau
kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, fase akhir HIV/AIDS. Dalam hampir
perlambatan psikomotorik, apatis dan semua kasus, ditemukan virus yang disebut
ataksia. Stadium lanjut mencakup virus Epstein-Barr. diperkirakan sekitar
gangguan kognitif global, kelambatan 40%-50% SOL intrakranial disebabkan
dalan respons verbal, gangguan afektif oleh tumor (Ejaz butt, 2005).
seperti pandangan yang kosong, Pasien baru menerima terapi
hiperrefleksi paraparesis spastik, psikosis, antiretroviral setelah dirawat di rumah
halusinasi, tremor, inkontinensia, serangan sakit, tuan I telah mengkonsumsi ARV
kejang, mutisme dan kematian. selama 14 hari, sedangkan tuan Y baru
Manifestasi lainnya dapat juga berupa mendapatkan terapi selama 5 hari. Hasil
disartria, gangguan kognitif, peningkatan penelitian Mulyati (2017), menerangkan
tekanan intrakranial, dan gerakan bahwa dampak pemberian terapi ARV bisa
involunter. meningkatkan status imunologi dan
Lama hari perawatan pada tuan I kelangsungan hidup pasien.
lebih lama yaitu 18 hari perawatan,
sedangkan pada tuan Y lama hari Analisis Status Neurologi
perawatanya selama 8 hari. Pengaruh dari Hasil pemeriksaan tanda–tanda
pelayanan medis dalam proses perawatan vital ke dua pasien berada dalam batas
akan menentukan lama hari rawat pasien. normal, tekanan darah sistolik rata-rata
Kondisi fisik pasien dengan sistem imun 110-120 mmHg, tekanan darah diastolik
yang buruk dimana sistem pertahanan 70-90 mmHg. Wolf (2019) berpendapat
manusia terhadap infeksi dari bahwa pentalaksanaan umum
makromolekul asing atau serangan virus, mengusahakan tekanan darah yang optimal,
bateri, protozoa, dan parasit terganggu tekanan darah yang sangat tinggi dapat
karena penyakit imun sehingga tubuh tidak menyebabkan edema serebral, sebaliknya
dapat membentuk anti bodi yang akhirnya jika tekanan darah terlalu rendah akan
memperlama proses penyembuhan bahkan mengakibatkan iskemia otak dan
memunculkan penyakit baru. (Djoko menyebabkan edema serta peningkatan
wijono, 2000 dalam Ekawati & Afridah, tekanan intrakranial.
2015). Pemantauan pupil yang dilakukan
Sedangkan menurut Potter & Perry, pada tuan I dan tuan Y mempunyai ukuran
(2006) dalam Kusumayanti et all, (2015) yang sama 3 mm – 3 mm dengan bentuk
menyatakan bahwa lama perawatan yang bulat, kedua pupil simetris dan adanya
memanjang disebabkan karena faktor reaktivitas terhadap cahaya. Tetapi Tn.Y
intrinsik dan ekstrinsik, faktor ekstrinsik mengalami pandangan mata kabur dengan
diantaranya terdiri dari pemenuhan nutrisi kelainan pada nervus II visus menurun
yang tidak adekuat, obat-obatan, teknik 2/60 bedsite - 3/60 bedsite, nervus III, VI
operasi. Sedangkan faktor yang kedua gerakan bola mata opthalmoplegia, dan
adalah faktor intrinsik terdiri dari usia, mempunyai penyakit penyerta yaitu
gangguan sirkulasi, nyeri, dan penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol yang
penyerta lainya. mengakibatkan hiperglikemik.
Kadar gula darah yang tinggi Hal tersebut sejalan dengan
(hiperglikemia) kronik pada pasien penelitian yang dilakukan Simamora &
diabetes berhubungan dengan kerusakan Zanariah, Z. (2017) berpendapat bahwa
jangka panjang, terjadinya disfungsi atau pasien SOL hasil CT-scan didapatkan
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama gambaran massa yang menyebabkan
mata, ginjal, saraf, jantung dan gangguan pergeseran midline shift ke kanan,
vaskuler pembuluh darah (Sudoyo, 2009). hipodens dengan batas tegas dan defek
Pasien HIV dan Toxoplasmosis Cerebri ventrikel 3, 4 dengan disertai oedem fokal.
selain terjadinya kelainan pada otak juga Hal tersebut sesuai dengan teori dimana
terdapat kelainan lain yang sering terkena lokasi tumor pada lobus frontalis dapat
yaitu mata sekitar 50% (Rabaud et al menyebabkan timbulnya kelemahan
dalam Basavaraju A, 2016). Berbeda lengan dan tungkai kontralateral serta
dengan penelitian Longmore, (2014) ; perubahan kepribadian seperti penurunan
Simamora (2017) menyatakan bahwa tingkat intelektual.
gangguan penglihatan yang terjadi pada Keluhan nyeri kepala. Hasil
pasien SOL kemungkinan juga disebabkan pemeriksaan nyeri dengan menggunakan
peningkatan tekanan intrakranial hingga Visual Analogi Scale (VAS) kedua pasien
mendesak chiasma optikum sehingga mengalami nyeri kepala sedang sampai
terjadi gangguan penglihatan berupa tidak adanya nyeri kepala. Keluhan nyeri
penurunan visus pada kedua mata. kepala pada tuan I pada hari ke-satu
Muntah dan kejang pada kedua dengan skala Visual Analogi Scale 3-4,
pasien selama observasi tidak pernah hari ke-dua skala vas 2-3, hari ke-tiga pada
terjadi. Tingkat kesadaran GCS dan pemeriksaan pagi hari vas 0-1 dan siang
MMSE. Bahwa dari hasil monitoring mengalami pengurangan skala vas 0 pada
tingkat kesadaran dari hari ke 1 sampai siang hari sampai dengan observasi hari
hari ke 5 ke dua pasien dalam keadaan ke-lima pasien mengalami penurunan nyeri
compos mentis dengan nilai Glasgow kepala. Sedangkan pada tuan Y. Nyeri
Coma Scale E4, M6, V5. Monitoring kepala pada hari ke 1 dan 2 vas skala 2-4,
ingatan dengan menggunakan Instrument hari ke tiga mengalami penurunan nyeri
MMSE, hasil pada tuan I terjadi gangguan kepala skala vas 2-3, hari ke empat skala
kognitif, skor hari pertama yaitu 17, skor nyeri kepala vas 1-2 dan pada hari terakhir
hari ke dua dan ketiga 19 dan skor hari ke pasien sudah tidak mengalami nyeri,
empat dan lima 22. Pasien mengalami pasien terlihat tenang dan tidak
pemulihan selama 5 hari observasi tetapi menunjukan wajah meringis kesakitan dan
skor yang didapatkan masih dibawah terlihat tampak lebih segar. Menurut
normal 24-30. Sedangkan hasil MMSE Longmore, (2014) dalam Simamora,
tuan Y, skor pada hari pertama dan kedua (2017) Gejala klinis fokal maupun umum
23 dengan interpretasi masih terjadi dari adanya tumor, ditandai dengan adanya
gangguan kognitif, skor pada hari ke 3 peningkatan tekanan intrakranial, hal ini
sampai ke lima yaitu 26, 28 dan 29, dapat berupa adanya nyeri kepala, muntah
dimana hasil ini menyatakan bahwa fungsi tanpa diawali dengan mual, perubahan
kognitif pasien mengalami pemulihan dan status mental, meliputi gangguan
fungsi kognitif normal. Nilai MMSE dapat konsentrasi, cepat lupa, perubahan
dipengaruhi oleh faktor sosiodemograpi kepribadian, perubahan mood,
yaitu umur, jenis kelamin, tingkat berkurangnya inisiatif yang terletak pada
pendidikan, pekerjaan dan status lobus frontal atau temporal, ataksia,
pernikahan. Yang kedua adalah faktor gangguan keseimbangan, kejang, dan
lingkungan (behavior). Seperti stres fisik, papiledema.
kontak sosial, aktivitas fisik, merokok dan Sejalan dengan penelitian
minum alkohol (Ismail S. (1992). Yancheva et al.,(2017) menjelaskan bahwa
tanda dan gejala SOL dengan HIV dan dijumpai kelainan afasia yaitu
Toxoplasmosis Cerebri yang sering ketidakmampuan untuk berbahasa dan
dirasakan pasien sakit kepala (49-63%), pemahaman kata atau kalimat dengan baik.
demam (41-68%), defisit fokal (22-80%), Pemeriksaan lanjut yang dilakukan pada
kejang (19-29%), kebingungan (15-52%), kelumpuhan sebelah kiri ditujukan pada
ataxia (15-25%), letargi (12-44%), fungsi kortikal, subkortikal, batang otak,
kelemahan saraf kranial (12-19%), dan dan medulla spinalis. Hasil penelitian
gangguan penglihatan (8-15%). Kemudian Cahyati (2013) menjelaskan bahwa
hasil menurut Luma et al (2013), dari 97 kelainan ini biasanya disebabkan karena
pasien HIV dengan ET yang diteliti kerusakan pembuluh darah bagian anterior
didapatkan sakit kepala merupakan atau arteri serebral medial yang
keluhan tersering (92.8%) diikuti oleh mengakibatkan infark pada korteks
demam (87,6) dan kejang (57,7%). motorik frontalis.
Penelitian oleh Goita et al (2012) juga
ditemukan hal yang sama yaitu kejang Kesimpulan
merupakan gejala yang umum ditemukan Space Occupying Lesion
pada toksoplasmosis cerebri. merupakan penyakit dengan masalah
Karakteristik berbicara. Hasil umum mengenai adanya lesi pada ruang
monitoring selama lima hari kedua pasien intrakranial khususnya yang mengenai
berbicara pelo, lambat dengan intonasi otak. Lesi pada otak seperti, hematoma,
yang tidak jelas. Apabila tumor mengenai kontusio serebri, infark, adanya abses otak
bagian kanan dan kiri lobus frontalis, dan tumor pada intrakranial.
perubahan status mental atau tingkah laku, Karakteristik demograpi pasien
dan jalan yang tidak terkoordinasi (ataxic dalam studi ini adalah mengenai durasi
gait) dapat terjadi. Bila tumor menekan mulai sakit yang di alami kedua pasien
jaras motorik dapat menimbulkan lebih dari 3 bulan dengan lama hari
dysphasia (brocca). Menurut penelitian perawatan lebih dari 7 hari. Kedua pasien
Nurmufthi G., Y. (2014) disartria mempunyai riwayat penyakit penyerta
merupakan suatu bentuk defisit bahasa yang sama yaitu HIV dan toxoplasmosis
yang ditandai gangguan pada artikulasi cerebri dan baru mendapatkan terapi
dan pengucapan kata sedangkan gramatika Atiretroviral setelah dirawat di rumah
(tata bahasa), komprehensi dan pemilihan sakit.
kata tidak terganggu. Hal ini biasanya Gangguan status neurologis yang
berarti kesulitan dalam menggerakkan paling dominan tampak pada pasien space
palatum, lidah dan bibir sewaktu berbicara. occupying lesion dengan HIV dan
Beberapa penyebab dari dysarthria toxoplasmosis cerebri diantaranya :
diantaranya stroke, cedera kepala, cerebral Keluhan sakit kepala, gangguan kognitif
palsy, dan distrofi otot. Pasien disarankan dan gangguan berbicara serta kelemahan
untuk menjalani rehabilitasi medik, otot.
program rehabilitasi medik yang dapat
diikuti pasien berupa fisioterapi, terapi Saran
wicara dan psikoterapi (Nasution, 2013).
Kaki lemah / hemiparese. Monitoring status neurologi secara
Terjadinya kerusakan pada otak kanan komprehensif merupakan bagian penting
menjadi penyebab kelumpuhan tubuh terutama pada pasien Space Occupying
bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan Lesion dengan HIV dan Toxoplasmosis
sebelah kiri sering memperlihatkan Cerebri dengan adanya monitoring khusus
ketidakmampuan persepsi visiomotor, status neurologi ini diharapkan status
kehilangan memori visual dan neurologi yang adekuat dari setiap pasien
mengabaikan sisi kiri. Sering juga sehingga pelayanan yang diberikan akan
lebih optimal dan berkualitas. Pelayanan Serebrovaskular. Jakarta: EGC;
yang optimal dan berkualitas diharapkan 2005. BAB 53,; hal. 1106-1129.
dapat mengurangi angka morbiditas dan Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015).
mortalitas yang diakibatkan oleh gangguan Diagnosis Keperawatan, Definisi &
fungsi neurologi. Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Daftar Pustaka
Herlina, H., Kurniati, N., Prawitasari, T.,
Brunner & Suddarth. (2000). Asuhan Soedjatmiko, S., Hadinegoro, S. R.,
keperawatan dengan gangguan Mangunatmadja, I., & Setyanto, D.
neurlogi: Space Occupying Lesion B. (2016). Gambaran Fungsi
dengan HIV ec Toxoplasmosis Kognitif HIV Anak yang Telah
Cerebri. Keperawatan Medikal Memperoleh Terapi
Bedah. Jakarta: EGC. Antiretrovirus. Sari Pediatri, 18(2),
Butt, M. E., Khan, S. A., Chaudrhy, N. A., 100-5.
& Qureshi, G. R. (2005). Intra- Jihad, N. H. M., Taufik, R., & Nurmila, N.
cranial space occupying lesions a (2018). The effect of High Blood
morphological Sugar Level of Cataract in Diabetes
analysis. Biomedica, 21(1), 31-5.
Mellitus Patient in Eye Health
Dogar, T., Imran, A. A., Hasan, M., Jaffar, Community Center South
R., Bajwa, R., & Qureshi, I. D. Sulawesi. Al-Iqra Medical Journal:
(2015). Space occupying lesions of Jurnal Berkala Ilmiah
central nervous system: A Kedokteran, 1(1), 10-15.
radiological and histopathological DOI: https://doi.org/10.26618/aimj.v
correlation. Biomedica, 31(1), 15-20. 1i1.2765
Ekawati, A., & Afridah, W. (2015). Kayana, I. B. A., Maliawan, S., &
Hubungan antara lama hari rawat Kawiyana, I. K. S. (2013).
dengan antrian masuk rumah sakit Intracranial Pressure Monitoring
pada pasien bpjs di rs. Islam Technique. E-Jurnal Medika
jemursari surabaya. Journal of Udayana, 480-501.
Health Sciences, 8(1). DOI: Montoya JG, Toxoplasmosis, In: Goldman
https://doi.org/10.33086/jhs.v8i1.223 L, Schafer Al. (2011).eds.Cecil
Foreman, M. D., Fletcher, K., Mion, L. C., Medicine. 24th ed.Pholadelphia,PA:
Simon, L., & Faculty, N. (1996). Saunders Elseveir; chap 357.
Assessing cognitive function: The Mulyati, M., Subagio, H. W., & Udji, M.
complexities of assessment of an A. (2017). Hubungan Lama
individual's cognitive status are Pemberian Terapi Anti Retroviral
important in making an accurate and dengan Komposisi Tubuh pada
comprehensive evaluation. Geriatric Pasien HIV. JNH (journal of
Nursing, 17(5), 228-232. nutrition and health), 5(2), 129-137.
https://doi.org/10.1016/S0197-
4572(96)80210-2 NANDA. (2018). Buku diagnosa
keperawatan definisi dan klasifikasi
Guyton A.C. & J.E. Hall (2007). Buku 2015-2017. Jakarta: EGC
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, Nurmufthi G., Y. (2014) dysarthria post
248, 606,636,1070,1340. stroke attack with uncontrolled
hypertension and obesity on a
Hartanto H., Susi N., Wulansari P., & housewife. Jurnal kedokteran;
Mahanani DA. (2005). Penyakit Agromed Unila ; Volume 1 Nomor 2
Price, SA, & Wilson, LM. (2006). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- V, Jakarta: Interna Publishing
Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6. Sumardjono, S. (2004). Perbandingan
Sadoughil A., Rybinnik I., & Cohen R. Skala Keluaran Glasgow Pada
(2013). Measurement and Contusio Cerebri Disertai Cedera
management of Increased Kepala Berat Antara Tindakan
intracranial pressure. Crit Care Med Craniectomi Dekompresi Dengan
2013;6 (Suppl 1:M4):56-65. Konservatif (Doctoral Dissertation,
Program Pendidikan Pasca Sarjana
Satyanegara (2010). Ilmu Bedah Saraf
Universitas Diponegoro).
Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Wilson, L.M., & Price, S.A. (2006).
Patofisiologi: konsep klinis proses-
Satyanegara (2014). Ilmu bedah saraf
proses penyakit. Edisi ke-6. Volume
satyanegara. Edisi ke-5. Jakarta: PT
2. Jakarta: EGC. Hal. 1232
Gramedia; hlm. 265.
Wolfe TJ, Torbey MT. (2009).
Simamora, S. K., & Zanariah, Z. (2017).
Management of intracranial pressure.
Space Occupying Lesion
Curr Neuro Neurosci Reports;9:477-
(SOL). Medical Profession Journal
85.
Of Lampung [MEDULA], 7(1), 68-
73. Yancheva N, Tsvetcova N, Marinova I,
Elenkov I, Tchervenyakova T,
Sjamsuhidajat & de jong. (2010). Buku
Nikolova M, et al. (2017) A Report
Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
of Two Cases with Different Clinical
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong
Presentation of Cerebral
(ed). 2004.
Toxoplasmosis in HIV-Infected
Smeltzer, Suzanne, C. & Bare, Brenda G. Bulgarian Patient. Journal of AIDS
(2001). Buku Ajar Ilmu Bedah; and Clinical Research. 8(673):1-3.;
Keperawatan Medikal Bedah. DOI : 10.4172/2155-6113.1000673
Jakarta: EGC.
Yostila Derosa, Armen Ahmad (2018).
Sri Hastuti, D., & Zulaikha, F. (2019). Toxoplasmosis Cerebri Pada HIV
Analisis Praktik Klinik Keperawatan AIDS, jurnal kesehatan andalas, Vol.
pada An. Az dengan Post Operasi 7: ISSN : 2615-1138;
Craniotomy atas Indikasi Space DOI: https://doi.org/10.25077/jka.v7
Occupying Lesion (SOL) dengan .i0.p96-99.2018
Intervensi Inovasi Penggunaan 2%
Vidal, J. E. (2019). HIV-related cerebral
Chlorhexidine Gluconate (CHG)
toxoplasmosis revisited: current
sebagai Perawatan Sibin Harian
concepts and controversies of an old
untuk Mengurangi Bakteremia pada
disease. Journal of the International
Anak yang Dirawat di Ruang PICU
Association of Providers of AIDS
RSUD A. Wahab Sjahranie
Care (JIAPAC), 18,
Samarinda Tahun 2019.
2325958219867315.
Sudoyo, W Aru, Bambang Setiyohadi, https://doi.org/10.1177/2325958219
Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata 867315
K, Siti Setiati (2009). Buku Ajar

Anda mungkin juga menyukai