Anda di halaman 1dari 7

METODE PENELITIAN TENTANG EFEK MENYUSUI PADA INVOLUSI UTERUS

POST PARTUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian

Disusun oleh :
1. Devi nurmanto
2. Hanniefah addieni
3. Hanifah maulidia
4. Ratih ayu
5. Repti krismalia

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN BUNDA AUNI
2020
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efek menyusui pada involusi uterus post partum
ibu. Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan kohort rancangan. Penelitian dilakukan
di Bidan Mandiri Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia dari November
sampai Desember 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu postpartum spontan dirawat di
Independent Bidan yang melakukan dan tidak memulai menyusui dini dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir dan dilanjutkan dengan menyusui bayi dengan ASI selama 7 hari dengan ukuran
sampel 42 orang dalam dua kelompok. Teknik pengambilan sampel dengan berurutan contoh.
Pengukuran tinggi fundus menggunakan caliper pelvimetri. Uji normalitas data dengan uji
Shapiro-Wilk dan pengujian hipotesis menggunakan uji t berpasangan. Nilai P dua sisi <0,05
dianggap signifikan secara statistik. Hasil: Hasil Uji statistik uji T independen diperoleh p =
0,000 (p nilai <0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tinggi fundus hari ke 1,
3 dan 7 saat menyusui dan kelompok non menyusui. Hasil penelitian ini bisa jadi disimpulkan
bahwa ada pengaruh pemberian ASI terhadap ibu involusi uterus postpartum (nilai p <0,05)
Kesimpulan: The Kesimpulan penelitian ini menegaskan ada pengaruh dari menyusui pada ibu
post partum involusi uterus.
Istilah Indeks — menyusui, involusi uterus, pasca melahirkan
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia komplikasi nifas merupakan salah satu
penyebab maternal kematian sebesar 8% [1]. Kegiatan yang menjadi perhatian di Masa nifas
adalah administrasi awal inisiasi menyusui dalam 1 jam setelah lahir dan memastikan involusi
uterus berjalan normal. Dini inisiasi menyusui adalah proses menyusui bayi segera setelah lahir
selama 1 jam. Dini inisiasi menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi
uterus karena rangsangan terjadi saat menyusui dan pelepasan hormon termasuk oksitosin yang
berfungsi selain untuk merangsang kontraksi otot polos payudara, juga menyebabkan kontraksi
dan penarikan otot rahim. Ini akan menekan darah pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
darah ke uterus berkurang. Proses ini membantu mengurangi situs atau tempat implantasi dari
plasenta dan mengurangi perdarahan [2]. Ibu yang memulai Pemberian ASI dini akan
mempercepat involusi uterus akibatnya pengaruh hormon oksitosin yang dapat meningkat
kontraksi uterus [3].
Risiko komplikasi postpartum 3,5 kali lebih tinggi pada wanita yang tidak mulai
menyusui dini dalam 24 tahun pertama jam persalinan dan berkurang 7 hari setelah melahirkan
Selain itu, risiko kematian neonatal empat kali lebih tinggi pada anak-anak yang diberikan selain
ASI [4].
Cakupan ASI Eksklusif di dunia adalah dilihat berdasarkan wilayah, diketahui mencapai
25% di Afrika Tengah, 32% di Amerika Latin dan 30% di Asia Timur, 47% di Asia Selatan, dan
46% di negara berkembang. Secara keseluruhan, kurang dari 40 persen anak di bawah usia enam
tahun diberikan eksklusif menyusui [5]. Sedangkan cakupan pemberian ASI dini praktik inisiasi
di dunia adalah 42% dalam periode tersebut 2010-2015. Prevalensi inisiasi menyusui dini di
Indonesia masih lebih rendah yaitu 49,3% [1]. Pada tahun 2013 ada a penurunan persentase ibu
yang melakukan pemeriksaan dini inisiasi menyusui pada 34,5% [1]. Angka ini masih sangat
tinggi rendah jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara negara-negara seperti
Myanmar (76%), Thailand (50%), danFilipina (54%) [5,6].
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ASI pada involusi uterus ibu
post partum.
1.2 BAHAN DAN METODE
A. Desain Studi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain kohort. Pembelajaran dilakukan
di Bidan Mandiri Padang Panjang Kota, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia dari
November sampai Desember 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu postpartum
spontan dirawat di Independent Bidan yang melakukan dan tidak memulai menyusui dini
dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir dan dilanjutkan dengan menyusui bayi dengan ASI
selama 7 hari dengan ukuran sampel 42 orang dalam dua kelompok. Teknik pengambilan
sampel dengan berurutan contoh.

B. Definisi Operasional
Variabel penelitian ini termasuk variabel bebas yaitu menyusui dan variabel terikatnya
adalah involusi uterus ibu post partum.
C. Teknik Pengumpulan Data
Studi ini telah disetujui oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dengan registrasi nomor 511 / KEP / FK / 2017. Inisiasi menyusui dini dalam waktu 1
jam setelah bayi lahir dan dilanjutkan dengan menyusui bayi dengan ASI selama 7 hari.
Pengukuran fundal tinggi menggunakan pelvimetri kaliper dengan prosedur setelah dini
inisiasi menyusui ,. Pengukuran tinggi fundus dilakukan oleh peneliti dibantu dengan
mendampingi peneliti (bidan). Untuk menghindari terjadinya bias dalam mengukur tinggi
fundus uterus, itu dilakukan oleh 2 orang yaitu peneliti dan pendamping peneliti yang
melakukannya secara bersamaan. Jika ada perbedaan pengukuran> 20%, pengukuran
tinggi fundus diulangi.

D. Analisis Data
Variabel kuantitatif dicatat sebagai Mean ± SD, median dan persentase. Uji normalitas
data dengan Uji Shapiro-Wilk dan uji hipotesis menggunakan uji t berpasangan.
SEBUAH nilai P dua sisi <0,05 dianggap secara statistik penting. Nilai P dua sisi <0,05
dianggap signifikan secara statistik. Data dianalisis menggunakan Stata versi 14.2 (Stata
Corporation).

Karakteristik responden (Tabel 1).


Karakteristik Menyusui Tidak Menyusui
(n = 21) (n = 21)
Umur (tahun) 28.33 ± 4.12 27.52 ± 3.87
Keseimbangan 2.24 ± 0.70 2.10 ± 1.09

Tabel 1 menunjukkan usia responden dalam kelompok menyusui 28,33 ± 4,12 tahun dan
27,52 ± 3,87 tidak menyusui kelompok. Paritas kelompok menyusui 2.24 ± 0.70 dan 2.10
± 1.09 pada kelompok tidak menyusui.

Tabel 2: Perbedaan rata-rata tinggi fundus antara kelompok menyusui dan bukan
menyusui

Kelompok

Tabelll

Tabel 2 menunjukkan rata-rata tinggi fundus saat menyusui kelompok ditemukan


menurun pada hari ke 1, 3 dan 7. Penurunan tersebut Tinggi fundus pada hari ke 1-3
adalah 2,21 cm dan pada hari ke 3-7 adalah 4,27 cm. Sedangkan pada hari 1-7 besarnya
6,47 cm. Maksudnya tinggi fundus pada kelompok non menyusui pada hari 1-3 adalah
1,82 cm dan pada hari ke 3-7 adalah 4 cm sedangkan pada hari 1-7 adalah 5,82 cm. Ada
perbedaan rata-rata tinggi fundus antara kelompok menyusui dan tidak menyusui (p
<0,05).

Tabel 3: Pengaruh menyusui pada involusi uterus ibu post partum


Uterine Mean ± SD ∆ Mean p Value
Involution
Day 1 (cm) 10.76 ± 1.06 2.21 0.000*
Day 3 (cm) 8.55 ± 0.91
Day 1 (cm) 10.76 ± 1.06 6.48 0.000*
Day 7 (cm) 4.28 ± 0.53

Tabel 3 menunjukkan tinggi fundus dari involusi uterus pada hari tersebut 1-3 adalah
2,21 cm dan hari 1-7 adalah 6,48 cm. Ada secara statistik pemberian ASI yang signifikan
pada pasak involusi uterus ibu partum (p <0,05).

Perkiraan Sarana Marginal MEASURE_1


Gambar
Gambar 1: Rata-rata tinggi fundus pada ibu menyusui
Gambar 1 menunjukkan ada penurunan mean fundal pada ibu menyusui yang menyusui
pada siang hari 1-7.

DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian ASI terhadap involusi uterus ibu
post partum. Tinggi fundus Proses pengurangan cepat jika pada hari pertama tinggi
fundus > 1 jari telanjang di bawah tengah dan pada hari ke-3> 3 jari di bawah tengah.
Dikatakan biasa jika di pertama tinggi fundus hari 1 jari berada di bawah tengah, dan
pada ke-3 tinggi fundus hari 3 jari di bawakh tengah. Tapi dikatakan demikian lambat
jika pada hari pertama tinggi fundus <1 jari dibawah tengah, dan pada hari ke-3 tinggi
fundus <3 jari di bawah pusat. Dalam penelitian ini terjadi penurunan tinggi fundus saat
menyusui ibu menemukan penurunan tinggi fundus pada hari ke-1 dan ke-32.21 dan
masuk kategori cepat dan sampai hari ke 7 ada a penurunan 6,48 cm.

Penelitian sebelumnya diketahui menyusui dini memiliki efek pada involusi


uterus [3]. Studi lain ada hubungan antara inisiasi menyusui dini dan peningkatan
pemulihan pasca melahirkan ibu (nilai p <0,05) [8]

Pemberian ASI atau menyusui sebaiknya dilakukan segera setelah bayi baru lahir,
hal ini dapat mengasuh a hubungan atau ikatan antara ibu dan bayi dan bisa memberikan
perasaan hangat dengan meletakkan dan menempel pada kulit ibu dan menutupinya,
menyusui secara maksimal karena ini sangat penting apakah bayi akan mendapatkan
cukup susu atau tidak. Hal ini diwujudkan dengan peran hormon pembuat susu, termasuk
di dalamnya hormon prolaktin sirkulasi darah ibu akan menurun setelah satu jam
persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta. Dalam upaya Untuk menjaga
prolaktin, hisapan bayi akan memberikan stimulasi ke hipofisis untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Oksitosin Hormon bekerja merangsang otot polos untuk memeras susu
yang ada di alveoli, lobus dan saluran berisi payudara susu dikeluarkan melalui puting
[7,8].

Pada kondisi ini hisapan bayi akan membantu mengeluarkan isapan tersebut susu.
Prosesnya adalah saat bayi menghisap otot polos dari puting yang terangsang, rangsangan
oleh saraf ini ditransmisikan ke otak. Kemudian otak menginstruksikan bagian belakang
kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon oksitosin yang ada dibawa ke otot polos
payudara, agar mulus otot-otot payudara berkontraksi. Dengan kontraksi tersebut otot
polos susu dilepaskan, dan di dalam sel terjadi produksi ASI lagi. Hormon oksitosin tidak
hanya mempengaruhi otot polos payudara tapi juga otot otot polos rahim sehingga rahim
berkontraksi lebih baik, sehingga involusi uterus dan lochea lebih cepat pengeluaran lebih
lancar. Itu sebabnya pada ibu siapa involusi menyusui pada rahim berlangsung lebih
cepat daripada tidak menyusui [9, 10].

Berdasarkan fenomena yang ditemui peneliti di lapangan ada faktor yang


mendukung dan menghambat eksklusif menyusui. Faktor pendukung termasuk faktor ibu
dukungan dari petugas kesehatan dan keluarga, khususnya dalam hal ini kasus adalah
suami. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain persepsi yang salah tentang ibu
bahwa dia merasa tidak memilikinya Belum ada, sang ibu berasumsi bahwa bayinya akan
lahir disusui jika dia dan bayinya bersih (mandi), dan ibu merasa lelah setelah proses
persalinan dan adil akan menyusui jika kondisinya benar sepenuhnya pulih. Selain itu,
peneliti juga menemukan kekurangan kerjasama antara ibu dan keluarga serta tenaga
kesehatann yang membantu pengiriman. Jika dilihat tentunya setiap tindakan medis
masih membutuhkan persetujuan dari keluarga, sebelum eksklusif pemberian ASI
dilakukan, masih perlu dikonsultasikan keluarga tentang manfaat dan pentingnya
menyusui, tetapi peneliti menemukan beberapa kondisi dimana keluarga tersebut menolak
saran dari petugas untuk melaksanakan eksklusif menyusui, sehingga petugas pelaksana
tidak bisa memaksa pemberian ASI eksklusif untuk bayi.

Pelaksanaan ASI sedini mungkin dengan meletakkan bayi di payudara ibu akan
menguntungkan ibu dan bayi. Usap kepala bayi di payudara ibu, sentuh bayi tangan saat
menyusui, bayi di puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang akan
mendukung untuk kontraksi uterus dan mempercepat proses uterus kerumitan.
. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa ada pengaruh menyusui pada involusi
uterus pasca melahirkanibu.

PENGAKUAN
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua responden yang telah berpartisipasi
pelajaran ini.

Anda mungkin juga menyukai