TAK Terapi Bermain Menonton Vidio
TAK Terapi Bermain Menonton Vidio
OlehKelompok
Anggota :
PADANG
2019
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi.
2. TujuanKhusus
1. Anak dapat menyebutkan namanya
2. Anak tampak senang dan ceria
3. Anak tampak tidak takut dengan perawat
4. Anak tidak takut dengan tindakan medis
5. Anak kooperatif
6. Anak bisa bermain dengan temannya
7. Anak tampak aktif
8. Anak dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuannya
9. Anak dapat meningkatkan kreatifitas bermain
10. Anak dapat meningkatkan perilaku yang baik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP BERMAIN
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Adriana,2013)
2. Tujuan Bermain.
Menurut Dewi (2015) tujuan bermain pada anak yaitu memberikan
kesenangan maupun mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang
memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif
sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan
fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
3. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
a. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
b. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi
seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang
nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah
adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
d. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu
alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk
menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga
akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang
telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah
membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang
yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh
karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah. (Wong, 2009)
4. Kategori Bermain
Menurut Soetjiningsing (2014) bermain harus seimbang, artinya harus
ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut
hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari
orang lain.
a. Bermain aktif
1) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
2) Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
3) Bermain konstruksi (construction play)
4) Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
5) Bermain drama (dramatik play)
6) Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
7) Bermain bola, tali, dan sebagainya
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
1) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
2) Mendengarkan cerita atau musik
3) Menonton televisi, Dll
6. Bentuk-bentuk Permainan
Tujuannya adalah :
1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
5) Membedakan benda dengan permukaan.
6) Menumbuhkan sportivitas.
7) Mengembangkan kepercayaan diri.
8) Mengembangkan kreativitas.
9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
2) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak
yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak,
karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan
energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-
laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah
salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.
(Dini, 2011)
8. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
9. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
10. Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
11. Antisipasi hambatan
a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Menonton Video animasi Pada Anak Di Rumah Sakit
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Menonton Video animasi Anak Usia 3 - 6 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari / Tanggal : Jumat/ 6 Desember 2019
Jam / Durasi : Pukul 10.00 WIB s/d selesai
Tempat Bermain : Ruang Rawat Anak RS Dr Reksodiwiryo
Padang
1. Peserta :
1. Anak usia 3 – 6 tahun jumlah 4 orang
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Orang tua mengizinkan anak mengikuti terapi bermain
4. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
5. Pasien kooperatif
6. Tidak terpasang alat-alat invasive (NGT, kateter)
7. Peserta terdiri dari: Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 5 orang didampingi
keluarga
3. Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 9 orang dan 1 orang observer dengan
susunan sebagai berikut :
Leader : Dedea Therenly Harka, S. Kep
Co leader : Busril Syah Jana Putera , S. Kep
Observer : Dewi Yulia Santosa, S. Kep , Rima Seprima, S. Kep, Sri Juliani Utama
Fasilitator : Muhamad Rizki, S. Kep, , Veprina, S. Kep, , S. Kep, Suhanna, S.Kep ,
Zafitra Patriotga, S. Kep
4. Pembagian Tugas :
a. Peran Leader
1) Membuka dan menutup terapi bermain.
2) Memimpin jalannya terapi bermain
3) Memperkenalkan diri dan anggota tim.
4) Menjelaskan kontrak waktu dan bahasa.
5) Menjelaskan tujuan dari terapi bermain.
6) Melakukan evaluasi dan validasi kegiatan terapi bermain.
b. Peran Co Leader
1) Membantu leader memimpin jalannya terapi bermain
2) Menjelaskan pelaksanaan terapi bermain
3) Menjelaskan aturan dan cara bermain dalam terapi bermain.
c. Peran Fasilitator
1) Memfasilitasi anak untuk bermain.
2) Membimbing anak bermain.
3) Memperhatikan respon anak saat bermain.
4) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya
d. Peran Observer
1) Mengobservasi jalannya jalannya terapi bermain.
2) Mencatat proses pelaksanaan terapibermain disesuaikan dengan rencana.
3) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses terapi bermain.
4) Menyusun laporan dan menilai hasil terapi bermain dibantu dengan leader dan
fasilitator.
5. Setting Tempat
OT OT OT
F F F F
PK
O C
PA
F F F F
OT OT OT
Keterangan :
= Leader C = Co-Leader
O = Observer = anak
Catatan : Setting
tempatdisesuaikandengankondisianakdanmengikutsertakanpesertatambaha
n
6. Susunan Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Respon Anak
1. H-1 Persiapan :
kegiatan 1. Menyiapkan ruangan Ruangan, alat,
2. Mengundang anak dan anak dan
keluarga keluarga siap
3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak dan
membagi kelompok
2 10 menit Pembukaan : Leader
1. Mengucapkan salam dan 1) Mendengarkan
memperkenalkan diri kontrak
2. Menyampaikan tujuan dan 2) Mendengarkan
memperkenalkan pada anak tujuan dari
maksud dari kegiatan penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu 3) Mendengarkan
dan mekanisme kegiatan kontrak.
bermain. 4) Mendengarkan
4. Menjelaskan kontrak bahasa instruksi
dan mekanisme kegiatan
bermain.
5. Menjelaskan cara bermain
membentuk angka, buah dan
sayur menggunakan
clay/malam/lilin
3. 15 Menit Pelaksanaan :
Bermain bersama
1. Co-Leader membantu dengan antusias.
Leader menjalankan terapi
bermainMengajak anak
menonton video animasi
edukasi.
2. Fasilitator mendampingi
anak dan memberikan
motivasi kepada anak.
3. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan telah
selesai.
4. Memberikan pujian terhadap
anak yang mampu menyusun
sampai selesai.
4. 10 Menit Evaluasi :
1. Leader melakukan review Anak
pengalaman bermain mendengarkan dan
menonton video animasi merespon dengan
edukasi menjawab kesan
2. Mengidentifiasi kejadian dan
yang berkesan selama pengalamannya
bermain selama bermain
3. Menganalisis kesan yang ular tangga
didapat oleh anak
4. Menyimpulkan kegiatan
acara
7. Evaluasi
a. Evaluasi struktur yang diharapkan
1) Alat-alat yang digunakan lengkap
2) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1) Terapi dapat berjalan dengan lancar
2) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
c. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat menyebutkan namanya
b. Anak tampak senang dan ceria
c. Anak tampak tidak takut dengan perawat
d. Anak tidak takut dengan tindakan medis
e. Anak kooperatif
f. Anak bisa bermain dengan temannya
g. Anak tampak aktif
h. Anak dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuannya
i. Anak dapat meningkatkan kreatifitas bermain
j. Anak dapat meningkatkan perilaku yang baik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin
penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari
permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D (2013). Tumbuh kembang & terapi bermain anak.Jakarta : Salemba Medika.
Bustthomi, Y. M (2012). Panduan Lengkap Paud Melejitkan Potensi dan Kecerdasan Anak
Usia Dini. Jakarta : Citra Publishing.
Dewi, R.C.,& Oktiawati,A.,& Saputri,L.D (2015). Teori &Konsep Tumbuh Kembang Bayi.
Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta : Huha Medika.
Dini, W (2011). Kemampuan Sosial Emosional Anak Kelompok A di TK Nurul Ulum Bambe
Driyorejo Gresik. Jurnal Pendidikan. Surabaya: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Surabaya
Katinawati. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan Pada Anak
Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rumah Sakit Umum
Daerah Tugurejo Semarang.
Kyle, T.,& Susan, C (2014). Keperawatan PediatriVolum 1 (Essentials ofPediatric
Nursing). Alih Bahasa Yulianti.Devidkk.Jakarta : EGC.
Seotjinngsing & Ranuh, U. N (2014). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC.
Suryanti. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat
Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R.
Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu
Wong, DL (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volum 1. Alih bahasa Agus Sutarna
dkk, Jakarta :EGC.
Yus, A (2011) Penilian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group