Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

oleh

ARJUN A.

03.2020.013

NAMA PEMBIMBING : REZKIYAH HOESNY,

S.Kep, Ns, M, Kep

PROGRAM STDUDI PROPESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

TAHUN 2020/2020

A. Konsep dasar penyakit asma


1. Definisi/deskripsi
   Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang
oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2016)
   Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2017)
   Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan (Boushey, 2017; Bousquet, 2018)

2. Fisiologi sistem/ Fungsi normal system

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 
dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2  dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler
vena pulmonalis  kemudian  massuk  ke serambi  kiri  jantung  (atrium  sinistra)
menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini
terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah  CO2   dan 
dikeluarkan  melalui  peredaran  darah  vena  masuk  ke jantung (serambi kanan atau
atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel  dekstra)  dan  dari  sini  keluar 
melalui  arteri  pulmonalis  ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus
lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan 
panjang  menuju  paru-paru  (sampai  alveoli).  Pada  laring terdapat epiglotis yang
berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak  masuk ke
trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika
makanan masuk ke dalam laring, maka  akan  mendapat  serangan  batuk,  hal 
tersebut  untuk  mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara
bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks
yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat
pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh
karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini
berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2  dalam darah dan kekurangan
dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan
dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan
kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak
antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada
membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan
udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian  rongga  dan 
dengan  demikian  rongga  dada  menjadi  kecil
kembali,   maka   udara   didorong   keluar.   Jadi   proses   respirasi   atau
pernapasan  ini  terjadi  karena  adanya  perbedaan  tekanan  antara  rongga pleura
dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada  yang
lunak,  yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka  ini 
dinamakan  pernapasan  perut.  Kebanyakan  pada  orang  tua, Karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.

3. Factor factor yang mempengaruhi


a.  Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
(Smeltzer & Bare, 2002).
1.   Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2.   Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3.  Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik     
b. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma:
1. Pemicu Asma (Trigger) 
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger
dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma,
tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung
timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam
waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap
pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi
udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang
berlebihan.

2. Penyebab Asma (Inducer)


Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer
dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik.
Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung
lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk  ke tubuh
melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau
mulut), dan alergen
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.
Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b.  Faktor presipitasi
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a)  Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b)   Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan.
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas
merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau
bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast
sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat
mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti
histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.

2)     Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat
diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai
Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi  beberapa saat
setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik
tangga dan dikarakteristikkan  oleh adanya bronkospasme, nafas pendek,
batuk dan wheezing
3)     Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi
pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh
karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
4)     Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita
diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5)     Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan
inflamasi membran mukus.
6)     Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau
4. Macam macam gangguan yang mungkin terjadi
Masalah atau gangguan yang terjadi pada penyakit asma yaitu perubahan
fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan. Perubahan fungsi jantung
yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung
seperti disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti
pada pasien dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan
fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark
mengakibatkan kekurangan
1. Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada
sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena
itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
2. Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan
B. Rencana asuhan klien dengan
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,


verifikasi, komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian keperawatan
mencakup pengumpulan data dari sumber primer (klien), sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
(Potter & Perry, 2016).

a. Riwayat kesehatan

Dalam Irman Somantri (2018) dijelaskan bahwa pada riwayat kesehatan yang
perlu dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji
keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus pada keluhan
utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
pekerjaan
Tabel pengkajian riwayat kesehatan :

No Riwayat Kesehatan Hal yang perlu di kaji

1. Keluhan Utama Keluhan yang biasa muncul pada klien dengan


gangguan pernafasan yaitu batuk, peningkatan
produksi sputum, dispneu, hemoptisis, nyeri
dada.

2. Riwayat kesehatan masa Penyakit yang pernah di alami, riwayat merokok,


lalu pengobatan saat ini dan masa lalu, riwayat
alergi, kondisi tempat tinggal
3. Riwayat kesehatan Riwayat penyakit keturunan seperti riwayat
keluarga adanya keluarga yang sesak nafas, batuk lama,
batuk darah dari generasi sebelumnya

4. Riwayat pekerjaan Situasi tempat bekerja dan lingkungannya

b. Pemeriksaan fisik

1. inpeksi

Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan nilai tanda-
tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak
nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Penilaian bentuk
dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi
pada klien. Bentuk dada normal pada orang dewasa adalah diameter
anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2. Jenis-
jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest, funnel chest, pigeon
chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan pergerakan dada, gangguan
pergerakan dada atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan
penyakit paru atau pleura (Muttaqin, 2010).
2. Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan


mengetahui abnormalitas pada dinding thoraks seperti adanya nyeri tekan

massa, bengkak, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/


tactil premitus (vibrasi) pada dinding dada (Somantri, 2016

3. perkusi

Perkusi dilakukan untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi


oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan
perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu di dalam
thoraks (contoh diafragma, jantung, hepar dan lain-lain). Suara perkusi
paru normal adalah resonan atau sonor (Muttaqin, 2019).
4. Auskultasi

Pengkajian auskultasi berguna untuk mendengarkan suara nafas normal dan


suara tambahan (abnormal). Suara nafas normal dihasilkan dari getaran
udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara nafas normal yaitu bronkhial, bronkovesikular, dan vesikular
sedangkan jenis suara tambahan yaitu wheezing, mengi, ronchi, pleural
friction rub, dan krekels (Somantri, 2015).
Dalam Tarwoto Wartonah (2016) disebutkan data hasil pemeriksaan
fisik yang akan ditemukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.

No Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan yang ditemukan


1. Mata - Konjunctiva pucat (anemia)

- Kojunctiva sianosis (hipoksemia)


2. Kulit - Sianosis perifer

- Sianosis secara umum

- Edema

- Edema periorbital
3. Jari dan Kuku - Sianosis
- Clubbing finger

4. Mulut dan bibir - Membran mukosa sianosis

- Bernafas dengan mengerutkan bibir


5. Hidung - Pernafasan dengan cuping hidung
6. Vena Leher - Adanya distensi/bendungan
7. Dada - Retraksi otot bantu pernafasan

- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri


dan dada kanan
- Suara nafas normal (vesikuler,
bronkovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal (crakles, ronchi,
wheezing)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,
dullness)
8. Pola pernafasan - Pernafasan normal (eupnea)

- Pernafasan cepat (takipneu)

- Pernafasan lambat (bradipneu)

c. Pemeriksaan penunjang
1.   Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
  Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
  Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
   Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
   Terdapatnya neutrofil eosinofil
2.   Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
   Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
   Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
   Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
   Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
   Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3.      Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada  serangan
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
   Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
   Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
   Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru.
4.    Pemeriksaan faal paru
   Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
   Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi
pada asma yang berat.
5.    Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas
tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
   Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
   Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
   Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST depresi
d. Diagnose keperawatan yang mungkin munncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
6. Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.
7. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik..
Diagnosa : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Defenisi: ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari


saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

 Tidak ada batuk


 Suara napas tambahan
 Perubahan frekuensi
 Perubahan irama napas
 Sianosis
 Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
 Penurunan bunyi napas
 Dipsneu
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
 Batuk yang tidak efektif
 Orthopneu
 Gelisah
 Mata terbuka lebar

Faktor yang berhubungan :

 Lingkungan :
1. Perokok pasif
2. Mengisap asap
3. Merokok

Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Defenisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan Karakteristik :

1. Kram abdomen
2. Nyeri abdomen
3. Menghindari makanan
4. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
5. Kerapuhan kapiler
6. Diare
7. Kehilangan rambut berlebihan
8. Bising usus hiperaktif
9. Kurang makanan
10. Kurang informasi
11. Kurang minat pada makanan
12. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13. Kesalahan konsepsi
14. Kesalahan informasi
15. Membrane mukosa pucat
16. Ketidakmampuan memakan makanan
17. Tonus otot menurun
18. Mengeluh gangguan sensasi rasa
19. Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily
allowance)
20. Cepat kenyang setelah makan
21. Sariawan rongga mulut
22. Steatorea
23. Kelemahan otot pengunyah
24. Kelemahan otot untuk menelan

Faktor yang berhubungan :

1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi
3. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
4. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5. Ketidakmampuan menelan makanan
6. Faktor psikologis
Diagnosa : intoleransi aktifiats
Defenisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan Batasan Karakteristik :
1. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
2. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
3. Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
4. Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
5. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
6. Dipsnea setelah beraktivitas
7. Menyatakan merasa letih
8. Menyatakan merasa lemah

Faktor yang berhubungan :

1. Tirah baring atau imobilisasi


2. Kelemahan umum
3. Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton

Diagnose : ketidak efektifan bersihan jalan nafas

Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih 30 menitpasien
mampu
- Resviratory status pentilator
- Respiratory status : airwaiy pateney
- Aspiraton control

Kriteria hasil

- Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis
dan dypsneu ( mampu mengeluarkan sputum )
- Menunjukan jalan nafas yang paten ( klien tdak merasa tercekik, irama nafas
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak adfa suara napas abnormal.)
- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat
jalan nafas
Intervensi
Airway manegemen
- Buka jalan nafas
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bantuan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Auskultasi susra nafas catat adanya suara tambahan
- Montor respirasi dan status O2

Diagnose : ketidak seimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil


Dalam waktu 3x24 jam diharapkan intake dan output cairan dapat seimbang
setelah dilakukan intervensi
- Frekuensi BB meningkat
- Napsu makan bertambah
- Malnutrisi berkurang
- Intake dan output dalam batas normal
Intervensi
- Kaji kebiasaan diet masukan makanan saat ini
- Sering lakukan perawatan oral, buang secret, berikan waqdah khusus untuk
sekali pakai
- Auskultasi bising usus
- Timbang berat badan sesuai indikasi
- Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
- Konsul dengan ahli gisi sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien
Diagnose : intoleransi aktifitas
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawata diharapkan pasien mampu.
- Energy coserfation
- Activity to lerance
- Self care adls
Kriteria hasil
- Berpartisipasi dalam aktipitas fisik tampak disertai peningkatan tekanan
dara, nadi dan rr
- Mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri
Intervensi
- Bantu klien untuk mengidentifilasi aktifitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktifitas sesuai dengan kemampuan fisik psikologis
dan social
- Bantu untuk mendaparkan lat bantuan aktifitas seperti kursi roda
- Bantu klien untuk membuat jadwallatihan diwaktu luang
- Bantu pasien untuk mengembangkan motipasi diri dan penguatan

Daptar pustaka
 Almazini, P. 2016. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
 Carpenito, L.J. 2017. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
 Corwin, Elizabeth J. 2019. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
 GINA (Global Initiative for Asthma) 2016.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
 Johnson, M., et all. 2020. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
 Linda Jual Carpenito, 2019. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
 Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
 Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
 Purnomo. 2018. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
 Ruhyanudin, F. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
 Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
 Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2016. Jakarta:
Prima Medika
 Sundaru H. 2016 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM
 Suriadi. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.  Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai