Anda di halaman 1dari 110

PENGARUH KUAT MEDAN LISTRIK DAN WAKTU PRETREATMENT PULSED

ELECTRIC FIELD TERHADAP KANDUNGAN LIGNOSELULOSA TANDAN


KOSONG KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Oleh:
AFINA SALSABILA
NIM 165100607111010

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PENGARUH KUAT MEDAN LISTRIK DAN WAKTU PRETREATMENT PULSED
ELECTRIC FIELD TERHADAP KANDUNGAN LIGNOSELULOSA TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT

SKRIPSI PENELITIAN

Oleh:
AFINA SALSABILA
165100607111010

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul TA : Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment


Pulsed Electric Field terhadap Kandungan Lignoselulosa
Tandan Kosong Kelapa Sawit
Nama Mahasiswa : Afina Salsabila
NIM : 165100607111010
Jurusan : Keteknikan Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA Angky Wahyu Putranto, S.TP.,MP
NIP. 19610710 198601 1 001 NIP. 19900409 201504 1 003

Tanggal Persetujuan:

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul TA : Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment


Pulsed Electric Field terhadap Kandungan Lignoselulosa
Tandan Kosong Kelapa Sawit
Nama Mahasiswa : Afina Salsabila
NIM : 165100607111010
Jurusan : Keteknikan Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Penguji

Dr.rer.nat. Rachmat Triandi T. S. Si., M.Si


NIP. 19720717 200003 1 002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA Angky Wahyu Putranto, S.TP.,MP
NIP. 19610710 198601 1 001 NIP. 19900409 201504 1 003

Ketua Jurusan

La Choviya Hawa, S.TP.,MP.,Ph.D


NIP. 19780307 200012 2 001

Tanggal Persetujuan :

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Oktober 1998 dari ayah yang
bernama Nofrizal dan ibu Aris Budijanti. Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara, dengan kakak bernama M. Fauzan Fakhrurrozi dan adik bernama
Zaskya Hanifah Zahra.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Al-Khairaat pada


tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 128 Jakarta pada tahun kelulusan 2013, dan menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 48 Jakarta pada tahun 2016. Pada tahun 2016,
penulis masuk perguruan tinggi di Program Studi Teknik Bioproses, Jurusan
Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya melalui jalur SPMK dan berhasil
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2020.

Pada masa pendidikannya penulis aktif pada organisasi Eksekutif Mahasiswa


Kementerian Dinamika Kampus pada tahun 2017. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif sebagai staf Hubungan Masyarakat Ekspresi Brawijaya pada tahun
2017, koordinator divisi Konsumsi pada Brawijaya Award tahun 2017, staf Acara EM
Jumpa tahun 2017, serta staf Acara OPJ TEP tahun 2017.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Afina Salsabila

NIM : 165100607111010

Jurusan : Keteknikan Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Judul TA : Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment


Pulsed Electric Field terhadap Kandungan Lignoselulosa
Tandan Kosong Kelapa Sawit

Menyatakan bahwa,

TA dengan judul di atas merupakan karya asli penulis. Apabila dikemudian hari
terbukti pernyataan ini tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai dengan hukum
yang berlaku.

Malang, Januari 2021


Pembuat Pernyataan,

Afina Salsabila
NIM. 165100607111010

iv
Afina Salsabila. 165100607111010. Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu
Pretreatment Pulsed Electric Field terhadap Kandungan Lignoselulosa Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Skripsi. Pembimbing: Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA
dan Angky Wakyu Putranto, S.TP., MP.

RINGKASAN

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan hasil samping yang berasal
dari proses produksi minyak sawit mentah. TKKS yang dihasilkan dari proses
produksi mencapai 22-23 persen dari tandan buah segar dan belum dimanfaatkan
secara optimal Kandungan selulosa pada TKKS mencapai 38,76 persen sehingga
TKKS berpotensi untuk dijadikan raw material untuk diambil selulosanya. Selulosa
adalah komponen utama pada struktur dinding sel tanaman yang keberadaannya
sangat melimpah dan dapat diperbarui.

Secara umum, proses pretreatment menggunakan metode termal dan memiliki


kekurangan yaitu membutuhkan energi yang besar apabila dilakukan dalam waktu
yang lama sehingga biaya konsumsi energi meningkat. Metode Pulsed Electric Field
(PEF) merupakan salah satu metode non termal yang menggunakan kejutan listrik
tegangan tinggi pada bahan yang diletakkan di antara 2 elektroda selama beberapa
detik. Energi yang digunakan pada metode PEF rendah dikarenakan waktunya
singkat. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Rancangan tersebut terdiri dari 2 faktor, dimana faktor pertama
adalah kuat medan listrik dengan variasi level 5 kV/cm, 10 kV/cm, dan 15 kV/cm serta
faktor kedua adalah waktu pretreatment dengan variasi level 60 detik, 180 detik, dan
300 detik. Hasil pretreatment tersebut selanjutnya dianalisis kandungan lignoselulosa
dengan metode Chesson kemudian dilanjutkan karakterisasi menggunakan SEM-
EDX, FTIR, dan XRD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan kuat
medan listrik PEF dengan waktu pretreatment terhadap kadar selulosa, hemiselulosa,
dan lignin TKKS yang ditandai dengan nilai Sig.>0,05. Namun, secara terpisah
perlakuan kuat medan listrik berpengaruh nyata terhadap kadar selulosa,
hemiselulosa, dan lignin TKKS dengan nilai Sig.<0,05 sedangkan waktu pretreatment
hanya berpengaruh nyata terhadap kadar selulosa dan hemiselulosa ditandai dengan

v
nilai Sig.<0,05. Perlakuan terbaik diperoleh menggunakan metode Indeks Efektivitas
De Garmo yaitu pada perlakuan kuat medan listrik 15 kV selama 300 detik. Pada
perlakuan tersebut dihasilkan kadar selulosa 73,60%, hemiselulosa 16,72%, dan
lignin 3,13%. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan bahwa terjadi
perubahan ukuran pori-pori TKKS sebelum dan sesudah pretreatment kemudian
untuk hasil karakterisasi XRD menunjukkan peningkatan derajat kristalinitas pada
TKKS hasil pretreatment. Total biaya konsumsi energi yang dibutuhkan untuk proses
pretreatment tandan kosong kelapa sawit menggunakan Pulsed Electric Field (PEF)
dengan kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik adalah sebesar Rp 10620,04
per 1 kilogram sampel TKKS.

Kata Kunci :Kandungan Lignoselulosa, Pretreatment, Pulsed Electric Field, Tandan


Kosong Kelapa Sawit

vi
Afina Salsabila. 165100607111010. Effect of Electric Field Strength and Time
Variation of Pretreatment Pulsed Electric Field on Lignocellulose Content Oil
Palm Empty Fruit Bunch. Essay. Project Supervisor: Dr. Ir. Bambang Dwi Argo,
DEA and Angky Wakyu Putranto, S.TP., MP.

SUMMARY
Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB) is a by-product of the production process
of crude palm oil. OPEFB from the production process reaches 22-23 percent of fresh
fruit bunches and has not been used optimally. Components found in OPEFB can be
used as a high-value products is cellulose. The cellulose content in the OPEFB
reaches 38.76 percent so that the OPEFB has the potential to be used as raw
material. Cellulose is the main component in the structure of plant cell walls which is
very abundant and can be renewed.
In general, the pretreatment process uses thermal methods and has the
disadvantage of requiring a large amount of energy if done for a long time so that the
cost of energy consumption increases. The Pulsed Electric Field (PEF) method is a
non-thermal method that uses high-voltage electric shocks to materials placed
between 2 electrodes for a few seconds. The energy used in the PEF method is low
because of the short time. This study uses an experimental design that is Completely
Randomized Design (CRD). The design consists of 2 factors, the first factor is the
electric field strength with a level variation 5 kV / cm, 10 kV / cm, and 15 kV / cm and
the second factor is the pretreatment time with a level variation 60 seconds, 180
seconds and 300 seconds. The results of the pretreatment were then analyzed for
lignocellulosic content by the Chesson method and then characterization using SEM-
EDX, FTIR, and XRD.
The results showed that there was no interaction between treatment of PEF
electric field strength and duration of pretreatment on levels of cellulose,
hemicellulose, and lignin OPEFB by Sig value > 0.05. However, separately, the
electric field strength treatment had significant effect of cellulose, hemicellulose and
lignin OPEFB with a value of Sig. <0.05, while the duration of pretreatment only had a
significant effect on the levels of cellulose and hemicellulose marked with a Sig. <0.05.
The best treatment was obtained using the De Garmo Effectiveness Index method in
15 kV electric field strength treatment for 300 seconds. The best treatment resulted

vii
cellulose content 73.60%, hemicellulose 16.72%, and lignin 3.13%. The results of
characterization using SEM showed that there was a change in the size of the
OPEFB pores before and after pretreatment, then the XRD characterization results
showed an increase in the degree of crystallinity in the pretreated OPEFB. The total
energy consumption cost required for the pretreatment process of oil palm empty
bunches using a Pulsed Electric Field (PEF) with an electric field strength of 15 kV /
cm for 300 seconds is IDR 10620,04 per 1 kilogram of OPEFB samples.

Keyword : Lignocellulosic content, Oil Palm Empty Fruit Bunch , Pretreatment, Pulsed
Electric Field

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
anugerah rahmat hidayah serta bimbinganNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Tugaas Akhir yang berjudul “Pengaruh Kuat Medan Listrik
dan Waktu Pretreatment Pulsed Electric Field terhadap Kandungan Selulosa Tandan
Kosong Kelapa Sawit” yang disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah yang
harus ditempuh dalam meraih gelar sarjana (S-1) oleh setiap mahasiswan Program
Studi Teknik Bioproses, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya. Keberhasilan penulisan proposal tugas akhir ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan anugerah, rahmat, hidayah, serta


bimbinganNya kepada penulis.
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan
semangat kepada penulis.
3. Ibu La Choviya Hawa, STP. MP., PhD selaku Ketua Jurusan Keteknikan
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
4. Bapak Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA dan Bapak Angky Wahyu Putranto,
S.TP., MP selaku dosen pembimbing atas segala nasihat, arahan, dan
bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Dr. rer. nat. Rachmat Triandi T., S.Si., M.Si. selaku dosen penguji atas
segala nasihat, arahan, dan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak Septian Marno selaku pembimbing di RTC Pertamina yang telah
memberikan arahan selama kegiatan penelitian
7. Mba Wida, Mas Rizal, Mba Irika, dan Mba Irma yang telah membantu
memberikan informasi dan arahan selama kegiatan penelitian.
8. Vania, Victoria, Yusril, Hisyam, dan Stela selaku teman kelompok skripsi
yang telah membantu penelitian penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
Tugas Akhir ini.

ix
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran membangun yang dapat digunakan untuk
kebaikan dikemudian hari.

Malang, Desember 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR.................................................................iv
RINGKASAN........................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................................xivv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................................. 4
1.5. Batasan Masalah.................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 5
2.1. Kelapa Sawit............................................................................................................. 5
2.2. Tandan Kosong Kelapa Sawit................................................................................7
2.3. Lignoselulosa............................................................................................................ 8
2.3.1. Selulosa...........................................................................................................8

2.3.2. Hemiselulosa.................................................................................................. 9

2.3.3. Lignin................................................................................................................9

2.4. Alkali Pretreatment................................................................................................ 10


2.5. Pulsed Electric Field.............................................................................................. 11
2.6. Pemucatan (Bleaching) H2O2...............................................................................12
2.7. Penelitian Sebelumnya......................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................15
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan........................................................................ 15
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................................................15

xi
3.2.1. Alat................................................................................................................. 15

3.2.2. Bahan.............................................................................................................16

3.3. Metode Penelitian.................................................................................................. 16


3.4. Variabel Kontrol......................................................................................................17
3.5. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................ 18
3.5.1. Pembuatan Sampel..................................................................................... 18

3.5.2. Proses Pretreatment................................................................................... 18

3.5.3. Pemucatan (Bleaching) H2O2.....................................................................19

3.6. Karakterisasi Bahan............................................................................................. 20


3.6.1.Scanning Electron Microscopy (SEM-EDX)............................................. 20

3.6.2.Fourier Transform Infrared (FTIR)..............................................................20

3.6.3.X-Ray Diffraction (XRD)...............................................................................21

3.7. Analisis Kebutuhan Energi.................................................................................. 22


3.7.1.Mesin Diesel.................................................................................................. 22

3.7.2.Mesin Listrik...................................................................................................22

3.8. Diagram Alir Pelaksanaan...................................................................................24


3.9. Diagram Alir Pengujian Metode Chesson (Datta, 1981)................................ 27
3.9.1.Hot Water Soluble (HWS)............................................................................27

3.9.2.Analisis Kandungan Hemiselulosa.............................................................28

3.9.3.Analisa Kandungan Selulosa...................................................................... 29

3.9.4.Analisis Kandungan Lignin.......................................................................... 30

3.10. Pengamatan dan Analisis Data....................................................................... 31


3.10.1. Parameter Pengamatan.........................................................................31

3.10.2. Analisis Data............................................................................................31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................32


4.1. Komposisi Lignoselulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit sebelum Pretreatment
32
4.2. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sesudah Pretreatment Pulsed Electric Field
dan Bleaching........................................................................................................33

xii
4.3. Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment terhadap Kandungan
Lignoselulosa.........................................................................................................35
4.3.1. Kadar Selulosa............................................................................................. 35

4.3.2. Kadar Hemiselulosa.................................................................................... 37

4.3.3. Kadar Lignin..................................................................................................40

4.4. Analisis Karakterisasi Hasil Pretreatment.......................................................... 43


4.4.1. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM-EDX)............................. 43

4.4.2. Analisis Fourier Transform Infrared (FTIR)Error! Bookmark not defined.

4.4.3. Analisis X-Ray Diffraction (XRD)...............................................................44

4.5. Pemilihan Perlakuan Terbaik............................................................................... 45


4.6. Perbandingan Perlakuan Terbaik dengan Penelitian Terdahulu................... 47
4.7. Aliran Massa Proses Pretreatment Tandan Kosong Kelapa Sawit............... 48
4.8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson.........................................................50
4.9. Analisis Kebutuhan Energi................................................................................... 52
4.9.1. Mesin Diesel................................................................................................. 53

4.9.2. Mesin Listrik..................................................................................................53

BAB V PENUTUP............................................................................................................. 58
5.1. Kesimpulan............................................................................................................ 58
5.2. Saran...................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 60
LAMPIRAN.........................................................................................................................66

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit ......................................................6


Tabel 2.2 Data Total Produksi Kelapa Sawit ..................................................................... 6
Tabel 2.3 Komposisi Penyusun TKKS ................................................................................7
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya ......................................................................................14
Tabel 3.1 Alat ........................................................................................................................15
Tabel 3.2 Bahan Penelitian ................................................................................................ 16
Tabel 3.3 Kombinasi Perlakuan .........................................................................................17
Tabel 4.1 Komposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebelum Pretreatment ............. 32
Tabel 4.2 Kadar Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah
Pretreatment ........................................................................................................ 35
Tabel 4.3 Notasi uji BNT Kuat Medan Listrik terhadap Kadar Selulosa TKKS ......... 37
Tabel 4.4 Notasi uji BNT Waktu Pretreatment terhadap Kadar Selulosa TKKS ...... 37
Tabel 4.5 Kadar Hemiselulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah
Pretreatment ........................................................................................................ 38
Tabel 4.6 Notasi uji BNT Kuat Medan Listrik terhadap Kadar Hemiselulosa TKKS 40
Tabel 4.7 Notasi uji BNT Waktu Pretreatment terhadap Kadar Hemiselulosa TKKS 40
Tabel 4.8 Kadar Lignin Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah
Pretreatement ...................................................................................................... 41
Tabel 4.9 Notasi uji BNT Kuat Medan Listrik terhadap Kadar Lignin TKKS ..............42
Tabel 4.10 Hasil Pengujian XRD ....................................................................................... 44
Tabel 4.11 Perbandingan dengan Penelitian Lain ..........................................................47

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kelapa Sawit ..................................................................................................... 5


Gambar 2.2 Tandan Kosong Kelapa Sawit ........................................................................7
Gambar 2.3 Struktur Komponen Penyusun Lignoselulosa...............................................8
Gambar 2.4 Struktur Selulosa ..............................................................................................9
Gambar 2.5 Struktur Hemiselulosa...................................................................................... 9
Gambar 2.6 Struktur Lignin ............................................................................................... 10
Gambar 2.7 Reaksi Pemutusan Ikatan Lignoselulosa menggunakan NaOH............. 11
Gambar 2.8 Mekanisme Kerja PEF................................................................................... 12
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Sampel ..............................................................24
Gambar 3.2 Diagram Alir Pretreatment dengan Pulsed Electric Field (PEF) ........... 25
Gambar 3.3 Diagram Alir Pemucatan (Bleaching) H2O2 .............................................. 26
Gambar 3.4 Diagram Alir Hot Water Soluble ................................................................. 27
Gambar 3.5 Diagram Alir Analisis Hemiselulosa ............................................................ 28
Gambar 3.6 Diagram Alir Analisis Selulosa .....................................................................29
Gambar 3.7 Diagram Alir Analisis Lignin ......................................................................... 30
Gambar 4.1 TKKS Sesudah Pretreatment PEF ..............................................................33
Gambar 4.2 TKKS Sesudah Proses Bleaching................................................................34
Gambar 4.3 Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment terdahap Kadar
Selulosa TKKS ............................................................................................. 36
Gambar 4.4 Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment terhadap Kadar
Hemiselulosa TKKS......................................................................................38
Gambar 4.5 Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment terhadap Kadar
Lignin TKKS .................................................................................................. 40
Gambar 4.6 Hasil Karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) ......................41
Gambar 4.7 Spektrum FTIR ............................................................................................... 42
Gambar 4.8 Difraktogram XRD Selulosa Sebelum dan Sesudah Pretreatment ....... 42
Gambar 4.9 Kesetimbangan Massa Perlakuan Terbaik Pretreatment PEF (Kuat
Medan 5 kV/cm selama 300 detik) ...........................................................47
Gambar 4.10 Kesetimbangan Massa Perlakuan terbaik Proses Bleaching (Kuat
Medan 5 kV/cm selama 300 detik) ............................................................47

xv
Gambar 4.11 Kesetimbangan Massa Perlakuan Terbaik Pengujian Chesson (Kuat
Medan 15 kV/cm selama 300 detik)...........................................................49

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Metode Chesson........................................................64


Lampiran 2 Penentuan Perlakuan Terbaik Menggunakan Metode Indeks Efektivitas
De Garmo et al (1984) dalam Harianti (2018).............................................. 68
Lampiran 3 ANOVA Analisis Selulosa............................................................................... 73
Lampiran 4 ANOVA Analisis Hemiselulosa...................................................................... 74
Lampiran 5 ANOVA Analisis Lignin....................................................................................75
Lampiran 6 Kesetimbangan Massa Proses Milling TKKS ............................................. 78
Lampiran 7 Kesetimbangan Massa Proses Pretreatment PEF dan Proses Bleaching
TKKS................................................................................................................... 79
Lampiran 8 Aliran Massa Pengujian Metode Chesson................................................... 81
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 90

xvii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biomassa merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan dalam


pembuatan energi terbarukan dan menjadikan biomassa sebagai sumber energi
penting bagi dunia. Biomassa dapat digunakan secara langsung maupun setelah
melalui rangakaian proses yang dikenal konversi biomassa. Biomassa dapat berasal
dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan, atau bahkan sampah.
Potensi energi biomassa di Indonesia sangat besar dikarenakan total luas areal
hutan Indonesia merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire.
Potensi energi biomassa di Indonesia diperkirakan mencapai 49.810 MW sedangkan
kapasitas yang terpasang hanya sebesar 302,4 MW atau 0,64 persen yang
dimanfaatkan. Angka tersebut diasumsikan dengan dasar kadar energi dari produksi
tahunan sekitar 200 juta ton biomassa dari residu pertanian, kehutanan, perkebunan,
dan limbah padat perkotaan (Saleh dan Bahariawan, 2018).

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan hasil samping atau limbah
yang berasal dari proses produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Pada satu
hari proses produksi minyak sawit dapat menghasilkan ratusan ton tandan kosong
kelapa sawit (Simatupang et al., 2012). Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan
(2018) total produksi kelapa sawit untuk wujud produksi berupa minyak sawit atau
crude palm oil pada tahun 2018 sebesar 40.567.230 ton dan diperkirakan total
produksi kelapa sawit pada tahun 2019 sebesar 42.869.429 ton. TKKS yang
dihasilkan dari proses produksi mencapai 22-23 persen dari tandan buah segar dan
belum dimanfaatkan secara optimal dan seringkali limbah tersebut dibuang dan
dibakar sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan (Pujiono, 2019). Sebanyak
10 persen dari limbah TKKS tersebut yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan
bakar bolier dan kompos namun masih banyak yang menjadi limbah. Komponen
yang terdapat pada TKKS dapat dimanfaatkan sebagai produk yang bernilai tinggi
yaitu selulosa. Kandungan selulosa pada TKKS mencapai 38,76 persen sehingga
TKKS berpotensi untuk dijadikan raw material untuk diambil selulosanya (Dewanti,
2018).

1
Pretreatment dikenal sebagai “jembatan” penghubung antara bahan-bahan
biomassa mentah dengan proses konversi biologi tanaman-tanaman tersebut dalam
bentuk tersedianya bahan bakar biomassa dengan mutu tinggi dan harga yang
bersaing. Peralatan pretreatment pada biomassa harus juga didesain sesuai dengan
spesifikasi biomassanya (Kong, 2010). Perlakuan awal merupakan tahapan yang
mahal dalam konversi biomassa. Tujuan perlakuan awal pada bahan TKKS yaitu
menghilangkan kandungan lignin. Perlakuan awal dapat dilakukan dengan
menggunakan proses biologi, kimia, fisika, atau termal. Perlakuan awal yang banyak
dilakukan yaitu menggunakan alkali seperti NaOH. Perlakuan awal dengan
menggunakan NaOH bertujuan untuk mengurangi kandungan lignin sehingga dapat
meningkatkan kandungan selulosa (Muryanto et al, 2016). Metode perlakuan awal
lainnya yaitu menggunakan pemaparan microwave. Pada penelitian yang dilakukan
Muslimah (2017) menggunakan pemapaan microwave selama 12 menit dengan
penambahan NaOH 1 M didapat kadar selulosa pada TKKS sebesar 58 persen.
Penggunaan metode tersebut memiliki kekurangan yaitu membutuhkan energi yang
besar apabila dilakukan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan biaya
konsumsi energi meningkat. Hal tersebut menyebabkan metode tersebut kurang
efektif apabila diterapkan dalam skala industri (Winarsih, 2016).

Teknologi Pulsed Electric Field (PEF) merupakan salah satu metode non termal
yang menggunakan kejutan listrik tegangan tinggi pada bahan yang diletakkan di
antara 2 elektroda selama beberapa detik. Tujuan penggunaan PEF adalah untuk
memperkecil kerusakan yang diakibatkan oleh pemanasan. Parameter yang harus
diperhatikan pada pengolahan dengan metode PEF adalah kekuatan kejutan listrik,
lebar pulsa, dan desain wadah pengolahan (chamber) (Hawa dan Putri, 2011).
Metode PEF mampu memperkecil kehilangan komponen kimia yang disebabkan
oleh pemanasan serta mampu meningkatkan pori-pori dinding sel, sehingga difusi
bahan keluar sel lebih cepat. Penggunaan PEF dalam waktu yang lama juga dapat
mempengaruhi membran sel. Semakin lama waktu PEF maka ketahanan pada
membran sel akan berkurang yang berakibar rusaknya membran sel (Sukardi et al,
2018). Penggunaan kuat medan listrik dengan kisaran 5-20 kV/cm dapat secara
signifikan memecah sel-sel tanaman. Dengan menerapkan pulsa listrik dengan
kekuatan medan tinggi, PEF dapat membuat kerusakan pada jaringan tanaman

2
sehingga dapat memfasilitasi masuknya asam atau enzim yang digunakan untuk
memecah sel. Bahan kimia yang tepat dapat membantu merusak dinding sel
tanaman dan pretreatment dengan PEF yang memfasilitasi proses ini . Metode PEF
memiliki keuntungan yaitu dapat dilakukan pada kondisi suhu serta tekanan yang
normal. Energi yang digunakan pada metode PEF rendah dikarenakan waktunya
singkat (Kumar et al, 2011).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah


penelitian, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh kuat medan listrik Pulsed Electric Field (PEF) terhadap
kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa pada proses pretreatment tandan
kosong kelapa sawit?
2. Bagaimana pengaruh waktu pretreatment terhadap kandungan lignin, selulosa,
dan hemiselulosa pada proses pretreatment tandan kosong kelapa sawit?
3. Bagaimana kombinasi perlakuan terbaik kuat medan listrik Pulsed Electric Field
(PEF) dan waktu pretreatment terhadap kandungan lignin, selulosa, dan
hemiselulosa tandan kosong kelapa sawit?
4. Bagaimana karakteristik bahan pada proses pretreatment tandan kosong kelapa
sawit?
5. Bagaimana biaya konsumsi energi yang dibutuhkan pada proses pretreatment
dengan metode Pulsed Electric Field (PEF)?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis pengaruh kuat medan listrik Pulsed Electric Field (PEF) terhadap
kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa pada proses pretreatment tandan
kosong kelapa sawit.
2. Menganalisis pengaruh waktu pretreatment terhadap kandungan lignin, selulosa,
dan hemiselulosa pada proses pretreatment tandan kosong kelapa sawit.

3
3. Mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik kuat medan listrik Pulsed Electric
Field (PEF) dan waktu pretreatment terhadap kandungan lignin, selulosa, dan
hemiselulosa pada tandan kosong kelapa sawit.
4. Menganalisis karakteristik bahan dengan menggunakan SEM-EDX, FTIR, dan
XRD.
5. Menganalisis biaya konsumsi energi yang dibutuhkan pada proses pretreatment
dengan metode Pulsed Electric Field (PEF).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh kuat medan listrik Pulsed Electric


Field (PEF) dan waktu pretreatment terhadap kandungan lignin, selulosa, dan
hemiselulosa tandan kosong kelapa sawit.
2. Melakukan pemanfaatan limbah pertanian tandan kosong kelapa sawit.
3. Meningkatakan nilai tambah terhadap limbah pertanian tandan kosong kelapa
sawit.
4. Meningkatkan kemurnian selulosa sehingga dapat diimplementasikan dalam
bidang yang lebih luas.

1.5. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium.


2. Variabel yang diteliti adalah kuat medan listrik Pulsed Electric Field (PEF) dan
waktu pretreatment.
3. Penelitian ini hanya menganalisis mengenai kandungan selulosa, hemiselulosa,
dan lignin pada bahan.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang


berasal dari Benua Afrika dan banyak dijumpai di hutan hujan tropis. Kelapa sawit
memegang peranan yang penting bagi perekonomian negara dikarenakan kelapa
sawit merupakan sumber penghasil minyak nabati. Umumnya negara dengan iklim
tropis yang melakukan penanaman kelapa sawit. Hal tersebut didorong oleh
tingginya potensi produktivitas kelapa sawit yang memberikan hasil tertinggi minyak
per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya (Lubis dan Widanarko, 2011).
Kelapa sawit menjadi objek yang paling diteliti dan dipelajari dari berbagai tanaman
tropis lainnya bagi sebagian besar negara-negara produsen kelapa sawit. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan tingkat dan efisiensi produksi, serta kualitas dan
jangkauan dari produk kelapa sawit (Lai et al., 2012). Kelapa sawit dapat dilihat pada
Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kelapa Sawit


(https://sumut.idntimes.com/news/sumut/prayugo-utomo-1/sumut-berperan-penting-
topang-bahan-baku-biodiesel/full)
Menurut Susilo et al (2017) tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai
berikut

Divisi : Embryophyta siphonagama


Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (Klasifikasi lama : Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis Jacq

5
Menurut Badan Pusat Statistik (2019) perkebunan kelapa sawit di Indonesia
memiliki luas perkebunan yang terus meningkat selama 5 tahun terakhir ini tetapi
terjadi penurunan pada tahun 2016. Peningkatan luas area perkebunan kelapa sawit
mencapai 2,77 sampai 10,55 persen per tahunnya namun terjadi penurunan sebesar
0,52 persen pada tahun 2016. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Data Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit


Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit
Tahun
(juta ha)
2014 10,75
2015 11,26
2016 11,20
2017 12,38
2018 12,76
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)

Area perkebunan kelapa sawit di Indonesia tersebar di 25 provinsi dan Provinsi


Riau merupakan provinsi dengan area perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia.
Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 2,21 juta hektar pada
tahun 2017 atau 17,84 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau akan diperkirakan mengalami
peningkatan pada tahun 2018 menjadi 2,32 juta hektar (Badan Pusat Statistik, 2019).
Data total produksi kelapa sawit untuk wujud produksi berupa minyak sawit atau
crude palm oil dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Data Total Produksi Kelapa Sawit


Tahun Produksi Kelapa Sawit (juta ton)
2014 29,28
2015 31,07
2016 31,49
2017 34,94
2018 36,59
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019).

6
2.2. Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan hasil samping atau limbah
yang berasal dari proses produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Pada satu
hari proses produksi minyak sawit dapat menghasilkan ratusan ton tandan kosong
kelapa sawit (Simatupang et al., 2012). Limbah dari industri minyak kelapa sawit
belum banyak dimanfaatkan dan berpotensi menyebabkan masalah lingkungan.
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mengandung selulosa yang tinggi sehingga
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol (Danu et al., 2012).
Pemanfaatan limbah TKKS saat ini hanya dipakai sebagai pupuk sehingga perlu
dilakukan upaya pemanfaatan limbah TKKS lebih lanjut menjadi produk yang lebih
bermanfaat. Jumlah limbah TKKS yang berasal dari industri kelapa sawit mencapai
22 persen sampai 25 persen dari bobot buah segar kelapa sawit (Darsono dan
Sumarti, 2014). Tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Komposisi penyusun dari TKKS dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Gambar 2.2 Tandan Kosong Kelapa Sawit


(https://www.mesinpks.com/proses-pengolahan-limbah-tandan-kosong-kelapa-sawit/)
Tabel 2.3 Komposisi Penyusun TKKS
Komposisi Kadar (%)
Kadar Air 8,56
Lignin 25,83
Hemiselulosa 23,24
Selulosa 33,25
Sumber : Dewanti, 2018

7
2.3. Lignoselulosa

Lignoselulosa yang berasal dari residu pertanian (jerami gandum, bagas tebu),
hasil hutan, dan tanaman seperti swtitchgrass merupakan sumber yang potensial
untuk menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat. Lignoselulosa terdiri dari
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan unsur
utama pada lignoselulosa yang menempati sebagian besar struktur dinding sel
tanaman (Kuila dan Sharma, 2017).

Gambar 2.3 Struktur Komponen Penyusun Lignoselulosa (Susanti dan Fibriana,


2017)
2.3.1. Selulosa

Selulosa adalah komponen utama pada struktur dinding sel tanaman yang
berperan sebagai kekuatan mekanik. Selulosa merupakan polimer linier dari molekul
D-anhydro-glucoyranose yang berikatan dengan ikatan β-1,4-glikosidik. Molekul
selulosa saling berhubungan satu sama lain membentuk ikatan serat polikristalin
(Ingle et al., 2020). Pada tanaman, struktur selulosa terdiri dari struktur kristal dan
amorf yang membentuk fibril selulosa atau bundel selulosa. Setiap bundel selulosa
terikat melalui ikatan hidrogen. Struktur selulosa erat hubungannya dengan lignin,
hemiselulosa, pati, protein dan mineral sehingga membuat selulosa sangat tahan
terhadap hidrolisis. Tingkat polimerisasi rantai selulosa di alam berkisar 10.000
sampai 15.000 unit (Bajpai, 2017). Selulosa di alam terdapat dalam bentuk
lignoselulosa yang keberadaannya sangat melimpah dan dapat diperbarui. Selulosa
memiliki harga yang murah bahkan tidak berharga karena dianggap sebagai sampah
(Hidayat et al., 2018). Struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.4.

8
Gambar 2.4 Struktur Selulosa (Bajpai, 2017).
2.3.2. Hemiselulosa

Hemiselulosa adalah polisakarida yang memiliki berat molekul lebih kecil


dibandingkan dengan selulosa. Hemiselulosa merupakan gabungan dari beberapa
polimer yang mempunyai rantai yang relatif lebih pendek dan bercabang. Komponen
penyusun dari hemiselulosa yaitu monomer xylosa, arabinosa, glukosa, manosa,
dan galaktosa yang berwujud amorf. Hemiselulosa adalah pengikat dari selulosa dan
lignin (Sari et al., 2019). Struktur hemiselulosa terdiri dari rantai gula pendek, linier,
dan bercabang. Hemiselulosa berbeda dengan selulosa yang merupakan polimer
hanya glukosa, hemiselulosa adalah hetero-polimer D-xylosa, glukosa D. D-
galaktosa, D-mannose, dan L-arabinosa (Susilo et al., 2017). Struktur hemiselulosa
dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur Hemiselulosa (Sari et al., 2019).


2.3.3. Lignin

Lignin merupakan polimer hidrokarbon kompleks yang mempunyai gugus alifatik


dan aromatis. Lignin termasuk sumber biopolimer terbesar setelah selulosa. Lignin
adalah heteropolimer aromatis yang berasal dari tiga monomer alkohol. Lignin pada
tanaman memiliki peran yang sangat penting yaitu menjaga integritas struktur
dinding sel (Nurika dan Suhartini, 2019). Selain itu, lignin juga berperan dalam

9
mengisi ruang-ruang di dinding sel antara selulosa, hemiselulosa, dan komponen
pektin. Lignin berikatan secara kovalen dengan hemiselulosa (Susanti dan Fibriana,
2017). Keberadaan lignin akan menghambat penetrasi mikroba dan menambah
kekuatan dinding sel tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan pretreatment
sehingga dapat menghancurkan lignin dan melepas polisakarida (Susilo et al., 2017).
Struktur lignin dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Struktur Lignin (Bajpai, 2017).


2.4. Alkali Pretreatment

Alkali treatment merupakan metode yang sederhana dan efisien untuk


meningkatkan serat lignoselulosa. Umumnya, dalam alkali treatment menggunakan
larutan NaOH atau KOH dalam waktu tertentu. Penggunaan larutan NaOH dalam
waktu tertentu bertujuan untuk menghilangkan senyawa non selulosa seperti lignin,
hemiselulosa, dan bahan organik lainnya. Penghilangan senyawa non selulosa
dapat mendepolimerisasi dan mengekspos kristal selulosa. Efek dari alkali treatment
pada sifat-sifat serat lignoselulosa bergantung pada kondisi treatment seperti suhu
dan konsentrasi NaOH (Kalia, 2018). Pretreatment dengan menggunakan NaOH
dari bahan lignoselulosa akan menyebabkan pembengkakan yang akan
menyebabkan peningkatan pada luas permukaan dan penurunan derajat
polimerisasi serta kristalinitas. Penggunaan NaOH lebih efektif dikarenakan memiliki
kemampuan delignifikasi yang kuat dibandingkan dengan pretreatment asam. Oleh

10
karena itu penggunaan NaOH dalam pretreatment dapat menghasilkan gula yang
tinggi terkait dengan pengurangan kadar lignin dan hemiselulosa serta peningkatan
kadar selulosa (Sudiyani et al., 2010).

Penambahan larutan alkali bertujuan untuk menghilangkan lignin dimana proses


ini dilakukan pada pH 12 atau lebih. Mekanisme hidrolisis alkali didasarkan pada
saponifikasi dari ikatan ester intermolekuler yang mengikat silang xilan hemiselulosa
dan komponen lainnya seperti lignin (Nurika dan Suhartini, 2019). Reaksi pemutusan
ikatan lignoselulosa menggunakan NaOH dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Reaksi Pemutusan Ikatan Lignoselulosa menggunakan NaOH (Fengel


dan Wegeneer, 1995)
2.5. Pulsed Electric Field

Pulsed Electric Field (PEF) merupakan metode perlakuan pendahuluan non-


termal dengan waktu pendek. Metode PEF mampu memperkecil kehilangan
komponen kimia yang disebabkan oleh pemanasan serta mampu meningkatkan
pori-pori dinding sel, sehingga difusi bahan keluar sel lebih cepat. Perlakuan PEF
dapat meningkatkan komponen metabolit intraseluler yang keluar akibat kerusakan
sel. Membran sel akan mengalami kerusakan atau lisis dikarenakan medan listrik
yang diberikan. Penggunaan PEF dalam waktu yang lama juga dapat
mempengaruhi membran sel. Semakin lama waktu PEF maka ketahanan pada
membran sel akan berkurang yang berakibat rusaknya membran sel (Sukardi et al.,
2018). Proses pretreatment dengan menggunakan PEF dapat membuat
tereksposnya kandungan selulosa dalam serat tanaman. Penggunaan kuat medan
listrik dengan kisaran 5-20 kV/cm dapat secara signifikan memecah sel-sel tanaman.

11
Penerapan pulsa listrik dengan kekuatan medan tinggi pada PEF dapat membuat
kerusakan pada jaringan tanaman sehingga dapat memfasilitasi masuknya asam
atau enzim yang digunakan untuk memecah sel. Bahan kimia yang tepat dapat
membantu merusak dinding sel tanaman dan pretreatment dengan PEF yang
memfasilitasi proses ini (Kumar et al., 2011).

Mekanisme kerja PEF adalah dengan mengantarkan pulsa denyut pendek


tegangan tinggi ke bahan di antara dua elektroda. PEF yang diberikan kepada
bahan dapat mengganggu kinerja membran sel (Fitria et al., 2018). Tegangan yang
diberikan PEF pada muatan sel akan mengalami penarikan oleh kutub positif dan
negatif. Energi besar yang diberikan PEF dapat merusak sel karena energi PEF
lebih besar dibandingkan dengan energi yang dapat ditahan oleh sel sehingga
menyebabkan pembentukan pori-pori pada membran semakin besar dan
menimbulkan kerusakan yang tidak dapat balik (Balasa, 2014). Mekanisme kerja
PEF dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Mekanisme Kerja PEF (Balasa, 2014)


2.6. Pemucatan (Bleaching) H2O2

Prinsip pemucatan (bleaching) adalah mereaksikan lignin dengan bahan


pemutih dengan tanpa merusak selulosa. Pemberian bahan pemutih yaitu untuk
meningkatkan kecerahan, memperbaiki kemurnian, dan meminimalisir terjadinya
degradasi serat selulosa. Faktor yang mempengaruhi proses bleaching adlaha
alkalinitas, suhu bleaching, konsentrasi zat pemutih, dan waktu. Zat pemutih yang
biasa digunakan sebagai agen bleaching adalah hidrogen peroksida (H2O2). Proses
ini juga bertujuan untuk mendegradasi rantai lignin yang panjang menjadi rantai
lignin yang pendek sehingga lignin akan larut (Nur’aini dan Putra, 2017).

12
H2O2 merupakan senyawa oksidator kuat sehingga dapat digunakan pada
proses pemucatan (bleaching) dan delignifikasi. H2O2 lebih mudah terurai jika
dilarutkan dalam media basa menghasilkan anion perosida dan air. Anion perosida
(HOO-) adalah spesi aktif yang dapat berperan dalam menghilangkan gugus
kromofir lignin. Anion peroksida memiliki sifat nukleofilik yang kuat sehingga gugus
etilena dan karbonil akan diserang pada molekul lignin dan diubah menjadi spesi
yang tidak mengandung kromofor. Perlakuan H2O2 dalam suasana basa juga dapat
meningkatkan pH reaksi sehingga dapat melarutkan sebagian besar hemiselulosa
(Jufrinaldi, 2018). Reaksi H2O2 dapat dilihat seperti reaksi di bawah ini

H2O2 + HO- HOO- + H2O…………………………………………….(1)


2.7. Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini menggunakan metode Pulsed Electric Field (PEF) pada


lignoselulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan menggunakan perlarut
NaOH 1,5 M serta dilanjutkan dengan proses pemucatan (bleaching) menggunakan
konsentrasi 6%. Pemilihan metode pretreatment ini bertujuan untuk menurunkan
kandungan lignin dan meningkatkan kandungan selulosa pada TKKS. Selulosa
merupakan senyawa utama yang akan ditingkatkan pada penelitian ini, sehingga
perlu proses untu mendegradasi senyawa lignin dan hemiselulosa. Oleh karena itu,
penggunaan PEF dalam pretreatment bertujuan untuk merusak membran sel
dikarenakan medan listrik yang diberikan sehingga selulosa akan terekspos keluar
(Sukardi et al., 2018). Penerapan pulsa listrik dan kekuatan medan tinggi pada PEF
dapat membuat kerusakan pada jaringan tanaman sehingga dapat memfasilitasi
masuknya bahan kimia yang digunakan untuk memecah sel. Bahan kimia yang
tepat dapat membrantu merusak dinding sel tanaman dan pretreatment dengan PEF
yang memfasilitasi proses ini (Kumar et al., 2011).

Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan metode Pulsed Electric Field
(PEF) pada bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan pelarut NaOH 1,5
M kemudian dilanjutkan dengan proses pemucatan (bleaching) dengan H2O2 6%.
Dasar penelitian ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya yang ditunjukkan
pada Tabel 2.4

13
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya
No. Judul Penelitian Nama Peneliti Keterangan
1. Pengaruh Arta Harianti (2018)  Metode pemaparan iradiasi
Praperlakuan Iradiasi gelombang mikro terbaik dengan
Gelombang Mikro dan daya 600 watt dan konsentrasi
Pemucatan Terhadap H2O2 6%
Isolasi Selulosa  Kadar selulosa sebesar
Tongkol Jagung (Zea 75,9785%
Mays L.) (Kajian Daya  Kadar hemiselulosa sebesar
dan Konsentrasi H2O2) 18,3929%
 Kadar lignin sebesar 3,0123%
2. Pengaruh Variasi Akmal Alam (2018)  Metode perlakuan terbaik pada
Ukuran Serbuk dan variasi 80 mesh dan durasi PEF
Durasi Perlakuan 90 detik
terhadap Kandungan  Kadar selulosa sebesar
Lignoselulosa Tongkol 66,4539%
Jagung pada  Kadar hemiselulosa sebesar
Pretreatment Bioetanol 25,6172%
dengan Pulsed Electric  Kadar lignin sebesar 3,5563%
Field (PEF)
3. Alkali Pretreatment Husna Hanifatul  Metode pemaparan microwave
Tandan Kosong Muslimah terbaik selama 12 menit dengan
Kelapa Sawit dengan (2017) konsentrasi NaOH 1M
Microwave Heating  Kadar selulosa sebesar 57,76%
pada Produksi  Kadar hemiselulosa sebesar
Bioetanol 18,31%
 Kadar lignin sebesar 14,98%

14
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 – November 2020, dan
dilaksanakan di.

1. Laboratorium Mekatronika Alat dan Mesin Agroindustri Fakultas Teknologi


Pertanian, Universitas Brawijaya, Kedawung Malang
2. Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,
Jalan Veteran Malang
3. Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,
Jalan Veteran Malang
4. Pertamina Research and Technology Center, Jalan Raya Bekasi, Jakarta Timur

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat

Dalam penelitian ini digunakan beberapa peralatan untuk menunjang


pelaksanaan penelitian. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Alat


No Nama Kegunaan
1. Pulsed Electric Field (PEF) Sebagai sumber kejut listrik dalam proses
pretreatment
2. Disk Mill Untuk menggiling tandan kosong kelapa sawit
3. Cabinet Dryer Untuk mengeringkan bahan
4. Ayakan 10 mesh Untuk menyeragamkan ukuran serbuk tandan
kosong kelapa sawit
5. Timbangan analitik Untuk mengukur massa bahan serbuk tandan
kosong kelapa sawit
6. Waterbath shaker Untuk merefluks bahan
7. Maffle furnace Untuk pengabuan bahan
8. pH meter Untuk mengukur pH
9. Oven Untuk mengeringkan sampel

15
10. Kompor listrik Untuk memanaskan aquades
11. Beaker glass Wadah untuk membuat larutan, wadah untuk
mencampur, dan wadah untuk memanaskan
12. Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan
13. Pipet volume Untuk mengambil larutan
14. Termometer Untuk mengukur suhu
15. Buret dan statif Untuk mentitrasi larutan
16. Lemari asam Perantara untuk memindahkan bahan kimia asam
konsentrasi tinggi
17. Desikator Untuk mendinginkan sampel
18. Spatula Untuk mengambil bahan padat
19. Pengaduk kaca Untuk mengaduk sampel
20. Kain saring Untuk menyaring sampel

3.2.2. Bahan
Dalam penelitian ini digunakan beberapa bahan untuk menunjang
pelaksanaan penelitian. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan Penelitian


No. Nama Kegunaan
1. Tandan kosong kelapa sawit Sebagai bahan perlakuan
2. NaOH Pro Analis Sebagai pelarut pada proses praperlakuan tandan
kosong kelapa sawit
3. H2O2 Pro Analis Untuk proses pemucatan (bleaching)
4. Aquades Sebagai pelarut
5. H2SO4 Pro Analis Untuk analisis kandungan selulosa dan
hemiselulosa

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pretreatment alkali dengan


NaOH 1,5 M kemudian dibantu dengan alat Pulsed Electric Field (PEF) untuk proses
pretreatment lignoselulosa tandan kosong kelapa sawit dan dilanjutkan dengan
proses pemucatan (bleaching) menggunakan H2O2 6%. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun

16
dengan 2 faktor. Faktor I merupakan kuat medan listrik yang terdiri dari 3 level dan
faktor II merupakan waktu pretreatment dengan PEF yang terdiri dari 3 level.
Kombinasi kedua faktor tersebut akan diperoleh 9 perlakuan dan dilakukan 3 kali
pengulangan sehingga akan didapatkan 27 perlakuan. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada selang kepercayaan
5% pada software SPSS. Jika data hasil analisis menunjukkan terdapat interaksi
antara kedua faktor, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
pada selang kepercayaan 5%. Variabel penelitian dan kombinasi setiap variabel
dapat dijelaskan sebagai berikut

Faktor I. Kuat Medan Listrik


A1 = 5 kV/cm
A2 = 10 kV/cm
A3 = 15 kV/cm
Faktor II. Waktu pretreatment dengan PEF
B1 = 60 detik
B2 = 180 detik
B3 = 300 detik
Berdasarkan kedua faktor tersebut maka diperoleh 9 kombinasi seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kombinasi Perlakuan


Kuat medan listrik Waktu pretreatment (B)
(A) 60 detik (B1) 180 detik (B2) 300 detik (B3)
5 kV/cm (A1) A1B1 A1B2 A1B3
10 kV/cm (A2) A2B1 A2B2 A2B3
15 kV/cm (A3) A3B1 A3B2 A3B3

3.4. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah sampel tandan kosong kelapa sawit yang langsung
diukur kadar selulosa, hemiselulosa, dan lignin menggunakan metode Chesson
tanpa diberi perlakuan dengan Pulsed Electric Field (PEF) dan pemucatan
(bleaching). Variabel kontrol digunakan sebagai pembanding hasil penelitian
kombinasi perlakuan dengan tanpa perlakuan. Variabel kontrol digunakan sebagai

17
patokan untuk menghitung persen peningkatan atau penurunan kadar selulosa,
hemiselulosa, dan lignin pada sampel tandan kosong kelapa sawit. Variabel kontrol
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan seperti jumlah pengulangan setiap
kombinasi perlakuan.
3.5. Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Pembuatan Sampel

Bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah tandan kosong kelapa
sawit yang diperoleh dari CV Pillar Gemilang Nusantara. Tandan kosong kelapa
sawit yang didapat kemudian dikeringkan dalam cabinet dryer dengan suhu 60˚C
selama 2 jam sampai kadar air ± 10%. Pengeringan tandan kosong kelapa sawit
bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga memudahkan dalam proses
penggilingan. Tandan kosong kelapa sawit yang sudah kering tersebut dilakukan
penggilingan dengan menggunakan disk mill hingga menjadi serbuk. Penyeragaman
ukuran serbuk tandan kosong kelapa sawit menggunakan ayakan 10 mesh. Serbuk
tandan kosong kelapa sawit yang lolos penyaringan 10 mesh selanjutnya akan
digunakan untuk bahan perlakuan.

3.5.2. Proses Pretreatment

Serbuk tandan kosong kelapa sawit yang telah selesai dibuat selanjutnya
dilakukan proses pretreatment dengan Pulsed Electric Field (PEF) dengan langkah-
langkah seperti ditunjukkan pada diagram alir Gambar 3.2. Serbuk tandan kosong
kelapa sawit diukur massanya untuk setiap sampel sebanyak 15 gram kemudian
dilakukan pencampuran dengan pelarut NaOH 1,5 M. Pelarut NaOH dengan
konsentrasi 1,5 M didapatkan dengan cara melarutkan kristal NaOH dengan
sejumlah aquades. Perbandingan jumlah bahan dengan pelarut yang digunakan
yaitu 1:10 sehingga untuk sampel tandan kosong kelapa sawit 15 gram
menggunakan pelarut NaOH 1,5 M sebanyak 150 ml. Campuran serbuk tandan
kosong kelapa sawit dan NaOH diletakkan dalam gelas beaker 250 ml dan
dihomogenkan dengan pengaduk kaca. Campuran tandan kosong kelapa sawit dan
NaOH yang telah homogen kemudian siap untuk diberi kejut listrik dengan kuat
medan listrik 5 kV/cm, 10 kV/cm, dan 15 kV/cm selama 60 detik, 180 detik, dan 300
detik. Menurut Kumar et al (2011) menyebutkan bahwa proses pretreatment dengan
menggunakan Pulsed Electric Field (PEF) dapat mengekspos selulosa dalam serat

18
tanaman dalam konversi biomassa. Penggunaan kuat medan listrik dengan kisaran
5-20 kV/cm dapat secara signifikan memecah sel-sel tanaman.

Proses pretreatment yang telah dilakukan selanjutnya dilakukan pencucian


sampel dengan menggunakan aquades panas ± 88 ˚C hingga pH netral.
Pengukuran pH menggunakan alat pH meter. Penetralan sampel dilakukan untuk
menghentikan kerja NaOH pada tandan kosong kelapa sawit dan penggunaan
aquades panas bertujuan untuk mempercepat penetralan pH sampel. Sampel yang
telah dicuci kemudian disaring dengan menggunakan kain saring. Padatan tandan
kosong kelapa sawit yang telah netral kemudian dikeringkan dengan menggunakan
oven dengan suhu 105 ˚C selama 24 jam sampai berat konstan. Padatan tandan
kosong kelapa sawit yang sudah kering lalu dikur rendemen dengan menggunakan
timbangan analitik untuk mengetahui hasil akhir yang didapatkan dari proses
pretreatment kemudian dilanjutkan dengan proses pemucatan (bleaching) dengan
H2O2.

3.5.3. Pemucatan (Bleaching) H2O2

Sampel hasil pretreatment dengan Pulsed Electric Field (PEF) yang telah
kering dilanjutkan dengan proses pemucatan dengan H2O2 dengan konsentrasi 6%.
Adapun langkah-langkahnya ditunjukkan pada diagram alir Gambar 3.3. Sampel
tandan kosong kelapa sawit hasil pretreatment ditimbang massanya dengan
timbangan analitik sebanyak 6 gram. Sampel tandan kosong kelapa sawit kemudian
dicampur dengan H2O2 6% dengan perbandingan bahan dan pelarut yaitu 1:10
sehingga untuk setiap sampel 3 gram, H2O2 yang digunakan sebanyak 60 ml.
Konsentrasi H2O2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6% yang didapatkan
dengan cara melarutkan H2O2 30% dengan sejumlah aquades. Campuran sampel
tandan kosong kelapa sawit dan H2O2 kemudian diletakkan dalam gelas beaker dan
dihomogenkan dengan pengaduk kaca. Campuran tersebut kemudian dilakukan
pengukuran pH dan dititrasi dengan penambahan NaOH 0,1 M hingga mencapai pH
9,0.

Campuran sampel tandan kosong kelapa sawit dan H2O2 dipanaskan dalam
waterbath dengan suhu 90-100˚C selama 4 jam. Sampel yang telah dipanaskan
kemudian didinginkan dan diukur pH setelah pemucatan dengan menggunakan pH

19
meter. Sampel yang telah diukur pH selanjutnya dilakukan penetralan dengan
aquades panas ± 88 ˚C sampai pH netral. Sampel yang telah netral kemudian
disaring dengan menggunakan kain saring. Padatan tandan kosong kelapa sawit
yang telah netral kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu
105 ˚C selama 24 jam sampai berat konstan. Padatan tandan kosong kelapa sawit
yang sudah kering lalu dikur rendemen dengan menggunakan timbangan analitik
untuk mengetahui hasil akhir yang didapatkan dari proses pretreatment dan
pemucatan. Padatan disimpan dalam plastik ziplock dan selanjutnya dianalisis
kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin kemudian dilanjutkan dengan
karakterisasi menggunakan SEM-EDX, FTIR, dan XRD.

3.6. Karakterisasi Bahan


3.6.1. Scanning Electron Microscopy (SEM-EDX)

SEM (Scanning Electron Microscopy) bertujuan untuk melihat penampakan


mikrostruktur sampel. SEM yang dilengkapi dengan EDX digunakan untuk
mengamati komposisi sampel. Sebelum proses SEM berlangsung, sampel harus
dipreparasi terlebih dahulu (Nursamsur, 2015; Siregar, 2014). Preparasi sampel
dilakukan dengan sampel dilapisi emas yang bercampur palladium dalam suatu
ruangan (vacuum evaporator) bertekanan 0,2 Torr dengan menggunakan mesin TM
3000. Selanjutnya sampel disinari dengan pancaran elektron bertenaga 20 kV pada
ruangan khusus sehingga sampel mengeluarkan elektron sekunder dan elektron
yang terpental dapat dideteksi oleh detector scientor yang diperkuat dengan suatu
rangkaian listrik yang menyebabkan timbulnya gambar CRT (Cathode Ray Tube)
selama 4 menit. Kemudian coating dengan lapisan 400 Amstrong dimasukkan ke
dalam spesimen Chamber pada mesin SEM untuk dilakukan pemotretan. Hasil
pemotretan dapat disesuaikan dengan pembesaran yang diinginkan (Gea et al.,
2019).

3.6.2. Fourier Transform Infrared (FTIR)

Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan metode analisis yang dapat


dilakukan secara langsung pada serbuk kering tanpa tahapan pemisahan terlebih
dahulu. Spektrum FTIR yang dihasilkan merupakan hasil interaksi antara senyawa-
senyawa kimia matriks sampel yang sangat kompleks (Adri, 2012). Analisis FTIR

20
dilakukan dengan cara 0,2 mg selulosa dicampur dengan 2 mg KBr dan dibentuk
menjadi pellet. Pellet dari sampel kemudian dimasukkan ke instrument FTIRt.
Hasilnya akan diperoleh spektrum puncak absorbs infra merah dari sampel berupa
plot bilangan gelombang (cm-1) dan persen transmitansi (%T) dimonitor dengan
rentang bilangan gelombang 4000-500 cm-1 (Gea et al., 2019; Nurul, 2016).

Menurut Gian (2017) pada penelitian pretreatment tandan kosong kelapa sawit,
absorpsi yang kuat dan luas berada pada daerah serapa 3355 cm-1 yang
menunjukkan gugus O-H stretching pada grup hidroksil selulosa. Gugus O-H
stretching dari hasil eksperimen ditunjukkan dengan adanya puncak 3289.17 cm-1,
3329.91 cm-1, 3327.67 cm-1 dan 3288.08 cm-1. Daerah serapan pada 2900 cm-1
adalah C-H stretching pada CH2 dari grup CH2-OH selulosa. Gugus C-H alifatik pada
pengujian FTIR ditunjukkan dengan adanya puncak 2918.57 cm-1, 2910.89 cm-1 dan
2904.75 cm-1. Hasil dari proses alkalisasi yaitu meningkatnya konsentrasi -OH,
ditunjukkan dengan adanya puncak daerah serapan antara 3300 - 3500 cm-1. Selain
itu, alkalisasi juga menghilangkan daerah serapan C=C grup lignin. Proses
bleaching bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin dari proses alkali dengan
memutus ikatan rangkap pada cincin benzene sehingga ikatan C=C berkurang,
kemudian hilang. Ion OOH- berasal dari reaksi H2O2 dan OH- dari NaOH yang
terdisosiasi. Ion OOH- bereaksi pada salah satu gugus membentuk gugus O yang
memiliki ikatan rangkap, sehingga ikatan rangkap dalam benzene hilang dan
berikatan rangkap dengan O. Hal ini menyebabkan tidak stabilnya gugus benzene.
Pada reaksi ini, ikatan rangkap C=C hilang. Gugus radikal OH• yang terlepas dari
ion OOH- yang telah bereaksi kemudian terikat bersama selulosa sehingga membuat
konsentrasi ikatan O-H pada selulosa meningkat.

3.6.3. X-Ray Diffraction (XRD)

Sinar-X merupakan suatu radiasi elektromagnetik yang mempunyai panjang


gelombang 0.1 nm. Sinar-X dihasilakan dari logam yang ditembakkan dengan
elektron yang sangat cepat dalam tabung hampa. Berkas elektron ini dipancarkan
dari katoda ke anoda. Pemanfaatan metode difraksi memegang peranan sangat
penting untuk menganalisis padatan krisal dan mengetahui ciri-ciri utama dari
struktur suatu unsur (Nursamsur, 2015). Analisis XRD α-selulosa dilakukan dengan

21
cara dipanaskan dan ditembakkan sinar X yang memiliki panjang gelombang 10-
s/d 5-10nm, berfrekuensi 1017-1020 Hz dan memiliki energi 103-106 eV (Nurul,
10

2016).

3.7. Analisis Kebutuhan Energi

Analisis kebutuhan energi perlu dianalisis dalam suatu proses pretreatment


tandan kosong kelapa sawit dengan Pulsed Electric Field (PEF). Hal ini bertujuan
untuk nantinya diterapkan dalam skala yang lebih luas. Pada penelitian ini, analisis
kebutuhan energi yang digunakan dapat diperoleh dari beberapa perhitungan dari
setiap tahap perlakuan yang meliputi:

3.7.1.Mesin Diesel

Pada proses pretreatment tandan kosong kelapa sawit, sampel tandan kosong
kelapa sawit dilakukan penggilingan dengan mesin disk mill. Disk mill merupakan
mesin penggiling yang menggunakan bahan bakar solar. Menurut Putro (2016)
kapasitas produksi dalam kilogram per jam (kg/jam) ditentukan secara kalkulasi dari
data hasil penggilingan dibagi dengan durasi. Menurut Ariwibowo (2016) penentuan
bahan bakar spesifik didasarkan pada kalkulasi jumlah bahan bakar terpakai dibagi
dengan hasil. Kalkulasi konsumsi bahan bakar spesifik dalam satuan liter per kg
(L/kg). Perhitungan penggunaan bahan bakar dalam kg bahan dengan persamaan:

�� �����
�� ���� �� = ��
………………………………………………….……….(1)

Keterangan :
BB tiap kg = Bahan bakar (liter/kg)
BB total = Bahan bakar total (liter)
KP = Kapasitas produksi (kg)
Biaya bahan bakar setiap kg penggilingan didapat dengan perhitungan:
��� ���� �� (�����ℎ) = �� ���� �� × ℎ���� ��� ����� ����� …………………..(2)
3.7.2. Mesin Listrik

Mesin listrik yang digunakan dalam proses pretreatment tandan kosong kelapa
sawit adalah penggunaan Pulsed Electric Field (PEF) dan cabinet dryer. Menurut
Adini (2012) energi yang digunakan pada alat listrik merupakan laju penggunaan

22
energi (daya) dikalikan dengan waktu selama alat tersebut digunakan. Berikut
merupakan perhitungan energi listrik:

�=� ×� …………………………………………………………………………(1)

Keterangan :
P = daya dalam watt
t = waktu dalam jam
W = energi dalam watt jam
Biaya konsumsi energi yang dibutuhkan pada mesin listrik didapat dengan
perhitungan:

����� �����ℎ = ������ (��ℎ) × ℎ���� ��� ��ℎ …………………………….(2)

23
3.8. Diagram Alir Pelaksanaan

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Sampel

24
Gambar 3.2 Diagram Alir Pretreatment dengan Pulsed Electric Field (PEF)

25
Gambar 3.3 Diagram Alir Pemucatan (Bleaching) H2O2

26
3.9. Diagram Alir Pengujian Metode Chesson (Datta, 1981)
3.9.1.Hot Water Soluble (HWS)

�−�
Hot Water Soluble (HWS) = �
× 100% (Datta, 1981)

Gambar 3.4 Diagram Alir Hot Water Soluble (HWS)

27
3.9.2.Analisis Kandungan Hemiselulosa

�−�
Kandungan Hemiselulosa = �
× 100% (Datta, 1981)

Gambar 3.5 Diagram Alir Analisis Hemiselulosa

28
3.9.3.Analisa Kandungan Selulosa

�−�
Kandungan Selulosa = �
× 100% (Datta, 1981)

Gambar 3.6 Diagram Alir Analisis Selulosa

29
3.9.4.Analisis Kandungan Lignin

�−�
Kandungan Lignin = �
× 100% (Datta, 1981)

Gambar 3.7 Diagram Alir Analisis Lignin

30
3.10. Pengamatan dan Analisis Data
3.10.1. Parameter Pengamatan

Padatan tandan kosong kelapa sawit hasil pemucatan dianalisis kandungan


selulosa, hemiselulosa, dan lignin menggunakan metode Chesson. Kemudian
dilakukan perbandingan antara analisis sesudah pemucatan dengan data sekunder
dan kontrol untuk mengetahui seberapa efektif penurunan kandungan lignin dan
hemiselulosa serta peningkatan selulosa pada proses praperlakuan dengan Pulsed
Electric Field (PEF). Karakterisasi hasil pemucatan pada tandan kosong kelapa
sawit dilakukan dengan SEM-EDX, FTIR, dan XRD. Kebutuhan energi yang
digunakan selama proses pretreatment dengan PEF dianalisa untuk mengetahui
besar biaya konsumsi energi yang dibutuhkan.

3.10.2. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance)


pada selang kepercayaan 5% pada software SPSS. Analisis data ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan nyata antar variasi perlakuan pada proses pretreatment
dengan menggunakan PEF. Jika data hasil analisis menunjukkan terdapat interaksi
antara kedua faktor, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata terkecil)
pada selang kepercayaan 5%.

31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi Lignoselulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit sebelum


Pretreatment

Tandan kosong kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
tandan kosong kelapa sawit yang sudah dibersihkan, dipotong-potong, lalu
dikeringkan dengan cabinet dryer menggunakan suhu 60 oC selama kurang lebih 2
jam sampai KA ± 10%. TKKS yang sudah dikeringkan kemudian dilakukan
penggilingan menggunakan disk mill hingga menjadi serbuk, kemudian serbuk
tersebut diayak menggunakan ayakan 10 mesh. Serbuk tandan kosong kelapa sawit
10 mesh yang digunakan pada penelitian memiliki kandungan selulosa,
hemiselulosa, dan lignin ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Komposisi tandan kosong kelapa sawit sebelum pretreatment


Komposisi Jumlah (%)
Selulosa 40,56 ± 0,009
Hemiselulosa 28,87 ± 0,02
Lignin 8,74 ± 0,002
Lain-lain 21,83
Total 100

Menurut Dewanti (2018) tandan kosong kelapa sawit tersusun atas 33,25%
selulosa, 23,24% hemiselulosa, dan 25,83% lignin. Perbedaan komposisi tandan
kosong kelapa sawit sebelum pretreatment dengan literatur disebabkan oleh
perlakuan pengeringan tandan kosong kelapa sawit sampai dengan kadar air 10%.
Menurut Dewanti (2018) karakteristik TKKS yang menjadi bahan baku juga
berpengaruh. Kandungan selulosa dari setiap TKKS dipengaruhi oleh distribusi
nutrisinya sehingga hasil selulosa yang didapatkan akan berbeda meskipun sumber
TKKS berasal dari pohon kelapa sawit yang sama.

32
4.2. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sesudah Pretreatment Pulsed Electric Field
dan Bleaching

Metode pretreatment yang digunakan pada penelitian adalah métode fisiko-


kimia dengan menerapkan kejut listrik PEF kemudian ditambahkan dengan larutan
NaOH 1,5 M lalu dilanjutkan dengan proses bleaching dengan larutan H2O2 6% pada
tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Kuat medan listrik yang digunakan yaitu 5
kV/cm, 10 kV/cm, dan 15 kV/cm selama 60 detik, 180 detik, dan 300 detik. Serbuk
TKKS yang digunakan berukuran 10 mesh sebanyak 15 gram serta 150 ml larutan
NaOH 1,5 M kemudian digunakan 6 gram hasil PEF untuk dilakukan proses
bleaching dan ditambahkan dengan 60 ml larutan H2O2 6%. Kejut listrik intensitas
tinggi yang didasarkan pada aplikasi denyut pendek pada tegangan tinggi ke bahan
yang ditempatkan di antara dua elektroda dapat mengakibatkan lisis akibat
kerusakan membran sel karena medan listrik tegangan tinggi yang diberikan pada
bahan (Dewi et al., 2019).

A B D E

C
F

G H

Gambar 4.1 TKKS sesudah pretreatment PEF


a) 5 kV/cm; 60 detik b) 5 kV/cm; 180 detik c) 5 kV/cm; 300 detik
d) 10 kV/cm; 60 detik e) 10 kV/cm; 180 detik f) 10 kV/cm; 300 detik
g) 15 kV/cm; 60 detik h) 15 kV/cm;180 detik i) 15 kV/cm; 300 detik

33
A B E F

C D

G H

Gambar 4.2 TKKS sesudah proses bleaching


a) 5 kV/cm; 60 detik b) 5 kV/cm; 180 detik c) 5 kV/cm; 300 detik
d) 10 kV/cm; 60 detik e) 10 kV/cm; 180 detik f) 10 kV/cm; 300 detik
g) 15 kV/cm; 60 detik h) 15 kV/cm;180 detik i) 15 kV/cm; 300 detik

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa bahan setelah proses pretreatment dengan


PEF mengalami perubahan warna menjadi lebih cerah. Perbedaan terlihat pada
variasi kuat medan listrik PEF, semakin besar kuat medan listrik yang diberikan
maka semakin cerah warna yang dihasilkan pada TKKS. Menurut Miftah (2019)
perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya kandungan lignin
dalam bahan sehingga membuat warna bahan hasil pretreatment menjadi lebih
cerah. Gambar 4.2 menunjukkan hasil proses bleaching pada TKKS, terlihat
semakin tinggi kuat medan listrik yang diberikan serta semakin lama durasi
pretreatment mengakibatkan TKKS memiliki warna yang lebih cerah. Hal ini
dikarenakan sampel TKKS sudah mengalami kerusakan seiring dengan kuat medan
dan waktu yang digunakan pada PEF.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan peneliti, perlu dilakukan analisis


lebih lanjut untuk mengetahui kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada
sampel TKKS. Analisis menggunakan metode Chesson untuk mengetahui pengaruh
kuat medan listrik dan waktu pretreatment pada sampel TKKS.

34
4.3. Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Waktu Pretreatment terhadap
Kandungan Lignoselulosa

4.3.1. Kadar Selulosa

Selulosa merupakan komponen terbanyak penyusun TKKS. Kadar selulosa


TKKS setelah pretreatment mengalami peningkatan seiring dengan semakin besar
kuat medan listrik dan waktu pretreatment ditunjukkan pada Tabel 4.2. Peningkatan
kadar selulosa memiliki kisaran 63-81%.

Tabel 4.2. Kadar selulosa tandan kosong kelapa sawit sebelum dan sesudah
pretreatment
Kombinasi Perlakuan
Kadar Selulosa
Kuat Medan Listrik Waktu Pretreatment Peningkatan (%)
(%)
(kV/cm) (detik)
60 69,28 70,81
5 180 71,57 76,45
300 72,53 78,82
60 66,44 63,81
10 180 67,18 65,63
300 68,14 68,00
60 70,16 72,98
15 180 73,18 80,42
300 73,60 81,46
Kadar selulosa sebelum pretreatment 40,56

Peningkatan kadar selulosa TKKS dipengaruhi oleh kuat medan listrik PEF dan
waktu pretreatment Tujuan penggunaan kejut listrik PEF serta pemberian NaOH 1,5
M dan H2O2 6% bertujuan untuk merusak struktur lignin dan hemiselulosa sehingga
dapat meningkatkan jumlah selulosa pada TKKS. Menurut Balasa (2014) energi
besar yang diberikan PEF dapat merusak sel karena energi PEF lebih besar
dibandingkan dengan energi yang dapat ditahan oleh sel sehingga menyebabkan
pembentukan pori-pori membran semakin besar dan menimbulkan kerusakan yang
tidak dapat balik. Menurut Alam (2018) proses yang terjadi dinamakan elektroporasi
yaitu permeabilitas membran sel yang disebabkan oleh gelombang pulsa listrik
sehingga terjadi pembentukan pori. Penambahan alkali bertujuan untuk
menghilangkan lignin yang didasari pada proses saponifikasi dari ikatan ester
intermolekuler yang mengikat xylan hemiselulosa dan komponen lain seperti lignin
(Nurika dan Suhartini, 2019). Proses bleaching dengan H2O2 bertujuan untuk
meningkatkan kecerahan serta memperbaiki kemurnian selulosa (Nur’aini dan Putra,

35
2017). Pengaruh kuat medan listrik dan waktu pretreatment terhadap kadar selulosa
TKKS dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pengaruh kuat medan listrik dan waktu pretreatment terhadap kadar
selulosa TKKS

Gambar 4.3 menunjukkan kadar selulosa tertinggi terdapat pada TKKS hasil
pretreatent PEF dengan kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik sebesar
73,60%. Kadar selulosa hasi pretreatment 15 kV/cm selama 300 detik mengalami
peningkatan dibandingkan dengan kontrol sebesar 81,46%.

Berdasarkan analisis ragam ANOVA (Analysis of Variance) pada Lampiran 3,


menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan kuat medan listrik dengan
waktu pretreatment. Hal tersebut ditandai dengan nilai Sig. 0,130>0,05. Namun,
secara terpisah perlakuan kuat medan listrik berpengaruh nyata terhadap kadar
selulosa TKKS dengan nilai Sig. 0,00<0,05 serta perlakuan waktu pretreatment juga
berpengaruh nyata terhadap kadar selulosa dengan nilai Sig. 0,00<0,05 sehingga
dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Menurut
Sulastri et al., (2015) uji lanjut BNT digunakan untuk mengetahui perlakuan mana
yang menunjukkan perbedaan paling signifikan. Uji lanjut BNT dilakukan apabila P
hitung atau nilai Sig < α maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata. Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji lanjut BNT yang didapat dari
software SPSS.

36
Tabel 4.3. Notasi uji BNT perlakuan kuat medan listrik terhadap kadar selulosa
TKKS
Kuat Medan Listrik Rerata (%) Notasi

10 kV/cm 67,25 a
5 kV/cm 71,12 b
15 kV/cm 72,31 c

Ket : Nilai yang tidak didampingi huruf notasi yang sama menunjukkan berbeda nyata

Tabel 4.4. Notasi uji BNT perlakuan waktu pretreatment terhadap kadar selulosa
TKKS
Waktu Pretreatment Rerata (%) Notasi

60 detik 68,62 a
180 detik 70,64 b
300 detik 71,42 c

Ket : Nilai yang tidak didampingi huruf notasi yang sama menunjukkan berbeda nyata

Tabel 4.3 menunjukkan terjadi perbedaan nyata antara kuat medan listrik 5
kV/cm, 10 kV/cm, dan 15 kV/cm terhadap kadar selulosa TKKS. Perbedaan nyata
ditunjukkan dari huruf notasi yang berbeda antara perlakuan kuat medan listrik.
Tabel 4.4 menunjukkan terjadi perbedaan nyata antara waktu pretreatment 60 detik,
180 detik, dan 300 detik terhadap kadar selulosa TKKS. Perbedaan nyata
ditunjukkan dari huruf notasi yang berbeda antara perlakuan waktu pretreatement.

4.3.2. Kadar Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan senyawa penyusun dinding sel tumbuhan bersama


dengan selulosa dan lignin. Kadar hemiselulosa TKKS setelah pretreatment
mengalami penurunan seiring dengan besarnya kuat medan listrik dan waktu
pretreatment. Kadar hemiselulosa TKKS sesudah pretreatment dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Penurunan kadar hemiselulosa pada TKKS memiliki kisaran 17-45%.

37
Tabel 4.5. Kadar hemiselulosa tandan kosong kelapa sawit sebelum dan sesudah
pretreatment
Kombinasi Perlakuan
Kadar Hemiselulosa
Kuat Medan Listrik Waktu Pretreatment Penurunan (%)
(%)
(kV/cm) (detik)
60 20,80 27,95
5 180 18,32 36,54
300 18,90 34,53
60 23,84 17,42
10 180 22,78 21,09
300 21,12 26,84
60 19,73 31,66
15 180 15,79 45,31
300 16,72 42,09

Kadar hemiselulosa sebelum pretreatment 28,87

Berdasarkan Tabel 4.5 penurunan kadar hemiselulosa tertinggi terdapat pada


perlakuan kuat medan listrik 15 kV/cm selama 180 detik. Besar penurunan kadar
hemiselulosa sebesar 45,31%. Penurunan kadar hemiselulosa pada setiap
perlakuan menunjukkan bahwa variasi kuat medan listrik PEF dan waktu
pretreatment mampu menguraikan hemiselulosa sehingga dapat meningkatkan
kadar selulosa TKKS. Pengaruh kuat medan listrik dan waktu pretreatment terhadap
kadar hemiselulosa TKKS dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pengaruh kuat medan listrik dan waktu pretreatment terhadap kadar
hemiselulosa TKKS

38
Gambar 4.4 menunjukkan kadar hemiselulosa terendah pada bahan TKKS
terdapat pada variasi kuat medan listrik 15 kV/cm selama 180 detik yaitu sebesar
15,79%. Kadar hemiselulosa mengalami penurunan dibandingkan dengan bahan
sebelum pretreatment (kontrol) yaitu sebesar 45,31%. Pada variasi kuat medan
listrik 5 kV/cm, kadar hemiselulosa mengalami fluktuasi yaitu sebesar 20,80%,
18,32%, dan 18,90% pada waktu pretreatment 60 detik, 180 detik, dan 300 detik.
Pada variasi kuat medan listrik 10 kV/cm, kadar hemiselulosa mengalami penurunan
menjadi 23,84%, 22,78%, dan 21,12% pada waktu pretreatment 60 detik, 180 detik,
dan 300 detik. Pada variasi kuat medan listrik 15 kV/cm, kadar hemiselulosa
mengalami fluktuasi yaitu sebesar 19,73%, 15,79%, dan 16,72% pada waktu
pretreatment 60 detik, 180 detik, dan 300 detik. Kadar hemiselulosa pada setiap
perlakuan mengalami penurunan dibandingkan dengan bahan TKKS sebelum
pretreatment (kontrol) sehingga membuktikan bahwa variasi kuat medan listrik PEF
dan waktu pretreatment mampu menguraikan hemiselulosa pada TKKS.
Hemiselulosa merupakan polisakarida yang memiliki berat molekul lebih kecil
dibandingkan dengan selulosa sehingga dapat terdegradasi lebih dahulu.
Hemiselulosa berperan sebagai pengikat dari selulosa dan lignin (Sari et al., 2019).

Berdasarkan analisis ragam ANOVA (Analysis of Variance) pada Lampiran 4,


menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan kuat medan listrik dengan
waktu pretreatment. Hal tersebut ditandai dengan nilai Sig. 0,99>0,05. Namun,
secara terpisah perlakuan kuat medan listrik berpengaruh nyata terhadap kadar
hemiselulosa TKKS dengan nilai Sig. 0,00<0,05 serta perlakuan waktu pretreatment
juga berpengaruh nyata terhadap kadar hemiselulosa dengan nilai Sig. 0,00<0,05
sehingga dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji lanjut BNT yang didapat dari software
SPSS.

39
Tabel 4.6. Notasi uji BNT perlakuan kuat medan listrik terhadap kadar hemiselulosa
TKKS
Kuat Medan Listrik Rerata (%) Notasi

15 kV/cm 17,42 a
5 kV/cm 22,01 b
10 kV/cm 22,58 c

Ket : Nilai yang tidak didampingi huruf notasi yang sama menunjukkan berbeda nyata

Tabel 4.7. Notasi uji BNT perlakuan kuat medan listrik terhadap kadar hemiselulosa
TKKS
Waktu Pretreatment Rerata (%) Notasi

300 detik 18,92 a


180 detik 18,96 a
60 detik 21,46 b

Ket : Nilai yang tidak didampingi huruf notasi yang sama menunjukkan berbeda nyata
Tabel 4.6 menunjukkan terjadi perbedaan nyata antara kuat medan listrik 5
kV/cm, 10 kV/cm, dan 15 kV/cm terhadap kadar hemiselulosa TKKS. Perbedaan
nyata ditunjukkan dari huruf notasi yang berbeda antara perlakuan kuat medan listrik.
Tabel 4.7 menunjukkan terjadi perbedaan nyata antara waktu pretreatment 300 detik
dengan 60 detik dan waktu pretreatment 180 detik dengan 60 detik terhadap kadar
hemiselulosa TKKS yang ditandai dengan perbedaan huruf notasi sedangkan waktu
pretreatment 300 detik dengan 180 detik tidak terjadi perbedaan nyata terhadap
kadar hemiselulosa yang ditandai dengan huruf notasi yang sama.

4.3.3. Kadar Lignin

Lignin merupakan polimer hidrokarbon kompleks yang berperan dalam mengisi


ruang-ruang di dinding sel antara selulosa, hemiselulosa, dan komponen pektin
sehingga dapat menambah kekuatan dinding sel tanaman (Susanti dan Fibriana,
2017). Kadar lignin TKKS sesudah pretreatment ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Penurunan kadar lignin pada TKKS memiliki kisaran 49-64%.

40
Tabel 4.8. Kadar lignin tandan kosong kelapa sawit sebelum dan sesudah
pretreatment
Kombinasi Perlakuan
Kuat Medan Listrik Waktu Pretreatment Kadar Lignin (%) Penurunan (%)
(kV/cm) (detik)
60 3,62 58,58
5 180 3,90 55,38
300 3,16 63,84
60 3,72 57,44
10 180 4,41 49,54
300 4,06 53,55
60 3,15 63,96
15 180 3,55 59,38
300 3,13 64,19
Kadar lignin sebelum pretreatment 8,74

Berdasarkan Tabel 4.8 penurunan kadar lignin tertinggi terdapat pada perlakuan
kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik. Besar penurunan kadar lignin sebesar
64,19%. Penurunan kadar lignin pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa variasi
kuat medan listrik PEF dan waktu pretreatment mampu mendegradasi lignin
sehingga dapat meningkatkan kadar selulosa TKKS. Pengaruh kuat medan listrik
dan waktu pretreatment terhadap kadar lignin TKKS dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Pengaruh kuat medan listrik dan waktu pretreatment terhadap kadar
lignin TKKS

Gambar 4.5 menunjukkan kadar lignin terendah pada bahan TKKS terdapat
pada variasi kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik yaitu sebesar 3,13%.

41
Kadar lignin mengalami penurunan dibandingkan dengan bahan sebelum
pretreatment (kontrol) yaitu sebesar 64,19%. Pada variasi kuat medan listrik 5 kV/cm,
kadar lignin mengalami fluktuasi yaitu sebesar 3,62%, 3,90%, dan 3,16% pada
waktu pretreatment 60 detik, 180 detik, dan 300 detik. Pada variasi kuat medan
listrik 10 kV/cm, kadar lignin juga mengalami fluktuasi yaitu sebesar 3,72%, 4,41%,
dan 4,06% pada waktu pretreatment 60 detik, 180 detik, dan 300 detik. Pada variasi
kuat medan listrik 15 kV/cm, kadar lignin mengalami fluktuasi yaitu sebesar 3,15%,
3,55%, dan 3,13% pada waktu pretreatment 60 detik, 180 detik, dan 300 detik.
Kadar lignin pada setiap perlakuan mengalami penurunan dibandingkan dengan
bahan TKKS sebelum pretreatment (kontrol) sehingga membuktikan bahwa variasi
kuat medan listrik PEF dan waktu pretreatment mampu mendegradasi lignin pada
TKKS.

Berdasarkan analisis ragam ANOVA (Analysis of Variance) pada Lampiran 5,


menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan kuat medan listrik dengan
waktu pretreatment. Hal tersebut ditandai dengan nilai Sig. 0,702>0,05. Namun,
secara terpisah perlakuan kuat medan listrik berpengaruh nyata terhadap kadar
lignin TKKS dengan nilai Sig. 0,008<0,05 sedangkan perlakuan waktu pretreatment
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lignin dengan nilai Sig. 0,072>0,05.
Perlakuan kuat medan listrik dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji BNT (Beda
Nyata Terkecil). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji lanjut BNT yang didapat dari
software SPSS.

Tabel 4.9. Notasi uji BNT perlakuan kuat medan listrik terhadap kadar lignin TKKS
Kuat Medan Listrik Rerata (%) Notasi

15 kV/cm 3,28 a
5 kV/cm 3,56 a
10 kV/cm 4,07 b

Ket : Nilai yang tidak didampingi huruf notasi yang sama menunjukkan berbeda nyata
Tabel 4.9 menunjukkan terjadi perbedaan nyata antara kuat medan listrik 15
kV/cm dengan 10 kV/cm dan kuat medan listrik 5 kV/cm dengan 10 kV/cm terhadap
kadar lignin TKKS yang ditandai dengan perbedaan huruf notasi sedangkan kuat
medan 15 kV/cm dengan 5 kV/cm tidak terjadi perbedaan nyata terhadap kadar
lignin yang ditandai dengan huruf notasi yang sama.

42
4.4. Analisis Karakterisasi Hasil Pretreatment

4.4.1. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM-EDX)

Hasil karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) tandan kosong kelapa


sawit sebelum dan sesudah pretreatment ditunjukkan pada Gambar 4.6. TKKS
sesudah pretreatment menggunakan sampel hasil terbaik dari pretreatment
menggunakan Pulsed Electric Field (PEF) dengan kuat medan listrik 15 kV/cm
selama 300 detik disertai proses bleaching. Perbesaran yang digunakan pada
karakterisasi SEM adalah 1000x untuk masing-masing sampel. Gambar 4.6
menunjukan perbandingan morfologi dari TKKS sebelum dan sesudah pretreatment.
Perubahan ukuran pori-pori terjadi pada sampel sebelum dan sesudah pretreatment.
Pori-pori pada sampel sebelum pretreatment tidak terlihat dikarenakan ukurannya
yang sangat kecil sedangkan pori-pori sampel sesudah pretreatment jelas terlihat.
Ukuran pori-pori TKKS hasil pretreatment membesar dikarenakan efek dari proses
pretreatment menggunakan PEF. Menurut Balasa (2014) energi besar yang
diberikan PEF dapat merusak sel karena energi PEF lebih besar dibandingkan
dengan energi yang dapat ditahan oleh sel sehingga menyebabkan pembentukan
pori-pori membran semakin besar.

A B

Gambar 4.6 Hasil karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM)


A) sebelum pretreatment B) sesudah pretreatment

43
4.4.2. Analisis X-Ray Diffraction (XRD)

Analisis X-Ray Diffraction (XRD) bertujuan untuk mengetahui derajat kristalinitas


dari TKKS sebelum dan sesudah pretreatment. TKKS sebelum pretreatment
merupakan sampel TKKS yang tidak diberikan perlakuan (kontrol) sedangkan TKKS
sesudah pretreatment menggunakan sampel hasil terbaik dari pretreatment
menggunakan Pulsed Electric Field (PEF) dengan kuat medan listrik 15 kV/cm
selama 300 detik disertai proses bleaching. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel
4.10.

Gambar 4.8 Difraktogram XRD selulosa TKKS sebelum (kontrol) dan sesudah
(perlakuan terbaik) pretreatment

Tabel 4.10. Hasil pengujian XRD


Sampel Indeks Kristalinitas (%)
TKKS Kontrol 64,13
TKKS 15 kV/cm; 300 detik 76,63

Nilai intensitas di sekitar 2θ = 13,3 - 17,3° menunjukkan amorphous peak dan


nilai intensitas di sekitar 2θ = 18,4 - 25,6° menunjukkan kristal dari TKKS (Kristiani et
al., 2015). Nilai kristalinitas dari selulosa dapat ditentukan dengan menggunakan
perhitungan sebagai berikut (Miftah, 2019).

I 2  I am
Ic =  100 % …………………………..……………………………………(1)
I 2

44
dimana: Ic = tingkat kristalinitas, I2θ = peak pada 2θ= 13,3 - 17,3°, dan Iam = peak
pada 2θ= 18,4 - 25,6°.

Berdasarkan Tabel 4.10 terjadi peningkatan indeks kristalinitas TKKS sebelum


dan sesudah pretreatment. Indeks kristalinitas TKKS sebelum pretreatment (kontrol)
sebesar 64,13% sedangkan indeks kristalinitas TKKS sesudah pretreatment sebesar
76,63%. Menurut Kristiani et al (2015) peningkatan derajat kristalinitas TKKS
dikarenakan hilangnya fraksi amorf akibat dari penggunaan bahan kimia pada
proses pretreatment sehingga dapat meningkatkan derajat kristalinitas selulosa.
Menurut Setiawati et al (2015) semakin kristalin selulosa tersebut maka strukturnya
akan semakin teratur.

4.5. Pemilihan Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan dengan menggunakan metode indeks


efektivitas De Garmo. Tahap pertama yang dilakukan merupakan pemberian skor
antara 0-1 pada parameter. Parameter yang paling penting memiliki nilai skor yang
semakin besar. Pada penelitian ini, parameter selulosa diberi nilai 1, hemiselulosa
0,9, dan lignin 0,8 kemudian dilakukan perhitungan bobot nilai (BN) pada setiap
parameter. Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai efektivitas (NE), apabila
kadar selulosa semakin tinggi maka semakin baik serta apabila kadar hemiselulosa
dan lignin semakin rendah maka semakin baik dan sebaliknya. Tahap selanjutnya
adalah menghitung nilai produk (NP) dengan mengalikan bobot nilai (BN) dengan
nilai efektivitas (NE). Perhitungan pemilihan perlakuan terbaik dengan metode
indeks efektivitas De Garmo dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil perhitungan pemilihan perlakuan terbaik berdasarkan metode indeks


efektivitas De Garmo didapat perlakuan terbaik pada perlakuan kuat medan listrik
sebesar 15 kV/cm selama 300 detik. Pada perlakuan tersebut dihasilkan kadar
selulosa TKKS sebesar 73,60%, kadar hemiselulosa 16,72%, dan kadar lignin
3,13%. TKKS sebelum pretreatment (kontrol) memiliki kadar selulosa sebesar
40,56%, kadar hemiselulosa 28,87%, dan kadar lignin 8,74%. Jika dibandingkan
dengan kontrol, perlakuan kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik dapat
meningkatkan kadar selulosa dengan persen peningkatan sebesar 81,46%,
menurunkan kadar hemiselulosa dengan persen penurunan sebesar 42,09%, serta

45
menurunkan kadar lignin dengan persen penurunan sebesar 64,19%. Berdasarkan
perhitungan pemilihan perlakuan terbaik tersebut ditetapkan bahwa perlakuan
terbaik terdapat pada kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik.

46
4.6. Perbandingan Perlakuan Terbaik dengan Penelitian Terdahulu
Tabel 4.11 Perbandingan dengan penelitian lain
Selulosa Lignin
Bahan Perlakuan
Kadar (%) Peningkatan (%) Kadar (%) Penurunan (%)
TKKS
Pemanasan dalam larutan NaOH 1 M
(Sutikno et 55,81 12,16 1,49 93,35
pada suhu 121℃ selama 15 menit
al., 2015)
TKKS
Perendaman dalam larutan NaOH 10%
(Kayati et al., 55,25 56,96 20,38 9,32
pada suhu 90℃ selama 2 jam
2016)
TKKS
Perendaman dalam larutan NaOH
(Fuadi dan
17,5% pada suhu 100℃ selama 120 66,42 67,73 18,49 8,29
Pranoto,
menit
2016)
TKKS
Pemaparan microwave selama 12 menit
(Muslimah, 57,76 113,93 14,98 16,78
dengan konsentrasi NaOH 1M
2017)

TKKS Pemberian Pulsed Electric Field (PEF)


dengan kuat medan listrik 15 kV/cm
(Hasil selama 300 detik pada larutan serbuk 73,60 81,46 3,13 64,19
penelitian) TKKS 10 mesh dan NaOH 1,5 M
dilanjutkan bleaching H2O2 6%

47
Tabel 4.11 menunjukkan perbandingan hasil penelitian pretreatment TKKS
terbaik menggunakan Pulsed Electric Field (PEF) dengan berbagai metode
penelitian lainnya. Hasil penelitian terbaik diperoleh dari variasi kuat medan listrik 15
kV/cm selama 300 detik. Kadar selulosa yang dihasilkan sebesar 73,60% dan kadar
lignin yang tersisa sebesar 3,13%. Pada setiap penelitian menghasilkan peningkatan
selulosa dan penurunan lignin yang berbeda. Penerapan PEF dengan kuat medan
listrik 15 kV/cm selama 300 detik dalam larutan NaOH 1,5 M dan dilanjutkan dengan
bleaching H2O2 6% mampu meningkatkan kadar selulosa sehingga memperoleh
kadar selulosa paling tinggi dibandingkan dengan metode pretreatment lainnya.
Penelitian yang dilakukan Sutikno et al (2015), Kayati et al (2016), dan Fuadi (2016)
hanya menggunakan metode pretreatment kimia dengan perendaman TKKS dengan
larutan NaOH sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode pretreatment
fisiko-kimia dengan menggunakan PEF ditambahkan dengan larutan NaOH 1,5 M
dan dilanjutkan dengan bleaching H2O2 6%. Kadar selulosa yang dihasilkan dengan
metode PEF lebih besar dibandingkan dengan metode perendaman larutan NaOH
sehingga membuktikan bahwa pemberian kejut listrik PEF berpengaruh dalam
meningkatkan kadar selulosa. Penerapan kejut listrik dengan kekuatan medan tinggi
dapat membuat kerusakan pada jaringan tanaman sehingga dapat memfasilitasi
masuknya larutan NaOH dan H2O2. Pada penelitian Muslimah (2017) dilakukan
pretreatment dengan pemaparan TKKS dengan microwave selama 12 menit
menggunakan konsentrasi NaOH 1 M sedangkan pada penelitian menggunakan
kuat medan listrik PEF dengan larutan NaOH 1,5 M dilanjutkan dengan bleaching
H2O2. Perbedaan konsentrasi NaOH yang digunakan dan penambahan proses
bleaching juga dapat mempengaruhi kadar selulosa sehingga kadar selulosa pada
penelitian mempunyai nilai yang lebih besar. Penambahan proses bleaching pada
penelitian ini berhasil meningkatkan kadar selulosa dan menurunkan kadar lignin
TKKS. Tujuan penambahan proses bleaching adalah untuk mendegradasi sisa lignin
dan hemiselulosa pada TKKS serta meningkatkan kecerahan TKKS.

4.7. Aliran Massa Proses Pretreatment Tandan Kosong Kelapa Sawit

Kesetimbangan massa pada suatu proses merupakan cara untuk mengetahui


jumlah bahan yang masuk, hasil samping proses, dan produk yang dihasilkan.
Proses pretreatment dengan Pulsed Electric Field (PEF) menggunakan sampel

48
TKKS sebanyak 15 gram serta pada proses bleaching menggunakan sampel TKKS
hasil pretreatment PEF. Kesetimbangan massa perlakuan terbaik pada pretreatment
PEF dengan kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik dilanjutkan dengan
proses bleaching dengan H2O2 6% dapat dilihat pada Gambar 4.9.

(d)
(a) (b)
5,9780 gr
15,0000 gr 8,8512 gr
Pulsed Electric Field 39,85%
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,1488 gr 2,8732 gr
40,99% 19,15%

Gambar 4.9 Kesetimbangan massa perlakuan terbaik pretreatment PEF dilanjutkan


proses bleaching (kuat medan 5 kV/cm selama 300 detik)

Gambar 4.9 menunjukkan kesetimbangan massa TKKS selama proses


pretreatment dengan menggunakan PEF. Sampel TKKS yang digunakan sebanyak
15,0000 gram (a) kemudian ditambahkan dengan 150 ml larutan NaOH 1,5 M.
Proses pretreatment menggunakan kuat medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik.
Sampel hasil pretreatment kemudian dilakukan penetralan dengan aquades dengan
suhu ± 88℃ sampai pH netral lalu disaring dan dikeringkan dengan oven pada suhu
105 ℃ sampai berat konstan. Sampel yang sudah kering kemudian ditimbang dan
didapatkan berat b sebesar 8,8512 gram. Susut berat (weight loss) pada proses
pretreatment PEF sebesar 6,1488 gram atau 40,99% dari berat sampel awal yang
disimbolkan dengan huruf c. Nilai c didapatkan dengan cara menghitung selisih
antara nilai (a) dan (b).

Sampel TKKS hasil pretreatement PEF sebesar 8,8512 gram (b) kemudian
dibleaching menggunakan larutan H2O2 6% lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai
pH 9. Proses bleaching menggunakan waterbath dengan suhu 100℃ selama 4 jam.
Sampel hasil bleaching kemudian dilakukan penetralan dengan aquades dengan
suhu ± 88℃ sampai pH netral lalu disaring dan dikeringkan dengan oven pada suhu
105℃ sampai berat konstan. Sampel yang sudah kering kemudian ditimbang dan

49
didapatkan berat d sebesar 5,9780 gram atau 39,85% dari berat sampel awal. Susut
berat (weight loss) sebesar 2,8732 gram atau 19,15% dari berat sampel awal yang
disimbolkan dengan huruf e. Nilai e didapatkan dengan cara menghitung selisih
antara nilai (b) dan (d).

Pembuktian kesetimbangan massa sudah benar dilakukan dengan cara


menjumlahkan hasil samping berupa c, e, dan produk akhir (d). Hasil penjumlahan c,
e, dan (d) adalah 15,0000 gram sehingga menunjukkan nilai yang sama dengan
jumalah sampel yang ditreatment. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kesetimbangan
massa karena jumlah input sama dengan jumlah output. Aliran kesetimbangan
massa proses pretreatment PEF dan bleaching pada perlakuan lainnya dapat dilihat
pada Lampiran 7.

4.8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson

Kesetimbangan massa pada suatu proses merupakan cara untuk mengetahui


jumlah bahan yang masuk, hasil samping proses, dan produk yang dihasilkan. Pada
penelitian ini digunakan kesetimbangan massa digunakan untuk mengetahui jumlah
selulosa, hemiselulosa, lignin dan material lain dalam ± 1 gram sampel uji.
Kesetimbangan massa perlakuan terbaik yaitu pada kuat medan listrik 15 kV/cm
selama 300 detik dapat dilihat pada Gambar 4.10
P = 0,0635 gr Q = 0,1672 gr

(a) (b)
1,0000 gr 0,9365 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7693 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0020 gr 0,0333 gr

S = 0,0313 gr R = 0,736 gr
Gambar 4.10 Kesetimbangan massa perlakuan terbaik pengujian Chesson (kuat
medan 5 kV/cm selama 300 detik)

50
Komponen penyusun TKKS terdiri atas selulosa, hemiselulosa, lignin, abu, dan
senyawa lain yang larut dalam air. Data hasil pengujian metode Chesson pada
Gambar 4.10 menunjukkan jumlah (a), (b), (c), (d), dan (e) serta kadar selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan senyawa lain yang larut dalam air. Pengujian tahap
pertama yaitu melarutkan senyawa dalam air panas (hot water soluble) dengan cara
merendam sampel TKKS sebanyak 1,0000 gram (a) dalam 150 ml aquades.
Campuran tersebut kemudian dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu
100 ℃ selama 1 jam. Sampel yang telah diwaterbath kemudian disaring dan
dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ℃ sampai berat konstan. Sampel yang
sudah kering kemudian ditimbang dan didapatkan berat b sebesar 0,9365 gram.
Susut berat (weight loss) sebesar 0,0635 gram yang disimbolkan dengan huruf P.
Nilai P didapatkan dengan cara menghitung selisih antara nilai (a) dan (b). dan
menunjukkan terdapat 0,0635 gram senyawa yang larut dalam air panas di dalam
1,0000 gram sampel yang diuji.

Pengujian tahap kedua yaitu menguji kadar hemiselulosa dengan cara


menyampurkan sampel 0,9365 gram (b) dengan 150 ml H2SO4 0,5 M kemudian
dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 100 ℃ selama 1 jam. Sampel
yang telah diwaterbath kemudian dilakukan pencucian menggunakan aquadest
dengan suhu ± 88 ℃ sampai pH netral lalu disaring dan dikeringkan dengan oven
pada suhu 105 ℃ sampai berat konstan. Sampel yang sudah kering kemudian
ditimbang dan didapatkan berat c sebesar 0,7693 gram. Susut berat (weight loss)
sebesar 0,1672 gram yang disimbolkan dengan huruf Q. Nilai Q didapatkan dengan
cara menghitung selisih antara nilai (b) dan (c). Nilai Q menunjukkan terdapat
0,1672 gram hemiselulosa dalam 1,0000 gram sampel yang diuji. Pengujian kadar
hemiselulosa menggunakan H2SO4 0,5 M (asam encer) dikarenakan hemiselulosa
memiliki sifat mudah larut dalam asam dan basa sehingga bertujuan untuk
mendegradasi hemiselulosa.

Pengujian tahap ketiga dilakukan untuk menguji kadar selulosa dengan cara
mencampurkan 0,7693 gram (c) dengan 10 ml H2SO4 72% dan didiamkan selama 4
jam. Setelah 4 jam, dilakukan penambahan 150 ml H2SO4 0,5 M dan dipanaskan
menggunakan waterbath dengan suhu 100 ℃ selama 1 jam. Sampel yang telah

51
diwaterbath kemudian dilakukan pencucian menggunakan aquadest dengan suhu ±
88℃ sampai pH netral lalu disaring dan dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ℃
sampai berat konstan. Sampel yang sudah kering kemudian ditimbang dan
didapatkan berat d sebesar 0,0333 gram. Susut berat (weight loss) sebesar 0,736
gram yang disimbolkan dengan huruf R. Nilai R didapatkan dengan cara mengihtung
selisih antara nilai (c) dan (d). Nilai R menunjukkan terdapat 0,736gram selulosa
dalam 1,0000 gram sampel yang diuji. Penggunaan H2SO4 72% (asam pekat) dalam
pengujian kadar selulosa dikarenakan selulosa memiliki sifat hanya dapat larut
dalam asam pekat. Penggunaan waterbath dalam pemanasan bertujuan untuk
mempercepat reaksi.

Pengujian tahap keempat dilakukan untuk menguji kadar lignin dengan cara
pengabuat 0,0333 gram (d) menggunakan maffle furnace pada suhu 600℃ selama
6 jam. Setelah proses pengabuat selesai, sampel ditimbang dan didapatkan berat e
sebesar 0,0020 gram. Nilai e menunjukkan 0,0020 gram abu dalam 1,0000 gram
sampel yang diuji. Susut berat (weight loss) sebesar 0,0313 gram yang disimbolkan
dengan huruf S. Nilai S didapatkan dengan cara menghitung selisih nilai (d) dan (e).
Nilai S menunjukkan terdapat 0,0313 gram lignin dalam 1,0000 gram sampel yang
diuji. Pembuktian kesetimbangan massa sudah benar dilakukan dengan cara
menjumlahkan hasil samping berupa P, Q, R, S dan produk akhir berupa abu (e).
Hasil penjumlahan P, Q, R, S, dan (e) adalah 1,0000 gram sehingga menunjukkan
nilai yang sama dengan jumlah sampel yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
kesetimbangan massa karena jumlah input sama dengan jumlah output. Aliran
kesetimbangan massa pengujian metode Chesson pada perlakuan lainnya dapat
dilihat pada Lampiran 8.

4.9. Analisis Kebutuhan Energi

Analisis kebutuhan energi perlu dianalisis pada proses pretreatment tandan


kosong kelapa sawit dengan metode Pulsed Electric Field (PEF). Analisis tersebut
bertujuan untuk mengetahui konsumsi energi yang dibutuhkan pada proses
pretreatment dan dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar. Pada penelitian ini,
analisis kebutuhan energi diperoleh dari beberapa perhitungan dari setiap tahapan
perlakuan yang meliputi:

52
4.9.1. Mesin Diesel

Pada proses pengecilan ukuran sampel tandan kosong kelapa sawit menjadi 10
mesh dilakukan dengan mesin disk mill berbahan bakar solar. Menurut Putro (2016)
kapasitas produksi dalam kilogram per jam (kg/jam) ditentukan secara kalkulasi dari
data hasil penggilingan dibagi dengan durasi. Menurut Ariwibowo (2016) penentuan
bahan bakar spesifik didasarkan pada kalkulasi jumlah bahan bakar terpakai dibagi
dengan hasil. Kalkulasi konsumsi bahan bakar spesifik dalam satuan liter per kg
(L/kg). Perhitungan penggunaan bahan bakar dalam kg bahan dengan persamaan:

BB total
BB tiap kg = …………………………………………………………….(1)
KP
Keterangan :
BB tiap kg = bahan bakar (liter/kg)
BB total = bahan bakar total (liter)
KP = kapasitas produksi (kg)
Perhitungan dari persamaan tersebut adalah:

1 liter
BB tiap kg =
2,04 kg
= 0,49 liter/kg
1 liter solar = Rp 9400
Biaya = 0,49 liter x Rp 9400
= Rp 4606
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan pengecilan ukuran sampel TKKS 10 mesh sebanyak 1
kilogram adalah sebesar Rp 4606

4.9.2. Mesin Listrik

Mesin listrik yang digunakan dalam proses pretreatment tandan kosong kelapa
sawit terdiri dari Pulsed Electric Field (PEF), cabinet dryer, dan waterbath. Pulsed
Electric Field (PEF) digunakan dalam proses pretreatment fisika-kimia, cabinet dryer
digunakan untuk mengeringkan sampel TKKS sampai kadar air 10%, dan waterbath
digunakan pada proses bleaching.

53
a. Pulsed Electric Field (PEF)

Menurut Alam (2018) perhitungan kebutuhan energi dari PEF meliputi:

 Perhitungan energi per pulsa (En) dengan persamaan:

t1

En (t1 )   W (t )dt ………………………………………………………………….(1)


0

W (t )  v(t )  I (t ) …………………..………………………………………………(2)

 Perhitungan energi per volume bahan atau energi masukan spesifik (ED) (KJ/L)
dengan persamaan:

En(t1 ) N p
ED 
Vol ………………………………………………………………..…(3)

Keterangan :
v = Tegangan output = 26,4 kV
I = Kuat arus = 10,6 A
Np = Jumlah pulsa
Vol = Volume larutan atau sampel
= 150 mL + 15 gram serbuk TKKS
= 165 mL
F = Frekuensi = 7,813 kHz
t1 = Lebar pulsa = 66 μ
Perhitungan dari persamaan tersebut ialah:

 En (66 μ) = 26,4 kV x 10,6 A x 66 μ


= 18469,44 mJ
= 18,47 Joule
 Np = Lama pretreatment x frekuensi
= 300 detik x 7,813 kHz
= 2343,9 pulsa

54
En (t1 ) Np
 ED =
Vol
18,47 Joule  2343,9 pulsa
=
0,165liter
= 262374,74 J/L
= 262,37 KJ/L

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa untuk melakukan


proses pretreatment PEF pada perlakuan terbaik 15 kV/cm selama 300 detik
dibutuhkan energi sebesar 262,37 KJ/L. Menurut Adini (2012) biaya konsumsi energi
yang dibutuhkan pada mesin listrik didapat dengan perhitungan:

W = P x t ……………………………………………………………………………….(4)

Keterangan :
P = daya dalam watt
t = waktu dalam jam
W = energi dalam watt jam
Biaya (Rupiah) = Energi (kWh) x harga per kWh ……………………………..(5)

Perhitungan dari persamaan tersebut ialah:

E
P =
t
262,37 KJ
=
300 detik
= 0,87 kW
W =P x t
1
= 0,87 kW x jam
12
= 0,07 kWh
Biaya (Rupiah) = Energi (kWh) x harga per kWh
= 0,07 kWh x Rp 1380
= Rp 96,6

55
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa untuk melakukan
proses pretreatment PEF pada perlakuan terbaik 15 kV/cm selama 300 detik
membutuhkan biaya Rp 96,6.

b. Cabinet Dryer
Alat cabinet dryer digunakan untuk mengeringkan sampel TKKS sampai kadar
air 10%. Cabinet dryer terdiri dari motor dan heater dengan kapasitas 5 kg. Proses
pengeringan TKKS sampai kadar air 10% membutuhkan waktu selama 2 jam
sehingga kebutuhan energi dari cabinet dryer adalah sebagai berikut:

 Motor
W =P x t
= 0,22 kW x 2 jam
= 0,44 kWh
 Heater
W =P xt
= 2 kW x 2 jam
= 4 kWh
W cabinet dryer = W motor + W heater
= 0,44 kWh + 4 kWh
= 4,44 kWh
Biaya (Rupiah) = Energi (kWh) x harga per kWh
= 4,44 kWh x Rp 1380
= Rp 6127,2
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa untuk melakukan
proses pengeringan sampel TKKS sampai kadar air 10% dengan cabinet dryer
membutuhkan biaya Rp 6127,2 per 5 kilogram TKKS atau Rp 1225,44 per 1
kilogram TKKS.

c. Waterbath
Waterbath digunakan untuk proses bleaching sampel TKKS. Daya yang dimiliki
oleh alat waterbath sebesar 1,7 kW dengan kapasitas 2 liter dan waktu proses

56
bleaching selama 4 jam. Perhitungan kebutuhan energi pada waterbath adalah
sebagai berikut:

W =P x t
= 1,7 kW x 4 jam
= 6,8 kWh
Biaya (Rupiah) = Energi (kWh) x harga per kWh
= 6,8 kWh x Rp 1380
= Rp 9384
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa untuk melakukan
proses bleaching sampel TKKS dengan waterbath membutuhkan biaya sebesar Rp
9384 per 2 liter sampel TKKS atau Rp 4692 per 1 liter sampel TKKS.

Total biaya yang diperlukan untuk proses pretreatment pada mesin listrik
berjumlah Rp 6014,04 per 1 kilogram sampel TKKS sedangkan biaya yang
dibutuhkan pada mesin diesel sebesar Rp 4606 per 1 kilogram sampel TKKS
sehingga total biaya yang dbutuhkan pada proses pretreatment TKKS dengan
Pulsed Electric Field (PEF) dilanjutkan dengan proses bleaching membutuhkan
biaya sebesar Rp 10620,04 per 1 kilogram bahan TKKS.

57
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

1. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan kuat medan listrik 15 kV/cm dan waktu
pretreatment selama 300 detik dengan kadar selulosa sebesar 73,60%, kadar
hemiselulosa sebesar 16,72%, dan kadar lignin sebesar 3,13%. Perlakuan kuat
medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik mampu meningkatkan kadar selulosa
sebesar 81,46%, menurunkan kadar hemiselulosa sebesar 42,09%, dan
menurunkan kadar lignin sebesar 64,19%.
2. Analisis ragam ANOVA (Analysis of Variance) pada selang kepercayaan 5%
menggunakan software SPSS menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara
perlakuan kuat medan listrik dan waktu pretreatment kadar lignoselulosa TKKS
yang ditandai dengan nilai Sig.>0,05. Namun, secara terpisah perlakuan kuat
medan listrik berpengaruh nyata terhadap kadar selulosa, hemiselulosa, dan lignin
TKKS dengan nilai Sig.<0,05 sedangkan waktu pretreatment hanya berpengaruh
nyata terhadap kadar selulosa dan hemiselulosa ditandai dengan nilai Sig.<0,05.
3. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan bahwa terjadi perubahan
ukuran pori-pori TKKS sebelum dan sesudah pretreatment kemudian untuk hasil
karakterisasi XRD menunjukkan peningkatan derajat kristalinitas pada TKKS hasil
pretreatment.
4. Total biaya konsumsi energi yang dibutuhkan untuk proses pretreatment tandan
kosong kelapa sawit menggunakan Pulsed Electric Field (PEF) dengan kuat
medan listrik 15 kV/cm selama 300 detik adalah sebesar Rp 10620,04 per 1
kilogram sampel TKKS.
5.2. Saran
1. Konsesntrasi NaOH dapat divariasiasikan lebih tinggi karena memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kadar selulosa.

2. Konsentrasi H2O2 dapat divariasikan lebih tinggi karena memiliki kemampuan


untuk meningkatkan kadar selulosa.

58
3. Waktu pretreatment dapat divariasikan lebih lama karena memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kadar selulosa.

59
DAFTAR PUSTAKA

Adini, G. D. 2012. Analisis Potensi Pemborosan Konsumsi Energi Listrik pada


Gedung Kelas Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.
Depok

Adri, A. 2012. Pola Spektrum Inframerah Transformasi Fourier untuk


Identifikasi Karagenan dengan Metode Analisis Komponen Utama. Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Alam, A. 2018. Pengaruh Variasi Serbuk dan Durasi Perlakuan terhadap


Kandungan Lignoselulosa Tongkol Jagung pada Pretreatment Bioetanol
dengan Pulsed Electric Field (PEF). Universitas Brawijaya. Malang

Ariwibowo, D. 2016. Karakteristik Alat Penepung Disc Mill FFC-XX untuk


Penepungan Tongkol Jagung Kering. Jurnal Teknik Mesin Vol. 18 No. 3

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2018. Badan Pusat
statistik. Jakarta

Bajpai, P. 2017. Single Cell Protein Production from Lignocellulosic Biomass.


Springer. Kanpur

Balasa, A. 2014. Pulsed Electric Field Induced Stress in Plant System.


Technischen Universitat Berlin. Berlin

Danu, S., Harsojo., Darsono., M. S. Kardha., Marsongko., dan Oktaviani. 2012.


Electron Beam Degradation of Oil Palm Empty Fruit Bunch. International
Journal of Environment and Bioenergy 3(3) : 168-179

Darsono dan M. Sumarti. 2014. Pembuatan Bioetanol dari Lignoselulosa Tandan


Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Perlakuan Awal Iradiasi Berkas
Elektron dan NaOH. Jurnal Kimia Kemasan Vol. 36 No.2 : 245-252

Datta, A., A. Betterman., dan T.K. Kirk. 1981. Identification of Specific Manganese
Peroxide among Ligninolytic Enzymes Secreted by Phanerochaete

60
Chrysosporium during Wood Decay. Appl. Environ. Microbiol Vol.57 No. 5:
1453-1460

Dewanti, D. P. 2018. Potensi Selulosa dari Limbah Tandan Kosong Kelapa


Sawit untuk Bahan Baku Bioplastik Ramah Lingkungan. Jurnal Teknologi
Lingkungan Vol. 19 No.1

Dewi, S. R., N. Sumami., N. Izza., dan A. W. Putranto. 2019. Studi Variasi Kuat
Medan Listrik PEF dan Metode Pengeringan Bahan terhadap Senyawa
Antioksidan Ekstrak Daun Torbangun (Coleus amboinicus L.) Jurnal
Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 1: 91-98

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit


Indonesia 2017-2019. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta

Fengel, D., dan Wegeneer. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.


Terjemahan oleh Sastrohamidjojo, H. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Fitria, M. W., W. D . R. Putri., dan J. M. Maligan. 2018. Peran Kejut Listrik dan
Temperatur Sebagai Elisitor dalam Meningkatkan Kandungan Senyawa
Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan pada Kedelai (Glycine max). Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 6 No. 4: 18-25

Gea, S., I. D. Agrista., dan C. F. Zuhra. 2019. Sintesis Nanoserat Selulosa dari
Tandan Kosong Sawit (Tks) dengan Menggunakan Metode Tetramethyl
Piperidine 1 Oxyl (TEMPO). Jurnal Science and Technology Vol. 2 No. 1

Gian, A., M. Farid., dan H. Ardhyananta. 2017. Isolasi Selulosa dari Serat Tandan
Kosong Kelapa Sawit untuk Nano Filler Komposit Absorpsi Suara: Analisis
FTIR. Jurnal Teknik ITS Vol. 6 No. 2

Harianti, A. 2018. Pengaruh Praperlakuan Iradiasi Gelombang Mikro dan


Pemucatan terhadap Isolasi Selulosa Tongkol Jagung (Zea mays L.)
(Kajian Daya dan Konsentrasi H2O2). Universitas Brawijaya. Malang

61
Hawa, L. C dan R. I. Putri. 2011. Penerapan Pulsed Electric Field Pada
Pasteurisasi Sari Buah Apel Varietas Ana: Kajian Karakteristik Nilai Gizi,
Sifat Fisik, Sifat Kimiawi, dan Mikroba Total. Jurnal Agritech Vol. 31 No.4

Hidayat, N., I. Meitiniarti., S. Setyahadi., U. Pato., E. Susanti., M. C. Padaga., A. K.


Wardani., dan U. Purwandari. 2018. Mikrobiologi Industri Pertanian. UB
Press. Malang

Ingle, A. P., A. K. Chandel., dan S. S. Da Silva. 2020. Lignocellulosic Biorefining


Technologies. Wiley. New Jersey

Jufrinaldi. 2018. Isolasi Selulosa dari Bagas Tebu Melalui Pemanasan Iradiasi
Gelombang Mikro. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM Vol. 2 No. 2

Kalia, S. 2018. Lignocellulosic Composite Materials. Springer. Dehradun

Kong, G. T. 2010. Peran Biomassa bagi Energi Terbarukan. PT Elex Media


Komputindo. Jakarta

Kristiani, A., N. Effendi., Y. Aristiawan., F. Aulia., dan Y. Sudiyani. 2015. Effect of


Combining Chemical and Irradiation Pretreatment Process to
Characteristic of Oil Palm’s Empty Fruit Bunches as Raw Material for
Second Generation Bioethanol. Energy Procedia 68 (2015): 195-204

Kuila, A dan V. Sharma. 2017. Lignocellulosic Biomass Production and


Industrial Applications. Wiley. New Jersey

Kumar, P., D. M. Barret., M. J. Delwiche., dan P. Stroeve. 2011. Pulsed Electric


Field Pretreatment of Switchgrass and Wood Chip Species for Biofuel
Production. Industrial and Engineering Chemistry Research Vol 50 : 10996-
11001

Lai, O.M., C. P. Tan., dan C. C Akoh. 2012. Palm Oil : Production, Processing,
Characterization, and Uses. AOCS Press. Urbana

Lubis, R. E dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. PT AgroMedia


Pustaka. Jakarta

62
Mesinpks.com. 2016. Proses Pengolahan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Diakses dari https://www.mesinpks.com/proses-pengolahan-limbah-tandan-
kosong-kelapa-sawit/, pada tanggal 4 Februari 2020 pukul 18.00 WIB

Miftah. A. K. 2019. Aplikasi Pretreatment Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan


Penambahan CO2 sebagai Agen Impregnasi pada Steam Explosion dan
Alkali Explosion pada Produksi Bioetanol. Universitas Brawijaya. Malang

Muryanto., Y. Sudiyani., dan H. Abimanyu. 2016. Optimasi Proses Perlakuan Awal


NaOH Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk menjadi Bioetanol. Jurnal Kimia
Terapan Indonesia 18(1) : 27-35

Nur’aini, E dan S. S. H. Putra. 2017. Produksi Microcrystalline Cellulose dari


Limbah Serbuk Gergaji Kayu Sengon melalui Proses Sonikasi dan
Hidrotermal. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Nurika, I dan S. Suhartini. 2019. Bioenergi dan Biorefinery. UB Press. Malang

Nursamsur, D. A. 2015. Karakteristik Struktur Mikro Lapisan NiCoCrAlY pada


Substrat Hastelloy C-276. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Nurul, T. 2016. Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Karakterisasi α-Selulosa dari


Tandan Kosong Sawit (TKS). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Pujiono, R. 2019 Pengaruh Penambahan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)


Bekas Media Jamur Merang Terhadap Kualitas Pupuk Organitrofos.
Universitas Lampung. Bandar Lampung

Putro, S. 2016. Analisis Kebutuhan Energi Proses Penggilingan Kedelai


dengan Penggerak Mesin Diesel dan Motor Listrik pada Industri Tahu.
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1

Saleh, A dan A. Bahariawan. 2018. Energi & Elektrifikasi Pertanian. Deepublish.


Yogyakarta

Sari, P. D., W. A. Putri., dan D. Hanum. 2019. Delignifikasi Bahan Lignoselulosa:


Pemanfaatan Limbah Pertanian. Qiara Media. Pasuruan

63
Setiawati, S., B. Sitorus., dan M. B. Malino. 2015. Sintesis dan Karakterisasi
Komposit Karet Alam dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Variasi
Massa Selulosa . JKK Vol. 4(3) tahun 2015: 65-72

Simatupang, H., A. Nata., dan N. Herlina. 2012. Studi Isolasi dan Rendemen
Lignin dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Jurnal Teknik Kimia USU
Vol. 1 No. 1 (2012)

Siregar, H. A. 2014. Sintesis Scaffold Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang


Hijau dengan Matriks Natrium Alginat dan Selulosa Bakteri Nata De Coco.
Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sudiyani, Y., K. C. Sembiring., H. Hendarsyah., dan S. Alawiyah. 2010. Alkaline


Pretreatment and Enzymatic Saccharification of Oil Palm Empty Fruit
Bunch Fiber for Ethanol Production. Jurnal Menara Perkebunan 78(2) :70-74

Sukardi., Rizka, N., dan M. H. Pulungan. 2018. Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga
Mawar dengan Metode Pelarut Menguap Menggunakan Perlakuan PEF
(Pulsed Electric Field). Indonesian Journal of Essential Oil Vol. 3 No.1 : 26-36

Sulastri, E., S. Mariani., dan Mashuri. 2015. Studi Perbedaan Keefektivan


Pembelajaran LC-5E dan CIRC terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika. Jurnal Matematika Kreatif Inovatif 6 (1): 26-32

Sumut.idntimes.com. 2019. Sumut Berperan Penting Topang Bahan Baku


Biodiesel. Diakses dari https://sumut.idntimes.com/news/sumut/prayugo-utomo-
1/sumut-berperan-penting-topang-bahan-baku-biodiesel/full, pada tanggal 4
Februari 2020 pukul 17.00 WIB

Susanti, R dan F. Fibriana. 2017. Teknologi Enzim. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Susilo, B., R. Damayanti., dan N. Izza. 2017. Teknik Bioenergi. UB Press. Malang

Sutikno., Marniza., dan M. F. Yanti. 2015. Pengaruh Perlakuan Asam Basa dan
Asam terhadap Kadar Gula Reduksi Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal
Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Vol.20 No. 1 Maret 2015

64
Winarsih, Sri. 2016. Pengarun Konsentrasi NaOH dan Lama Pemaparan
Microwave Terhadap Kandungan Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin
Tongkol Jagung. Universitas Muhammadiyah. Malang

65
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Pengujian Metode Chesson


Pengulangan 1
Kuat Medan Waktu A B C D E HWS Hemiselulosa Selulosa Lignin
Listrik (kV/cm) (detik) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) (%)

Kontrol 1,0000 0,7841 0,4934 0,0873 0,0005 21,5900 29,0700 40,6100 8,6800
60 1,0002 0,9326 0,7308 0,0417 0,0010 6,7586 20,1760 68,8962 4,0692
5 180 1,0002 0,9384 0,7615 0,0352 0,0013 6,1788 17,6865 72,6155 3,3893
300 1,0000 0,9532 0,7572 0,0384 0,0006 4,6800 19,6000 71,8800 3,7800
60 1,0000 0,9395 0,7014 0,0375 0,0010 6,0500 23,8100 66,3900 3,6500
10 180 1,0001 0,9470 0,7176 0,0408 0,0009 5,3095 22,9377 67,6732 3,9896
300 1,0002 0,9375 0,7311 0,0426 0,0013 6,2687 20,6359 68,8362 4,1292
60 1,0000 0,9361 0,7381 0,0344 0,0011 6,3900 19,8000 70,3700 3,3300
15 180 1,0000 0,9244 0,7729 0,0340 0,0015 7,5600 15,1500 73,8900 3,2500
300 1,0000 0,9281 0,7766 0,0383 0,0020 7,1900 15,1500 73,8300 3,6300

66
Lampiran 1. Data Hasil Pengujian Metode Chesson (lanjutan)
Pengulangan 2
Kuat Medan Waktu A B C D E HWS Hemiselulosa Selulosa Lignin
Listrik (kV/cm) (detik) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) (%)

Kontrol 1,0000 0,7904 0,4827 0,0861 0,0002 20,9600 30,7700 39,6600 8,5900
60 1,0001 0,9443 0,7258 0,0301 0,0010 5,5794 21,8478 69,5630 2,9097
5 180 1,0001 0,9456 0,7527 0,0393 0,0010 5,4495 19,2881 71,3329 3,8296
300 1,0001 0,9451 0,7461 0,0299 0,0009 5,4995 19,8980 71,6128 2,8997
60 1,0002 0,9417 0,6991 0,0417 0,0004 5,8488 24,2551 65,7269 4,1292
10 180 1,0002 0,9435 0,7277 0,0507 0,0014 5,6689 21,5757 67,6865 4,9290
300 1,0000 0,9343 0,7231 0,0464 0,0010 6,5700 21,1200 67,6700 4,5400
60 1,0000 0,9301 0,7292 0,0306 0,0007 6,9900 20,0900 69,8600 2,9900
15 180 1,0000 0,9338 0,7634 0,0343 0,0012 6,6200 17,0400 72,9100 3,3100
300 1,0000 0,9386 0,7625 0,0303 0,0012 6,1400 17,6100 73,2200 2,9100

67
Lampiran 1. Data Hasil Pengujian Metode Chesson (lanjutan)
Pengulangan 3
Kuat Medan Waktu A B C D E HWS Hemiselulosa Selulosa Lignin
Listrik (kV/cm) (detik) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) (%)

Kontrol 1,0000 0,7716 0,5039 0,0897 0,0001 22,8400 26,7700 41,4200 8,9600
60 1,0002 0,9373 0,7334 0,0396 0,0007 6,2887 20,3859 69,3661 3,8892
5 180 1,0001 0,9341 0,7541 0,0464 0,0017 6,5993 17,9982 70,7629 4,4696
300 1,0000 0,9411 0,7690 0,0281 0,0002 5,8900 17,2100 74,0900 2,7900
60 1,0000 0,9411 0,7067 0,0347 0,0008 5,8900 23,4400 67,2000 3,3900
10 180 1,0002 0,9443 0,7061 0,0441 0,0009 5,5889 23,8152 66,1868 4,3191
300 1,0001 0,9316 0,7154 0,0363 0,0011 6,8493 21,6178 67,9032 3,5196
60 1,0000 0,9277 0,7346 0,0321 0,0009 7,2300 19,3100 70,2500 3,1200
15 180 1,0000 0,9219 0,7701 0,0428 0,0018 7,8100 15,1800 72,7300 4,1000
300 1,0000 0,9428 0,7687 0,0312 0,0028 5,7200 17,4100 73,7500 2,8400

68
Lampiran 1. Data Hasil Pengujian Metode Chesson (lanjutan)
Rata-rata dari 3 Pengulangan
Kuat Medan Waktu A B C D E HWS Hemiselulosa Selulosa Lignin
Listrik (kV/cm) (detik) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) (%)

Kontrol 1,0000 0,7820 0,4933 0,0877 0,0003 21,7967 28,8700 40,5633 8,7433
60 1,0002 0,9381 0,7300 0,0371 0,0009 6,2089 20,8032 69,2751 3,6227
5 180 1,0001 0,9394 0,7561 0,0403 0,0013 6,0759 18,3242 71,5704 3,8962
300 1,0000 0,9465 0,7574 0,0321 0,0006 5,3565 18,9027 72,5276 3,1566
60 1,0001 0,9408 0,7024 0,0380 0,0007 5,9296 23,8350 66,4390 3,7231
10 180 1,0002 0,9449 0,7171 0,0452 0,0011 5,5224 22,7762 67,1822 4,4126
300 1,0001 0,9345 0,7232 0,0418 0,0011 6,5627 21,1246 68,1365 4,0629
60 1,0000 0,9313 0,7340 0,0324 0,0009 6,8700 19,7333 70,1600 3,1467
15 180 1,0000 0,9267 0,7688 0,0370 0,0015 7,3300 15,7900 73,1767 3,5533
300 1,0000 0,9365 0,7693 0,0333 0,0020 6,3500 16,7233 73,6000 3,1267

69
Lampiran 2. Penentuan Perlakuan Terbaik Menggunakan Metode indeks
Efektivitas De Garmo et al (1984) dalam Harianti (2018)

a. Scoring Parameter (0-1)


Selulosa 1
Hemiselulosa 0,9
Lignin 0,8
Jumlah 2,7

b. Menghitung Bobot Nilai (BN)

1
BN selulosa = = 0,37
2,7

0,9
BN hemiselulosa = = 0,33
2,7

0,8
BN lignin = = 0,30
2,7

c. Menghitung Nilai Efektivitas (NE)


Selulosa : Semakin tinggi kadar selulosa maka semakin baik dan sebaliknya
Hemiselulosa : Semakin rendah kadar hemiselulosa maka semakin baik dan
sebaliknya
Lignin : Semakin rendah kadar lignin maka semakin baik dan sebaliknya
:
����� ���������−����� ��������
NE =
����� �������−����� ��������

d. Menghitung Nilai Produk (NP)


NP = BN × NE

70
Lampiran 2. Penentuan Perlakuan Terbaik Menggunakan Metode indeks Efektivitas De Garmo et al (1984) dalam
Harianti (2018) (lanjutan)

Selulosa
Pengulangan (%) Rata-rata
Kuat Medan Waktu
Perlakuan Selulosa Sorting NE BN NP
Listrik (kV/cm) (detik) 1 2 3
(%)
60 A1B1 68,8962 69,5630 69,3661 69,2751 73,6000 0,40 0,37 0,15
5 180 A1B2 72,6155 71,3329 70,7629 71,5704 73,1767 0,72 0,37 0,27
300 A1B3 71,8800 71,6128 74,0900 72,5267 72,5267 0,85 0,37 0,31
60 A2B1 66,3900 65,7269 67,2000 66,4390 71,5704 0,00 0,37 0,00
10 180 A2B2 67,6732 67,6865 66,1868 67,1822 70,1600 0,10 0,37 0,04
300 A2B3 68,8362 67,6700 67,9032 68,1365 69,2751 0,24 0,37 0,09
60 A3B1 70,3700 69,8600 70,2500 70,1600 68,1365 0,52 0,37 0,19
15 180 A3B2 73,8900 72,9100 72,7300 73,1767 67,1822 0,94 0,37 0,35
300 A3B3 73,8300 73,2200 73,7500 73,6000 66,4390 1,00 0,37 0,37

71
Lampiran 2. Penentuan Perlakuan Terbaik Menggunakan Metode indeks Efektivitas De Garmo et al (1984) dalam
Harianti (2018) (lanjutan)

Hemiselulosa
Pengulangan (%) Rata-rata
Kuat Medan Waktu
Perlakuan Hemiselulosa Sorting NE BN NP
Listrik (kV/cm) (detik) 1 2 3
(%)
60 A1B1 20,1760 21,8478 20,3859 20,8032 15,7900 0,38 0,33 0,13
5 180 A1B2 17,6865 19,2881 17,9982 18,3242 16,7233 0,68 0,33 0,22
300 A1B3 19,6000 19,8980 17,2100 18,9027 18,3242 0,61 0,33 0,20
60 A2B1 23,8100 24,2551 23,4400 23,8350 18,9027 0,00 0,33 0,00
10 180 A2B2 22,9377 21,5757 23,8152 22,7762 19,7333 0,13 0,33 0,04
300 A2B3 20,6359 21,1200 21,6178 21,1246 20,8032 0,34 0,33 0,11
60 A3B1 19,8000 20,0900 19,3100 19,7333 21,1246 0,51 0,33 0,17
15 180 A3B2 15,1500 17,0400 15,1800 15,7900 22,7762 1,00 0,33 0,33
300 A3B3 15,1500 17,6100 17,4100 16,7233 23,8350 0,88 0,33 0,29

72
Lampiran 2. Penentuan Perlakuan Terbaik Menggunakan Metode indeks Efektivitas De Garmo et al (1984) dalam
Harianti (2018) (lanjutan)

Lignin
Pengulangan (%) Rata-rata
Kuat Medan Waktu
Perlakuan Lignin Sorting NE BN NP
Listrik (kV/cm) (detik) 1 2 3
(%)
60 A1B1 4,0692 2,9097 3,8892 3,6227 3,1267 0,61 0,30 0,18
5 180 A1B2 3,3893 3,8296 4,4696 3,8962 3,1467 0,40 0,30 0,12
300 A1B3 3,7800 2,8997 2,7900 3,1566 3,1566 0,98 0,30 0,30
60 A2B1 3,6500 4,1292 3,3900 3,7231 3,5533 0,54 0,30 0,16
10 180 A2B2 3,9896 4,9290 4,3191 4,4126 3,6227 0,00 0,30 0,00
300 A2B3 4,1292 4,5400 3,5196 4,0629 3,7231 0,27 0,30 0,08
60 A3B1 3,3300 2,9900 3,1200 3,1467 3,8962 0,98 0,30 0,30
15 180 A3B2 3,2500 3,3100 4,1000 3,5533 4,0629 0,67 0,30 0,20
300 A3B3 3,6300 2,9100 2,8400 3,1267 4,4126 1,00 0,30 0,30

73
Lampiran 2. Penentuan Perlakuan Terbaik Menggunakan Metode indeks Efektivitas De Garmo et al (1984) dalam
Harianti (2018) (lanjutan)

Kuat Medan Listrik NP NP NP


Waktu (detik) Perlakuan Jumlah
(kV/cm) Selulosa Hemiselulosa Lignin
60 A1B1 0,15 0,13 0,18 0,46
5 180 A1B2 0,27 0,22 0,12 0,61
300 A1B3 0,31 0,20 0,30 0,81
60 A2B1 0,00 0,00 0,16 0,16
10 180 A2B2 0,04 0,04 0,00 0,08 TERBURUK
300 A2B3 0,09 0,11 0,08 0,28
60 A3B1 0,19 0,17 0,30 0,66
15 180 A3B2 0,35 0,33 0,20 0,88
300 A3B3 0,37 0,29 0,30 0,96 TERBAIK

74
Lampiran 3. ANOVA Analisis
Selulosa

75
Lampiran 4. ANOVA Analisis Hemiselulosa

76
Lampiran 5. ANOVA Analisis Lignin

77
Lampiran 6. Kesetimbangan Massa Proses Milling TKKS

(a) (b)

2,23 kg 2,04 kg
Disk Mill

(c)
0,19 kg

78
Lampiran 7. Kesetimbangan Massa Proses Pretreatment PEF dan Proses
Bleaching TKKS

a) Perlakuan Kuat Medan Listrik 5 kV/cm selama 60 detik

(a) (b) (d)


15,0006 gr Pulsed Electric Field 7,9941 gr 6,0894 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
7,0065 gr 1,9047 gr

b) Perlakuan Kuat Medan Listrik 5 kV/cm selama 180 detik

(a) (b) (d)


15,0006 gr Pulsed Electric Field 8,3411 gr 6,3914 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,6595 gr 1,9497 gr

c) Perlakuan Kuat Medan Listrik 5 kV/cm selama 300 detik

(a) (b) (d)


15,0003 gr Pulsed Electric Field 7,9931 gr 5,9455 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
7,0072 gr 2,0476gr

d) Perlakuan Kuat Medan Listrik 10 kV/cm selama 60 detik

(a) (b) (d)


15,0002 gr Pulsed Electric Field 8,4383 gr 5,8118 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,5619 gr 2,6265 gr

79
Lampiran 7. Kesetimbangan Massa Proses Pretreatment PEF dan Proses
Bleaching TKKS (lanjutan)

e) Perlakuan Kuat Medan Listrik 10 kV/cm selama 180 detik

(a) (b) (d)


15,0001 gr Pulsed Electric Field 8,2379 gr 5,4934 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,7622 gr 2,7445 gr

f) Perlakuan Kuat Medan Listrik 10 kV/cm selama 300 detik

(a) (b) (d)


15,0002 gr Pulsed Electric Field 8,3505 gr 4,8506 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,6497 gr 3,4999 gr

g) Perlakuan Kuat Medan Listrik 15 kV/cm selama 60 detik

(a) (b) (d)


15,0001 gr Pulsed Electric Field 8,8847 gr 6,0117 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,1154 gr 2,8730 gr

h) Perlakuan Kuat Medan Listrik 15 kV/cm selama 180 detik

(a) (b) (d)


15,0000 gr Pulsed Electric Field 8,9082 gr 5,5927 gr
Bleaching
(PEF)

(c) (e)
6,0918 gr 3,3155 gr

80
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson

Kontrol
P = 0,218 gr Q = 0,2887 gr

(a) (b)
1,0000 gr 0,7820 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,4933 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0003 gr 0,0877 gr

S = 0,0874 gr R = 0,4056 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,218 gram senyawa yang larut dalam air panas di
dalam 1,0000 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,2887 gram hemiselulosa dalam 1,0000 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,4056 gram selulosa dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0874 gram lignin dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0003 gram abu dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

81
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A1B1 (Kuat medan 5 kV/cm selama 60 detik)

P = 0,0621 gr Q = 0,2081 gr

(a) (b)
1,0002 gr 0,9381 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7300 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0009 gr 0,0371 gr

S = 0,0362 gr R = 0,6929 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0621 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0002 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,2081 gram hemiselulosa dalam 1,0002 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,6929 gram selulosa dalam 1,0002 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0362 gram lignin dalam 1,0002 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0009 gram abu dalam 1,0002 gram sampel
yang diuji.

82
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A1B2 (Kuat medan 5 kV/cm selama 180 detik)

P = 0,0607 gr Q = 0,1833 gr

(a) (b)
1,0001 gr 0,9394 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7561 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0013 gr 0,0403 gr

S = 0,039 gr R = 0,7158 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0607 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0001 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,1833 gram hemiselulosa dalam 1,0001 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,7158 gram selulosa dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,039 gram lignin dalam 1,0001 gram sampel yang
diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0013 gram abu dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

83
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A1B3 (Kuat medan 5 kV/cm selama 300 detik)

P = 0,0535 gr Q = 0,1891 gr

(a) (b)
1,0000 gr 0,9465 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7574 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0006 gr 0,0321 gr

S = 0,0315 gr R = 0,7253 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0535 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0000 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,1891 gram hemiselulosa dalam 1,0000 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,7253 ram selulosa dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0315 gram lignin dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0006 gram abu dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

84
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A2B1 (Kuat medan 10 kV/cm selama 60 detik)

P = 0,0593 gr Q = 0,2384 gr

(a) (b)
1,0001 gr 0,9408 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7024 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0007 gr 0,0380 gr

S = 0,0373 gr R = 0,6644 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0593 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0001 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,2384 gram hemiselulosa dalam 1,0001 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,6644 gram selulosa dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0373 gram lignin dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0007 gram abu dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

85
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A2B2 (Kuat medan 10 kV/cm selama 180 detik)

P = 0,0553 gr Q = 0,2278 gr

(a) (b)
1,0002 gr 0,9449 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7171 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0011 gr 0,0452 gr

S = 0,0441 gr R = 0,6719 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0553 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0002 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,2278 gram hemiselulosa dalam 1,0002 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,6719 gram selulosa dalam 1,0002 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0441 gram lignin dalam 1,0002 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0011 gram abu dalam 1,0002 gram sampel
yang diuji.

86
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A2B3 (Kuat medan 10 kV/cm selama 300 detik)

P = 0,0656 gr Q = 0,2113 gr

(a) (b)
1,0001 gr 0,9345 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7232 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0011 gr 0,0418 gr

S = 0,0407 gr R = 0,6814 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0656 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0001 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,2113 gram hemiselulosa dalam 1,0001 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,6814 gram selulosa dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0407 gram lignin dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0011 gram abu dalam 1,0001 gram sampel
yang diuji.

87
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A3B1 (Kuat medan 15 kV/cm selama 60 detik)

P = 0,0687 gr Q = 0,1973 gr

(a) (b)
1,0000 gr 0,9313 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7340 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0009 gr 0,0324 gr

S = 0,0315 gr R = 0,7016 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0687 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0000 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,1973 gram hemiselulosa dalam 1,0000 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,7016 gram selulosa dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0315 gram lignin dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0009 gram abu dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

88
Lampiran 8. Aliran Massa Pengujian Metode Chesson (lanjutan)

A3B2 (Kuat medan 15 kV/cm selama 180 detik)

P = 0,0733 gr Q = 0,1579 gr

(a) (b)
1,0000 gr 0,9267 gr
Pengujian Hot Pengujian
Water Soluble Hemiselulosa

(c)
0,7688 gr

Pengabuan Pengujian
Selulosa
(e) (d)
0,0015 gr 0,0370 gr

S = 0,0355 gr R = 0,7318 gr

Nilai P menunjukkan terdapat 0,0733 gram senyawa yang larut dalam air panas
di dalam 1,0000 gram sampel yang diuji.

Nilai Q menunjukkan terdapat 0,1579 gram hemiselulosa dalam 1,0000 gram


sampel yang diuji.

Nilai R menunjukkan terdapat 0,7318 gram selulosa dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai S menunjukkan terdapat 0,0355 gram lignin dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

Nilai (e) menunjukkan terdapat 0,0015 gram abu dalam 1,0000 gram sampel
yang diuji.

89
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Pretreatment dengan Pulsed Pretreatment dengan Pulsed


Electric Field (PEF) Electric Field (PEF)

Sampel hasil Pretreatment Sampel kering hasil


dengan PEF Pretreatment dengan PEF

Proses bleaching
Sampel hasil bleaching
menggunakan waterbath

90
Sampel kering hasil bleaching Sampel uji HWS

Sampel uji lignin setelah direndam Sampel uji lignin setelah ditambahkan
H2SO4 72% selama 4 jam H2SO4 0,5 M 150 ml dan dipanaskan
dalam waterbath

Sampel hasil uji lignin

Pengabuan menggunakan
muffle furnace

Sampel hasil pengabuan

91

Anda mungkin juga menyukai