Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DEASES (CKD)

Disusun Oleh :

Yolanda Sekar Mayang

202002040053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
A. Pengertian
Gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sam sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit, menjaga kesseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti natrium dan kalium didalam darah atau
produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah
yang semakin buruk dimana ginjal tidak mampu lagi bekerja fungsinya
(Warianto, 2011).
Penyakit ginjal kronik atau CKD adalah gagal ginjal kronik yang
penurunan fungsi ginjal, ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang menyebabkan
terjadinya uremia dan azotemia. Uremia adalah sindrom klinik yang terjadi
pada semua organ akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit GGK,
sedangkan azotemia yaitu kelebihan urea atau senyawa nitrogen dalam
darah ( Brunner dan Suddarth, 2012). Gagal ginjal kronik adalah sindrom
klinis yang ditandai penurunan tiba-tiba fungsi ginjal yang terjadi selama
beberapa jam hingga beberapa hari yang menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, metabolisme kalsium atau
fosfat, dan pengaturan tekanan darah.
B. Penyebab
Penyebab CKD yang sering adalah Hipertensi dan Diabetes mellitus,
selain itu ada beberapa penyabab lain dari gagal ginjal kronik, diantaranya
adalah :
1. Infeksi saluran kemih ( pielonefritis kronik)
2. Penyakit peradangan ( glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif
4. Gangguan jaringan penyambung ( SLE, poliarteritis nodusa sklerosis
sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter
6. Penyakit metabolik
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif
C. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis menurut Smeltzer & Bare (2011) ialah sebagai berikut:
1. Kardiovaskuler
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium
dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron),gagal jantung
kongestif, udema pulmoner, perikarditis
b. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
2. Dermatologi
a. Warnakulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
a. Krekels
b. Sputum kental dan liat
c. Nafasdangkal
d. Pernafasan kussmaul
4. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual,
muntah, cegukan
b. Nafasberbau ammonia
c. Ulserasi dan
perdarahan mulut
d. Konstipasi dan diare
e. Perdarahan saluran
cerna
5. Neurologi
a. Tidak
mampu konsentrasi
b. Kelemahan
dan keletihan
c. Konfusi/
perubahan tingkat kesadaran
d. Disorientasi
e. Kejang
f. Perubahan
perilaku
6. Muskuloskeletal
a. Kramotot
b. Kekuatan otot hilang
c. Kelemahan pada tungkai
7. Reproduktif
a. Amenore
b. Atrofi testikuler

D. Patofisiologis
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 2011)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2011).

E. Pathways
(Terlampir )

F. Pengkajian fokus
Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
1) Pasien mengeluh lemas, sesak nafas, gatal seluruh
tubuh
2) Mual, muntah, perdarahan GI.
3) Edema, gagal jantung, edema paru
4) Hipertensi
5) Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system
tubuh (mual, muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi
mental), kadar serum yang meningkat.
b. Aktifitas
Gejala  : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaiseGangguan tidur
(insomnia / gelisah atau somnolen),
Tanda  : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
c. Sirkulasi
Gejala  : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri
dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, telapak , tangan. Nadi lemah, hipotensi
ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir.Pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.Kecenderungan perdarahan
d. Integritas Ego
Gejala  : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan
sebagainya.Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan  kepribadian.
e. Eliminasi
Gejala  : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal
tahap lanjut)
Tanda  :`Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat,oliguria.
f. Makanan / cairan
Gejala  : Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi).
Tanda : Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan amonia)
g. Neurosensori
Gejala  : Sakit kepala, penglihatan kabur, Kram otot / kejang, syndrome
“kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
Tanda  : Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor.Kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang.
h. Nyeri /
kenyamanan
Gejala  : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
Tanda  : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah
i. Pernapasan
Gejala  : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman, Batuk
dengan sputum encer (edema paru)
j. Keamanan
Gejala  : Kulit gatal, ada / berulangnya infeksi
Tanda  : Pruritis, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara
aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal, ptekie, area ekimosis pada
kulit
k. Interaksi sosial
Gejala  : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga

G. Diagnosa

1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan


dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
metabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
4. Gangguan pertukaran gas b.d pernafasan abnormal
5. Nyeri akut b.d melaporkan nyeri secara verbal
6. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa

H. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan

b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium sekunder

terhadap penurunan fungsi ginjal.

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan

output

Intervensi:

a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan

masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital

R : Menentukkan rencana tindakan selanjutnya

b. Batasi masukan cairan

R : Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan

respon terhadap terapi

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

R : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam

pembatasan cairan

d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan

terutama pemasukan dan haluaran

R : Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan
metabolisme, anoreksi, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria
hasil: menunjukan berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin
dalam batas normal.
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R : Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R : Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Kolaborasi ahli gizi
R : memenuhi kebutuhan cairan

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi


sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R : Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Atur posisi semi fowler
R : Mencegah terjadinya sesak nafas
c. Kolaborasi pemberian oksigen
R : Memenuhi oksigen

4. Gangguan pertukaran gas b.d pernafasan normal


Tujuan: status pernafasan kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam
rentang normal.
Intervensi:
a. Kaji pernafasan
R : mengetahui sistem prnafasan
b. Lakukan fisioterapi dada
R : mngeluarkan sekret
c. Ubah posisi sesering mungkin
R : Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi
buruk untuk menurunkan iskemia

5. Nyeri akut b.d melaporkan nyeri secara verbal


Tujuan : tidak mengeluhkan nyeri..
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri
R : mengetahui kondisi skala nyeri
b. Latih distraksi
R: meminimalkan rasa nyeri
c. Beri posisi snyaman mungkin dengan lingkungan teraupetik
R : meminimalkan rasa nyeri
d. Kolaborasi analgetik
R : menghilangkan rasa nyeri

6. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,


retensi produk sampah dan prosedur dialisa
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan aktifitas klien toleran,
self care d
a. Monitor respon fisik
R : mengetahui aktifitas fisik klien
b. Bantu untuk mengidentifikasi dan meendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktifitas.
R : membantu klien dalam melakukan aktifitas
c. Kolaborasi dengan rehabilitasi medik / fisioterapi
R : merencanakan program terapi aktifitas yang tepat

I. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta :
EGC. Friedman, Marlyn. 2012.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson 2011. Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare 2011. Buku Ajar Keperawatan
Medikal BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Mugenz, Elix. 2013. Askep CKD.
http://askepsnh.blogspot.com/2013/03/askepckd.html.
Suyono, Slamet 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
Warianto, Haidar. 2011. Mutasi. Universitas Airlangga.
Wilkinson, JM 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, edk 7, Jakarta: EGC
E. Pathway

Infeksi Vaskuler Obstruksi Saluran Kemih


(Glomerulusnefritis) (Nefrosklerosis benigna & maligna) (Prostat hiperplasia)

Reaksi antigen / antibodi Arterisklerosis Retensi Urin

Suplai darah ginjal turun

Glomerulus filtasi renal (GFR) turun

Gagal ginjal kronik

Sekresi protein terganggu Eritropoetin turun Retensi natrium


Uremia Produksi HB turun Tekanan kapiler naik
Gg keseimbangan
asam basa Suplai oksigen kejaringan turun
Keracunan pada Volume interstitial naik
sistem pencernaan edema
Ion H+ lebih Metabolisme anaerob Hiperventilasi Letih

Anoerxia Ketoasidosis Asam laktat naik Kelebihan volume cairan


Ketidakefektifan Intoleransi
metabolik Pola nafas
Fatigue / nyeri sendi aktifitas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari O2 dalam
darah turun Nyeri akut
kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran
gas Sumber : Mugenz, 2013.
.

Anda mungkin juga menyukai