Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tantri Novebi

Nim :1914190058
Tugas kewirausahaan
BUAT ARTIKEL TENTANG BEBERAPA WIRAUSAHA YANG SUKSES, YANG BISA
MENJADI INSPIRASI BUAT KAMU YANG INGIN BERBISNIS!

Kisah Remaja Kembar Buka Bisnis Burger di Tengah


Pandemi

remaja kembar ini yang baru berusia 18 tahun, belum lama ini membuka sebuah bisnis di tengah
pandemi. Bisnis yang dipilihnya merupakan sebuah produk makanan, yakni cemilan burger.
“Kalau Burger Chill kita tuh kebetulan baru mulai 14 juli 2020. Berarti sekitaran dua bulan lebih,”
ujar pemilik Burger Chill, Dzaky Muhammad Abdullah Rahim.
Hal yang melatarbelakangi keduanya membuka bisnis di tengah pandemi, berawal dari kecintaannya
terhadap roti. Hingga mencapai suatu titik mereka terpikir untuk membuka bisnis burger. Setelah
melakukan riset kecil-kecilan, keduanya memutuskan untuk memulai bisnis burger yang dibuat secara
homemade dengan racikan bumbu rahasia yang tidak ditemukan di tempat lain. Bisnis tersebut
kemudian diberi nama Burger Lokal.
Berawal dari hobi remaja kembar ini pun mengaku mendapatkan respon yang baik saat melakukan
percobaan. Sehingga, mereka memberanikan diri untuk berjualan di tengah kondisi pandemi Covid-19
seperti ini.
Rupanya, Burger Chill ini berbeda dengan burger yang lainnya dan nama tersebut memiliki makna.
Remaja berusia 18 tahun ini, mengungkapkan perbedaan burger miliknya ini terlihat dari ukurannya
yang kecil.
Nah untuk proses pembuatannya sendiri mereka membuat burger beda dari yang lain tuh yang
pertama adalah dari ukurannya sendiri. Bisa diartikan burger yang kecil atau burger santai, karena
makannya buat yang santai.
Tidak hanya ukuran saja yang berbeda dari burger lainnya. Namun, mengenai varian rasa nya, selain
menjual burger asin dengan isian daging ayam. Mereka juga menjual burger manis, dengan isian buah
pisang.
Mereka juga membuat varian rasa sweet burger, burger manis. Mereka mencoba inovasi,yaitu
membuat jadi burger yang manis, biasanya burger asin. Contohnya seperti burger pisang.
Produk burger yang dimilikinya berukuran kecil. Namun, hal itulah yang menjadi kekuatan mereka
sehingga pada akhirnya terbentuk slogan ‘Gak Cukup Satu’.
Selain kekuatan slogan, bisnis mereka ini sempat viral melalui salah satu konten TikTok yang dibuat
oleh Naufal. Video tersebut menembus 3,2 juta penonton, 479,5 ribu disukai, bahkan mendapatkan
11,1 ribu komentar dan terlihat sejumlah komentar positif.
Dengan modal awal Rp3,5 juta, keduanya lantas membeli bahan baku dan berbagai peralatan yang
dibutuhkan untuk membuat burger, mulai dari alat panggang, penggorengan khusus, hingga kulkas
freezer atau chiller.
Mereka membuat bisnis benar-benar dari rumah, pakai kompor dan alat-alat yang sudah ada di rumah
sama membeli beberapa peralatan yang dibutuhkan. Untuk bahan bakunya kami mendapatkan dari
supplier, pas awal itu nyoba stok sekitar 5 sampai 10 kg.
Daging yang dibeli merupakan daging giling yang kemudian dibentuk sendiri oleh Aldo dan
Ardiansyah dengan tambahan bumbu khas Burger Lokal. Selain burger nya, saos yang digunakan juga
istimewa karena benar-benar diracik sendiri. Keduanya bahkan membutuhkan waktu sekitar 2 minggu
untuk mencoba hingga mendapatkan rasa yang cocok.
Untuk proses pemasarannya, Aldo dan Ardian memulai dengan memanfaatkan channel media online
seperti instagram, whatsapp, dan tersebar dari mulut ke mulut. Mereka juga mulai memanfaatkan
penjualan melalui GoFood.
Adapun segementasi pasar yang dituju oleh Burger Lokal ialah kalangan kelas menengah. Penentuan
tersebut sangat penting untuk menentukan range harga yang ingin ditetapkan. Saat ini, Burger Lokal
memiliki berbagai varian dengan range harga mulai dari Rp18.500 hingga Rp25.500 dan untuk paket
burger yang sudah termasuk minum dan kentang, harganya tidak sampai Rp50.000.
Untuk menu andalan yang ditawarkan Burger Lokal ada BDK atau Burger Dengan Keju. Selain itu,
pelanggan juga dapat meng-customize burger pesananannya dengan tambahan daging, keju, telur,
ataupun saos. Ada tiga pilihan rasa untuk saos yaitu original, barbeque, dan mushroom.
Diakui olehnya, bahwa penjualan melalui aplikasi pesan antar tersebut cukup tinggi. Terbukti sekitar
70 persen penjualan dari Burger Lokal ketika masih berbentuk cloud kitcher, disumbang oleh
pembelian secara online melalui GoFood.
Saat awal pengembangan, rata-rata penjualan Burger Lokal mencapai sekitar 30 porsi per hari, dan
secara perlahan meningkat hingga mencapai 100 porsi perhari. Setelah bisnisnya beroperasi selama
dua bulan, Aldo dan Ardiansyah optimistis dapat mengembangkan bisnis ini secara maksimal
sehingga mereka pun mulai membuka gerai pertama yang berlokasi di Jatiwaringin, Jakarta Timur.
Antusiasme pasar terhadap pembukaan gerai pertama Burger Lokal ternyata cukup besar. Mereka
bahkan bisa mencatatkan penjualan hingga mencapai 300 porsi dalam sehari. Untuk menarik minat
pelanggan, pihaknya juga rutin mengupload berbagai hal di media sosial termasuk memberkan give
away berupa merchandise bagi follower Burger Lokal.
Aldo optimistis usaha yang dijalankan bersama adiknya tersebut dapat berkembang pesat. Apalagi
sang adik secara serius menggarap bisnis ini dengan resign dari pekerjaan sebelumnya sebagai desain
arsitek di salah satu perusahaan fast food ternama.
Setelah membuka gerai pertamanya di Jatiwaringin, Bekasi, Burger Lokal tengah membidik untuk
membuka beberapa gerai di lima lokasi di Jakarta pada tahun ini dan awal tahun depan, termasuk
merambah kota-kota besar lainnya di luar Jakarta. Untuk membuka gerai baru, Aldo berharap bisa
bekerja sama menggandeng partner dengan model bisnis profit sharing atau bagi hasil. Model bisnis
tersebut menurutnya masih dalam proses pembahasan dan diharap bisa segera final.

KISAH INSPIRATIF FOUNDER MS GLOW |


CRAZY RICH BALI

Dalam membangun usaha bukan hanya soal memperkaya diri sendiri, tapi juga dapat
membantu orang yang kita cintai. Niat yang tulus akan memudahkan jalan dalam berbisnis.
Kali ini saya tidak membahas buku, tapi membahas soal kisah inspiratif dari Maharani
Kemala, salah satu founder dari bisnis MS Glow, merek perawatan kulit yang cukup terkenal
dan banyak dipakai oleh artis. 
Rani awalnya bekerja sebagai marketing di salah satu bank BUMN di Bali. Dari bagian
marketing kemudian dia pindah ke bagian frontliner. Ketika bekerja di bank, Rani merasa
butuh uang tambahan, gajinya sebagai pegawai bank tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari karena habis untuk membayar cicilan. Kemudian, pada tahun 2014,
Rani mulai berbisnis online yang sempat ditinggalkannya karena sibuk bekerja sebagai
karyawan di bank. Awal bisnisnya adalah menjual baju bekas yang masih layak dengan
konsep garage sale. Kemudian, dari situ, ketika Rani mendapat uang dari THR, dia
menggunakan uang itu sebagai modal untuk berbisnis perawatan kulit. Dia menjadi reseller
dengan menggunakan merek sendiri dan mengantar produknya ke rumah-rumah konsumen
sehabis pulang kerja.
Di masa itu, bukan hal yang mudah, walaupun sudah capek seharian bekerja, Rani dan suami
masih harus packing dan mengantar pesanan hingga jam 2 pagi dan baru bisa tidur jam 4 pagi
setiap harinya. Jalan menuju kesuksesan memang tidak mudah dan butuh proses panjang
untuk mencapainya. Untungnya, karena menggunakan merek sendiri, Rani bebas menentukan
harga jualnya, sehingga dia mendapatkan margin keuntungan yang lumayan besar. Setelah 6
bulan berbisnis, Rani memutuskan untuk membuka kantor karena perkembangan bisnisnya
yang sangat cepat. Omzet di rekeningnya mencapai 700 juta rupiah, padahal modal awalnya
hanya 3 juta rupiah.
Pertumbuhan bisnis yang sangat cepat membuat Rani dan partner-nya berpikir untuk segera
mengurus proses legalitas produknya. Hal ini karena selama ini produknya hanya
repackaging dan belum memiliki ijin edar BPOM. Dari situ, mereka memutuskan untuk
membuat merek baru yaitu MS Glow setelah setahun menjalani bisnis perawatan kulit. Untuk
produksinya, Rani dan partner memutuskan untuk menggunakan jasa maklon di Surabaya
artinya pabrik itu yang akan mengurus produksi dan juga ijin edar mereknya, hingga akhirnya
secara resmi merek MS Glow berdiri di tahun 2016. Sebagai informasi, merek MS Glow
sendiri berasal dari nama founder dan partner-nya yaitu Maharani dan Shandy.

Selain menjual langsung ke konsumen, sistem penjualan MS Glow juga menggunakan sistem
reseller. Target utama dari reseller-nya yaitu ibu-ibu rumah tangga atau anak muda yang
ingin mendapatkan keuntungan tambahan dari penjualan paket MS Glow. Saat ini, MS Glow
telah memiliki jaringan reseller sebanyak 4,000 orang dan jumlah distributor mencapai 18
distributor yang ada di seluruh Indonesia. Perbedaan antara distributor dan agen hanya
berdasarkan dari pengambilan paketnya, distributor memiliki ketentuan untuk minimal
pembelian sebanyak 10,000 paket per bulan, sedangkan agen memiliki ketentuan untuk
minimal pembeliannya sebanyak 1,000 paket per bulan. Berkat sistem ini, MS Glow mampu
menjual jutaan pcs produk per bulan.
Pertumbuhan bisnis yang sangat cepat membuat Rani dan partner-nya berpikir untuk segera
mengurus proses legalitas produknya. Hal ini karena selama ini produknya hanya
repackaging dan belum memiliki ijin edar BPOM. Dari situ, mereka memutuskan untuk
membuat merek baru yaitu MS Glow setelah setahun menjalani bisnis perawatan kulit. Untuk
produksinya, Rani dan partner memutuskan untuk menggunakan jasa maklon di Surabaya
artinya pabrik itu yang akan mengurus produksi dan juga ijin edar mereknya, hingga akhirnya
secara resmi merek MS Glow berdiri di tahun 2016. Sebagai informasi, merek MS Glow
sendiri berasal dari nama founder dan partner-nya yaitu Maharani dan Shandy.
Menariknya, walaupun Rani tidak memiliki latar belakang sebagai dokter kecantikan, tapi dia
mampu membuat merek MS Glow menjadi salah satu merek perawatan kulit yang cukup
besar di Indonesia, bahkan dia juga memiliki beberapa klinik kecantikan. Rahasinya ternyata,
dia sudah memiliki tim R&D sendiri untuk menghasilkan inovasi produk. Karena kiblat skin
care-nya kebanyakan berasal dari Korea, setiap ada produk perawatan kulit yang sedang tren,
pasti tim R&D-nya sudah mulai mempersiapkan produk terbaru dan dikemas dalam merek
MS Glow. 
Ada satu momen yang mengubah hidup Rani dan membuatnya semakin mantap dalam
berbisnis perawatan kulit. Saat awal merintis usahanya, Rani bertekad agar adiknya bisa
kuliah kedokteran. Saat itu adiknya masih duduk di kelas 2 SMA dan Rani masih jadi reseller
dengan produk lain. Walaupun adiknya juga tidak memaksa harus masuk kedokteran, tapi
Rani ingin sekali membantu biaya kuliah adiknya. Dia ingin sekali menyekolahkan adiknya,
karena sebenarnya Rani punya cita-cita ingin jadi dokter. Cuma karena kondisi ekonomi
keluarganya saat itu tidak memadai, maka Rani tidak bisa melanjutkan untuk kuliah
kedokteran. Tapi, Rani bertekad kalau dia akan menyekolahkan adiknya hingga lulus kuliah
kedokteran. Adiknya memiliki minat yang tinggi sekali dalam bidang kedokteran, bahkan
sejak SMA, adiknya telah lulus sekolah akupuntur.
Bukan cuma punya tekad untuk menyekolahkan adiknya, Rani juga punya niat tulus lainnya.
Ketika awal mendapatkan untung dari bisnisnya, Rani langsung memakai uangnya untuk
membayar hutang orang tuanya. Dia merasa, selama ini bisnisnya cukup mulus karena niat
tulusnya untuk membantu orang tuanya dulu, adiknya dulu, baru kemudian dia dan suami
menikmati hasilnya. 

Rani memberikan beberapa tips apabila kamu ingin mulai berbisnis. Pertama, harus percaya
diri. Kamu harus yakin kalau kamu mampu menjual produk yang kamu punya. Kedua,
manfaatkan teknologi. Rani bercerita kalau klinik kecantikan MS Glow ketika baru pertama
kali dibuka di Bali, waiting list-nya langsung tiga bulan. Tentu saja, hal ini sangat luar biasa.
Ada rahasianya, ternyata klinik MS Glow selalu memiliki teknologi tertinggi, bahkan pada
saat itu, Rani berani menginvestasikan laser treatment yang didatangkan khusus dari Eropa
dan hanya dimiliki oleh MS Glow.
Selain itu, penjualan produk perawatan kulit dari MS Glow juga banyak menggunakan media
sosial sebagai medium pemasarannya. Ketiga, jangan berhutang melebihi dari harta yang kita
miliki. Pelajaran ini didapat Rani dari orang tuanya, karena di masa lalu, orang tuanya pernah
mengalami kejadian yang sangat buruk. Oleh karena itu, prinsip Rani adalah jika ingin
berhutang, maka harus punya aset dua kali hingga tiga kali lipat dari nilai hutangnya.

Anda mungkin juga menyukai