KEPERAWATAN MATERNITAS
DISUSUN OLEH :
NANI CAHYA NN
NIM 20200305010
DOSEN PEMBIMBING
C. Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut Rustam (2005), meliputi :
1. Tanda-tanda presumtif (tidak pasti) :
a. Amenore (tidak dapat haid);
b. Mual dan muntah;
c. Mengidam;
d. Pingsan;
e. Tidak ada selera makan;
f. Payudara membesar;
g. Tegang;
h. Sering kencing;
i. Konstipasi.
2. Tanda-tanda mungkin kehamilan :
a. Perut membesar;
4
b. Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk, konsistensi dari
rahim;
c. Tanda Hegar, yaitu pembuluh darah dalam cervix bertambah dan
karena terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar
cervix, sehingga cervix menjadi lunak;
d. Tanda Chadwick, yaitu pembuluh darah dinding vagina bertambah
hingga warna selaput lendirnya biru;
e. Tanda Piscaseek, yaitu pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih
cepat tumbuh di daerah inplantasi dan di daerah insersi plasenta;
f. Tanda Ballottement, yaitu teraba benjolan keras.
3. Tanda pasti (tanda positif) :
a. Gerakan janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin;
b. Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop-monoral laennec,
dicatat dan didengar dengan alat Doppler, dicatat dengan feto-elektro
kardiogram, dilihat pada ultrasonografi, terlihat tulang-tulang janin
dalam foto-rontgen.
D. Diagnosa Banding
1. Hamil palsu
B. Klasifikasi
1. Menurut penggolongan dibagi menjadi 3 yaitu : PE ringan, sedang dan
berat (Menurut Sarwono, 2005 “Ilmu Kebidanan”).
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Pre-Eklamsi Kenaikan TD diastolic 15 Protein Urin +1
Ringan mmHg/79 mmHg dengan 2x
pengamatan berjarak 1
jam/tekanan diastolic
mencapai 110 mmHg.
Pre-Eklamsi Kenaikan TD systolic 30 Protein urin positif 2 oedem umum,
Sedang mmHg/lebih atau mencapai kaki, jari tangan dan muka, kenaikan
140 mmHg. BB 1 kg tiap minggu.
Pre-Eklamsi Tekanan diastolic >110 Protein urine positif ¾ oliguria (urine
Berat mmHg 5 gr/L) hiperefleksia, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrik,
terdapat oedem paru dan sinosis.
C. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik preeklampsi bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang –kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang
timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada
preeclampsia ialah edema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila
gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan
preeklampsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting, namun penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan
nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini
sudah cukup lanjut.
Sedangkan eklampsia kasus akut pada penderita preeclampsia yang
disertai kejang dan koma, sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Dua gejala yang sangat penting diatas pada preklampsia yaitu hipertensi
dan proteinuria yang biasanya tidak di sadari oleh wanita hamil, penyebab dari
kedua masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan sistolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukkan kedaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preklampsia
dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan merupakan tanda
pertama preklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal
adalah 0,5 Kg perminggu. Bila 1 Kg dalam seminggu, maka kemungkinan
terjadinya preklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama
di sebabkan kerena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum
timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata yang bengkak
atau jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif
dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat di temukan
dan dapat di capai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian
dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-
kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan
oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preklampsia berat.
Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edama
atau pendarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasies arterial,
iskemia, dan edema rutina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan
oleh ablasio retina, pada preklampsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda
subjektif ( Cuningham, 1995:767 ).
D. Prognosis
1. Kerusakan akibat preeklampsia antara lain sbb :
a. Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang dengan
penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat juga terjadi
pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
b. Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas hebat dan
bisa berakibat fatal.
c. Jantung
Terdapat payah jantung.
d. Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
e. Mata
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan
bengkak maupun lepasnya selaput retina mata. Kebanyakan bersifat
sementara. Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu cukup
lama.
f. Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat
pembekuan darah.
E. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi buruk,
kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
2. Peran faktor imunologis.
3. Adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
4. Peran faktor genetik/familial
5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi/eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi.
6. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
7. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
F. Patofisiologi
1. Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (KDM)
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah sakibat spasme
pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis yang
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit
deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah
menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan
trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan
faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama
darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi
angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama
tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan
sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk
mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi
organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya
otak, darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah
menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga
menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan
penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada
ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan
reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga
menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan
lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan
terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan
retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan
memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan
perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko
gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual
dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas
dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam
jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa
keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan
seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa
keperawatan kurang pengetahuan.
2. Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (Maternitas)
Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik
systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan
penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia, volume plasma yang
beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan
hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal
menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik
lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah
merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme
merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai
preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas
terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2.
Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin)
untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi
tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan
profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan
janin. Peneliti lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk
mencegah hipertensi pada kehamilan. Selain kerusakan endotelil, vasospsme
arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini
meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular,
mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita
edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan
khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk
mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi
vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya
akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk
preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan
bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam
perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin
bisa membangkitkan respons imunologis lanjut.
G. Komplikasi
1. Komplikasi preeklamsia :
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun, yang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut :
a. Pada ibu
1) Eklamsia
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah (DIC)
5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platelet count).
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
2. Komplikasi eklamsia :
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah :
a. Lidah tergigit
b. Terjadi perlukaan dan fraktur
c. Gangguan pernafasan
d. Perdarahan otak
e. Solutio plasenta dan merangsang persalinan.
Penanganan umum
a) Dosis awal
Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
b) Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30
mg/jam
Jangan berikan >100 mg/24 jam
3) Eklamsi
Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera dilakukan
terminasi (diakhiri), sedangkan perawatan/pengobatan yang
dilakukan adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka
terminasi kehamilan tersebut.
I. Diet
1. Tujuan Diet
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
b. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
c. Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
d. Mencapai keseimbangan nitrogen
e. Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
f. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit
baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
2. Syarat Diet
a. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan
diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima
makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan
atau diet sebelum hamil.
b. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam
atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah
1 Kg/minggu.
c. Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan).
d. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan
lemak tdk jenuh ganda.
e. Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.
f. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
g. Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
h. Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi
dan disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat
dan pernafasan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu
proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya.
Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam
pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul
lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui
masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain
sebagai berikut :
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada
kehamilan terdahulu.
Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi,
dan tidak tenang.
Edema pada ekstremitas.
Tengkuk terasa berat.
Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat
preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah
dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
4. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ).
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2) Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati :
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=
15-45 u/ml).
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N= <31 u/l).
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).
b. Radiologi
1) Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
2) Kardiofotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
3) ) USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Kardiak output Sekunder
terhadap Vasospasme Pembuluh Darah.
2. Resiko terjadi gawat janian intra uteri (Hipoksia) b/d penurunan suplay
O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta sekunder terhadap penurunan
Cardiac out put.
3. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurangnya
asupan makanan.
5. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
6. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
7. Risiko cidera ibu b/d oedema/ hipoksia jaringan
8. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan
b/d mis interpretasi informasi
9. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
C. Rencana Keperawatan
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menentukan diagnose dan intervensi keperawatan. Diagnose yang mungkin
ditemukan pada ibu hamil dengan pre eklamsia/ eklamsia adalah sebagai
berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak out put sekunder
terhadap vasospasme pembuluh darah.
Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat dan tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil :
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Menunjukan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat
kesadarn membaik, tidak ada gerakan involunter.
Intervensi :
a. Monitor poerubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu
(cemas, bingung, letargi, pingsan).
b. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab,
cacat kekuatan nadi perifer.
c. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi),
eritema, dan oedema.
d. Dorong latihan kaki aktif/ pasif.
e. Pantau pernafasan
f. Kaji fungsi Gastro Intestinal, catat anoreksia, penurunan bising
usus, muntah/mual, distensi abdomen, konstipasi.
5. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kejang pada
ibu.
Kriteria hasil :
a. Kesadaran kompos mentis, GCS : 15 (4-5-6)
b. Tekanan darah normal
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekana diastole > 110 mmHg dan Sistole 160 mmHg atau lebih
merupakan indikasi dari PIH.
b. Catat tingakat kesadaran pasien.
R/. penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda eklamsia (hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi dan respirasi, neri epigastrium dan oliguria).
R/. gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejal persalinan atau adanya
kontraksi uterus.
R/. kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan
SM.
R/. anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan
menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
Initial Klien : Ny. R Nama Suami : Tn. O
Usia : 29 Usia : 35
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA Pendidikan : SMA
Alamat/Tepl : Ciracas Alamat/Tlp : Ciracas
Status perkawinan : Kawin Lama perkawinan: 17 th
Tahun : 2014
Kawin : 1 Kali
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi:Tidak ada
2. Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain; sebutkan.......................
......................................................................................................................
Dada
Jantung : Bunyi lup-dub
Paru : Tidak ada bunyi wheezing dan sesak
Payudara : Simetris kiri dan kanan
Pengeluaran ASI: Belum ada
Putting susu :Terdapat hiperpigmentasi
Masalah Khusus: Pengeluaran ASI pada riwayat kehamilan pertama dimulai saat
minggu ke 32, Ny. R mengatakan pengeluaran ASI nya agak sedikit dan harus
dipompa terlebih dahulu agar pengeluaran ASI meningkat.
Abdomen
Uterus :
Pigmentasi :
Striae : Ada
Keputihan
Ekstremitas
varises Ya / Tidak
Eliminasi
Konsistensi: Lunak
Intensitas sedang
Masalah khusus :-
Tidak ada
pola seksualitas
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persiapan Persalinan
Senam hamil
persalinan
Perawatan payudara
Proteinuria
Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan
dapat juga menurunkan tekanan darah.
a. Data fokus
b. Analisa data
DO:
TD > 140/90 mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut Agen cedera biologis DS:
(hipertensi) Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang
tegang.
DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko ketidakefektifan Hipertensi DS:
perfusi jaringan otak Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang
tegang, edema.
DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko gangguan Komplikasi kehamilan
hubungan ibu-janin (preeclampsia)
2. DIAGNOSA
Rumusan diagnose keperawatan terkait kasus:
1) Domain 2: Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari
tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, TD > 140/90 mmHg, DJJ
tidak terdengar, proteinuria.
2) Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Hipertensi
ditandai dengan pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang, edema.TD > 140/90 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36oC
3) Domain 8: Seksualitas
Kelas 3. Reproduksi
Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi
kehamilan
3. INTERVENSI
3) Memiliki
pengetahuan
manajemen
hipertensi
dengan kriteria
hasil:
a) Tekanan
darah
120/80
b) Mengetahu
i tanda dan
gejala
eksaserbasi
hipertensi
3 Resiko Resiko gangguan Intervensi
gangguan hubungan ibu-janin keperawatan yang
hubungan ibu- teratasi yang disarankan untuk
janin dibuktikan dengan: menyelesaikan
berhubungan 1) Status janin : masalah:
dengan Antepartum 1) Perawatan
komplikasi baik dengan prenatal, dengan
kehamilan kriteria hasil: aktivitas:
a) Denyut a) Monitor
jantung janin denyut
120 – 160 jantung
janin
2) Pengetahuan : b) Monitor
kehamilan gangguan
a) Pola hipertensi
pergerakan (tekanan
janin baik darah,
b) Perubahan edema
anatomi dan pergelang
fisiologis an kaki,
kehamilan tangan
sesuai dan wajah
tingkat dan
keseimbang proteinuri
an a)
2) Pencegahan
3) Kontrol kejang kejang dengan
sendiri dengan aktivitas:
kriteria hasil: a) Intruksika
a) Mencegah n pasien
faktor mengenai
resiko/pemi potensial
cu kejang dari faktor
resiko
b) Intruksika
n pasien
untuk
memanggi
l jika
dirasa
tanda akan
terjadinya
kejang
c) Intruksika
n
keluarga/S
O
mengenai
pertolonga
n pertama
pada
kejang
3. IMPLEMENTASI
02/02/2017 3
17.00 WIB 1) Memantau denyut jantung janin
RS: -
RO: Denyut jantung janin tidak terdengar
O:
Intake dan output sudah
seimbang.
Terdapat edema di area kaki
Berat badan pasien berkurang
Kaki pasien masih terlihat
bengkak
Pasien dapat mengubah posisi
miring kanan miring kiri
A : Masalah belum teratasi
P:
Menjaga intake/asupan yang
akurat dan catat output
Mengkaji lokasi dan luasnya
edema.
Memonitor hasil laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan (pantau kadar protein
dalam urine).
Timbang berat badan tiap hari
dengan waktu yang sama.
Monitor edema perifer.
Reposisi pasien dengan edema
dependen secara teratur.
Tingkatkan integritas kulit
(mencegah gesekan, hindari
kelembaban yang berlebihan)
pada pasien edema dependen
2 03/02/2017 2 S:-
O: Zr. Disa
TD : 130/90 mmHg
S : 36,5o C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
3/2/2007 3 S:
Pasien mengatakan tungkai
kanan kiri bengkak
O:
Denyut jantung janin tidak
terdengar
TD: > 130/90 mmHg, hasil lab
proteinuria, terdapat edema
pada tungkai kanan dan kiri
A : Masalah belom teratasi
P:
Monitor denyut jantung janin
Monitor gangguan hipertensi
(tekanan darah, edema
pergelangan kaki, tangan dan
wajah dan proteinuria)