TAHUN 2020
TAHAP 1 : PRIORITAS MASALAH
Teknik Kriteria Matrik
I T R IxTxR Rank
Daftar Masalah
P S RI DU SB PB PC
Balita gemuk 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3x3x3=27 3
Balita sangat kurus 3,8x4x4=60,
3 5 2 4 4 5 4 4 4 1
8
Balita kurus 3,4x4x4=54,
2 4 2 4 4 4 4 4 4 2
4
Keterangan :
Penjelasan :
1. PRIORITAS MASALAH I : MASALAH BALITA DENGAN STATUS GIZI
SANGAT KURUS
PREVALENCE(SKOR 3)
Dari hasil kuesioner dapat dilihat bahwa terdapat tiga masalah yaitu balita dengan status
gizi gemuk, balita dengan status gizi sangat kurus dan balita dengan status gizi kurus. Dari
data hasil kuesioner balita dengan status gizi sangat kurus urutan kedua dengan prevalensi
yaitu 6,6%.
SEVERITY (SKOR 5)
Kondisi anak sangat kurus sangat berbahaya karena bisa menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan anak. Sehingga masalah ini harus segera silakukan penanganan tepat sebelum
menyebabkan kondisi lebih serius dan menimbulkan kematian.
RATE OF INCREASE (SKOR 2)
Dari hasil penyebaran kuesioner tidak dapat diketahui berapa besar kenaikan masalah karena
penyebaran kuesioner tidak hanya dilakukan pada satu daerah saja tetapi disebarkann pada 7
daerah atapun kabupaten.
DEGREE OF UNMEET NEED (SKOR 4)
Efek dari malnutrisi sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini berdampak pada ekonomi.
Malnutrisi dapat menyebabkan kemiskinan yang berkelanjutan. 75% keuangan keluarga
akan terfokuskan pada masalah makanan. Semakin buruk kondisi status gizi akan semakin
berdampak pada kehidupan masyarakat. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi
menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual yang akan berpengaruh pada produktivitas
saat dewasa.
SOCIAL BENEFIT (SKOR 4)
Dengan teratasinya masalah gizi kurang akan memperbaiki ekonomi masyarakat, tidak
menjadikan kemiskinan berkelanjutan. Alokasi biaya hidup tidak hanya terfokus pada
makanan tetapi bias digunakan untuk kebutuhan yang lain dan dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat dalam menjalankan hidup.
PUBLIC CONCERN(SKOR 5)
Masalah gizi yang terjadi pada balita salah satunya yaitu balita dengan status gizi sangat
kurus. Hal ini harus benar benar diperhatikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah
karena balita dengan status gizi sangat kurus apabila tidak segera mendapatkan penanganan
maka akan menyebabkan kematian.
POLITICAL CLIMATE (SKOR 4)
Masalah kurang gizi menjadikan ketidakstabilan politik dan pertumbuhan ekonomi.
Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional terdiri dari perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsisten antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
dengan pembangunan pusat. Koordinasi penyelenggaraan kebijakan yang baik dapat
membantu menyukseskan penurunan masalah gizi pada balita. Pentingnya membangun
komitmen politik dalam memajukan agenda pemerintah terkait perbaikan gizi, sehingga
kebijakan gizi dapat lebih berkembang di masa depan.
TECHNICAL FEASIBILITY(SKOR 4)
Sudah seharusnya program perbaikan gizi tidak hanya melalui PMT namun perlu
diintegrasikan dengan sector lainnya. Lebih jauh diperlukan pula langkah perbaikan yang
integrative untuk mengatasi masalah gizi. Keterpaduan pembangunan pertanian dan
peternakan menjadi salah satu alternative dalam mengatasi kekurangan gizi. Dalam upaya
peningkatan kualitas bahan pangan, diversifikasi produk olahan pertanian dan pertenakan
sudah menjadi keharusan karena pangan yang kita konsumsi adalah bahan pangan yang akan
berkontribusi terhadap kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
RESOURCE AVAIBILITY (SKOR 4)
Ketersediaan posyandu sebagai sarana pemantauan status gizi balita masih terdapat
posyandu-posyandu yang masih kurang layak baik dari bangunannya ataupun alat-alat yang
digunakan, sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari terjadinya kekeliruan
dalam proses penimbangan dari segi alat yang digunakan. Dalam beberapa wilayah dana
yang telah diberikan oleh pemerintah khususnya desa untuk anggaran posyandu kebanyakan
masih terlalu sedikit sehingga makanan yang diberikan kepada balita hanya berupa snack
bubur kacang hijau, dengan begitu perlu adanya anggaran yang disetarakan untuk semua
wilayah dalam hal pemberian makanan di posyandu balita.
Rendahnya
Banyaknya
Kurangnya Rendahnya partisipasi ibu
anggota
Kurangnya jumlah partisipasi ibu dalam
keluarga
variasi menu pemberian datang ke mengikuti
dalam satu
MP-ASI posyandu penyuluhan
rumah
tentang MP-
ASI
TAHAP 3 : ANALISIS TUJUAN/POHON TUJUAN
Jumlah Tingginya
pemberian Tingginya partisipasi ibu
Banyaknya MP-ASI partisipasi ibu dalam
variasi menu sesuai dengan datang ke mengikuti
kebutuhan posyandu penyuluhan
balita tentang MP-
ASI
TAHAP 4 : ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH/POHON
ALTERNATIF