Anda di halaman 1dari 15

Aplikasi Logical Framework Analysis (LFA)

Manajemen Analisis Program Gizi

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Ummu Khulsum Maulidia J310201203


Stani Stania Arfaqi J310201204
Adelia Sesha Satrianing Arum J310201205
Sukhma Fendia Widhi Utami J310201206
Fitria Rakhmi Setiyani J310201207

PRODI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2020
TAHAP 1 : PRIORITAS MASALAH
Teknik Kriteria Matrik

I T R IxTxR Rank
Daftar Masalah
P S RI DU SB PB PC
Balita gemuk 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3x3x3=27 3
Balita sangat kurus 3,8x4x4=60,
3 5 2 4 4 5 4 4 4 1
8
Balita kurus 3,4x4x4=54,
2 4 2 4 4 4 4 4 4 2
4
Keterangan :

SKOR : 1 (rendah) sampai 5 (tinggi)


I:importancy /pentingnya masalah untuk diprioritaskan
P:Prevalence/ besarnya masalah
S: Severity/Akibat yang ditimbulkan masalah
RI: Rate of Increase/ Kenaikan besarnya masalah
DU: Degree of unmeet need/ derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi
SB:Social benefit/ Keuntungan social karena selesainya masalah
PB: Public Concern/rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
PC:Political Climate/ suasana politik
T: technical feasibility/makin layak teknologi tersedia untuk menyelesaikan masalah
R: Resource avaibility/ makin tersedia sumberdaya seperti tenaga dana dan sarana untuk
menyelesaikan masalah

Penjelasan :
1. PRIORITAS MASALAH I : MASALAH BALITA DENGAN STATUS GIZI
SANGAT KURUS
PREVALENCE(SKOR 3)
Dari hasil kuesioner dapat dilihat bahwa terdapat tiga masalah yaitu balita dengan status
gizi gemuk, balita dengan status gizi sangat kurus dan balita dengan status gizi kurus. Dari
data hasil kuesioner balita dengan status gizi sangat kurus urutan kedua dengan prevalensi
yaitu 6,6%.
SEVERITY (SKOR 5)
Kondisi anak sangat kurus sangat berbahaya karena bisa menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan anak. Sehingga masalah ini harus segera silakukan penanganan tepat sebelum
menyebabkan kondisi lebih serius dan menimbulkan kematian.
RATE OF INCREASE (SKOR 2)
Dari hasil penyebaran kuesioner tidak dapat diketahui berapa besar kenaikan masalah karena
penyebaran kuesioner tidak hanya dilakukan pada satu daerah saja tetapi disebarkann pada 7
daerah atapun kabupaten.
DEGREE OF UNMEET NEED (SKOR 4)
Efek dari malnutrisi sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini berdampak pada ekonomi.
Malnutrisi dapat menyebabkan kemiskinan yang berkelanjutan. 75% keuangan keluarga
akan terfokuskan pada masalah makanan. Semakin buruk kondisi status gizi akan semakin
berdampak pada kehidupan masyarakat. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi
menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual yang akan berpengaruh pada produktivitas
saat dewasa.
SOCIAL BENEFIT (SKOR 4)
Dengan teratasinya masalah gizi kurang akan memperbaiki ekonomi masyarakat, tidak
menjadikan kemiskinan berkelanjutan. Alokasi biaya hidup tidak hanya terfokus pada
makanan tetapi bias digunakan untuk kebutuhan yang lain dan dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat dalam menjalankan hidup.
PUBLIC CONCERN(SKOR 5)
Masalah gizi yang terjadi pada balita salah satunya yaitu balita dengan status gizi sangat
kurus. Hal ini harus benar benar diperhatikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah
karena balita dengan status gizi sangat kurus apabila tidak segera mendapatkan penanganan
maka akan menyebabkan kematian.
POLITICAL CLIMATE (SKOR 4)
Masalah kurang gizi menjadikan ketidakstabilan politik dan pertumbuhan ekonomi.
Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional terdiri dari perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsisten antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
dengan pembangunan pusat. Koordinasi penyelenggaraan kebijakan yang baik dapat
membantu menyukseskan penurunan masalah gizi pada balita. Pentingnya membangun
komitmen politik dalam memajukan agenda pemerintah terkait perbaikan gizi, sehingga
kebijakan gizi dapat lebih berkembang di masa depan.

TECHNICAL FEASIBILITY(SKOR 4)
Sudah seharusnya program perbaikan gizi tidak hanya melalui PMT namun perlu
diintegrasikan dengan sector lainnya. Lebih jauh diperlukan pula langkah perbaikan yang
integrative untuk mengatasi masalah gizi. Keterpaduan pembangunan pertanian dan
peternakan menjadi salah satu alternative dalam mengatasi kekurangan gizi. Dalam upaya
peningkatan kualitas bahan pangan, diversifikasi produk olahan pertanian dan pertenakan
sudah menjadi keharusan karena pangan yang kita konsumsi adalah bahan pangan yang akan
berkontribusi terhadap kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
RESOURCE AVAIBILITY (SKOR 4)
Ketersediaan posyandu sebagai sarana pemantauan status gizi balita masih terdapat
posyandu-posyandu yang masih kurang layak baik dari bangunannya ataupun alat-alat yang
digunakan, sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari terjadinya kekeliruan
dalam proses penimbangan dari segi alat yang digunakan. Dalam beberapa wilayah dana
yang telah diberikan oleh pemerintah khususnya desa untuk anggaran posyandu kebanyakan
masih terlalu sedikit sehingga makanan yang diberikan kepada balita hanya berupa snack
bubur kacang hijau, dengan begitu perlu adanya anggaran yang disetarakan untuk semua
wilayah dalam hal pemberian makanan di posyandu balita.

2. PRIORITAS MASALAH II : MASALAH BALITA DENGAN STATUS GIZI KURUS


PREVALENCE(SKOR 2)
Dari hasil kuesioner dapat dilihat bahwa terdapat tiga masalah yaitu balita dengan status
gizi gemuk, balita dengan status gizi sangat kurus dan balita dengan status gizi kurus. Dari
data hasil kuesioner balita dengan kasus gizi kurus memiliki prevalensi yaitu 3,3%,
SEVERITY(SKOR 4)
Kurus dapat terjadi ketika anak tidak mendapatkan makanan dengan kualitas dan kuantitas
memadai. Jika tidak segara diatasi dapat menyebabkan balita mudah terserang penyakit dan
terjadi secara berkepanjangan dan apabila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, maka bias
berisiko menyebabkan bahaya kesehatan yang mengancam anak.
RATE OF INCREASE (SKOR 2)
Dari hasil penyebaran kuesioner tidak dapat diketahui berapa esar kenaikan masalh karena
penyebaran kuesioner tidak hanya dilakukan pada satu daerah saja tetapi disebarkan pada 7
daerah atapun kabupaten.
DEGREE OF UNMEET NEED (SKOR 4 )
Efek dari malnutrisi sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini berdampak pada ekonomi.
Malnutrisi dapat menyebabkan kemiskinan yang berkelanjutan. 75% keuangan keluarga
akan terfokuskan pada masalah makanan. Semakin buruk kondisi status gizi akan semakin
berdampak pada kehidupan masyarakat. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi
menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual yang akan berpengaruh pada produktivitas
saat dewasa.
SOCIAL BENEFIT (SKOR 4)
Dengan teratasinya masalah gizi kurang akan memperbaiki ekonomi masyarakat, tidak
menjadikan kemiskinan berkelanjutan. Alokasi biaya hidup tidak hanya terfokus pada
makanan tetapi bias digunakan untuk kebutuhan yang lain dan dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat dalam menjalankan hidup.
PUBLIC CONCERN (SKOR 4)
Masalah gizi yang terjadi pada balita salah satunya yaitu balita dengan status gizi kurus. Hal
ini harus benar benar diperhatikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah karena balita
dengan status gizi kurus apabila tidak segera mendapatkan penanganan maka akan
mempengaruhi derajat kesehatannya
POLITICAL CLIMATE (SKOR 4)
Masalah kurang gizi menjadikan ketidakstabilan politik dan pertumbuhan ekonomi.
Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional terdiri dari perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsisten antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
dengan pembangunan pusat. Koordinasi penyelenggaraan kebijakan yang baik dapat
membantu menyukseskan penurunan masalah gizi pada balita. Pentingnya membangun
komitmen politik dalam memajukan agenda pemerintah terkait perbaikan gizi, sehingga
kebijakan gizi dapat lebih berkembang di masa depan.
TECHNICAL FEASIBILITY(SKOR 4)
Sudah seharusnya program perbaikan gizi tidak hanya melalui PMT namun perlu
diintegrasikan dengan sector lainnya. Lebih jauh diperlukan pula langkah perbaikan yang
integrative untuk mengatasi masalah gizi. Keterpaduan pembangunan pertanian dan
peternakan menjadi salah satu alternative dalam mengatasi kekurangan gizi. Dalam upaya
peningkatan kualitas bahan pangan, diversifikasi produk olahan pertanian dan pertenakan
sudah menjadi keharusan karena pangan yang kita konsumsi adalah bahan pangan yang akan
berkontribusi terhadap kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
RESOURCE AVAIBILITY (SKOR 4)
Ketersediaan posyandu sebagai sarana pemantauan status gizi balita masih terdapat
posyandu-posyandu yang masih kurang layak baik dari bangunannya ataupun alat-alat yang
digunakan, sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari terjadinya kekeliruan
dalam proses penimbangan dari segi alat yang digunakan. Dalam beberapa wilayah dana
yang telah diberikan oleh pemerintah khususnya desa untuk anggaran posyandu kebanyakan
masih terlalu sedikit sehingga makanan yang diberikan kepada balita hanya berupa snack
bubur kacang hijau, dengan begitu perlu adanya anggaran yang disetarakan untuk semua
wilayah dalam hal pemberian makanan di posyandu balita.

3. PRIORITAS MASALAH III : MASALAH BALITA DENGAN STATUS GIZI


GEMUK
PREVALENCE(SKOR 4)
Dari hasil kuesioner dapat dilihat bahwa terdapat tiga masalah yaitu balita dengan status
gizi gemuk, balita dengan status gizi sangat kurus dan balita dengan status gizi kurus. Dari
data hasil kuesioner balita dengan kasus gizi gemuk memiliki prevalensi tertinggi yaitu
26,6%,
SEVERITY(SKOR 3)
Masalah yang dapat ditimbulkan dari balita dengan status gizi gemuk adalah dimasa yang
akan dating balita tersebut akan lebih mudah terkena penyakit degenerative.
RATE OF INCREASE(SKOR 2)
Dari hasil penyebaran kuesioner tidak dapat diketahui berapa besar kenaikan masalah karena
penyebaran kuesioner tidak hanya dilakukan pada satu daerah saja tetapi disebarkan pada 7
daerah atapun kabupaten.
DEGREE OF UNMEET NEED (SKOR 3)
Efek dari beban ganda manutrisi sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini berdampak pada
ekonomi. Beban ganda dapat menyebabkan menurunnya kualitas kehidupan penderita dan
keluarga, menurunkan produktivitas individu dan negara serta tingginya biaya yang
dikeluarkan keluarga dan masyarakat ketika sakit.
SOCIAL BENEFIT (SKOR 3)
Dengan teratasinya masalah gizi lebih akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
meningkatkan produktivitas masyarakat dan rendahnya pengeluaran ekonomi utuk berobat.
PUBLIC CONCERN (SKOR 3)
Masalah gizi yang terjadi pada balita salah satunya yaitu balita dengan status gizi gemuk.
Hal ini perlu diperhatikan karena balita dengan status gizi gemuk pada saat dia dewasa maka
dia akan lebih mudah terkena penyakit degenerative.
POLITICAL CLIMATE (SKOR 3)
Masalah kurang gizi menjadikan ketidakstabilan politik dan pertumbuhan ekonomi.
Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional terdiri dari perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsisten antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
dengan pembangunan pusat. Koordinasi penyelenggaraan kebijakan yang baik dapat
membantu menyukseskan penurunan masalah gizi pada balita. Pentingnya membangun
komitmen politik dalam memajukan agenda pemerintah terkait perbaikan gizi, sehingga
kebijakan gizi dapat lebih berkembang di masa depan.
TECHNICAL FEASIBILITY (SKOR 3)
Program perbaikan gizi yang dapat digunakan untuk mengatasi balita dengan status gzi
gemuk yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu tentang obesitas beserta dampak
dampak yang dapat ditimbulkan akibat dari status gizi yang berlebih.
RESOURCE AVAIBILITY (SKOR 3)
Ketersediaan posyandu sebagai sarana pemantauan status gizi balita masih terdapat
posyandu-posyandu yang masih kurang layak baik dari bangunannya ataupun alat-alat yang
digunakan, sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari terjadinya kekeliruan
dalam proses penimbangan dari segi alat yang digunakan. Ibu ibu cederung senang apabila
anak mengalami kenaikan BB yang berlebih.
TAHAP 2 : POHON ANALISIS MASALAH

Meningkatnya angka kematian balita

Presentase balita sangat kurus tinggi


yaitu 6,6%

Rendahnya asupan zat gizi makro dan


mikro

Pengetahuan ibu terhadap MP-ASI


Ketersediaan makanan kurang
rendah

Rendahnya
Banyaknya
Kurangnya Rendahnya partisipasi ibu
anggota
Kurangnya jumlah partisipasi ibu dalam
keluarga
variasi menu pemberian datang ke mengikuti
dalam satu
MP-ASI posyandu penyuluhan
rumah
tentang MP-
ASI
TAHAP 3 : ANALISIS TUJUAN/POHON TUJUAN

Penurunan angka kematian pada balita

Tercapainya target penurunan


prevalensi balita sangat kurus

Asupan zat gizi makro dan mikro


sesuai dengan kebutuhan balita

Pengetahuan ibu terhadap MP-ASI


Ketersediaan makanan cukup tinggi

Jumlah Tingginya
pemberian Tingginya partisipasi ibu
Banyaknya MP-ASI partisipasi ibu dalam
variasi menu sesuai dengan datang ke mengikuti
kebutuhan posyandu penyuluhan
balita tentang MP-
ASI
TAHAP 4 : ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH/POHON
ALTERNATIF

Tercapainya target penurunan prevalensi


balita sangat kurus secara optimal

Asupan zat gizi makro dan mikro


sesuai dengan kebutuhan balita

Tercapainya produksi MP-ASI yang


cukup untuk balita

Melakukan penyuluhan tentang Pemantauan ketersediaan bahan


MP-ASI pada ibu balita pangan tingkat rumah tangga
TAHAP 4 : ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
No Masalah Alternatif
1. Ketersediaan makanan kurang 1. Pemantauan bahan
pangan tingkat rumah
tangga secara berkala
2. Pengetahuan ibu balita tentang MP-ASI rendah 1. Penyuluhan
2. Demonstrasi tentang
pembuatan MP-ASI
yang baik dan juga
benar
TAHAP 5 : MATRIKS PERENCANAAN PROYEK
Aspek Rencana Indikator Sumber Bukti Pelaksana Waktu/Tempat Dana
Tujuan Tercapainya 100% Laporan Kegiatan Petugas Observasi dan Anggaran
Terpenuhinya balita berstatus gizi Gizi dan wawancara : di Puskesmas
asupan zat gizi baik Kader rumah masing- dan Desa
makro dan Posyandu masing
mikro pada responden
balita
Sasaran Sasaran mendapatkan Daftar hadir dan Petugas
Balita dan Ibu dan bersedia menerima Dokumentasi Gizi dan
Balita kunjungan observasi Kader
dan wawancara recall Posyandu
3x24 jam oleh petugas
gizi dan kader
posyandu

Input Tersedianya saran dan Cheklist alat yang Petugas


SDM, Sarana prasarana dibutuhkan Gizi dan
Alat (Formulir Kader
recall, food Posyandu
model, alat
ukuran rumah
tangga))
Output 100% balita berstatus Laporan kegiatan Petugas
Terlaksananya gizi baik dan perhitungan Gizi dan
seluruh rangkian status gizi balita Kader
kegiatan dan Posyandu
asupan zat gizi
makro dan
mikro pada
balita terpenuhi
Aktivitas 100% ibu balita Laporan kegiatan Petugas
Observasi dan mengikuti seluruh Gizi dan
wawancara rangkaian kegiatan Kader
recall 3x24 jam Posyandu
secara langsung
di rumah
masing-masing
responden
responden
Aspek Rencana Indikator Sumber Bukti Pelaksana Waktu/Tempat Dana
Tujuan 100% ibu balita Laporan Kegiatan Petugas Penyuluhan dan Anggaran
Peningkatan memiliki pengetahuan yaitu berupa hasil Gizi dan demonstrasi Puskesmas
pengetahuan ibu yang baik post test dan Kader MP-ASI dapat dan Desa
balita tentang pretest saat Posyandu dilakukan di
gizi seimbang mengikuti balai desa
pada balita penyuluhan
Sasaran Sasaran menghadiri Daftar hadir dan Petugas
Ibu Balita penyuluhan tentang gizi Dokumentasi Gizi dan
seimbang dan Kader
demonstrasi pembuatan Posyandu
MP-ASI balita
Input Tersedianya saran dan Cheklist alat yang Petugas
SDM, Sarana prasarana dibutuhkan Gizi dan
Alat (LCD, Kader
Proyektor, alat Posyandu
tulis, form
pretes dan
posttest, media
yang digunakan
untuk
penyuluhan dan
alat bahan untuk
demonstrasi))
Output 100% balita berstatus Laporan kegiatan Petugas
Terlaksananya gizi baik dan perhitungan Gizi dan
seluruh rangkian status gizi balita Kader
kegiatan dan Posyandu
adanya
peningkatan
pengetahuann
ibu tentang gizi
seimbang pada
balita
Aktivitas 100% ibu balita Laporan kegiatan Petugas
Kegiatan mengikuti seluruh Gizi dan
penyuluhan gizi rangkaian kegiatan Kader
Pada baita yang Posyandu
meliputi gizi
seimbang dan
MP-ASI. Selain
itu juga
dilakukan
demonstrasi
pembuatan MP-
ASI
Aspek Rencana Indikator Sumber Bukti Pelaksana Waktu/Tempat Dana
Tujuan Tercapainya 100% Laporan Kegiatan Petugas Pengukuran Anggaran
Mengetahui balita dengan status gizi Gizi dan antropometri Puskesmas
perkembangan baik Kader dilakukan pada dan Desa
dan juga Posyandu masing masing
pertumbuhan posyandu
balita
Sasaran 100% balita hadir Daftar hadir dan Petugas
Balita dalam kegiatan Dokumentasi Gizi dan
pengukuran Kader
antropometri Posyandu

Input Tersedianya saran dan Cheklist alat yang Petugas


SDM, Sarana prasarana dibutuhkan Gizi dan
Alat Kader
(microtoice, Posyandu
baby scale,
timbangan dan
buku KMS ))
Output 100% balita status gizi Laporan kegiatan Petugas
Terlaksananya baik dan perhitungan Gizi dan
seluruh rangkian status gizi balita Kader
kegiatan Posyandu
posyandu secara
optimal
Aktivitas 100% balita mengikuti Laporan kegiatan Petugas
Pengukuran seluruh rangkaian dan buku KMS Gizi dan
antropometri kegiatan pengukuran Kader
dilakukan di antropometri Posyandu
posyandu

Anda mungkin juga menyukai