Anda di halaman 1dari 65

TIM MAHASISWA PENYUSUN

Nur Fitria Hermanita


Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan
Universitas Esa Unggul

Cyntia Rizki Nayobi


Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan
Universitas Esa Unggul

Khayatul Afiyah
Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan
Universitas Esa Unggul

Rosalina Fajar Yuniar


Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan
Universitas Esa Unggul

Nur Dewi Rachmawati

i
Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan
Universitas Esa Unggul

Ayu Salwa Setyarini


Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan
Universitas Esa Unggul

KATA PENGANTAR

ii
(Feyah)

iii
Sambutan Bapak Lurah, Desa Cikahuripan, Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor

iv
DAFTAR ISI

v
TIM MAHASISWA
PENYUSUN...........................................................................i
KATA
PENGANTAR.................................................................................
....................ii
SAMBUTAN KEPALA
DESA.........................................................................iii
DAFTAR
ISI....................................................................................................
.iv
PROGRAM GIZI PADA
BALITA.....................................................................1
PROGRAM GIZI PADA ANAK USIA
SEKOLAH...........................................15
PROGRAM GIZI PADA WANITA USIA
SUBUR...........................................26
PROGRAM GIZI PADA IBU
HAMIL.............................................................38
PROGRAM GIZI PADA
LANSIA...................................................................48

vi
vii
PROGRAM GIZI PADA BALITA DI DESA CIKAHURIPAN
KECAMATAN KLAPANUNGGAL - KABUPATEN BOGOR

1. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang marak dijumpai diberbagai negara, baik
negara maju maupun negara berkembang yaitu masalah gizi. Di Indonesia
sendiri masalah gizi tidak hanya berdampak pada kesehatan, akan tetapi
berdampak pula pada pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas dimasa yang akan datang. Seperti halnya di Indonesia sebagai
salah satu negara berkembang, malnutrisi merupakan masalah utama yang
diketahui dapat menghambat lajunya pembangunan nasional (Kodyat,
1992 dalam Devi, 2010). Malnutrisi umumnya mengacu pada kondisi gizi
buruk, gizi kurang, dan gizi lebih. Menurut (Global Nutrition Report,
2018),Malnutrisi sering dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
kekurangan gizi dan kelebihan berat badan.
Balita merupakan kelompok umur yang rawan untuk mengalami
keadaan kurang gizi. Sebab kelompok umur ini jarang mendapatkan
pemeriksaan atau penimbangan secara rutin di posyandu, perhatian orang
tua terhadap kualitas makanan juga kurang, baik makanan pokok ataupun
makanan kecil (selingan) karena anak mulai bisa memilih atau membeli
sendiri makanan yang diinginkannya, sedangkan anak kelompok umur ini
biasanya cukup tinggi aktivitas fisiknya. Berbagai faktor penyebab
masalah gizi dan dampak yang diakibatkan dari masalah gizi ini pun
sangat fatal bagi balita yang nantinya diharapkan menjadi penerus bangsa
ini. Jika dilihat pada data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Kemenkes
tahun 2017, persentase balita yang mengalami underweight adalah
sebanyak 17,8% angka ini lebih tinggi dibandingkan persentase kelompok
baduta (14,8%), begitu juga dengan persentase balita yang mengalami
stunting sebesar 29,6% angka ini lebih tinggi dibandingkan kelompok
baduta (20,1%). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018 prevalensi baduta yang mengalami gizi buruk di Indonesia
sebesar 3,8% baduta dan 11,4% baduta dengan gizi kurang, sedangkan di

1
Jawa Barat sebesar 2,5% baduta dengan gizi buruk dan 8,1% baduta
dengan gizi kurang. Prevalensi balita dengan gizi buruk di Indonesia
sebesar 13,9% dan gizi kurang sebesar 13,8%, sedangkan di Jawa Barat
sebesar 2,6% balita mengalami gizi buruk dan 10,6% balita mengalami
gizi kurang. Selain itu, hasil pemantauan status gizi (PSG) kemenkes tahun
2017 juga mengatakan, jumlah balita yang berisiko menjadi kurus masih
cukup tinggi, oleh karena itu upaya penanggulangan balita kurus harus
dilakukan bukan hanya untuk menangani balita yang sudah kurus tetapi
juga untuk mencegah balita yang berisiko kurus.
Masalah balita pendek di Indonesia juga menjadi masalah kronis
yang menarik perhatian utama bagi pemerintah. Berdasarkan Riskesdas
2018 prevalensi balita pendek berdasarkan tinggi badan di Indonesia
sebesar 19,3% sedangkan di Jawa Barat sebesar 19,4%.
Berdasarkan hasil pengambilan data pada 11-18 November 2019,
didapatkan 50 balita yang menjadi responden. Status gizi balita
berdasarkan BB/TB diketahui terdapat 10% balita yang termasuk kategori
gizi sangat kurus dan 8% balita yang termasuk kategori gizi kurus,
berdasarkan TB/U diketahui terdapat 22% balita yang termasuk kategori
gizi sangat pendek dan 14% balita yang termasuk kategori gizi pendek,
berdasarkan BB/U diketahui terdapat 12% balita yang termasuk kategori
status gizi buruk dan 18% balita yang termasuk kategori status gizi kurang.
Rata – rata pendidikan terakhir ibu responden adalah SMA dengan rata –
rata pengetahuan gizi ibu yang cukup. Berdasarkan hasil kuesioner
mengenai ekonomi keluarga, sebanyak 20 responden (40%) memiliki
pendapatan keluarga kategori rendah. Riwayat penyakit infeksi tertinggi
pada balita dalam 3 bulan terakhir yaitu diare tetapi sebagian besar balita
tidak memilikki riwayat penyakit infeksi. Berdasarkan food recall 2x24
jam diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi pada 50 responden
di Desa Cikahuripan adalah defisit berat sebesar 60%, rata – rata tingkat
kecukupan protein adalah 44% responden asupan berlebih, rata – rata
tingkat kecukupan lemak adalah 58% responden defisit berat dan rata –
rata tingkat kecukupan karbohidrat adalah 64% responden defisit berat.

2
Berdasarkan penjelasan data diatas, kami ingin memberikan program
intervensi mengenai gizi seimbang, edukasi mengenai asi eksklusif,
stunting dan higiene sanitasi personal ibu balita dan lingkungan untuk
meningkatkan status gizi balita di Desa Cikahuripan.
2. Analisa Masalah
Analisa masalah dilakukan sesuai dengan data yang dimiliki. Data yang
ditemukan tidak semuanya dapat dijadikan suatu masalah. Untuk
mengetahui prioritas masalah yang akan dijadikan bahan intervensi dapat
dilihat pada tabel 1.1 menggunakan metode delbeq kuantitatif.

Tabel 1.1 Matriks Permasalahan Balita


Masalah Besar Kegawata Biaya Kem Nilai Prioritas
Masalah n uda Total Masalah
han
8 8 6 7
Status Gizi 8 x 8 = 5 x 8 = 40 6 x 6 6 x 7 = 42 182 2
64 = 36
Asupan Zat 8 x 8 = 5 x 8 = 40 8 x 6 7 x 7 = 49 201 1
Gizi Makro 64 = 48
Asi Ekslusif 3 x 8 = 4 x 6 = 24 4 x 6 5 x 7 = 35 107 4
24 = 24
Higiene 6 x 8 = 5 x 8 = 40 4 x 6 5 x 7 = 35 147 3
Sanitasi 48 = 24
Tingkat 2 x 8 = 3 x 8 = 24 4 x 6 5 x 7 = 35 99 5
Pengetahuan 16 = 24
Ibu

Berdasarkan tabel matriks permasalahan balita didapat 3 prioritas


masalah pada balita yaitu asupan zat gizi makro, status gizi balita dan
higiene sanitasi.
Berdasarkan pada bagan problem tree atau pohon masalah di
Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya status gizi adalah
tingginya penyakit infeksi yang dialami oleh balita selama 3 bulan
terakhir, rendahnya penerapan asi eksklusif dan asupan zat gizi makro

3
yang rendah. Tingginya penyakit infeksi disebabkan oleh higiene sanitasi
yang tidak sehat dan bersih sedangkan kurangnya asupan zat gizi makro
disebabkan oleh status ekonomi keluarga yang rendah.

Status Gizi ↓

Penyakit Infeksi Pemberian Asi Asupan Zat Gizi


↑ Eksklusif ↓ Makro ↓

Higiene Sanitasi Status Ekonomi


↓ ↓

Gambar 1.1 Pohon masalah balita di Desa Cikahuripan

Berdasarkan pohon masalah diatas, didapatkan pohon sasaran yang


dapat dijadikan tujuan dari program intervensi yang dilakukan. Dapat
dilihat pada Gambar 1.2bahwa penerapan higiene sanitasi yang baik dapat
menurunkan risiko penyakit infeksi. Rendahnya penyakit infeksi,
tingginya penerapan asi eksklusif dan meningkatnya asupan zat gizi makro
daat meningkatkan status gizi balita di Desa Cikahuripan.

Status Gizi ↑

Penyakit Infeksi Pemberian Asi Asupan Zat Gizi


↓ Eksklusif ↑ Makro ↑

Higiene Sanitasi Status Ekonomi


↑ ↑

Gambar 1.2 Pohon sasaran balita di Desa Cikahuripan

4
3. Program Intervensi
Program intervensi adalah kegiatan atau serangkaian paket yang
bertujuan mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau
tindakan individu maupun populasi untuk mengurangi perilaku berisiko.
Berdasarkan matriks masalah balita di Desa Cikahuripan, score tertinggi
terdapat pada permasalahan yang sangat penting yaitu status gizi yang
tidak baik, rendahnya asupan zat gizi makro, tingginya penyakit infeksi
seperti diare yang dialami oleh balita dan rendahnya penerapan pemberian
asi eksklusif. Terkait penyakit diare, masih dapat dilakukan pencegahan
jika ibu balita menjaga higiene sanitasi personal dan lingkungan.Program
intervensi yang akan diberikan untuk meningkatkan status gizi dan asupan
zat gizi makro
3.1 Rencana Program
Nama program : Gizi Sehat Mengatasi Balita Gizi Kurang dan
Cegah Stunting (GEMILANG)
Tujuan
a)Meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang prinsip gizi
seimbang, stunting, IMD,higiene sanitasi dan asi eksklusif
b)Meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai pemberian MP-
ASI dan modifikasi menu 4 bintang dengan bahan pangan
lokal
Media : Poster cuci tangan, gambar tumpeng gizi
seimbang untuk program mewarnai, X-banner
stunting dan booklet MPASI.

Gambar 1.3 Gambar tumpeng gizi seimbang

5
Gambar 1.4 Poster 5 Langkah Gambar 1.5 X-banner Stunting dan Anemia
Cuci Tangan

Gambar 1.6Booklet Buku Saku MP-ASI

6
Monitoring dan evaluasi perencanaan program intervensi balita
yang dilakukan selama satu bulan di Desa Cikahuripan:

Tabel 1.2 Rencana Program Intervensi


Komponen
Evaluasi Indikator untuk
yang akan MOV Analisis Data
Objektif Evaluasi
Dieveluasi
Meningkatkan Pengetahuan Setelah diberikan  Daftar hadir Melakukan
pengetahuan ibu pada saat penyuluhan minggu 1, 2 analisis hasil
balita tentang dilaksanakan pengetahuan ibu dan 3 pengetahuan dari
prinsip gizi penyuluhan balita meningkat  Sesi tanya sesi tanya jawab
seimbang,stunti mengenai prinsip jawab materi
ng, imd, gizi seimbang, sebagai pre penyuluhan yaitu
pemberian ASI stunting, imd, dan post test pre dan post test
eksklusif, pemberian asi
pemberian MP- eksklusif,
ASI dan higiene pemberian MP-
sanitasi ASI dan higiene
sanitasi

Meningkatkan Memberikan Pengetahuan Daftar hadir Melakukan


pengetahuan ibu makanan tentang pemilihan serta analisis hasil
balita mengenai tambahan bahan makanan persentase dengan melihat
modifikasi untuk balita dan modifikasi partisipasi daftar hadir dan
menu 4 bintang berupa finger resep 4 bintang dalam photo contest dari
yang bergizi food berupa pangan lokal pelaksanaan responden
dengan pangan wortel dan penyuluhan
lokal labu rebus,
puding susu
buah, nasi tim
ayam wortel
yang
merupakan
sumber pangan

7
lokal
3.2 Alur Kegiatan
Alur kegiatan program intervensi adalah uruta kegiatan dalam
sebuah kegiatan program yang sambung menyambung berdasarkan
hubungan sebab-akibat. Pemahaman alur akan memudahkan
memahami kegiatan dalam sebuah program intervensi. Alur kegiatan
program intervensi balita dibagi menjadi dua hari intervensi. Alur
kegiatan di PAUD dapat dilihat pada Gambar 1.5 dan alur kegiatan di
posyandu pada Gambar 1.6

Melakukan penyuluhan dan dilakukan absensi


kehadiranPada anak yang sudah datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan jenis


bahan makanan dan pengelompokannya

Anak-anak lomba mewarnai tumpeng gizi seimbang pada


media yang telah di sediakan

Hasil dari lomba mewarnai ditentukan juara I, II dan III


sekaligus sebagai post-test

Foto bersama anak-anak paud dan juga Ibu guru untuk


dokumentasi

Gambar 1.7 Alur kegiatan penyuluhan di PAUD

8
Mempersiapkan materi menggunakan media x-banner,
poster cuci tangan dan booklet mp-asi dan juga dilakukan
absensi kehadiran pada ibu balita yang sudah datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan


pertanyaan mengenaiprinsip gizi seimbang, IMD, ASI
eksklusif, mp-asi, stunting dan higiene sanitasi

Melakukan penyuluhan dengan menggunakan media x-


banner dan poster cuci tangan dan penjelasan mengenai
gizi seimbang, IMD, ASI eksklusif, mp-ASI

Peserta melakukan post test dengan melakukan tanya


jawab dan meriview kembali materi yang telah
disampaikan

Pemberian hadiah sebagai apresiasi bagi ibu balita yang


telah menjawab soal dan mereview materi yang telah
disampaikan

Foto bersama lansia di posyandu untuk dokumentasi

Pembukaan photo contestmenu mp-asi 4 bintang dengan


pangan lokal

Pengumuman pemenang photo contest menu mp-asi 4


bintang dengan pangan lokal dan pemmberian apresiasi

Gambar 1.8 Alur kegiatan penyuluhan di posyandu

4. Keberhasilan Pelaksanaan Program


4.1 Pembahasan
Berdasarkan alur kegiatan selama menjalankan program
intervensi gizi mengenai gizi seimbang, edukasi tentang ASI eksklusif,
stunting dan higiene sanitasi maupun personal ibu balita untuk
meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang prinsip gizi seimbang,

9
stunting, imd, higiene sanitasi dan asi eksklusif serta pengetahuan
mengenai pemberian MP-ASI dan modifikasi menu 4 bintang dengan
bahan pangan lokal.
Masyarakat Desa Cikahuripan sangat atusias mengikuti kegiatan
yang telah diselenggarakan. Terdapat dua sesi intervensi yaitu di PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) untuk balita dilakukan kegiatan coloring
contest dan POSYANDU untuk ibu balitadilkakukanpenyuluhan
mengenai gizi seimbang untuk balita, pentingnya pemberian ASI
eksklusif, stunting dan higiene sanitasi personal.Pelaksanaan
kegiatancoloring contest dilakukan di tinga PAUD seperti PAUD
Annajwa, PAUD Insan Mandiri, dan PAUD Izzatul Jannahdilaksanakan
pada hari yang berbeda diikuti oleh anak usia dibawah lima
tahunmenggunakan media gambar tumpeng gizi seimbang (Gambar 1.3)
dan juga sosialisasi mengenai cara mencuci tangan berdasarkan
rekomendasi dariKEMENKES-RI (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia) menggunakan poster 5 langkah cuci tangan (Gambar 1.4).
sebelum melakukan lomba mewarnai dilakukan pre-test mengenai
pengenalan jenis bahan makanan dan pengelompokannya seperti
golongan protein nabati dan hewani, lemak, buah dan sayur, makanan
pokok atau karbohidrat, dan juga kebutuhan cairan dengan minum air
putih sebanyak 8 gelas sehari. Selanjutnya diberikan istirahat sejenak
sembari melakukan permainan ataupun bernyanyi bersama, kemudian
pengumuman pemenang perolehan juara 1,2, dan 3 sebagai bentuk post-
test dinilai dari prinsip warna dari jenis makanan dan juga kerapihan
dalam mewarnai. Selanjutnya pembagian hadiah kepada pemenang dan
tanda terima kasih kepada seluruh siswa bersama dengan ibu guru dan
pengelola PAUD dilanjutkan dengan foto bersama.
Program intervensi gizi yang ke dua yaitu penyuluhan mengenai
gizi seimbang, pentingnya pemberianASI eksklusif, stunting dan higiene
sanitasi maupun personal ibu balita dibeberapa POSYANDU (Pos
Pelayanan Terpadu) desa Cikahuripan bersama dengan bidan desa dan
para kader. Berdasarkan alur kegiatan sebelum penyampaian materi

10
penyuluhan dilakukan pre-test dengan cara memberikan pertanyaan apa,
mengapa dan bagaimana di setiap materi penyuluhan. Semisal pada
materi ASI eksklusif:
- Apa itu ASI eksklusif?
- Mengapa perlu diberikan ASI eksklusif?
- Bagaimana jika bayi tidak diberikan ASI eksklusif?
Penyampaian materi dari pertanyaan yang paling sulit dijawab
dan dilanjutkan pada pembahasan pertanyaan selanjutnya hal ini juga
dilakukan pada materi penyuluhan yang lain. Pemberian materi gizi
seimbang meliputi penjelasan tentang gizi seimbang dan MP-ASI
menggunakan media booklet buku saku MP-ASI (Gambar 1.6) dan demo
masak mengenai MP-ASI sesuai dengan prinsip yang benar baik dari segi
tekstur, frekuensi pemberian, rasa dan kelengkapan kandungan gizinya.
Post-test dilakukan selain dengan menanyakan kembali pertanyaan pada
waktu pre-test kami menyelenggarakan photo contestmengenai kreasi
menu MP-ASI sesuai dengan prinsip dan pedoman gizi seimbang untuk
baduta yang di unggah di sosial media dengan menandaifanpage official
account facebook maupun instagram @esaunggulxcikahuripan.
Pemenang lomba akan diumumkan di akun media sosial dan pemberian
hadiah dihantarkan langsung ke rumah pemenang sebagai bentuk
apresiasi.
Selanjutnya penyampaian materi mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif dan melakukan IMD (Inisiasi Menyusi Dini)
dilakukan di hari yang berbeda dengan metode yang sama sekaligus
dengan penyampaian materi mengenai stunting dan higiene sanitasi
menggunakan media X-banner (Gambar 1.5).Mengumumkan jadwal
kegiatan maksimal 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan serta pemberian
konsumsi dan souvenir di setiap pertemuan sebagai upaya untuk
meningkatkan partisipasi warga dalam mengikuti kegiatan.
4.2 Ketercapaian Tujuan
Setelah dilakukan rangkaian kegiatan intervensi program
GEMILANG (Gizi Sehat Mengatasi Balita Gizi Kurang dan Cegah

11
Stunting) berupa penyuluhan mengenaigizi seimbang, edukasi
tentangASI eksklusif, pencegahan stunting dan higiene sanitasi
maupun personal ibu balita menggunakan media gambar tumpeng gizi
seimbang, poster cuci tangan, x-banner pencegahan stunting dan
booklet MP-ASI serta hasil pre-test dan post-testdapat dilihat bahwa
sasaran dari intervensi program mengalami peningkatan pengetahuan
ditunjukkan dengan antusias sasaran selama mengikuti kegiatan seperti
dalam jumlah kehadiran peserta, mau mendengarkan selama
pemaparan materi dan aktif bertanya seputar materi yang disampaikan.
Meningkatnya pengetahuan mengenai pemilihan bahan makanan, gizi
seimbang, pentingnya pemberian ASI eksklusif, pencegahan stunting,
dan higiene sanitasi maupun personal peserta kegiatan yang mampu
mereview materi yang sudah disampaikan pada setiap kegiatan diberi
souvenir sebagai bentuk apresiasi. Diperoleh juara 1, 2 dan 3 pada
kegiatan coloring contest dan didapatkan pemenang lomba photo
contest sebagai tolak ukur bahwa peserta memiliki peningkatan dan
perubahan dalam pengetahuan maupun sikap sesuai dengan pedoman
gizi seimbang. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar, peserta
dapat mengikuti kegiatan hingga akhir. Namun, terdapat beberapa
kendala seperti keterbatasan tempat dan cuaca yang kurang
mendukung sehingga mengulur waktu pelaksanaan kegiatan intervensi.

4.3 Dokumentasi

Gambar 1.1 Kegiatan demo masak MP ASI di posyandu

12
Gambar 1.2 Kegiatan posyandu di Desa Cikahuripan

13
Gambar 1.3 Penyuluhan mengenai gizi seimbang pada balita di PAUD

Gambar 1.4 Foto bersama ibu balita di posyandu setelah melakukan


intervensi

5. Daftar Pustaka
Devi, Nirmala. (2010). Nutrition and Food, Gizi untuk Keluarga. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara
Global Nutrition Report. (2018). Artikel dapat dilihat pada laman:
https://globalnutritionreport.org/reports/global-nutrition-report-
2018/.
Kemenkes RI. (2017). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan
penjelasannya.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

14
PROGRAM GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DESA
CIKAHURIPAN
KECAMATAN KLAPANUNGGAL - KABUPATEN BOGOR

1. Latar Belakang
Anak Usia Sekolah (AUS) merupakan masa dimana anak sedang
aktif-aktifnya dalam melakukan aktivitas fisik baik di dalam maupun di
luar rumah. Pada tahap usia ini karena anak berada dalam fase
pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi, maka kebutuhan gizi anak juga
akan meningkat (Briawan, 2016). Masalah gizi yang sering terjadi pada
anak yang sedang dalam masa pertumbuhan adalah masalah gizi kurang.
Anak dengan status gizi kurang dapat mengakibatkan daya tangkapnya
berkurang, penurunan konsentrasi belajar, pertumbuhan fisik tidak
optimal, cenderung memiliki postur tubuh pendek, anak tidak aktif
bergerak. Begitu pula dengan status gizi lebih akan mengakibatkan
penurunan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak
menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan serta
munculnya penyakit. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bawah
masalah gizi kurang atau anak yang terlalu kurus berjumlah 11 persen dari
populasi anak usia 5-11 tahun.
Salah satu penyakit infeksi yang dapat menyebabkan malnutrisi
pada pada usia dini yaitu penyakit diare. Laporan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menyatakan periode prevalensi nasional diare
adalah 3,5%. Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
terjadinya infeksi akibat sanitasi yang tidak baik, sosial ekonomi,
pengetahuan, akses dalam memperoleh makanan dan air bersih, kebiasaan
anak yang lebih suka mengonsumsi jajanan dengan sembarangan, tidak
mencuci tangan sebelum makan, cacing dan masih banyak faktor lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015) menunjukkan adanya

15
hubungan perilaku cuci tangan, perilaku makan dan status gizi dengan
kejadian diare pada anak. Kebiasaan sarapan juga penting untuk kesehatan
anak usia sekolah karena sarapan bermanfaat besar bagi tubuh anak. Anak
sekolah pada umumnya sering melewatkan dan tidak mau sarapan atau
cenderung jajan sembarangan di sekolah. Berdasarkan penelitian Hanrizon
(2016) pengetahuan gizi anak berhubungan dengan frekuensi jajan pada
anak. Makanan jajanan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dari kehidupan anak sekolah dasar (Umardani, 2011).
Berdasarkan hasil pengambilan data pada 11-18 November 2019,
didapatkan 50 anak usia sekolah yang menjadi responden. Status gizi
AUS berdasarkan IMT/U diketahui terdapat 24% AUS yang termasuk
kategori gizi kurus dan 10% AUS yang termasuk kategori gizi sangat
kurus. Berdasarkan standar antropometri status gizi anak, jika hasil
pengukuran kurang dari -3 SD dikategorikan sebagai status gizi sangat
kurus sedangkan jika hasil pengukuran -3 SD sampai dengan kurang dari -
2 SD dikategorikan sebagai status gizi kurus.
Rata-rata pengetahuan AUS mengenai PHBS berdasarkan kuesioner
yaitu baik dengan persentase 96%, diikuti dengan pengetahuan mengenai
sarapan dan kebiasaan jajan anak usia sekolah yang sudah baik dengan
persentase pengetahuan sarapan 68% dan pengetahuan jajanan 78%.
Kebanyakan anak usia sekolah memiliki tingkat kebiasaan sarapan yang
baik dengan melakukan sarapan tepat waktu dimulai dari jam 7 hingga jam
pagi. Berdasarkan food recall 2x24 jam diketahui bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi pada 50 responden di Desa Cikahuripan adalah kurang
sebesar 84%, 78% responden memiliki rata – rata tingkat kecukupan
karbohidrat yang kurang, sedangkan 62% responden memiliki rata – rata
tingkat kecukupan protein yang kurang dan 74% responden memiliki rata
– rata tingkat kecukupan lemak yang kurang. Untuk tingkat aktivitas fisik
pada anak usia sekolah tergolong ringan dengan persentase 94%
dikarenakan sepulang sekolah sebagian besar anak-anak tidak bermain
dengan melakukan aktivitas fisik melainkan bermain menggunakan
gadget.

16
Berdasarkan penjelasam data diatas, kami ingin memberikan
program intervensi mengenai gizi seimbang, edukasi mengenai jajanan
sehat, keberagaman jenis bahan makanan dan pentingnya konsumsi buah
dan sayur menggunakan media permainan untuk meningkatkan status gizi,
tingkat kecukupan zat gizi makro dan aktivitas fisik anak usia sekolah di
Desa Cikahuripan.
2. Analisa Masalah
Analisa masalah dilakukan sesuai dengan data yang dimiliki. Data
yang ditemukan tidak semuanya dapat dijadikan suatu masalah. Untuk
mengetahui prioritas masalah yang akan dijadikan bahan intervensi dapat
dilihat pada tabel 1.1 menggunakan metode delbeq kuantitatif.

Tabel 2.1 Matriks Permasalahan AUS


Besar Nilai Prioritas
Masalah Kegawatan Biaya Kemudahan
Masalah Total Masalah
8 8 6 7
Asupan Zat Gizi 8 x 8 = 64 7 x 8 = 56 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35
179 1
Makro
Status Gizi 5 x 8 = 40 6 x 8 = 48 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35 147 2
Tingkat Pengetahuan
dan Kebiasaan 2 x 8 = 16 3 x 8 = 24 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35 99 6
Sarapan
Tingkat pengetahuan
3 x 8 = 24 3 x 8 = 24 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35 107 5
Makanan Jajanan
PHBS 3 x 8 = 24 5 x 8 = 40 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35 123 4
Aktivitas Fisik 9 x 8 = 72 3 x 8 = 24 4 x 6 = 24 2 x 8 = 16 136 3

Berdasarkan tabel matriks permasalahan AUS didapat 3 prioritas


masalah pada anak usia sekolah yaitu asupan zat gizi makro, status gizi
AUS dan aktivitas fisik.
Berdasarkan pada bagan problem tree atau pohon masalah di
Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya status gizi adalah
Rendahnya aktivitas fisik dan kurangnya asupan zat gizi makro. Asupan

17
zat gizi makro disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak
beranekaragam dan tingginya konsumsi jajanan pada anak usia sekolah.

Status Gizi ↓

Aktivitas Fisik ↓ Asupan Zat Gizi


Makro ↓

Konsumsi Konsumsi
Makanan Tidak Jajanan ↑
Beragam

Gambar 2.1Pohon masalah AUS di Desa Cikahuripan

Berdasarkan pohon masalah diatas, didapatkan pohon sasaran yang


dapat dijadikan tujuan dari program intervensi yang dilakukan. Dapat
dilihat pada Gambar 2.1 bahwa penerapan higiene sanitasi yang baik dapat
menurunkan risiko penyakit infeksi. Rendahnya penyakit infeksi,
tingginya penerapan asi eksklusif dan meningkatnya asupan zat gizi makro
daat meningkatkan status gizi balita di Desa Cikahuripan.

Status Gizi ↓

Aktivitas Fisik ↓ Asupan Zat


Gizi Makro ↓

Konsumsi Konsumsi
Makanan Tidak Jajanan ↑
Beragam
18
Gambar 2.2 Pohon masalah AUS di Desa Cikahuripan

3. Program Intervensi
Program intervensi adalah kegiatan atau serangkaian paket yang bertujuan
mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau tindakan individu
maupun populasi untuk mengurangi perilaku berisiko. Berdasarkan
matriks masalah anak usia sekolah di Desa Cikahuripan, score tertinggi
terdapat pada permasalahan yang sangat penting yaitu status gizi yang
tidak baik, rendahnya asupan zat gizi makro dan rendahnya aktivitas fisik.
Semua media intervensi yang diberikan berupa permainan untuk
meningkatkan status gizi, aktivitas fisik dan asupan zat gizi makro.
3.1 Rencana Program
Nama program : Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)
Tujuan
a)Meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang prinsip gizi
seimbang
b)Meningkatkan pengetahuan anak sekolahtentang prinsip
keberagaman makanan dan jajanan sehat
c)Meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang higiene
sanitasi dalam mencuci tangan
d)Meningkatkan aktivitas fisik anak usia sekolah untuk
meningkatkan status gizi
Media : Permainan Spint and Sprint, Vegan dart dan
permainan Engklek 10 pesan gizi seimbang dan
ranking 1.

19
Gambar 2.3Design Spin and Sprint Gambar 2.4Design permainan Vegan
bahan makanan
Dart

Gambar 2.5 permainan Engklek Gambar 2.6 permainan ranking 1


10 pesan gizi seimbang

Tabel 2.2 Rencana Program Intervensi


Komponen
Indikator untuk
Evaluasi Objektif yang akan MOV Analisis Data
Evaluasi
Dieveluasi
Meningkatkan Pengetahuan Setelah  Daftar hadir Melakukan
pengetahuan anak pada saat diberikan minggu 1dan analisis hasil
usiasekolah dilaksanakan penyuluhan, 2 pengetahuan dari
tentang prinsip penyuluhan pengetahuan  Sesi tanya pemenang
gizi seimbang, anak usia jawab permainan
keanekaragaman sekolah sebagai pre ranking 1
makanan, jajanan meningkat test dan mengenai materi
sehat dan langkah tentang prinsip permainan penyuluhan
cuci tangan gizi seimbang, ranking 1
keanekaragaman sebagaipost
makanan, test
jajanan sehat
dan 5 langkah

20
cuci tangan
Meningkatkan Kebiasaan Setelah Daftar hadir Melakukan
aktivitas fisik melakukan diberikan serta analisis hasil
anak usia sekolah aktivitas fisik permainan yang persentase permainan yang
untuk melibatkan partisipasi melibatkan
meningkatkan aktivitas fisik dalam aktivitas fisik
status gizi diharapkan akan pelaksanaan dengan melihat
meningkatkan penyuluhan daftar hadir dan
aktivitas fisik antusias dari AUS
AUS

3.2 Alur Kegiatan


Alur kegiatan program intervensi adalah uruta kegiatan dalam sebuah
kegiatan program yang sambung menyambung berdasarkan hubungan
sebab-akibat. Pemahaman alur akan memudahkan memahami kegiatan
dalam sebuah program intervensi. Alur kegiatan program intervensi
anak usia sekolah dapat dilihat pada Gambar 2.7

Melakukan penyuluhan dan dilakukan absensi kehadiran


pada anak yang sudah datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan


pertanyaan mengenai gizi seimbang, keberagaman
makanan dan cuci tangan serta makanan jajanan

Melakukan penyuluhan dengan media permainan spint


and sprint dan vegan dart

Mengulas kembali materi yang telah disampaikan melalui


media permainan

Peserta melakukan post test dengan media ranking 1

Hasil dari ranking 1 didapatkan juara I, II dan III

Foto bersama anak-anak SD dan juga Ibu guru untuk


dokumentasi 21
Gambar 2.7 Alur kegiatan penyuluhan di sekolah dasar

4. Keberhasilan Pelaksanaan Program


4.1 Pembahasan
Pelaksanaan kegiatan PROGAS (Program Gizi Anak Sekolah)
ditujukan untuk anak usia sekolah yaitu siswa SDN 01 Cikahuripan,
SDN 03 Cikahuripan, dan MI Annuruntuk meningkatkan pengetahuan
anak sekolah tentang prinsip gizi seimbang, keberagaman makanan,
jajanan sehat, higiene sanitasi maupun personal dan aktivitas fisik
sehingga mencapai status gizi yang baik.
Berdasarkan alur kegiatan (Gambar 2.7) siswa mengisi daftar
hadir yang telah disediakan kemudian diberi soal pre-testberupa
pertanyaan mengenai gizi seimbang, konsumsi makanan jajanan,
aktivitas fisik dan higiene sanitasi. Hampir semua materi penyuluhan
disampaikan dalam bentuk permainan seperti menggunakan spin and
sprintdan vegan dartuntuk memaparkan materi keragaman makanan,
makanan jajanan dan pengelompokan jenis makanan seperti golongan
karbohidrat, protein, lemak serta buah dan sayur sekaligus sebagai
upaya dalam meningkatkan aktivitas fisik pada anak. Penyuluhan
materi mengenai penerapan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah BAK maupun
BAB, dan setelah melakukan aktivitas fisik lainnya serta
memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar. Pada penyuluhan
mengenai cara cuci tangan yang baik dan benar menurut rekomendasi
WHO (World Health Organization) kami mengkreasikan langkah cuci
tangan menggunakan sosisal media tik tok. Post-testdilakukan dengan
cara mengulas kembali materi yang telah disampaikan melalui
kegiatan ranking 1sehingga diperoleh juara 1, 2, dan 3 yang
selanjutnya akan diseleksi kembali sehingga diperoleh delegasi peserta

22
lomba cerdas cermat duta gizi perwakilan desa Cikahuripan pada acara
puncak kegiatan Kepaniteraan Manajemen Program Gizi Universitas
Esa Unggul di Kecamatan Klapanunggal tahun 2020.

4.2 Ketercapaian tujuan


PROGAS (program Gizi Anak Sekolah) sangat diminati oleh
para siswa di SDN 01, 03 Cikahuripan dan MI Annur. Hal ini
ditunjukkan dengan antusiasme siswa selama mengikuti kegiatan.
Semua intervensi program gizi menggunakan media permainan seperti
spin and sprint, vegan dart, permainan engklek berisi 10 pesan gizi
seimbang dan media tik tok untuk langkah cuci tangan. Meggunakan
media ranking1untuk memperoleh juara 1, 2, dan 3sebagai bentuk
post-test untuk mengetahui apakah siswa betul-betul memahami materi
yang disampaikan selama kegiatan intervensi gizi.
Desa Cikahuripan memperoleh prestasi juara pertama lomba
cerdas cermat tingkat kecamatan Klapanunggal dan mendapatkan gelar
Duta Gizi Kecamatan Klapanunggal 2020 untuk anak usia sekolah
serta memenangkan lomba estafet barang sebagai upaya untuk
meningkatkan aktivitas fisik pada anak usia sekolah. Perlombaan
tersebut diselenggarakan pada hari Sabtu, 29 Februari 2020 di
kecamatan Klapanunggal sebagaiacara puncak dari kegiatan
Kepaniteraan Manajemen Program Gizi Universitas Esa Unggul di
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor tahun tahun 2020.
4.3 Dokumentasi

23
Gambar 2.1 Melakukan edukasi mengenai 5 langkah cuci tangan,
prinsip gizi seimbang dan jajanan sehat

Gambar 2.2 Menyiapkan permainan Spint and Sprint, vegan dart dan
engklek 10 pesan gizi seimbang

Gambar 2.3 Melakukan permainan ranking 1 sebagai hasil post test

24
Gambar 2.4 Foto bersama seluruh siswa sd dan pemenang permainan
ranking 1

5. Daftar Pustaka
Briawan, Dodik. (2016). Gizi Pada Anak Sekolah. Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
Maryani, I., & Fatmawati, L. (2015). Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Deepublish
Umardani, RM. (2011). Kebiasaan Jajan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan
Kesehatan serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa
Sekolh Dasar di Kota Bogor. Bogor: Institusi Pertanian Bogor

25
PROGRAM GIZI PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA
CIKAHURIPAN

KECAMATAN KLAPANUNGGAL - KABUPATEN BOGOR

1. Latar Belakang
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan wanita yang masih berada
dalam usia reproduktif, artinya masih bisa menghasilkan keturunan. Hal ini
berarti wanita usia subur merupakan wanita yang sudah mengalami haid
(menstruasi) dan belum mengalami menopause, rentang usia wanita usia
subur adalah sekitar 15-49 tahun (Novitasary, Mayulu, & Kawengian, 2013).
Wanita usia subur sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus
diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya. Permasalahan gizi
yang sering terjadi tidak hanya gizi kurang saja melainkan juga gizi lebih
yang dapat disebabkan karena pola makan yang salah, ketidakseimbangan
asupan zat gizi dan kesehatan yang kurang maksimal.Berdasarkan hasil
analisis Riskesdas (2013), diketahui bahwa status gizi pada orang dewasa di
Indonesia, di atas 18 tahun didominasi oleh masalah obesitas dan perempuan
dewasa (>18 tahun) di Indonesia memiliki prevalensi obesitas lebih tinggi
(32,9%) daripada laki-laki (19,7%). Prevalensi obesitas cenderung mulai
meningkat setelah usia 35 tahun keatas, dan kemudian menurun kembali
setelah usia 60 tahun ke atas, ini artinya wanita usia subur memiliki resiko
obesitas lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya di Indonesia.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada WUS sedang menjadi fokus
pemerintah dan tenaga kesehatan sekarang ini. Hal ini dikarekan seorang
WUS yang KEK memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang
menderita KEK dikemudian hari. Selain itu, kekurangan gizi menimbulkan
masalah kesehatan (mordibitas, mortalitas dan disabilitas). Hasil Riskesdas
(2013) didapatkan angka prevalensi risiko KEK WUS di Indonesia adalah
20,8%, sedangkan hasil Riskesdas, 2018 didapatkan angka prevalensi risiko
KEK WUS di Indonesia adalah 14,5%.

26
Selain Kekuragan Enegi Kronis, anemia merupakan masalah gizi
akibat kekurangan zat besi yang rentan terjadi pada WUS. Menurut hasil data
Riskesdas (2013) prevalensi anemia sebanyak 37,1% dan meningkat pada
tahun 2018 sebanyak 48,9% (Riskesdas, 2018). Kejadian anemia pada WUS
biasanya berlanjut pada masa kehamilan, sehingga mengakibatkan risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, diantaranya risiko kematian
maternal, angka prematuritas, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan angka
kematian prenatal meningkat, serta meningkatnya risiko pendarahan
antepartum dan postpartum (Citrakesumasari, 2012).
Berdasarkan hasil pengambilan data pada 11-18 November 2019,
didapatkan 50 wanita usia subur yang menjadi responden. Sebagian besar
wanita usia subur memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 56%. Rata-rata
status ekonomi keluarga rendah sebanyak 70% responden sedangkan yang
memiliki status ekonomi sedang sebanyak 30% responden. Status gizi wanita
usia subur berdasarkan pengukuran IMT/U didapatkan hasil 40% responden
memiliki status gizi obes tingkat 1. Mayoritas wanita usia subur di Desa
Cikahuripan tidak memiliki riwayat penyakit infeksi dan penyakit tidak
menular selama 3 bulan terakhir. Rata - rata wanita usia subur tidak berisiko
KEK dengan persentase 80% dan memiliki pengetahuan gizi yang cukup.
Persepsi tubuh wanita usia subur yang didapatkan berdasarkan kuesioner
sebanyak 64% wanita memiliki persepsi tubuh yang negatif. Berdasarkan
food recall 2x24 jam diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi pada
50 responden di Desa Cikahuripan adalah defisit tingkat berat sebesar 82%,
78% responden memiliki rata – rata tingkat kecukupan karbohidrat defisit
tingkat berat, sedangkan 60% responden memiliki rata – rata tingkat
kecukupan protein defisit tingkat berat dan 76% responden memiliki rata –
rata tingkat kecukupan lemak defisit tingkat berat dan 94% wanita usia subur
memiliki tingkat kecukupan Fe yang kurang. Untuk tingkat aktivitas fisik
pada wanita usia subur tergolong rendah dengan persentase 94%.
Berdasarkan penjelasam data diatas, kami ingin memberikan program
intervensi mengenai gizi seimbang, edukasi mengenai anemia, stunting,
persepsi tubuh dan aktivitas fisik wanita usia subur di Desa Cikahuripan.

27
2. Analisa Masalah
Analisa masalah dilakukan sesuai dengan data yang dimiliki. Data yang
ditemukan tidak semuanya dapat dijadikan suatu masalah. Untuk mengetahui
prioritas masalah yang akan dijadikan bahan intervensi dapat dilihat pada
tabel 3.1 menggunakan metode delbeq kuantitatif.

Tabel 3.1 Matriks Permasalahan WUS


Besar Nilai Prioritas
Masalah Kegawatan Biaya Kemudahan
Masalah Total Masalah
8 8 6 7
Asupan Zat Gizi
5 x 8 = 40 6 x 8 = 48 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35 147 2
Makro
Status Gizi 8 x 8 = 64 7 x 8 = 56 4 x 7 = 28 6 x 7 = 42 190 1
Body Image 9 x 8 = 72 3 x 8 = 24 4 x 6 = 24 2 x 8 = 16 136 3
Aktifitas Fisik 3 x 8 = 24 5 x 8 = 40 5 x 6 = 30 5 x 7 = 35 129 4

Berdasarkan tabel matriks permasalahan WUS didapat 3 prioritas


masalah pada wanita usia subur yaitu status gizi WUS, asupan zat gizi makro
dan body image.
Berdasarkan pada bagan problem tree atau pohon masalah di Gambar
3.1 dapat diketahui bahwa penyebab tingginya status gizi adalah Rendahnya
aktivitas fisik dan kurangnya asupan zat gizi makro. Asupan zat gizi makro
disebabkan oleh persepsi tubuh yang negatif pada wanita usia subur.

Status Gizi ↑

Aktifitas Fisik ↓ Asupan Zat Gizi


Makro ↓

Body Image
Negatif

28
Gambar 3.1Pohon masalah WUS di Desa Cikahuripan

Berdasarkan pohon masalah diatas, didapatkan pohon sasaran yang dapat


dijadikan tujuan dari program intervensi yang dilakukan. Dapat dilihat pada
Gambar 3.2 bahwa penerapan persepsi tubuh yang positif dapat mengontrol
asupan zat gizi makro. Asupan zat gizi makro yang normal dan peningkatan
aktivitas fisik dapat meningkatkan status gizi wanita usia subur di Desa
Cikahuripan.

Status Gizi ↓

Aktifitas Fisik ↑ Asupan Zat Gizi


Makro normal

Body Image
Positif

Gambar 3.2Pohon sasaran WUS di Desa Cikahuripan

3. Program Intervensi
Program intervensi adalah kegiatan atau serangkaian paket yang
bertujuan mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau
tindakan individu maupun populasi untuk mengurangi perilaku berisiko.
Berdasarkan matriks masalah wanita usia subur di Desa Cikahuripan,
score tertinggi terdapat pada permasalahan yang sangat penting yaitu
status gizi yang tidak baik, rendahnya asupan zat gizi makro, rendahnya
aktivitas fisik dan body image yang negatif.
3.1 Rencana Program
Nama program : Koalisi Bebas Body Image (KBBI)
Tujuan

29
a)Meningkatkan pengetahuan pada wanita usia subur tentang
prinsip gizi seimbang
b)Meningkatkan pengetahuan wanita usia suburmengenai anemia
dan stunting
c)Meningkatkan pengetahuan wanita usia subur mengenai
persepsi tubuh (body image)
Media : Poster mengenai obesitas, x-banner mengenai
anemia dan stunting, cakram gizi seimbang, dan
cermin bebas body image.

Gambar 3.3Design Depan Cakram Gambar 3.4Design Belakang


Gizi Seimbang pada WUS Cakram Gizi Seimbang pada
WUS

30
Gambar 3.5 Poster Obesitas

Gambar 3.5 Poster Pencegahan Obesitas

Gambar 3.6 X banner Cegah Stunting dan Anemia

Tabel 3.2 Rencana Program Intervensi


Komponen
Indikator untuk
Evaluasi Objektif yang akan MOV Analisis Data
Evaluasi
Dieveluasi
Meningkatkan Pengetahuan Setelah  Daftar hadir Melakukan
pengetahuan pada saat diberikan minggu 1, 2 analisis hasil
wanita usia subur dilaksanakan penyuluhan dan 3 pengetahuan dari
tentang prinsip penyuluhan pengetahuan  Sesi tanya sesi tanya jawab
gizi seimbang, WUS jawab materi
stunting, anemia meningkat sebagai pre penyuluhan yaitu
dan body image. tentang prinsip dan post test pre dan post test

31
gizi seimbang,
stunting, anemia
dan body image.
Meningkatkan Demo masak Pengetahuan Daftar hadir Melakukan
pengetahuan menu keluarga tentang serta analisis hasil
wanita usia subur untuk wanita pemilihan bahan persentase dengan melihat
mengenai usia subur makanan dan partisipasi daftar hadir dan
modifikasi menu berupa nasi modifikasi dalam photo contest dari
keluarga tinggi putih, ayam menu keluarga pelaksanaan responden
zat besi dengan dan tempe tinggi zat besi penyuluhan
pangan lokal teriyaki, sayur menggunakan
untuk bening bayam pangan lokal
mengurangi dan buah jeruk
risiko anemia yang
merupakan
sumber pangan
lokal
Meningkatkan Kebiasaan Setelah Daftar hadir Melakukan
aktivitas fisik melakukan melakukan serta analisis hasil
wanita usia subur aktivitas fisik latihan voli air persentase latihan voli air
untuk dan juga bakiak partisipasi dan bakiak
meningkatkan diharapkan akan dalam dengan melihat
status gizi meningkatkan pelaksanaan daftar hadir dan
aktivitas fisik penyuluhan antusias dari
WUS WUS

32
3.2 Alur Kegiatan
Alur kegiatan program intervensi adalah uruta kegiatan dalam sebuah
kegiatan program yang sambung menyambung berdasarkan hubungan
sebab-akibat. Pemahaman alur akan memudahkan memahami kegiatan
dalam sebuah program intervensi. Alur kegiatan program intervensi
wanita usia subur di SMK dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan
intervensi wanita usia subur di posyandu dapat dilihat pada Gambar
3.8

Mempersiapkan materi menggunakan ppt dan dilakukan


absensi kehadiran pada anak yang sudah datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan


pertanyaan mengenai gizi seimbang, stunting, anemia dan
persepsi tubuh

Melakukan penyuluhan dengan media power point dan


cakram gizi seimbang mengenai gizi seimbang, stunting,
anemia dan persepsi tubuh

Peserta melakukan post test dengan melakukan tanya


jawab dan meriview kembali materi yang telah
disampaikan

Pemberian hadiah sebagai apresiasi bagi siwa yang telah


menjawab soal dan meriview mateti yang telah
disampaikan

Foto bersama anak-anak SMK dan juga Ibu guru untuk


dokumentasi

Gambar 3.7 Alur kegiatan penyuluhan di SMK

33
Mempersiapkan materi menggunakan x banner dan
dilakukan absensi kehadiran pada anak yang sudah datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan pertanyaan


mengenai gizi seimbang, stunting, anemia dan persepsi
tubuh

Melakukan penyuluhan dengan media x banner dan


cakram gizi seimbang mengenai gizi seimbang, stunting,
anemia dan persepsi tubuh

Peserta melakukan post test dengan melakukan tanya


jawab dan meriview kembali materi yang telah
disampaikan

Pemberian hadiah sebagai apresiasi bagi siwa yang telah


menjawab soal dan meriview mateti yang telah
disampaikan

Foto bersama WUS di posyandu untuk dokumentasi

Pembukaan photo contestmenu keluarga tinggi zat besi

Pengumuman pemenang photo contest menu keluarga


tinggi zat besi dan pemmberian apresiasi

Gambar 3.8 Alur kegiatan penyuluhan di posyandu

4. Keberhasilan Pelaksanaan Program


4.1 Pembahasan

34
KBBI (Koalisi Bebas Body Image) merupakan suatu program
intervensi gizi yang sesuai dengan kondisi permasalahan gizi yang
terjadi di desa Cikahuripan, Kecamatan Klapanunggal untuk
meningkatkan pengetahuan pada wanita usia suburtentang prinsip gizi
seimbang, anemia, stunting, persepsi tubuh (body image), dan aktivitas
fisik sehingga dapat mencapai status gizi yang baik. Berdasarkan hasil
survey pengambilan data yang dilakukan pada bulan November
2019sebanyak 64% WUS (Wanita Usia Subur) yang mengalami
persepsi tubuh negatif, KEK dan terindikasi anemia. Berdasarkan alur
kegiatan kami memiliki dua sesi penyuluhan yaitu WUS dikalangan
SMA/ SMK yaitu di SMK Annur dan POSYANDU. Kegiatan program
intervensi gizi KBBI di SMK Annur meliputi penyuluhan tentang gizi
seimbang, KEK (Kekurangan Energi Kronik), anemia, persepsi tubuh
mengenai kejadian obesitas hingga wasting atau gizi kurang, dan
resiko stunting dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat).
Sebelum pemaparan materi seperti biasa dilakukan pre-
testdengan menanyakan kepada peserta penyuluhan terkait
pengetahuan materi yang akan disampaikan dilanjutkan dengan
pemparan materi menggunakan media X-banner, poster, cakram,
cermin bebas body image, dan tik tok langkah cuci tangan. Post-test
dilakukan dengan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan
dan memberikan kesempatan kepada dua orang sisawa untuk
memberikan kesimpulan. Kegiatan selanjutnya pemberian souvenir
kepada siswa yang mau me review sebagai bentuk apresiasi
dilanjutkan foto bersama dengan ibu guru.
Program intervensi KBBI juga dilakukan di POSYANDU desa
Cikahuripan. Berdasarkan alur kegiatan peserta mengisi daftar hadir
terlebih dahulu, kemudian dilakukan pre-testsebelum pemaparan
materi. Antusiasme peserta sangat terlihat selama mengikuti kegiatan
hingga akhir dan aktif mengajukan pertanyaan seputar gizi. Pemberian
souvenirkepada peserta yang aktif bertanya dan bisa menjawab
pertanyaan sebagai bentuk apresiasi. Materi yang disampaikan

35
mengenai gizi seimbang, KEK (Kekuragan Energi Kronik),
pencegahan anemia dan stunting, dan persepsi tubuh atu body image.
Demo masak satu set menu keluarga makanan tinggi Fe yang sesuai
dengan pedoman gizi seimbang dan pembukaan photo contestmenu
keluarga tinggi Fe (zat besi) dengan mengunggah foto menu keluarga
di sosial media facebook atau instagram dengan menandai akun
@esaunggulxcikahuripan. Pemenang lomba akan di umumkan di
official account @esaunggulxcikahuripan hadiah akan dihantarkan
langsung ke rumah pemenang sebagai bentuk apresiasi.
4.2 Ketercapaian tujuan
Peserta intervensi gizi program KBBI (Koalisi Bebas Body
Image) sangat antusias mengikuti kegiatan. Hal ini dapat diketahui
melalui jumlah kehadiran peserta penyuluhan, aktif mengajukan
pertanyaan dan mampu me review materi yang telah disampaikan serta
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan photo contest one set
menuyang diselenggarakan. Desa cikahuripan memperoleh juara ke
dua lomba olahraga voli air tingkat kecamatan Klapanunggal di acara
puncak kegiatan Kepaniteraan Manajemen program Gizi Universitas
Esa Unggul 2020. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan
aktivitas fisik bagi wanita usia subur untuk mencegah kejadian
obesitas. Pemberian souvenir dan konsumsi di setiap pertemuan
sebagai upaya mningkatkan antusiasme warga dalam berpartisipasi
mengikuti program intervensi gizi yang di selenggarakan.
4.3 Dokumentasi

36
Gambar 3.1 Pemberian materi pedoman gizi seimbang, anemia, stunting dan
body image di SMK An-nur

Gambar 3.2 Demo masak modifikasi menu tinggi Fe

Gambar 3.3 Melakukan voli air dan bakiak sebagai aktivitas fisik WUS

5. Daftar Pustaka
Novitasary, M.D., Mayulu N & Kawengian S.E.S (2013). Hubungan
antara aktifitas fisik dengan obesitas pada wanita usia subur
peserta jamkesmas di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil
Manado. Vol. 1 no 2 Juli 2013. Jurnal eBiomedik
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

37
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Citrakesumasari. (2012). Anemia Gizi, Masalah dan Pencegahannya.
Yogyakarta: Kalika.

PROGRAM GIZI PADA IBU HAMIL DI DESA CIKAHURIPAN

KECAMATAN KLAPANUNGGAL - KABUPATEN BOGOR

1. Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada
masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin
(Lynch, 2011). Ibu hamil dan balita merupakan kelompok rawan terhadap
masalah kesehatan dan kekurangan gizi. Masalah itu antara lain Anemia
Defisiensi Besi (ABD) dan Kekurangan Enegi Kronis (KEK) yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
kelahiran prematur, kematian ibu dan bayi dan stunting (anak pendek).
Anemia dan KEK merupakan dampak dari rendahnya tingkat kesehatan
dan status gizi ibu hamil. Penelitian Suryani (2009), menunjukan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi ibu hamil. Ibu
hamil yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik akan memenuhi
kebutuhan gizinya sehingga berdampak pada peningkatan status gizi.
Status gizi juga dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan. Pola konsumsi
yang kurang baik dapat menyebabkan kekurangan gizi, salah satu
dampaknya adalah gizi buruk. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya
dalam porsi yang dimakan, tetapi juga ditentukan pada mutu zat-zat gizi
yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi (Pangenanan dkk,
2013).
Menurut Riset sehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
anemia ibu hamil di Indonesia mencapai 37,1% dan mengalami
peningkatan menjadi 48,9% pada tahun 2018 atau sekitar 5,2 juta ibu

38
hamil (Kemenkes RI, 2018). Selain itu angka pevalensi Kekurangan
Energi Kronis pada ibu hamil yaitu 24.2% (Depkes, 2013).Prevalensi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) ibu hamil pada tahun 2018 di Jawa
Barat mencapai 13,4%, sedangkan prevalensi Anemia ibu hamil pada
tahun 2018 mencapai 48,9%. Pada daerah Jawa Barat khususnya
Kabupaten Bogor, menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun
2016 menunjukkan adanya 1.141 ibu hamil mengalami KEK (Kemenkes
RI, 2018).
Berdasarkan hasil pengambilan data pada 11-18 November 2019,
didapatkan 25 ibu hamil yang menjadi responden. Sebagian besaribu hamil
memilki umur lebih dari 20 tahun dengan umur kehamilan terbanyak pada
trimester 2. Pendidikan terakhir seluruh ibu hamil ≤ 9 tahun dan tidak
patuh mengonsumsi tablet Fe. Berdasarkan pengukuran lila, rata-rata ibu
hamil tidak memiliki resiko KEK sebanyak 84%. Rata-rata pengetahuan
anemia dan KEK yang dimiliki ibu hamil berkategori cukup dengan
persentase pengetahuan anemia cukup sebesar 56% dan pengetahuan KEK
cukup 52%. Berdasarkan hasilfood frequency diketahui bahwa rata-rata
tingkat kecukupan energi pada 25 responden di Desa Cikahuripan adalah
lebihsebesar 52%, 48% responden memiliki rata – rata tingkat kecukupan
karbohidrat yang lebih, sedangkan 64% responden memiliki rata – rata
tingkat kecukupan protein yang lebih dan 48% responden memiliki rata –
rata tingkat kecukupan lemak yang lebih.
Berdasarkan penjelasam data diatas, kami ingin memberikan
program intervensi mengenai gizi seimbang, edukasi mengenai anemia,
stunting, aktivitas fisik ibu hamil dan pemberian tablet Fe di Desa
Cikahuripan.
2. Analisa Masalah
Analisa masalah dilakukan sesuai dengan data yang dimiliki. Data
yang ditemukan tidak semuanya dapat dijadikan suatu masalah. Untuk
mengetahui prioritas masalah yang akan dijadikan bahan intervensi dapat
dilihat pada tabel 4.1 menggunakan metode delbeq kuantitatif.

39
Tabel 4.1 Matriks Permasalahan Bumil
Masalah Besar Kegawatan Biaya Kemudahan Nital Prioritas
Masalah Total Masalah
8 8 6 7
Kepatuhan 8x8= 4 x 8 = 32 4x6 6 x 7 = 42 162 2
Konsumsi 64 = 24
Suplemen
Fe
Asupan Fe 4x8= 2 x 8 = 16 8x6 7 x 7 = 49 145 5
32 = 48
Tingkat 6x8= 5 x 8 = 40 4x6 6 x 7 = 42 154 4
Pengetahua 48 = 24
n KEK
Asupan Zat 4x8= 6 x 8 = 48 8x6 6 x 7 = 42 170 1
Gizi Makro 32 = 48
Pengetahua 3x8= 5 x 8 = 40 8x6 7 x 7 = 49 161 3
n Anemia 24 = 48

Berdasarkan tabel matriksper masalahan bumil didapat 3 prioritas


masalah pada ibu hamil yaitu asupan zat gizi makro, Kepatuhan Konsumsi
Suplemen Fe dan pengetahuan anemia.
Berdasarkan pada bagan problem tree atau pohon masalah di Gambar
4.1 dapat diketahui bahwa penyebab tingginya status gizi adalah Rendahnya
aktivitas fisik dan kurangnya asupan zat gizi makro. Asupan zat gizi makro
disebabkan oleh persepsi tubuh yang negatif pada wanita usia subur.

Anemia ↑

Kepatuhan Konsumsi Fe
Konsumsi Fe ↓

Gambar 4.1Pohon masalah Bumil di Desa Cikahuripan

40
Berdasarkan pohon masalah diatas, didapatkan pohon sasaran yang dapat
dijadikan tujuan dari program intervensi yang dilakukan. Dapat dilihat pada
Gambar 4.2 bahwa kepatuhan konsumsi Fe dan konsumsi sumber zat besi
meningkatkan anemia padaibu hamil di Desa Cikahuripan.

Anemia ↑

Kepatuhan Konsumsi Fe
Konsumsi Fe ↓

Gambar 4.2Pohon sasaran Bumil di Desa Cikahuripan

3. Program Intervensi
Program intervensi adalah kegiatan atau serangkaian paket yang
bertujuan mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau
tindakan individu maupun populasi untuk mengurangi perilaku berisiko.
Berdasarkan matriks masalah wanita usia subur di Desa Cikahuripan,
score tertinggi terdapat pada permasalahan yang sangat penting yaitu
asupan zat gizi makro, Kepatuhan Konsumsi Suplemen Fe dan
pengetahuan anemia.
3.1 Rencana Program
Nama program : Panduan Kecerdasan Bunda (PANCARAN
BUNDA)
Tujuan
a)Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang prinsip gizi
seimbang
b)Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai KEKdan
stunting
c)Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai food taboo

41
d)Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai anemia dan
pentingnya mengonsumsi TTD
Media : Cakram ibu hamil, kalender ibu hamil, senam
ibu hamil dan x-banner anemia dan stunting.

Gambar 4.3Design Depan Cakram Gambar 4.4Design Belakang


Porsi Makan pada Bumil Cakram Porsi Makan pada
Bumil

42
Gambar 4.5Kalender Kebutuhan Gizi Bumil Per Trimester

Tabel 4.2 Rencana Program Intervensi


Komponen
Indikator untuk
Evaluasi Objektif yang akan MOV Analisis Data
Evaluasi
Dieveluasi
Meningkatkan Pengetahuan Setelah  Daftar hadir Melakukan
pengetahuan pada saat diberikan minggu 1, 2 analisis hasil
wanita usia subur dilaksanakan penyuluhan dan 3 pengetahuan dari
tentang prinsip penyuluhan pengetahuan  Sesi tanya sesi tanya jawab
gizi seimbang, wanita usia jawab materi
stunting, anemia subur sebagai pre penyuluhan yaitu
dan body image. meningkat dan post test pre dan post test
tentang prinsip
gizi seimbang,
stunting, anemia
dan body image.
Meningkatkan Demo masak Pengetahuan Daftar hadir Melakukan
pengetahuan menu keluarga tentang serta analisis hasil
wanita usia subur untuk wanita pemilihan bahan persentase dengan melihat
mengenai usia subur makanan dan partisipasi daftar hadir dan
modifikasi menu berupa nasi modifikasi dalam photo contest dari
keluarga tinggi putih, ayam menu keluarga pelaksanaan responden
zat besi dengan dan tempe tinggi zat besi penyuluhan
pangan lokal teriyaki, sayur menggunakan
untuk bening bayam pangan lokal
mengurangi dan buah jeruk
risiko anemia yang
merupakan
sumber pangan
lokal

43
3.2 Alur Kegiatan
Alur kegiatan program intervensi adalah uruta kegiatan dalam sebuah
kegiatan program yang sambung menyambung berdasarkan hubungan
sebab-akibat. Pemahaman alur akan memudahkan memahami kegiatan
dalam sebuah program intervensi. Alur kegiatan program intervensi
ibu hamil di posyandu dapat dilihat pada Gambar 4.8

Mempersiapkan materi menggunakan media x-banner,


kalender bumil, cakram bumil dan booklet mp-asi dan
juga dilakukan absensi kehadiran pada ibu yang sudah
datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan pertanyaan


mengenai gizi seimbang, stunting, anemia, kek, imd dan
food taboo

Melakukan penyuluhan dengan menggunakan media x-


banner, kalender bumil, cakram bumil dan booklet mp-asi
mengenai gizi seimbang, stunting, anemia, kek, imd dan
food taboo

Peserta melakukan post test dengan melakukan tanya


jawab dan meriview kembali materi yang telah
disampaikan

Melakukan senam hamil bersama ibu hamil dan juga


bidan desa

Pemberian hadiah sebagai apresiasi bagi siwa yang telah


menjawab soal dan meriview mateti yang telah
disampaikan

Foto bersama Bumil di posyandu untuk dokumentasi

Gambar 4.8 Alur Kegiatan Ibu Hamil di Posyandu

44
4. Keberhasilan Pelaksanaan Program
4.1 Pembahasan
PANCARAN BUNDA (Panduan Kecerdasan Bunda)
merupakan program intervensi gizi yang ditujukan kepada ibu hamil
untuk meningkatkan pengetahuan masalah kehamilan terkait gizi
seperti anemia, KEK (Kekurangan Energi Kronik), porsi makan sesuai
pedoman gizi seimbang menggunakan media cakram gizi dan
pegetahuan mengenai food tabooyang menjadi kepercayaan
masyarakat desa Cikahuripan. Bekerja sama dengan bidan desa dan
kader POSYANDU untuk menyelenggarakan kelas ibu hamil untuk
melakukan penyuluhan dan juga senam ibu hamil.
Berdasarkan alur kegiatan setelah ibu hamil mengisi daftar hadir
sebelum materi disampaikan seperti biasa dilakukan pre-testdengan
memberikan pertanyaan seputar materi yang akan disampaikan. Para
peserta kelas ibu hamil sangat antusias mengikuti kegiatan dan aktif
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kejadian yang dialami maupun
kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar mengenai masalah
kehamilan yang terkait gizi. Pemberian souvenir kepada ibu hamil
yang aktif bertanya dan mampu memberikan kesimpulan dari materi
yang telah disampaikan sebakai bentuk apresiasi.
4.2 Ketecapaian Tujuan
Program intervensi gizi PANCARAN BUNDA (Panduan
Kecerdasan Bunda) merupakan upaya untuk meningatkan
pengetahuan seputar masalah kehamilan terkait gizi di desa
Cikahuripan. Warga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan serta
aktif bertanya dan mampu menyimpulkan materi yang telah
disampaikan. Pertanyaan seputar kehamilan terkait gizi masih
berlanjut di forum diskusi dengan para ibu kader posyandu di grup
sosial media yang telah disediakan.

45
4.3 Dokumentasi

Gambar 4.1 Pemaparan materi oleh bidan saat kelas ibu hamil

Gambar 4.2 Pemaparan materi


mengenai stunting,
konsumsi zat besi dan
kebutuhan gizi ibu hamil

Gambar 4.3
Pelaksanaan senam hamil
pada saat kelas ibu hamil

46
5. Daftar Pustaka
Lynch SR. (2011). Why nutritional iron deficiency persists as a worldwide
problem. J Nutr 141:763S-768S.
Suryani. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Status Ekonomi dengan
Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Jurnal
Penelitian.
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riskesdas. (2013). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

PROGRAM GIZI PADA LANSIA DI DESA CIKAHURIPAN

47
KECAMATAN KLAPANUNGGAL - KABUPATEN BOGOR

1. Latar Belakang
Salah satu alat ukur kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari
keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan secara tidak
langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta
meningkatkan usia harapan hidup Indonesia. Pada tahun 2015 Indonesia
sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah
penduduk berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia), suatu negara
dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi melebihi angka 7
persen. Lansia beresiko tinggi terkena penyakit-penyakit degeneratif, salah
satu penyakit yang sering dialami oleh lansia yaitu hipertensi. Hipertensi
cenderung terjadi dikarenakan pengaruh dari pola konsumsi dan faktor dari
bertambahnya usia (Sutanto, 2010). Berdasarkan prevalensi hipertensi
lansia di indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-65 tahun, 57,6% umur
65-74 tahun dan 63,8% untuk umur >75 tahun dan untuk prevalensi
hipertensi di Kabupaten Bogor sebesar 16.508 lansia (16,01%) (Profil
Kesehatan Jawa Barat,2015). Masalah gizi pada lansia perlu menjadi
perhatian khusus karena mempengaruhi status kesehatan dan mortalitas.
Seseorang usia lanjut membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk
penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit
yang didertitanya. kurangnya pengetahuan mengenai gizi lanjut usia dan
cara pengolahan yang baik dan benar, penyakit-penyakit kronis yang
diderita, pengaruh psikologis, kesalahan pola makan dan faktor sosial
ekonomi, maka dari itu keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk
pemenuhan gizi lanjut usia, karena pada masa lansia akan sulit untuk
melakan aktivitas seorang diri (Boedhi, 2011).
Berdasarkan hasil pengambilan data pada 11-18 November 2019,
didapatkan 25 lansia yang menjadi responden. Sebagian besar lansia
memilki umur yang berkisar antara 50 – 70 tahun. Sekitar 80% lansia
berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hasil pengukuran status gizi,
didapatkan hasil status gizi dengan kategori gemuk sekitar 40% menurut
IMT/U. Rata-rata pengetahuan umum yang dimiliki lansia berkategori

48
sedang dengan persentase pengetahuan sebesar 48% dan pengetahuan
mengenai PHBS sebagian besar memiliki kategori yang kurang. Riwayat
penyakit infeksi tertinggi pada lansia dalam 3 bulan terakhir yaitu
pneumonia tetapi sebagian besar balita tidak memilikki riwayat penyakit
infeksi sedangkan Riwayat penyakit tidak menular tertinggi pada lansia
dalam 3 bulan terakhir yaitu penyakit sendi.Berdasarkan hasilfood recall
2x24 jam diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi pada 25
responden di Desa Cikahuripan adalah kurangsebesar 96%, 96%
responden memiliki rata – rata tingkat kecukupan karbohidrat yang
kurang, sedangkan 92% responden memiliki rata – rata tingkat kecukupan
protein yang kurang, 76% responden memiliki rata – rata tingkat
kecukupan lemak yang kurang, 96% responden memiliki rata – rata tingkat
kecukupan kaliumyang kurang dan seluruh lansia memiliki rata – rata
tingkat kecukupan natrium dan kalsiumyang kurang. Untuk tingkat
aktivitas fisik pada lansia tergolong sangat ringan dengan persentase 60%.
Berdasarkan penjelasan data diatas, kami ingin memberikan program
intervensi mengenai gizi seimbang, pembatasan asupan garam, gula dan
minyak, dan aktivitas fisik lansia dengan penanaman hidroponik pada
lansia di Desa Cikahuripan.
2. Analisa Masalah
Analisa masalah dilakukan sesuai dengan data yang dimiliki. Data
yang ditemukan tidak semuanya dapat dijadikan suatu masalah. Untuk
mengetahui prioritas masalah yang akan dijadikan bahan intervensi dapat
dilihat pada tabel 5.1 menggunakan metode delbeq kuantitatif.

Tabel 5.1 Matriks Permasalahan Bumil


Masalah Besar Kegawatan Biaya Kemudahan Nital Total Prioritas
Masalah Masalah
8 8 6 7
Status Gizi 8 x 8 = 64 8 x 8 = 64 4 x 6 = 24 6 x 7 = 42 194 3
Asupan Zat 9 x 8 = 72 8 x 8 = 64 4 x 6 = 24 6 x 7 = 42 202 1
Gizi Makro
Aktifitas 8 x 8 = 64 7 x 8 = 56 6 x 6 = 36 6 x 7 = 42 198 2
Fisik
Hipertensi 7 x 8 = 56 8 x 8 = 64 4 x 6 = 24 5 x 7 = 35 179 4

49
Berdasarkan tabel penyajian matriks masalah didapat 3 prioritas
masalah pada lansia yaitu asupan zat gizi makro, aktivitas fisik dan status
gizi.
Berdasarkan pada bagan problem tree atau pohon masalah di
Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa penyebab tingginya status gizi adalah
Rendahnya aktivitas fisik dan kurangnya asupan zat gizi makro. Asupan
zat gizi makro disebabkan oleh persepsi tubuh yang negatif pada wanita
usia subur.

Status Gizi ↑

Penyakit Infeksi Aktivitas Fisik Asupan Zat Gizi


↑ ↓ Makro ↓

Status Ekonomi Higiene Sanitasi


↓ ↓

Gambar 5.1Pohon masalah lansia di Desa Cikahuripan

Berdasarkan pohon masalah diatas, didapatkan pohon sasaran yang


dapat dijadikan tujuan dari program intervensi yang dilakukan. Dapat
dilihat pada Gambar 4.2 bahwa kepatuhan konsumsi Fe dan konsumsi
sumber zat besi meningkatkan anemia padaibu hamil di Desa Cikahuripan.

Status Gizi Normal

50

Penyakit Infeksi Aktivitas Fisik Asupan Zat Gizi


↓ ↑ Makro ↑
Status Ekonomi Higiene Sanitasi
↑ ↑

Gambar 5.1Pohon masalah lansia di Desa Cikahuripan

3. Program Intervensi
Program intervensi adalah kegiatan atau serangkaian paket
yang bertujuan mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau
tindakan individu maupun populasi untuk mengurangi perilaku berisiko.
Berdasarkan matriks masalah lansia di Desa Cikahuripan, score tertinggi
terdapat pada permasalahan yang sangat penting yaitu asupan zat gizi
makro, aktivitas fisik dan status gizi.
3.1 Rencana Program
Nama program : Gerakan Bersama Sayangi Lansia (GEMAS)
Tujuan
a)Meningkatkan pengetahuan lansia tentang prinsip gizi seimbang
b)Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai penyakit tidak
menular terutama hipertensi
c)Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai pembatasan
makanan seperti garam, gula dan minyak
d)Meningkatkan aktivitas fisik lansia untuk meningkatkan status
gizi

Media : Senam lansia dan media tanaman hidroponik

51
Gambar 5.3 Media Penanaman Hidroponik

Gambar 5.1 Media Hidroponik untuk Meningkatkan Aktivitas Fisik Lansia

Gambar 5.2 Senam Lansia untuk Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Mengurangi Risiko
Penyakit Degeneratif

Tabel 5.2 Rencana Program Intervensi


Komponen
Indikator untuk
Evaluasi Objektif yang akan MOV Analisis Data
Evaluasi
Dieveluasi
Meningkatkan Pengetahuan Setelah  Daftar hadir Melakukan
pengetahuan pada saat diberikan minggu 1& 2 analisis hasil
lansia mengenai dilaksanakan penyuluhan  Sesi tanya pengetahuan dari
prinsip gizi penyuluhan pengetahuan jawab sesi tanya jawab
seimbang, lansia sebagai pre materi
penyakit meningkat dan post test penyuluhan yaitu
degeneratif tentang prinsip pre dan post test
khususnya gizi seimbang,

52
hipertensi dan penyakit
pembatasan degeneratif
garam, gula dan khususnya
minyak hipertensi dan
pembatasan
garam, gula dan
minyak
Meningkatkan Kebiasaan Daftar hadir
aktivitas fisik melakukan serta
lansia dengan aktivitas fisik persentase
media untuk partisipasi
penanaman meningkatkan dalam
hidroponik status gizi pelaksanaan
penyuluhan

3.2 Alur Kegiatan


Alur kegiatan program intervensi adalah uruta kegiatan
dalam sebuah kegiatan program yang sambung menyambung
berdasarkan hubungan sebab-akibat. Pemahaman alur akan
memudahkan memahami kegiatan dalam sebuah program
intervensi. Alur kegiatan program intervensi ibu hamil di
posyandu dapat dilihat pada Gambar 5.4

Mempersiapkan materi menggunakan media penanaman


hidroponik dan juga dilakukan absensi kehadiran pada
53
lansia yang sudah datang

Memberikan pre-test dengan cara menanyakan


garam, gula dan minyak

Melakukan penyuluhan dengan menggunakan media


penanaman hidroponik dan penjelasan mengenai gizi
seimbang dan pembatasan garam, gula dan minyak

Peserta melakukan post test dengan melakukan tanya


jawab dan meriview kembali materi yang telah
disampaikan

Pembagian media hidroponik dan bibit yang akan


ditanam

Pembagian media hidroponik dan bibit yang akan


ditanam

Pemberian hadiah sebagai apresiasi bagi lansia yang telah


menjawab soal dan meriview mateti yang telah
disampaikan

Foto bersama lansia di posyandu untuk dokumentasi

Gambar 5.5 Alur Kegiatan Lansia di Posbindu

4 Keberhasilan Pelaksanaan Program


4.1 Pembahasan
Program intervensi gizi GEMAS (Gerakan Bersama Sayangi
Lansia) ditujukan untuk kelompok lanjut usia sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan lansia tentang prinsip gizi seimbang,
penyakit tidak menular terkait gizi seperti hipertensi yang berisi
informasi mengenai pembatasan konsumsi gula, garam dan minyak

54
serta melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan alur kegiatan peserta
penyuluhan mengisi lembar daftar hadir selanjutnya dilakukan pre-
testdengan memberikan pertanyaan seputar materi yang akan
disampaikan kemudian penyampaian materi terkait pembatasan gula,
garam dan minyak serta pentingya melakukan aktivitas fisik untuk
menjaga keseimbangan fungsi alat gerak tubuh dengan melakukan
kegiatan penanaman hidroponik. Peserta sangat antusias dalam
melakukan kegiatan penanaman hidroponik ditambah dengan
pengalaman yang dimiliki sebagian besar warga desa Cikahuripan
sebagai petani. Dilanjutkan pemberian souvenir kepada warga yang
turut berpartisipasi mengikuti kegiatan program intervensi gizi sebagai
bentuk apresiasi.
4.2 Ketecapaian Tujuan
Warga sangat antusias mengikuti program intervensi gizi GEMAS
(Gerakan Bersama Sayangi Lansia) seperti aktif bertanya dan mampu
menjawab pertanyaan atau me review seputar materi penyuluhan
tentang gizi seimbang, pencegahan penyakit tidak menular dan
aktivitas fisik yang telah disampaikan.Pada saat melakukan
penanaman hidroponik sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas
fisik warga sangat antusias karena sesuai dengan kebiasaan warga
desa Cikahuripan yang dulunya bekerja sebagai petani. Kegiatan
tersebut juga didukung oleh kepala desa Cikahuripan bapak Makmur
Nurhendi selama pelaksanaan program intervensi gizi.

4.3 Dokumentasi

55
Gambar 5.1 Melakukan Senam
Lansia di Puskesmas

Gambar 5.2 Menjelaskan dan pembagaian


mengenai penanaman media hidroponik

5. Daftar Pustaka
Sutanto. (2010). Cegah&TangkalPenyakit Modern. Yogyakarya: Andi
Dinas Kesehataan Kabupaten Bogor. (2015). Profil Kesehatan
Kabupaten Bogor Tahun 2015. Kabupaten Bogor: Dinas
Kesehatan
Boedhi, Darmojo, R. (2011). Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan
Lanjut Usia) Edisi ke – 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

56
57

Anda mungkin juga menyukai