Anda di halaman 1dari 8

D.

Terapi Komplementer

1. Definisi Terapi Komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam

pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam

pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang

menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer

juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh

bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah

keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan

fungsi.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem

pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak

menjadi bagian dari pengobatan konvensional.Definisi tersebut menunjukkan terapi

komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan

dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,

psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus

uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan

prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,

psiko, sosial, dan spiritual).

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah

pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi

untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi

merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah


pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –

temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa

dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara

Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis

Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang

Konvensional (Rufaida,dkk, 2018).

2. Terapi Komplementer Stroke Multiple Sclerosis

Hasil dari semua artikel yang telah di review I’anah Al Azizah dan Ikhlas

Muhammad Jenie, 2020 terdapat beberapa terapi komplementer untuk meningkatkan

kekuatan otot pada pasien stroke. Beberapa terapi komplementer yang terbukti dapat

meningkatkan kekuatan otot adalah ; terapi cermin (mirror therapy), mental practice

(MP) dan mental practice mirror therapy (MPMT), akuatik treadmill, robotic therapy,

akupresur dan akupuntur (Azizah,dkk, 2020).

a. Terapi Cermin (mirror therapy)

Pada pasien stroke 70 - 80% pasien mengalami hemiparesis (kelemahan otot

pada salah satu sisi bagian tubuh) dengan 20% dapat mengalami peningkatan fungsi

motorik dan sekitar 50% mengalami gejala sisa berupa gangguan fungsi motorik /

kelemahan otot pada anggota ekstrimitas bila tidak mendapatkan pilihan terapi yang

baik dalam intervensi keperawatan maupun rehabilitasi pasca stroke.

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada pasien stroke dengan kelemahan otot,

selain terapi medikasi atau obat-obatan bisa dilakukan fisioterapi / latihan : latihan

ROM (Range Of Motion). Selain terapi rehabilitasi ROM yang sering dilakukan pada

pasien stroke, terdapat alternatif terapi lainnya yang diterapkan pada pasien stroke
untuk meningkatkan status fungsional pada sensori motorik, yaitu terapi latihan

rentang gerak dengan menggunakan media cermin (mirror therapy)

(Agusman,dkk,2017).

Mirror therapy adalah kemampuan seseorang untuk membayangkan diri

mereka menggunakan bagian tertentu dari tubuh mereka. Area otak dan otot dapat

diaktifkan jika seseorang benar-benar melakukan kegiatan yang mereka bayangkan.

Mirror therapy ditujukan untuk memvisualisasikan atau membayangkan anggota

badan bergerak. Latihan ini dimungkinkan dapat meningkatkan gerakan lengan

pasien yang menderita hemiparesis.

Mirror therapy dapat dilakukan dengan tujuan meningkatkan kekuatan otot dan

mobilitas pada pasien hemiparesis. Gerakan pada ekstremitas yang sehat diikuti

dengan imajinasi gerakan pada ekstremitas yang mengalami hemiparesis dapat

merangsang saraf yang mengalami gangguan. Pasien post stroke diinstruksikan untuk

secara simultan menggerakkan lengan mereka, baik yang mengalami kelemahan

maupun yang sehat, dengan cara yang sama. Sambil menggerakkan lengan, pasien

melihat refleksi dari lengan yang sehat di cermin. Hal ini menimbulkan ilusi visual

pada lengan yang bergerak normal.

Menurut Rothgangel & Braun (2013), prosedur mirror therapy dilakukan

dengan cara mengatur posisi tubuh pasien sewaktu melakukan latihan seperti, posisi

duduk dan meletakkan cermin di antara kedua lengan. Selanjutnya fisioterapist

menginstruksikan kepada pasien agar lengan digerakkan, pasien dianjurkan melihat

cermin yang ada kemudian pasien disarankan untuk merasakan dan membayangkan

bahwa lengan yang mengalami kelemahan ikut bergerak. Dari beberapa literatur
penelitian durasi yang direkomendasikan untuk melakukan mirror therapy dalam

setiap latihan dengan durasi minumum 10 menit. Durasi maksimum setiap sesi

tergantung pada kemampuan pasien namun pada banyak kasus sekitar 30 menit hal

ini juga dimungkinkan untuk dibagi menjadi dua sesi yang lebih pendek dari 10

sampai 15 menit dengan jeda istirahat (Prasetyo, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Fery Agusman M dan Evy Kusgiarti tahun

2017 tentang Pengaruh Mirror Therapy Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non

Hemoragik Di RSUD Kota Semarang didapatkan hasil terdapat pengaruh yang

signifikan latihan Mirror Therapy terhadap kekuatan otot pasien stroke non

hemoragik. t hitung = -2.428 dengan p value = 0,015. Selain itu juga penelitian yang

dilakukan oleh Dwi Agung Prasetyo tahun 2017 dengan judul Efektivitas Mirror

Therapy Terhadap Peningkatan Kekuatan Menggenggam pada Pasien Post Stroke

dengan Hemiparesis di Rs Tk. Ii Dr. Soepraoen Malang dengan hasil analisis uji

Independent t-test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diperoleh nilai

signifikansi 0,001 (p < 0,005) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 diterima,

yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan, intervensi mirror therapy efektif

terhadap peningkatan kekuatan menggenggam pada pasien post stroke dengan

hemiparesis di RS Tk II dr Supraoen Malang.

b. Akupresur

Akupresur adalah terapi komplementer selain akupunktur yang bertujuan

melancar peredaran darah dengan berdasar pada metode akupunktur. Perbedaaanya

akupresur dengan pijatan tanpa jarum pada titik acupoint yang telah ditentukan.

Akupresur lebih mudah untuk dilakukan sebagai komplementer tindakan


keperawatan di rumah sakit untuk perawatan pasien stroke karena lebih sederhana,

tanpa menggunakan jarum namun bertujuan sama dengan akupunktur yaitu

melancarakan aliran darah (Siyamti,dkk, 2019).

Terapi akupresur terutama meridian acupressure terbukti merupakan intervensi

yang efektif untuk memperbaiki pergerakan ektremitas atas, meningkatkan aktivitas

sehari-hari, dan mengurangi depresi pada pasien strike hemiplegia stroke di Korea.

Penelitian tersebut menguji terapi akupresur 10 menit setiap hari dalam waktu dua

pekan. Akupresur adalah intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat dan telah

diakui sebagai tindakan keperawatan dalam Nursing Intervention.

Akupresur merupakan metode non-invasif berupa penekanan pada titik

akupunktur tanpa meng-gunakan jarum, biasanya hanya menggunakan jari atau

benda tertentu yang dapat memberikan efek penekanan sehingga lebih bisa diterima

dan ditoleransi oleh pasien dibandingkan akupunktur yang menggunakan jarum.

Gambar : Titik Akupresur Fungsi Ektremitas Atas


(Sumber Adam,dkk 2014)

Akupresur bermanfaat dalam memperbaiki fungsi ektremitas atas melalui

efeknya untuk melancarkan pergerakan aliran qi (energi vital) di dalam tubuh). Titik-
titik akupunktur terkait fungsi ekstremitas atas terdapat pada area skapula, yaitu

Large Intestine 15, Small Intestine 9, Triple Energizer 14, Gallbladder 21, Small

Intestine 11 dan Small Intestine 12. (Sin & Lee dalam Adam,dkk 2014 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Adam,dkk dengan judul Akupresur untuk

Meningkatkan Kekuatan Otot dan Rentang Gerak Ekstremitas Atas pada Pasien

Stroke di RSUP Fatmawati di dapatkan hasil bahwa akupresur dapat meningkatkan

kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas pada pasien stroke.

c. Akupuntur

Pengertian kata dari akupunktur adalah menusuk dengan jarum. Dengan

kata lain akupunktur merupakan teknik penusukan jarum berdasarkan ilmu

pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat yang sesuai dengan prinsip

pemijatan dengan titik utama dua di leher, tiga di perut dan dua di tungkai

bawah.

Pada pasien stroke, karena beberapa jaras saraf telah tertutup sulit

untuk menjaga sirkulasi terbuka. Dengan rangsangan akupunktur pada

beberapa titik akupunktur akan membuka pembuluh darah dan memperbaiki aliran

darah. Selain itu dengan akupunktur dapat memfasilitasi perbaikan sistem

segmental sel saraf yang masih hidup untuk menemukan jalan baru, efektif,

spinal, lokal, regenerasi saraf, membantu sel melewati bagian yang rusak dari

otak sehingga terjadi perbaikan kondisi tubuh pada pasien stroke yang ditandai

dengan peningkatan kekuatan otot (Pratama,dkk, 2019).

Berdasarkan analisa/ literatur review oleh Pratama dan Alivian tahun 2019

tentang Efektifitas Terapi Akkupuntur Terhadap Keberhasilan Rehabiltasi Pasien


Pasca Stroke dari 5 jurnal,Jurnal tersebut terdiri dari 3 jurnal internasional dan

2 jurnal nasional, dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi akupuntur efektif

dalam penatalaksanaan pasien pasca stroke.

Selain Akupuntur, Scalp acupuncture sering digunakan dalam rehabilitasi

paralisis karena stroke, multiple sclerosis, bell palsy, kecelakaan mobil, dan

penyakit Parkinson. Chinese Scalp Acupuncture adalah teknik akupuntur

kontemporer yang mengintegrasikan metode tusuk jarum tradisional Tiongkok

dengan pengetahuan medis Barat tentang area representatif dari korteks serebri. Ini

telah terbukti menjadi teknik yang paling efektif untuk mengobati gangguan

sistem saraf pusat akut dan kronis.

Akupunktur kulit kepala sering menghasilkan hasil yang luar biasa hanya

dengan beberapa jarum dan biasanya menghasilkan perbaikan segera, kadang-

kadang hanya membutuhkan beberapa detik hingga satu menit Saja Scalp

akupunktur, kadang-kadang juga disebut akupunktur kepala, adalah inovasi

dan pengembangan modern. Sama seperti teknologi dan sains baru, penemuan,

pengembangan, dan aplikasi klinis akupunktur kulit kepala sempat

mengalami penentangan karena berada di luar beberapa teori dasar pengobatan

Cina serta menjadi konsep baru di dunia Barat (Hartono,dkk, 2018).


DAFTAR PUSTAKA

Adam, dkk. 2014. Akupresur untuk Meningkatkan Kekuatan Otot dan Rentang Gerak
Ekstremitas Atas pada Pasien Stroke. Jurnal

Agusman,dkk. 2017. Pengaruh Mirror Therapy Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik Di RSUD Kota Semarang. Jurnal

Azizah,dkk. 2020. Efektifitas Terapi Komplementer Dalam Meningkatkan Kekuatan Otot Pasien
Stroke: Literature Review. Jurnal

Hartono,dkk. 2018. Scalp Acupuncture sebagai Terapi Lagophthalmos pada Bell’s Palsy
Kronik. Jurnal

Prasetyo, Dwi Agung. 2017. Efektivitas Mirror Therapy terhadap Peningkatan Kekuatan
Menggenggam pada Pasien Post Stroke dengan Hemiparesis di Rs Tk. Ii Dr. Soepraoen Malang.
Jurnal

Pratama,dkk. 2019. Efektifitas Terapi Akkupuntur Terhadap Keberhasilan Rehabiltasi Pasien


Pasca Stroke: Literature Review. Jurnal

Rufaida,dkk. 2018. Terapi Komplementer. STIKes Majapahit Mojokerto. Mojokerto

Siyamti,dkk. 2019. Pengaruh Akupresur dan Shaker Exercise terhadap Kemampuan Menelan
Pasien Stroke Akut dengan Disfagia. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai