Anda di halaman 1dari 17

• Dalam mengenal Teologi HKBP, kita dapat melihat dari

nyanyiannya (BE).
• BE HKBP tidak hanya dinyanyikan di Gereja saat kebaktian,
tetapi juga dinyanyikan pada saat acara-acara budaya
tertentu, setelah orang Batak menjadi Kristen.
• Secara khusus pada acara melayat orang berduka,
nyanyian BE ini sangat sentral. Misalnya atas kematian
salah seorang anggota keluarga, setiap keluarga selalu
menyediakan BE di sisi jenazah, karena akan dipakai oleh
para pelayat saat acara penghiburan.
• Demikian juga dengan acara-acara resmi lainnya selalu
dibuka dengan doa dan bernyanyi dari BE HKBP.
• Inilah salah satu alasan mengapa tradisi andung (meratap)
yang sebenarnya menempati posisi secara kultural dalam
mengungkapkan rasa duka budaya Batak, hilang dan
digantikan oleh nyanyian BE.
• Para Missionaris sejak awal mempersiapkan nyanyian rohani
dengan menerjemahkan nyanyian rohani yang dibawa dari
Jerman ke tanah Batak.
• Ada kalanya diolah, di aransemen sehingga sesuai dengan
jiwa musik lokal Batak Toba.
• Nyanyian-nyanyian rohani itu menjadi bagian penting dalam
peribadatan yang dengan kerja keras diterjemahkan oleh
para istri missionaris dan oleh para zuster yang datang di
kemudian hari.
• Dengan demikian, pengajaran tentang firman Tuhan selalu
diajarkan bersamaan dengan Latihan bernyanyi.
• BE edisi pertama, tidak kita temukan fisiknya. Namun dalam edisi ke-2 “Agenda
Hoeria Kristen Na Marhata Batak Toba”, beberapa ende dari BE edisi pertama
sudah dikutip.
• Cetakan ke-2 BE diterbitkan tahun 1924 dengann judul “Ende-ende ni Halak Batak
na di Tano Batak Angka Na Marhatatoba (331 nyanyian). Pada edisi berikutnya,
1933 ada beberapa tambahan lagu dan tema baru (556 nyanyian) – Penyusun
ditomutomu oleh J.T. Nommensen dan dibantu oleh Gr. Badoeali Siregar dan Gr.
Amandoes Pasariboe.
• Salah satu tambahan dari lagu adalah Ende Taringot Tano Hagodangan (nyanyian
tentang tempat/daerah dibesarkan). Isi pokok nyanyian ini adalah tentang Tano
Batak, keindahan Danau Toba dan kampung halaman orang Batak.
• Tema-tema ini menghubungkan daerah dan Tanah Batak sebagai ciptaan Tuhan.
• Kemudian ada 5 nyanyian yang isinya merupakan pemujaan terhadap raja
Wilhelmina (kata raja dipakai untuk Wilhelmina, karena dalam bahasa Batak tidak
dikenal kata ratu).
• Mayoritas orang Batak tidak tahu membaca, maka Latihan bernyanyi dilakukan
dengan cara system didikte, diajarkan tanpa mempelajari not.
• Guru langsung menyanyikannya secara berulang-ulang dan diikuti oleh jemaat
menyanyikannya.
• Ada dua hal yang didapat dari metode tersebut. Pertama, jemaat cepat
mempelajari lagunya dan Kedua, jemaat menjadi hafal dengan syair, mereka
mengingatnya dan menghayatinya sehingga maknanya melekat di dalam hati
mereka.
• Metode mengajarkan nyanyian tersebut dilakukan karena BE bentuk cetakan,
baru ada pada tahun 1924 kemudian dicetak pada cetakan kedua tahun 1933
dengan judul yang baru.
• Kemudian muncul nyanyian susunan Zuzter Elfriede Harder (No. 374 – 556), dari
nyanyian bahasa Jerman yang diterjemahkan ke bahasa Batak Toba: Ende
Taringot Tu Haluaon Na Gok Pinatupa Ni Tuhan Jesus Kristus.
• Nyanyian yang disusun oleh Elfriede Harder ini semula dicetak terpisah dari Buku
Ende dan diperkenalkan serta dipakai hanya dalam pembinaan ibadah di rumah-
rumah dan di kalangan siswa Bibelvrouw di Lagu Boti.
• Dulu Ephorus Dr. Johannes Warneck tidak setuju dengan kehadiran buku
nyanyian rohani yang disusun oleh Elfriede Harder ini, sehingga tidak dicetak
bersamaan dengan BE yang sudah ada.
• Baru kemudian pasca Ephorus Johannes Warneck, buku susunan Elfriede Harder
ini dicetak dan disatukan menjadi satu buku, sekalipun masih dengan urutan
nomor yang berbeda.
• Kemudian tahun 1985 atas gagasan DS P.M. Sihombing, sekretaris Jenderal HKBP,
kedua buku tersebut disatukan dengan nomor yang berurutan.
SUMBER BUKU ENDE
• Sumber asli BE HKBP kebanyakan dari Evangelisches Kirchen Gesangbuch
(EKG). Buku ini adalah buku nyanyian rohani yang dipakai di gereja-gereja
Injili (Lutheran) Jerman.
• Buku ini terdiri dari 3 jenis yaitu:
• EKG Stammausgabe (buku nyanyian pokok yang dipakai semua regional di
Jerman);
• EKG “B” (yang dimiliki bagian nyanyian khusus yang disebut juga EKG
Sondersaugabe, yang dipakai oleh gereja-gereja Injili di daerah Berlin,
Branderburg)
• Dan EKG “R” (Yang kusus dipakai gereja-gereja Injili di daerah Rheinland
Wesfalem dan Lippe)
• Sumber kedua Buku Ende HKBP yang sama dominannya dengan
sumber pertama adalah Evangelischer Psalter (EvPs). Buku ini sangat
dipengaruhi oleh Pietisme Jerman.
• Melihat tahun penggubahan lagu tesebut yang dilakukan sekitar abad
ke-16 dan ke-18 dapat dipastikan bahwa semua sumber nyanyian
yang dipakai BE HKBP berasal atau berlatar belakang Pietisme.
• Hal itu diperkuat oleh pandangan bahwa salah satu yang sangat
positif dengan lahirnya Pietisme adalah banyaknya komponis berlatar
belakang Pietisme yang sangat produktif menciptakan lagu-lagu
rohani.
• Di antaranya ada ciptaan Ludwig Graf von Zinzerdorf, Wolfgang
Amadeus Mozart, Sebastian Bach dan banyak lagi.
• Sebagai contoh karya Wolfgang Amadeus Mozart (1781) di dalam BE
256 “Jesus Kristus I do Raja” dan BE. 470 “Jesus Ho Nampuna Ahu”.
• Demikian juga karya Karl Kuhlo (1891) dalam BE 471 “Hupillit Jesus
Donganki”
• Ada juga ciptaan Johann Sebastian Bach (1750) di dalam BE. 542 “O
Ale Tuhan Didia Ho Togang” dan BE. 185 “Holan Sada Debatanta” dll.
BE 542: 1 O ALE TUHAN, DI DIA HO
O, ale Tuhan, di dia Ho togang? Ro ma tu ahu na tongtong bonosan
Ro ma, alapi ma tondingkinon, sian na hansit na di tano on
Ro ma Tuhanku, di dia Ho togang
Di dia Ho togang. Ro ma tu ahu na tongtong bonosan, bonosan
Makna BE dalam Ibadah
• Ibadah HKBP didominasi oleh pujian. Ada 7 nyanyian gerejawi setiap
kebaktian. Di samping itu ada juga koor dari warga jemaat.
• Kehadiran BE di tengah gereja HKBP sangat menentukan penghayatan
dan perkembangan spiritualitas jemaat.
• Tidak heran bahwa dulu warga jemaat HKBP mampu menyanyikan
sebuah nyanyian rohani BE HKBP secara tuntas di mana rata-rata
nyanyian terdiri dari 7 ayat.
• Berhubung karena syair atau bait nyanyian itu diambil dari teks-teks
Alkitab, maka anggota jemaat HKBP khususnya generasi tua agak sulit
membedakan ungkapan yang dihafalnya, apakah itu teks Alkitab atau
syair lagu dari BE.
• Sehinga syair BE itu sering dikutip bila ada acara-acara khusus dalam
budaya mereka (orang Batak). Syair BE ini menjadi the Second Bible
bagi orang Batak.
• Kekuatan BE HKBP dalam kehidupan Spritualitas Kristen Batak terletak
pada formula syair dan lagunya. Setiap formula suatu syair lagu
merupakan rumusan teologi, yang kemudian menjadi pegangan
hidup.
• Ketika formula teologi yaitu syair lagu BE HKBP dinyanyikan, maka
makna dan pesan teologisnya akan mudah meresap dan melekat
dalam penghayatan iman.
• Pada akhirnya, peranan BE HKBP sangat fungsional dalam
membangun iman jemaat, berfungsi memberikan solusi dalam setiap
pergumulan, memberikan pengharapan dan penghiburan dalam
setiap situasi dan kondisi kehidupan.
• Dengan demikian BE HKBP merupakan bagian dari jati diri HKBP.
TEOLOGI BUKU ENDE
• Syair-syair nyanyian rohani yang ada di dalam BE memiliki makna teologis
kontekstual, sesuai dengan kebutuhan terhadap relevansi kehadiran gereja
di tengah-tengah suku Batak pada waktu itu.
• Syair-syair yang ada di dalamnya merupakan formula-formula teologis
sehingga syair lagu BE tersebut merupakan rumusan-rumusan dogmatis.
• Dengan demikian, fungsi BE merupakan salah satu buku pengajaran iman
Kristen di kalangan warga HKBP.
• Dilihat dari isi lagu pada umumnya menekankan keberdosaan manusia
(Pietisme menekankan kesalehan umat). Baru disusul ayat kedua dengan
pesan-pesan pertobatan dan hidup saleh sehingga memperoleh
keselamatan di dalam dan oleh Yesus Kristus.
• Jika kita perhatikan dengan baik syair-syair BE kita, secara umum memiliki
satu tema yang selalu menekankan pemeliharaan hubungan pribadi
dengan Tuhan secara vertical.
• Setiap pribadi harus dihimbau agar selalu hidup di dalam kesucian,
mengenal dirinya sebagai orang yang berdosa dan melihat anugerah
keselamatan yang diberikan Tuhan Yesus melalui kematian dan
kebangkitanNya.
• Dari 556 nyanyian dalam buku Ende (557-864 – Suplemen). Hanya BE No.
121, 150, 545 saja yang merumuskan makna persekutuan kudus
sebagaimana dipahami Gereja sebagai persekutuan orang-orang kudus.
• No. 1 – 373 = Buku ende;
• No. 374 – 556 = Haluaon Na Gok “Elfriede Harder;
• No. 557 – 864 = Sangap Di Jahowa: Kumpulan Koor dan terjemahan Kidung
Jemaat Yamuger.
CONTOH TEOLOGI BE ACARA PEMAKAMAN
• A. Di Rumah (rumah duka)
1. Nasa Jolma ingkon Mate (BE.334)
2. Adong do Ama Na di Surgo i (BE. 383)
3. Loas au asa lao (BE. 335)

• B. Di Parbandaan (dikuburan)
1. Sonang ma modom (BE. 336)
2. Hehe do muse pamatangkon (BE. 338)
3. Sai masipaidaan do na porsea i (BE. 347) = SURGA.
BE 336: 1 SONANG MA MODOM
Sonang ma modom ho na martua i, na maradian sian ulaon i
Na niulamu di hajolmaon, jala na mangihut ho tu surgo
BE 338: 1 HEHE DO MUSE
Hehe do muse pamatangkon, sian tanoman on
Suang mangolu bahenon ni Tuhanku Haleluya! Haleluya!

Anda mungkin juga menyukai