PENGANTAR
1 Raja Karel V adalah raja Spanyol yang terpilih menjadi kaisar menggantikan Kaisar Maximilian
yang meninggal pada Januari 1519. Sidang pemilihan kaisar dilaksanakan di Augsburg, kota yang
di dalam sejarah reformasi mempunyai peranan yang amat penting (lih. W.J. Kooiman, Martin
Luther, hlm. 68, 77, 97).
2 Elektor (elector), yakni anggota kelompok bangsawan Jerman yang turut berhak memilih
kaisar.
31
32 Buku Konkord
PENDAHULUAN
mendahului kaisar.
7 Pada pembukaan sidang yang resmi, tanggal 20 Juni 1530.
34 Buku Konkord
yang lalu, sesuai dengan keinginan Baginda, telah diputuskan agar kami
mengajukan masalah kami dalam bahasa Jerman dan Latin pada hari ini
(Jumat).8 [8] Maka dengan penuh ketaatan dan kepatuhan kepada Baginda
yang Mulia, kami mempersembahkan dan menyampaikan pengakuan
mengenai ajaran para pendeta dan pengkhotbah kami dan iman kami
sendiri, yang menerangkan berdasarkan Kitab Suci, bagaimana dan dengan
cara apa hal-hal ini dikhotbahkan, diajarkan, disampaikan dan dianut di
negeri-negeri, daerah-daerah, wilayah-wilayah dan kota-kota kami.
[9] Jika para elektor, para pangeran dan para penguasa lainnya juga
menyerahkan pernyataan tertulis yang serupa tentang pandangan-pan-
dangan dan pendapat-pendapat mereka dalam bahasa Latin dan Jerman,
maka dengan ketaatan kepada Baginda Kaisar yang Mulia, junjungan kami
yang murah hati, [10] kami bersedia bertukar pikiran dengan mereka dan
rekan-rekan mereka, sepanjang hal ini dapat dilakukan dengan hormat,
dengan cara-cara yang praktis dan pantas sehingga persatuan dapat pulih
kembali. Dengan demikian, hal-hal yang menjadi pertikaian di antara kami
dapat disampaikan secara tertulis oleh kedua belah pihak, dan kami dapat
dipersatukan dalam satu agama yang benar, [11] sebagaimana kita semua
berada di bawah satu Kristus dan mesti mengakui serta berjuang untuk
Kristus. Semua ini sesuai dengan panggilan Baginda yang Mulia yang telah
disebut di atas. Agar hal ini dapat dilakukan sesuai dengan kebenaran Allah,
kami berseru kepada Allah yang Mahakuasa dengan segala kerendahan hati
dan memohon dengan sangat kepada-Nya untuk melimpahkan anugerah-
Nya demi tujuan ini. Amin.
[12] Namun, jika raja-raja, teman-teman dan rekan-rekan kami yang
mewakili para elektor, pangeran dan para penguasa dari pihak lain, tidak
mematuhi tata cara yang dimaksudkan panggilan Baginda yang Mulia, jika
tidak terjadi perundingan-perundingan dalam suasana bersahabat dan hati
yang lapang di antara kami, dan jika tidak ada hasil-hasil yang dicapai, [13]
bagaimanapun juga pihak kami tidak akan berpangku tangan, sejauh Allah
dan hati nurani mengizinkan, demi tercapainya kesatuan Kristen. [14]
Tentang hal ini, Baginda yang Mulia, teman-teman kami yang telah disebut
di atas (para elektor, pangeran dan penguasa) dan setiap pecinta agama
8 Pada akhirnya penyampaian itu ditunda dari hari Jumat ke Sabtu (25 Juni).
Konfesi Augsburg 35
penguasa dengan niat baik dan luhur pada setiap sidang kekaisaran yang
telah diadakan selama pemerintahan Baginda yang Mulia. [22] Pada
berbagai kesempatan kami telah mengajukan sanggahan-sanggahan dan
permohonan-permohonan kami tentang hal-hal yang terpenting ini dan
kami telah melakukannya dalam bentuk dan tata cara yang sah. [23]
Tentang hal-hal ini kami menyatakan kesetiaan kami yang tetap, dan kami
tidak akan surut dari pendirian kami oleh perundingan-perundingan ini
ataupun yang lain (kecuali masalah-masalah yang dipertikaikan akhirnya
didengar, ditimbang dengan hati yang lapang, diselesaikan dengan penuh
kasih hingga tercapai kesepakatan Kristen sesuai dengan panggilan Baginda
yang Mulia), sebagaimana bersama ini kami saksikan dan tegaskan di
hadapan umum. [24] Inilah pengakuan kami dan para rekan kami, yang
dinyatakan dengan jelas, Pasal demi Pasal, sebagai berikut.
{]v\z
PASAL-PASAL TENTANG
IMAN DAN AJARAN
I [ALLAH]13
[1] Sesuai dengan keputusan Konsili Nicea14, kami dengan sehati
berpegang dan mengajarkan [2] bahwa ada satu hakikat ilahi, yang disebut
Allah dan sesungguhnya adalah Allah, dan ada tiga pribadi dalam satu
hakikat ilahi ini, setara dalam kuasa dan sama-sama kekal; Allah Bapa, Allah
Anak, Allah Roh Kudus. [3] Ketiganya adalah satu hakikat ilahi, kekal, tidak
terbagi-bagi, tidak berakhir, mahakuasa, mahaarif dan mahabaik, satu
Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan. [4] Istilah ”pribadi” haruslah dimengerti sebagaimana Bapa-bapa
13 Judul dari beberapa pasal, yang terdapat dalam tanda kurung di sini, dicantumkan kemudian
pada tahun 1533 dan sesudahnya.
14 Yang dimaksud adalah Pengakuan Iman Nicea.
Konfesi Augsburg 37
Gereja menggunakan dalam kaitan ini, bukan sebagai sutau bagian dari yang
lain, melainkan sebagai yang ada dari dirinya sendiri.15
[5] Karena itu kami menolak semua ajaran sesat yang bertentangan
dengan Pasal ini. Antara lain, ajaran sesat kaum Manikheis,16 yang me-
nyatakan bahwa ada dua allah, satu yang baik dan satu yang jahat; juga
ajaran sesat kaum Valentinian,17 kaum Arian,18 kaum Eunomian,19 kaum
Muslimin,20 dan ajaran-ajaran lain yang serupa; [6] juga ajaran sesat kaum
Samosatan,21 yang sama dan baru, yang meyakini bahwa ada satu pribadi
saja dan dengan licik menyatakan bahwa keduanya yang lain, Firman dan
Roh Kudus, bukanlah pribadi-pribadi yang berbeda; sebaliknya Firman itu
merupakan kata atau suara yang lahiriah dan Roh Kudus adalah suatu
gerakan yang ditimbulkan dalam makhluk ciptaan.
II [DOSA ASALI]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa sejak kejatuhan Adam
semua manusia yang dilahirkan secara kodrati, dikandung dan dilahirkan
dalam dosa. Yakni semua manusia penuh dengan nafsu dan kecenderungan
yang jahat sejak dalam kandungan ibunya dan pada hakikatnya tidak
mampu memiliki rasa takut dan iman yang sejati kepada Allah. [2] Lagi pula,
penyakit bawaan dan dosa turunan ini benar-benar adalah dosa, serta
menghukum semua orang yang tidak dilahirkan kembali melalui baptisan
dan Roh Kudus, ke dalam murka Allah yang kekal.
15 Dalam gereja lama, istilah hypostasis atau persona dalam bahasa Latin dipergunakan untuk
menentang Modalisme, yaitu paham yang memandang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai
tiga modus (cara berada) atau manifestatio (penampakan) Allah yang esa.
16 Agama yang didasarkan pada dualisme Persia yang dipadukan dengan unsur-unsur
kepercayaan Kristen dan unsur-unsur lainnya. Agama ini didirikan oleh Mani pada abad ke-3
dan dinamai menurut nama pendirinya.
17 Kaum Gnostik dari abad ke-2 yang mengambil namanya dari Valentinus.
18 Para pengikut Arius yang dihukum pada Konsili Nicea tahun 325. Arius berpandangan bahwa
Anak itu diciptakan dan substantia atau ”hakikat”nya berbeda dengan Bapa.
19 Para pengikut Eunomius, seorang penganut Arianisme kiri pada akhir abad ke-4.
21 Para pengikut Paulus dari Samosata pada abad ke-3, yang mengajarkan bahwa Yesus adalah
seorang manusia yang dikarunia Roh secara khusus. Para pengikut ”Samosatan yang baru”
adalah kaum spiritualis yang anti-Trinitas dari abad ke-16, seperti Yohanes Campanus dan Hans
Denck.
38 Buku Konkord
[3] Dalam kaitan ini, kami menolak kaum Pelagian22 dan pihak lain
yang menyangkal dosa asali sebagai dosa sebab mereka berpendirian
bahwa manusia kodrati dibenarkan oleh usaha-usahanya sendiri, dan
dengan demikian mereka mengabaikan penderitaan dan jasa Kristus.
IV [PEMBENARAN]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa kita tidak dapat mem-
peroleh pengampunan dosa dan kebenaran di hadapan Allah dengan jasa-
jasa, perbuatan-perbuatan, atau dengan menebus dosa-dosa kita sendiri;
sebaliknya kita menerima pengampunan dosa dan menjadi benar di hadapan
Allah oleh anugerah, demi Kristus, melalui iman, [2] apabila kita percaya
bahwa Kristus menderita bagi kita dan demi Dia dosa kita diampuni dan kita
diberi kebenaran serta hidup yang kekal. [3] Sebab Allah akan memandang
22 Para pengikut Pelagius pada awal abad ke-5 yang mengajarkan bahwa pada hakikatnya
manusia tidak berdosa dan dapat diselamatkan oleh perbuatannya sendiri dengan bantuan
anugerah Allah. Para reformator menuduh Ulrich Zwingli dan para teolog skolastik mengajarkan
Pelagianisme.
Konfesi Augsburg 39
V [JABATAN PELAYANAN]23
[1] Untuk memperoleh iman yang demikian (dalam pasal IV), Allah
mengadakan jabatan pelayanan, yakni untuk melayankan Injil dan sakramen-
sakramen. [2] Melalui pelayanan Injil dan sakramen-sakramen ini,
sebagaimana halnya melalui sarana, Ia memberikan Roh Kudus yang
menimbulkan iman dalam diri orang-orang yang mendengar Injil itu,
bilamana dan di mana Ia kehendaki. [3] Dan Injil mengajarkan bahwa kita
mempunyai Allah yang rahmani, bukan oleh jasa-jasa kita sendiri, melainkan
oleh jasa Kristus, apabila kita percaya akan hal itu.
[4] Terkutuklah kaum Anabaptis dan lain-lain24 yang mengajarkan
bahwa Roh Kudus datang kepada kita melalui persiapan-persiapan, pe-
mikiran-pemikiran dan perbuatan-perbuatan kita sendiri tanpa firman Injil
yang nyata.
VI [KETAATAN BARU]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa iman yang demikian mesti
menghasilkan buah-buah dan perbuatan-perbuatan yang baik dan kita harus
melakukan semua perbuatan baik seperti itu, sebagaimana telah
diperintahkan Allah,25 tetapi kita melakukannya demi Allah dan tidak
menaruh kepercayaan kita pada hal-hal itu seolah-olah dengan begitu kita
dapat mengambil hati Allah. [2] Sebab kita menerima pengampunan dosa
dan pembenaran melalui iman dalam Kristus, sebagaimana Kristus berkata,
”Demikian jugalah kamu berkata: kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk.
17:10). Bapa-bapa Gereja juga mengajarkan begitu, sebab Ambrosius
23 Judul ini menimbulkan salah pengertian. Perlu dicamkan bahwa para reformator mengerti
”jabatan pelayanan” bukan dalam arti jabatan gerejawi yang resmi, sebagaimana tampak jelas
dalam isi pasal ini.
24 Misalnya Sebastian Franck dan Caspar Schwenkdeld pada abad ke-16 mengajarkan bahwa
berkata, ”Allah telah menetapkan bahwa barang siapa yang percaya kepada
Kristus akan diselamatkan, dan ia akan memperoleh pengampunan dosa,
bukan melalui perbuatan-perbuatan, melainkan melalui iman saja, tanpa
jasa.”26
VII [GEREJA]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa gereja Kristus yang esa
akan ada dan tetap selamanya. Inilah persekutuan semua orang percaya
yang memberitakan Injil diberitakan dengan murni dan melayankan sa-
kramen-sakramen kudus dilayankan sesuai dengan Injil. [2] Sebab untuk
keesaan gereja Kristen yang benar, cukuplan Injil diberitakan sesuai dengan
pengertian yang murni dan sakramen-sakramen dilayankan sesuai dengan
firman Allah. [3] Untuk keesaan gereja Kristen yang benar, upacara-upacara
yang ditetapkan manusia tidak perlu dilaksanakan seragam di segala
tempat. [4] Seperti Paulus katakan dalam Efesus 4:4-5, ”satu tubuh, dan satu
Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang
terkandung pada panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.”
IX [BAPTISAN]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa Baptisan itu penting dan
anugerah diberikan melaluinya. [2] Anak-anak juga haruslah dibaptiskan,
sebab dalam baptisan mereka diserahkan kepada Allah dan menjadi
berkenan kepada-Nya.
[3] Dengan alasan ini, kami menolak kaum Anabaptis yang meng-
ajarkan bahwa baptisan anak-anak tidak benar.
X [PERJAMUAN KUDUS]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa tubuh dan darah Kristus
benar-benar hadir dalam pelayanan Perjamuan Kudus dalam bentuk roti
dan anggur yang dibagi-bagikan dan diterima. [2] Karena itu, kami menolak
ajaran yang bertentangan dengan ini.
XI [PENGAKUAN DOSA]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa pengampunan dosa secara
perorangan harus dipelihara dan jangan diabaikan. Tetapi dalam pengakuan
dosa tidak perlu menyebutkan semua kesalahan dan dosa,28 satu demi satu,
[2] sebab hal itu tidak mungkin. Mazmur 19:13, ”Siapakah yang dapat
mengetahui segala kesesatan?”
XII [PERTOBATAN]
[1] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa bila mereka yang berbuat
dosa setelah dibaptis, bertobat, [2] gereja tidak boleh menolak
pengampunan dosa baginya. [3] Sesungguhnya pertobatan sejati tidak lain
daripada penyesalan dan duka cita yang dalam, atau rasa ngeri oleh karena
dosa, [5] dan pada saat yang sama percaya akan Injil dan pengampunan
dosa (yakni, dosa itu telah diampuni dan anugerah diperoleh melalui
Kristus), maka iman ini akan menghibur serta mendamaikan hati.29 [6] Lalu
hidupun mesti diperbarui dan dosa ditinggalkan, sebab kedua hal inilah yang
28Demikianlah yang dituntut oleh Konsili Lateran Keempat (1215), Pasal 21.
29Naskah Latin mempertajam perbedaannya dari sakramen tobat menurut ajaran Katolik Roma
(contritio= penyesalan, confessio= pengakuan, absolutio= pengampunan dosa dan satisfactio=
pemuasan).
42 Buku Konkord
XV [PERAYAAN-PERAYAAN]
[1] Tentang perayaan-perayaan gereja yang ditetapkan manusia, di
kalangan kami diajarkan bahwa yang mesti dipelihara adalah perayaan-
perayaan yang dapat dilaksanakan tanpa berdosa serta yang menciptakan
damai dan ketertiban dalam gereja, misalnya hari-hari suci tertentu,
XVI [PEMERINTAH]34
[1] Di kalangan kami diajarkan bahwa pemerintah sipil (civil ordi-
nancies) di dunia ini dan semua peraturan serta undang-undang yang
berlaku, diadakan dan ditetapkan oleh Allah demi ketertiban, [2] dan orang
Kristen, tanpa berdosa, boleh menduduki jabatan di pemerintahan, atau
bertugas sebagai pangeran-pangeran dan hakim-hakim, membuat keputusan-
keputusan dan menjatuhkan hukuman sesuai dengan undang-undang
kekaisaran dan undang-undang lainnya yang berlaku, melaksanakan
hukuman mati atas para penjahat, ikut berperang untuk menegakkan
keadilan, menjadi serdadu, berniaga, mengangkat janji bila perlu, memiliki
harta, berkeluarga dan sebagainya.
[3] Dalam hal ini terkutuklah kaum Anabaptis yang mengajarkan
bahwa tidak satu pun dari hal-hal tersebut sesuai dengan kekristenan.35
[4] Terkutuklah juga mereka yang mengajarkan, bahwa demi ke-
sempurnaan Kristen, orang harus meninggalkan rumah dan keluarga, anak
32 Pada waktu itu kaum Lutheran menghapus banyak hari peringatan orang-orang suci dan
memindahkan sebagian besar hari peringatan para rasul ke hari-hari Minggu berikutnya, tetapi
tetap mempertahankan banyak perayaan menurut tahun gereja.
33 Hari-hari puasa dalam gereja Roma, misalnya hari Rabu, Jumat dan Sabtu setelah Minggu
35 Sebenarnya kaum Anabaptis berbeda satu sama lain dalam sikap mereka terhadap negara,
perkawinan dan kehidupan ekonomi. Tetapi yang dimaksudkan di sini ialah golongan yang
menolak hal-hal tersebut.
44 Buku Konkord
36 Gagasan kesempurnaan Kristen yang disebutkan di sini terwujud dalam kehidupan membiara
(yang disebut ”hidup kesempurnaan”) dan dianut oleh sebagian kaum Anabaptis. Lihat juga di
bawah, pasal XXVII.
37 Antara lain, Hans Denck dan Melchior Rinck mengajarkan demikian.
38 Oleh pengaruh Hans Hut dan sebagian orang Yahudi di Worms, Melchior Rinck meramalkan
bahwa kerajaan seribu tahun akan mulai pada Paskah tahun 1530.
Konfesi Augsburg 45
bahwa kita dapat memelihara perintah-perintah Allah tanpa anugerah dan Roh Kudus. Sebab
meskipun pada hakikatnya kita mampu melakukan secara lahiriah apa yang ditentukan dalam
suatu perintah, kita tidak mampu melakukan dalam hati kita apa yang sesungguhnya dituntut
46 Buku Konkord
oleh perintah-perintah Allah, yakni sungguh-sungguh takut, mengasihi dan percaya akan Allah
dan sebagainya.
41 Perkumpulan-perkumpulan kaum awam untuk latihan ibadat dan perbuatan baik.
Konfesi Augsburg 47
Ajaran ini lebih memberi penghiburan daripada ajaran bahwa kita mesti
mengandalkan perbuatan-perbuatan kita saja.
[8] Oleh karena ajaran tentang iman, yang adalah pokok terpenting
dalam kehidupan Kristen, telah diabaikan begitu lama (sebagaimana semua
orang mengakuinya), padahal yang diberitakan di mana-mana hanyalah
perbuatan-perbuatan, maka warga kami telah diajar sebagai berikut:
[9] Kami mulai dengan mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan kita
tidak dapat memperdamaikan kita dengan Allah atau memperoleh anugerah
bagi kita, sebab hal ini terjadi hanya melalui iman, yakni apabila kita percaya
bahwa dosa kita telah diampuni melalui Kristus, yang adalah satu-satunya
Pengantara yang memperdamaikan kita dengan Bapa. [10] Barangsiapa
menganggap bahwa ia dapat mencapai hal ini dengan perbuatan-perbuatan,
atau ia layak menerima anugerah, ia menghina Kristus dan mencari jalannya
sendiri kepada Allah, yang bertentangan dengan Injil.
[11] Ajaran tentang iman ini dengan tandas dan jelas diuraikan Paulus
dalam banyak nas, terutama dalam Efesus 2:8-9: ”Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri”, dan seterusnya.
[12] Di sini kami tidak mengemukakan tafsiran baru, sebagaimana
dapat dibuktikan dari Augsburg, [13] yang membahas masalah ini dengan
teliti dan mengajarkan hal yang sama, yakni kita memperoleh anugerah dan
dibenarkan di hadapan Allah melalui iman kepada Kristus dan bukan
melalui perbuatan-perbuatan. Seluruh bukunya, De spiritu et litera42
membuktikan hal ini.
[15] Walaupun ajaran ni sangat diremehkan orang-orang yang tidak
berpengalaman, namun pengalaman menunjukkan bahwa ajaran ini sangat
menghibur dan menentramkan hati nurani yang lemah dan gentar. Hati
nurani tidak akan tentram dan damai melalui perbuatan-perbuatan,
melainkan hanya melalui iman, yakni apabila ia diyakinkan dan mengetahui
bahwa demi Kristus ia mempunyai Allah yang rahmani, [16] seperti yang
dikatakan Paulus dalam Roma 5:1, ”Sebab itu, kita yang dibenarkan karena
iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah”.
43 Yakobus 2:19.
44 Homilies on the Epistle of John the Parthians X:2.
Konfesi Augsburg 49
[27] Di kalangan kami juga diajarkan bahwa perbuatan baik mesti dan
harus dilakukan, bukan dengan maksud agar kita dapat mengandalkan
untuk memperoleh anugerah, melainkan agar kita melakukan kehendak
Allah dan memuliakan-Nya. [28] Hanya iman saja yang dapat memahami
anugerah dan pengampunan dosa. [29] Apabila Roh Kudus dikaruniakan
melalui iman, hati pun digerakkan untuk melakukan perbuatan baik. [31]
Sebelum itu, tanpa Roh Kudus hati itu terlalu lemah. [32] Lagi pula, hati itu
berada dalam kuasa iblis, yang mendorong manusia yang malang
melakukan banyak dosa. [33] Kita melihat hal ini dalam diri para filsuf yang
berusaha hidup terhormat dan tak bercela; mereka gagal mencapainya,
malah mereka jatuh ke dalam banyak dosa besar dan nyata. [34] Inilah yang
terjadi apabila orang hidup tanpa iman yang benar dan Roh Kudus, dan
hanya mengendalikan dirinya dengan kekuatan manusiawinya sendiri.
[35] Oleh karena itu, ajaran tentang iman ini tidak dapat dituduh
melarang perbuatan baik, malah harus dipuji karena ajaran ini mengajarkan
bahwa perbuatan baik mesti dilakukan, serta memberi pertolongan tentang
bagaimana melakukannya. [36] Sebab tanpa iman dan Kristus tabiat
manusia dan kekuatan manusia terlalu lemah, [37] untuk melakukan
perbuatan baik, berseru kepada Allah, bertekum dalam penderitaan,
mengasihi sesama, melakukan tugas panggilannya dengan rajin,
menunjukkan ketaatan, menghindari nafsu-nafsu jahat dan sebagainya. [38]
Perbuatan-perbuatan mulia dan benar seperti itu tidak dapat dilakukan
tanpa pertolongan Kristus, sebagaimana Ia sendiri berkata, ”di luar Aku
kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5).
[2] Akan tetapi, tidak dapat dibuktikan dari Kitab Suci bahwa kita mesti
memohon kepada orang-orang kudus atau meminta pertolongan dari
mereka. ”Esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia,
yaitu manusia Yesus Kristus” (1 Tim. 2:5), yang adalah satu-satunya
Juruselamat, satu-satunya Imam Besar, Pembela dan Pengantara di hadapan
Allah (Rm 8:34). Hanya Dia saja yang telah berjanji untuk mendengar doa-
doa kita. [3] Lagi pula, menurut Kitab Suci, bentuk peribadatan yang paling
luhur ialah mencari dan berseru dengan hati yang tulus kepada Yesus
Kristus yang sama dalam segala kebutuhan. ”Jika seorang berbuat dosa, kita
mempunyai seorang pengantara pada bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”
(1 Yoh. 2:1).
[1] Kira-kira demikianlah rangkuman ajaran-ajaran yang diberikan dan
diajarkan dalam gereja-gereja kami untuk mendidik orang Kristen dengan
sebenarnya, menghibur hati nurani dan memperbaiki hidup orang-orang
percaya. Tentu kita tidak ingin membiarkan jiwa dan hati nurani kita sendiri
dalam bahaya besar di hadapan Allah dengan menyalahgunakan nama atau
firman-Nya, dan kita juga tidak ingin mewariskan kepada anak-anak dan
keturunan kita ajaran yang tidak sesuai dengan firman Allah dan kebenaran
Kristen yang murni. Oleh karena ajaran ini jelas didasarkan pada Kitab Suci
dan tidak bertentangan atau berlawanan dengan ajaran gereja Kristen yang
am, atau bahkan dengan gereja Roma (sepanjang ajarannya tercermin
dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja),45 kami berpendapat bahwa para
penentang kami tidak dapat berselisih dengan kami dalam Pasal-pasal yang
dikemukakan di atas. Karena itu, mereka yang mencoba menolak,
menghindari dan memisahkan diri dari gereja-gereja kami seolah-olah
ajaran kami sesat, bertindak dengan cara yang tidak bersahabat dan tergesa-
gesa, serta bertentangan dengan kesatuan dan kasih Kristen; mereka
berbuat demikian tanpa dasar yang kokoh dan perintah Allah atau Kitab
Suci. [2] Perselisihan dan pertikaian itu terutama menyangkut pelbagai
tradisi dan penyalahgunaan. Karena tidak ada apa pun yang tidak beralasan
atau bercela dalam Pasal-pasal yang asasi itu, dan konfesi kami ini murni
serta bersifat Kristen, maka para uskup hendaknya bertindak lebih adil dan
murah hati, sekalipun ada kekurangan kami sehubungan dengan tradisi-
tradisi. Namun demikian, kami hendak mengemukakan dasar-dasar dan
Dari keterangan di atas jelaslah, tidak ada apa pun yang diajarkan
gereja-gereja kami mengenai pokok-pokok iman, yang bertentangan dengan
Alkitab atau dengan apa yang lazim menurut gereja Kristen. Oleh karena
beberapa penyalahgunaan telah diperbaiki (yakni beberapa pe-
nyalahgunaan yang telah menyusup selama bertahun-tahun dan ada pula
yang dimasukkan dengan cara kekerasan), kami merasa wajib memberi
suatu penjelasan tentang hal itu dan memberi alasan-alasan mengapa kami
mengizinkan perubahan-perubahan dalam hal-hal tersebut supaya Baginda
yang Mulia dapat melihat bahwa kami tidak bertindak secara sembrono
ataupun tidak kristiani; sebaliknya kami telah didorong oleh perintah Allah
(yang sesungguhnya lebih tinggi dari semua adat-istiadat) untuk
mengizinkan perubahan-perubahan demikian.
46 Di Barat sampai abad ke-13 umumnya cawan itu diberikan kepada anggota-anggota jemaat.
47 Cyprianus, Epistle 57.
48 Jerome (Hieronimus), Commentary on Zephaniah, 3.
50 Nicholas dari Cusa (1401-1464), Epistle III to the Bohemians, menyebutkan bahwa ketentuan
untuk tidak memberikan cawan itu kepada anggota-anggota jemaat disahkan dalam Konsili
Lateran Keempat tahun 1215.
51 Yang dimaksudkan di sini ialah pelaksanaan perayaan Corpus Christi pada hari Kamis sesudah
Minggu Trinitas. Para pangeran dari Gereja Lutheran menolak ikut dalam arak-arakan Corpus
Christi di Augsburg pada tanggal 16 Juni 1530. Di kemudian hari, ada larangan ”membawa
sakramen itu ke jalan.”
Konfesi Augsburg 53
bahwa mereka terpaksa dan terdorong melakukan hal ini oleh kesukaan
hati nurani, terutama karena Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa
kehidupan perkawinan ditetapkan Allah untuk menghindarkan percabulan,
[4] sebab Paulus mengatakan, ”tetapi mengingat bahaya pencabulan, baiklah
setiap laki-laki mempunyai isteri sendiri” (1 Kor. 7:2) dan lagi, ”sebab lebih
baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu” (1 Kor. 7:9). [5] Lagi pula,
ketika Kristus berkata, ”tidak semua orang dapat mengerti akan perkataan
itu.” Ia menunjukkan bahwa hanya sedikit orang yang menerima karunia
untuk hidup selibat, dan tentunya ia tahu sifat manusia. Menurut kejadian
1:27, Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan. [6] Pengalaman
telah membuktikan dengan jelas apakah dengan kekuatan atau
kemampuannya sendiri manusia dapat memperbaiki atau mengubah
ciptaan Allah yang mahatinggi melalui keputusan-keputusan atau kaul-kaul
tanpa suatu karunia atau anugerah Allah yang khusus. Kebaikan apa yang
telah dihasilkan hidup selibat itu? Hidup yang murni dan jujurkah? Perilaku
yang tulus dan terhormatkah? Telah diketahui, betapa berat dan kuatnya
gangguan dan siksaan hati nurani yang dialami banyak orang menjelang
ajalnya oleh karena itu dan banyak dari antara mereka telah mengakuinya.
[8] Oleh karena firman dan perintah Allah tidak dapat diubah oleh kaul-kaul
dan hukum-hukum manusia, [9] para imam dan rohaniawan kami telah
beristeri dengan alasan-alasan dan sebab-sebab lainnya.
[10] Dari sejarah dan tulisan-tulisan para Bapa Gereja dapat dibuktikan
bahwa dalam gereja mula-mula telah menjadi kebiasaan bagi para imam
dan diaken untuk menikah. [11] Karena itu Paulus dalam Surat
1 Timotius 3:2 berkata, ”Penilik jemaat haruslah orang yang tidak bercacat,
suami dari satu isteri.” [12] Baru empat ratus tahun silam para imam di
Jerman dipaksa dengan keras berkaul selibat.52 Waktu itu timbul tantangan
yang sangat hebat dan kuat sehingga uskup agung dari Mayence,53 yang
mengumumkan keputusan paus yang baru itu, nyaris terbunuh dalam
pemberontakan yang dilancarkan seluruh kaum imam. Keputusan tentang
selibat itu segera dilaksanakan dengan tergesa-gesa dan tidak sepantasnya,
52 Walaupun tuntutan untuk hidup selibat sering ditegaskan dan dilaksanakan pada abad-abad
sebelumnya, namun tuntutan itu baru diharuskan secara umum pada akhir abad ke-11 oleh Paus
Gregorius VII. Pada waktu itu umumnya para pastor di Jerman masih berkeluarga.
53 Siegfried dari Mayence pada sinode-sonode di Erfurt dan Mayence tahun 1075.
54 Buku Konkord
sehingga paus pada saat itu tidak hanya melarang perkawinan para imam,
tetapi juga membatalkan perkawinan yang sudah lama terjalin. [13] Tentu
saja hal ini tidak hanya bertentangan dengan semua hukum ilahi, alami dan
perdata, tetapi juga berlawanan sama sekali dengan hukum-hukum gerejawi
ciptaan paus sendiri dan keputusan-keputusan konsili-konsili yang paling
terkemuka.54
Banyak orang saleh dan cendekiawan berkedudukan tinggi yang telah
mengemukakan pendapat-pendapat yang serupa dan menyatakan
kekhawatiran mereka bahwa hidup selibat yang dipaksakan dan larangan
perkawinan seperti itu tidak pernah menghasilkan kebaikan apa pun (Allah
sendiri menetapkan perkawinan dan memberi kebebasan kepada manusia),
malah mengakibatkan banyak perbuatan jahat yang keji dan memalukan.
Sebagaimana jelas dari riwayat hidup Paus Pius II, ia sering mengatakan dan
mengizinkan ucapannya dikutip bahwa dahulu mungkin ada beberapa
alasan untuk melarang perkawinan para rohaniwan, namun sekarang ada
alasan-alasan yang lebih penting, lebih baik dan lebih kuat untuk
mengizinkan mereka menikah.55 Tentu Paus Pius sebagai orang yang
bijaksana dan arif membuat pernyataan itu karena kekhawatiran yang
mendalam.
[14] Oleh sebab itu dengan kesetiaan kepada Baginda yang Mulia sebagai
seorang kaisar Kristen yang paling terkemuka, kami yakin Baginda akan
berkenan memperhatikan kenyataan bahwa pada akhir zaman, seperti yang
dinubuatkan dalam Kitab Suci, dunia akan semakin buruk keadaannya dan
manusia menjadi semakin lemah dan tidak berdaya.
Karena itu sangatlah penting dan berguna serta bersifat kristiani
mengakui kenyataan ini, agar larangan kawin jangan menimbulkan per-
cabulan dan perbuatan-perbuatan asusila yang lebih memalukan di negeri
Jerman. Tidak ada yang dapat mengubah dan mengatur hal-hal itu dengan
lebih baik dan bijaksana selain Allah sendiri, [15] yang menetapkan
perkawinan untuk menolong kelemahan insani dan mencegah
penyelewengan-penyelewengan.
54 Gratian, Decretum, I, dist. 82, pasal 2-5; juga dist. 84, pasal 4. Konsili menolak tuntutan hidup
selibat; lihat Evagrius, Ecclesiastical History, 1:11.
55 Bartolomeo Platina, seorang penganut humanisme dari Italia, dalam sejarahnya tentang para
56 Gratian, Decretum, Bagian I, dist. 34, pasal 7; Bagian II, pasal 1, q.7, c.5.
56 Buku Konkord
XXIV [MISA]
[1] Secara tidak adil, kami dituduh telah meniadakan Misa.59
[9] Tanpa membanggakan diri, jelaslah kami lebih tekun dan sungguh-
sungguh melaksanakan Misa daripada para penentang kami. [7] Lagi pula
warga jemaat sering dididik dengan rajin tentang sakramen kudus ini, apa
sebabnya Misa ditetapkan dan bagaimana sakramen itu seharusnya
dipergunakan (yakni untuk menghibur hati nurani yang gentar) agar
mereka mau mengikuti komuni dan Misa. Mereka juga diberi pengajaran
tentang ajaran-ajaran sesat mengenai sakramen ini.
[2] Sementara itu tidak ada perubahan yang mencolok dalam perayaan
Misa umum, terkecuali di beberapa tempat, kidung pujian berbahasa Jerman
dinyanyikan sebagai tambahan respons-respons di dalam bahasa Latin,
untuk mendidik dan melatih warga jemaat. [3] Yang terutama, tujuan pokok
semua upacara itu ialah untuk mengajar warga jemaat apa-apa yang perlu
mereka ketahui tentang Kristus.
57 Cyprianus, Epistle, 62.2. Teks di atas mengikuti penomoran surat-surat Cyprianus menurut
Erasmus.
58 Gratian, Decretum, Bagian II, pasal 20, q.1, c.5, 7, 9, 10, 14, 15.
59 Misalnya Yohanes Eck, dalam 404 These, Nos. 269-278. Pasal ini dengan jelas menunjukkan
60 Oleh orang-orang seperti Nicholas dari Cusa, Yohanes Tauler, Yohanes Gerson dan Gabriel Biel.
61 1 Korintus 11:27.
62 Misa yang disampaikan untuk maksud-maksud khusus dari orang-orang tertentu. Misa ini
sering disebut Misa-misa Votif (misa-misa yang dilakukan demi memenuhi sumpah atau kaul).
58 Buku Konkord
kepada imam-imam lainnya dan para diaken, [38] sebab hukum gereja
Nicea mengatakan, ”setelah para imam, para diaken menerima sakramen itu
dari uskup atau imam secara tertib.”65
[40] Jadi, karena tidak ada hal baru yang dimasukkan, yang tidak
terdapat dalam gereja purba dan tidak ada perubahan mencolok yang
diadakan dalam perayaan-perayaan Misa umum, kecuali kami telah
menghapus Misa yang diadakan sebagai tambahan Misa jemaat, yang
mungkin telah disalahgunakan, cara kami melaksanakan Misa tidak patut
dicela sebagai cara yang sesat atau tidak sesuai dengan kekristenan. [41]
Pada waktu yang lampau, bahkan di gereja-gereja besar yang banyak
warganya, Misa tidak diadakan setiap waktu mereka berkumpul, sebab
menurut Hystoria Tripartita, buku kesembilan, di Aleksandria pada hari
Rabu dan Jumat, Kitab Suci dibacakan dan diterangkan dan semua kebaktian
ini diadakan tanpa Misa.66
67 Mazmur 19:13.
68 Yeremia 17:9.
69 Mazmur 37:5. Dalam terjemahan Latin (Vulgata) dikatakan, ”tunjukkanlah jalanmu kepada
Tuhan.”
70 Gratian, Decretum, Bagian II, pasal 33, q.3, De poenintentia, dist. I, c. 87:4. Kutipan dari
73 Para pengarang kumpulan kasus tentang hati nurani pada Abad Pertengahan, seperti Sylvester
Prieria dengan karyanya, Summa summarum.
74 Yohanes Gerson, The Spiritual Life, lectio 2.
Konfesi Augsburg 63
77 Di sini para reformator mengikuti penjelasan yang salah dari Hieronimus tentang Yovinian,
seorang petapa Roma dari abad ke-4 yang menentang ajaran kebiaraan tentang jasa-jasa dan
tahap-tahap kesempurnaan akhlak, tetapi tidak menentang ”pengendalian nafsu dan disiplin”.
78 Markus 9:29.
79 1 Korintus 9:27.
Konfesi Augsburg 65
80 Di Asia Kecil Paskah dirayakan pada hari Paskah Yahudi; sedangkan di Barat, misalnya di
Palestina dan Mesir, Paskah dirayakan pada hari Minggu berikutnya.
81 Dalam Eusebius, Ecclesiastical Hystory, V, 24:13.
83 Cassiodorus, Tripartite Ecclesiastical History, IX, 38, yang mengutip Socrates, Ecclesiastical
Hstory, V, 22.
84 Sebelum aturan Benedectin berpengaruh luas di Barat sekitar abad ke-8, ada berbagai aturan
kebiaraan. Pada mulanya, orang diizinkan mengundurkan diri dari hidup membiara.
66 Buku Konkord
[3] Selain kaul kebiaraan, masih banyak tuntutan lain yang diberla-
kukan, [4] dan belenggu-belenggu serta beban-beban seperti itu dikenakan
kepada banyak orang sebelum mereka mencapai umur yang wajar.85
[5] Banyak juga orang yang memasuki hidup membiara tanpa me-
nyadarinya, sebab sekalipun usia mereka tidak terlalu muda, mereka belum
menyadari atau mengerti sepenuhnya kemampuan mereka. [6] Semua
orang terjerat dan terikat dengan jalan demikian, ditekan dan dipaksa agar
tetap dalam biara, sekalipun ada hukum-hukum kepausan yang dapat
membebaskan banyak dari antara mereka.86 [7] Dalam biara wanita,
praktiknya malah lebih keras daripada biara pria, walaupun selayaknya
mereka mendapat lebih banyak keringanan sebagai jenis kelamin yang lebih
lemah. [8] Banyak orang saleh pada masa lalu merasa tidak senang dengan
kekerasan seperti itu, sebab mereka tentu sudah melihat bahwa baik anak
laki-laki maupun perempuan didorong masuk ke dalam biara demi
kelangsungan hidupnya. Mereka tentu sudah melihat pula kejahatan-
kejahatan apa yang timbul dari pengaturan ini, yang mengakibatkan batu
sandungan dan hati nurani yang terbeban.
[9] Banyak orang yang mengeluh bahwa dalam hal yang sangat penting
seperti ini, hukum-hukum gerejawi tidak dilaksanakan dengan tegas. [10] Di
samping itu, kaul kebiaraan telah jadi buah bibir, sehingga banyak biarawan
yang kurang pengertian sekalipun merasa tidak senang.
[11] Ada anggapan bahwa kaul kebiaraan setara dengan Baptisan dan
dengan hidup membiara orang dapat memperoleh pengampunan dosa dan
pembenaran di hadapan Allah.87 [12] Lebih dari itu, mereka menambahkan
pula bahwa dengan hidup membiara orang tidak hanya memperoleh
pembenaran dan kesalehan, tetapi juga memelihara petunjuk-petunjuk dan
nasihat-nasihat dalam Injil,88 [13] dengan begitu mereka lebih mengagung-
kebiaraan dengan baptisan. Misalnya, Thomas Aquinas, Summa Theologica, II, 2, q.189, a.3 ad 3.
88 Para teolog Abad Pertengahan mengikuti suatu perkembangan yang dapat dianggap berasal
dari Tertulianus. Mereka membedakan ”petunjuk-petunjuk Injil” yang harus dilaksanakan demi
keselamatan dengan ”nasihat-nasihat Injil” yang tidak bersifat wajib, tetapi memampukan orang
untuk mencapai keselamatan ”dengan lebih baik dan cepat.” Lihat, misalnya Bonaventura,
Breviloquium, V:9; Thomas Aquinas, Summa Theologica, II, 1: q.108, a.4.
Konfesi Augsburg 67
[22] Keberatan apa yang bisa diajukan atas hal ini? Betapapun orang
meninggikan kaul dan kewajiban, betapapun orang mengagung-agungkan
hal-hal tersebut, namun perintah Allah tidak mungkin dibatalkan. [23]
Orang-orang yang arif mengatakan bahwa suatu kaul yang bertentangan
dengan hukum-hukum kepausan tidak bersifat mengikat.90 Kalau begitu,
bagaimana pula halnya dengan kewajiban, keberlakuan dan kuasa kaul yang
bertentangan dengan perintah Allah.
[24] Sekiranya tidak ada alasan-alasan yang mengizinkan pembatalan
kewajiban suatu kaul, para paus tentu bisa mengecualikan dan
membebaskan orang dari kewajiban seperti itu, sebab tidak seorang pun
berhak membatalkan suatu kewajiban yang berasal dari hukum ilahi. [25]
Akibatnya, para paus benar-benar menyadari bahwa harus diadakan
perbaikan sehubungan dengan kewajiban itu dan mereka sering memberi
pengecualian-pengecualian, [26] misalnya dalam kasus Raja Aragon.91 Jika
pengeculaian-pengecualian diberikan demi kepentingan-kepentingan yang
bersifat fana, bagaimana pula dengan keperluan-keperluan yang
menyangkut jiwa manusia.
[27] Lalu, mengapa para penentang kami begitu kuat mempertahankan
bahwa kaul harus dipelihara tanpa memastikan lebih dulu apakah kaul itu
memang tepat? Sebab kaul harus mencakup apa yang mungkin dan bersifat
sukarela dan tidak boleh dipaksakan.92 [28] Akan tetapi orang umumnya
mengetahui sampai sejauh mana kemurnian yang abadi terletak dalam
kuasa dan kemampuan manusia, [29] dan hanya sedikit orang, entah pria
ataupun wanita, yang telah menerima kaul kebiaraan dengan rela setelah
melalui pertimbangan yang matang. Sebelum mereka sampai pada
pemahaman yang benar, mereka dipengaruhi untuk menerima kaul
kebiaraan dan kadang-kadang didesak dan dipaksa untuk melakukannya.
[30] Karena itu, tidak sepantasnya kita tergesa-gesa dan terus-menerus
berbantah tentang kewajiban kaul kebiaraan itu, karena umumnya diakui
bahwa menurut hakikat dan sifatnya, kaul seharusnya bersifat sukarela dan
dilakukan setelah melalui bimbingan dan pertimbangan yang matang.
90 Gratian, Decretum, Bagian II, pasal 20:q. 4, c. 2, menyatakan bahwa kaul yang dilakukan
seorang rahib tanpa persetujuan pimpinannya dinilai tidak sah.
91 Ramiro II, seorang rahib, dibebaskan dari kaulnya setelah saudara laki-lakinya meninggal
96 Bnd. Thomas Aquinas, sebagaimana dikutip di atas dalam pasal XXVII, 11.
97 Gratian, Decretum, II, Pasal 22, q.4, c.22.
98 Lihat di atas, pasal XXVII, 16.
Konfesi Augsburg 71
yang lain dalam gereja Kristen menjadi kabur apabila mata manusia
disilaukan oleh kerohanian yang tampak seperti malaikat dan oleh hidup
kemiskinan, kerendahan dan kemurnian yang munafik.
[49] Lagi pula, perintah-perintah Allah dan ibadat yang benar dan
wajar dikabulkan, apabila orang mendengar bahwa hanya para rahib saja
yang hidup dalam kesempurnaan. Sebab kesempurnaan Kristen adalah
bahwa kita benar-benar takut akan Allah dengan segenap hati dan
mempunyai keyakinan, iman dan kepercayaan yang tulus bahwa demi
Kristus kita mempunyai Allah yang rahmani dan pengasih; kita dapat dan
mesti berdoa serta meminta kepada Allah apa saja yang kita butuhkan dan
dengan yakin mengharapkan pertolongan daripada-Nya dalam segala
kesukaran yang menyangkut tugas dan panggilan kita dalam hidup ini;
sementara itu kita berbuat baik kepada orang lain dan melaksanakan
panggilan kita dengan tekun. [50] Kesempurnaan yang sejati dan ibadat
yang benar kepada Allah menyangkut hal-hal tersebut dan bukan dengan
menjadi pengemis atau memakai jubah hitam atau pakaian rahib yang
berwarna coklat dan sebagainya. [51] Bagaimanapun, orang banyak yang
mendengar, bahwa hidup selibat disanjung melebihi yang lain, menarik
banyak kesimpulan berbahaya atas pengagungan akan kehidupan membiara
yang palsu itu, [52] sebab hati nurani mereka disusahkan oleh karena
mereka sudah kawin. [53] Ketika orang banyak mendengar bahwa hanya
hidup sebagai pengemislah yang sempurna, maka mereka menjadi bimbang
apabila mereka boleh menyimpan hartanya dan berniaga tanpa berdosa. [54]
Ketika orang banyak mendengar bahwa larangan membalas dendam
hanyalah nasihat99 saja, wajarlah kalau sebagian dari antara mereka
menyimpulkan bahwa membalas dendam di luar pelaksanaan tugas mereka
bukanlah dosa. [55] Sementara yang lain berpendapat bahwa dalam
pemerintahan pun, orang Kristen sama sekali tidak dibenarkan membalas
yang salah.
[56] Banyak contoh yang dicatat tentang orang-orang yang mening-
galkan istri dan anaknya, bahkan juga jabatan untuk mencari naungan
dalam biara. [57] Katanya, dengan demikian mereka melarikan diri dari
dunia dan mencari hidup yang lebih berkenan kepada Allah daripada yang
lain. Mereka tidak bisa memahami bahwa orang melayani Allah dengan
99 Yang disebut ”nasihat Injili”. Lihat di atas, pasal XXVII, 12 dan catatan kakinya.
72 Buku Konkord
100 Antara lain, lihat Yohanes Gerson, Evangelical Counsels, dalam Opera, II: 680.
101 Lihat di atas, pasal XXVII, 12.
102 Jerman: Die Gewalt (Vollmacht) der Bischoefe; Inggris: The Power of Bishops; Latin: De
postate ecclesiastica.
103 Kasus-kasus saat pengampunan dosa hanya dapat diberikan oleh para uskup dan paus
sendiri.
Konfesi Augsburg 73
104 Diambil dari Matius 16:19, ”kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.”
105 Roma 1:16.
74 Buku Konkord
[12] Karenanya, kedua kuasa itu, rohani dan duniawi, jangan dika-
caukan atau dicampurbaurkan, sebab kuasa rohani bertugas untuk mem-
beritakan Injil dan melayankan sakramen-sakramen. [13] Maka kuasa itu
hendaknya tidak mencampuri bidang-bidang lain, tidak mengangkat atau
menurunkan raja, tidak membatalkan undang-undang negara atau
melemahkan ketaatan pada pemerintah, tidak membuat atau menentukan
undang-undang tentang hal-hal duniawi bagi kuasa duniawi.
[14] Kristus sendiri mengatakan, ”Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini,”106 [15]
dan lagi, ”Siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau
pengantara atas kamu?”107 [16] Dalam Filipi 3:20 Paulus juga menuliskan,
”Kewargaan kita adalah di dalam sorga” [17] dan dalam 2 Korintus 10:4-5,
”Karena senjata kami di dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi,
melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah yang sanggup
untuk meruntuhkan bentang-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang
dan merubuhkan setiap kubu yang dibangunkan oleh keakuan manusia
untuk menentang pengenalan akan Allah.”
[18] Jadi, para pengajar kami membedakan dua wewenang dan tugas
kedua kuasa itu, dan mengajarkan agar keduanya dihormati sebagai
pemberian-pemberian Allah yang tertinggi di dunia ini.
[19] Apabila para uskup memiliki wewenang duniawi dan pedang,
maka mereka tidak memilikinya sebagai uskup-uskup berdasarkan hak
ilahi, melainkan karena hak manusiawi, hak kekaisaran yang dianugerahkan
oleh kaisar-kaisar dan raja-raja Roma untuk mengatur daerah mereka. [20]
Wewenang seperti itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan jabatan
pemberitaan Injil.
[21] Karena itu, menurut hak ilahi, jabatan uskup ialah untuk
memberitakan Injil, mengampuni dosa-dosa, menilai ajaran dan meng-
hukum ajaran yang bertentangan dengan Injil serta mengucilkan orang-
orang yang secara nyata telah berbuat jahat, dari persekutuan Kristen.
Semuanya ini hendaknya jangan dilakukan dengan kuasa manusiawi,
melainkan dengan firman Allah saja. [22] Berdasarkan ini, para pendeta
jemaat dan gereja-gereja wajib patuh kepada para uskup sesuai dengan
perkataan Kristus dalam Lukas 10:16, ”Barangsiapa mendengar kamu, ia
111 Sejak awal Abad Pertengahan, warga gereja diminta untuk mempersembahkan sepersepuluh
112 Yohanes Eck mengutip nas tersebut dalam karyanya, Handbook of Commonplaces against
Luther and Other Enemies of the Church (1525), No. 1, 15.
113 Band. Thomas Aquinas, Summa Theologica, II, q.122, q.4 ad 4.
atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat.” [45] Juga dalam
Kolose 2:20-23, ”Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan
bebas dari pada roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu
pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan
jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini, semuanya itu hanya mengenai
barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah
dan ajaran-ajaran manusia. Peraturan-peraturan itu, walaupun tampaknya
penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri,
menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.”
[46] Dalam Titus 1:14 Rasul Paulus juga melarang orang supaya jangan
mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang
menolak kebenaran.
[47] Tentang mereka yang mendesak orang-orang untuk melaksa-
nakan hukum-hukum manusia, Kristus sendiri mengatakan, ”biarkanlah
mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta” (Mat. 15:14).
[48] Ia menolak ibadat yang demikian kepada Allah dan berkata, ”setiap
tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut
dengan akar-akarnya” (Mat. 15:13).
[49] Maka, jika para uskup berkuasa membebani gereja-gereja dengan
tuntutan-tuntutan yang tak terhitung banyaknya sehingga menjerat hati
nurani orang, mengapa Kitab Suci begitu sering melarang orang supaya
jangan mengadakan dan melaksanakan peraturan-peraturan manusia?
Mengapa Kitab Suci menyebut peraturan-peraturan itu ajaran-ajaran
iblis?118 Mungkinkah Roh Kudus memperingatkan tentang hal itu dengan
sia-sia belaka?
[50] Oleh karena peraturan-peraturan demikian, yang ditetapkan
sebagai sesuatu yang perlu untuk mendamaikan Allah dan memperoleh
anugerah, adalah bertentangan dengan Injil, maka para uskup sama sekali
tidak layak meneruskan ibadat-ibadat kepada Allah seperti itu. [51] Ajaran
tentang kemerdekaan orang Kristen perlu dipelihara, yakni bahwa
perhambaan kepada hukum tidak perlu untuk pembenaran, [52]
sebagaimana Rasul Paulus menuliskan dalam Galatia 5:1, ”Supaya kita
sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita, karena itu
berdirilah teguh dan jangan mau lagi kena kuk perhambaan.” Sebab pokok
119 Sejak Yohanes Eck menyerang kaum Injili (kaum Lutheran), telah diminta suatu jawaban
tentang pandangan-pandangan yang salah terhadap hari Tuhan. Lihat Eck, 404 Theses, No. 177-
179.
120 1 Korintus 14:30.
80 Buku Konkord
kebiasaan lain yang serupa. [58] Mereka yang menganggap penentuan hari
Minggu untuk mengganti hari Sabat merupakan ketetapan yang penting,
sangatlah keliru, [59] sebab Kitab Suci telah menghapuskan hari Sabat dan
mengajarkan bahwa setelah Injil dinyatakan, maka semua upacara menurut
hukum lama boleh ditiadakan. [60] Meskipun demikian, karena memang
perlu ditentukan satu hari tertentu supaya orang mengetahui kapan mereka
harus berhimpun, maka gereja Kristen menentukan hari Minggu. Gereja
lebih cenderung dan lebih suka melakukan ini supaya orang banyak
mempunyai satu contoh tentang kemerdekaan orang Kristen dan
mengetahui bahwa mereka tidak perlu memelihara hari Sabat atau hari
lainnya.
[61] Ada banyak perdebatan yang salah121 tentang perubahan hukum
upacara-upacara dalam Perjanjian Baru dan penggantian hari Sabat;
semuanya itu timbul dari pendapat yang keliru dan salah bahwa dalam
kekristenan orang harus melakukan ibadat-ibadat kepada Allah seperti
ibadat-ibadat kaum Lewi atau orang-orang Yahudi dan bahwa Kristus
memerintahkan para rasul dan uskup untuk mengadakan upacara-upacara
baru yang perlu bagi keselamatan. [62] Pandangan-pandangan yang salah
seperti itu dimasukkan dalam kekristenan ketika kebenaran iman tidak
diajarkan dan diberitakan lagi dengan jelas dan murni. [63] Sebagian orang
mempertahankan bahwa sekalipun hari Minggu tidak harus dipelihara
sebagai kewajiban kepada Allah, tetapi hari itu harus dipelihara hampir
seperti kewajiban kepada Allah, dan mereka menentukan jenis dan
banyaknya pekerjaan yang boleh dilakukan pada hari perhentian itu. [64]
Bukankah perdebatan-perdebatan seperti ini hanya untuk menjebak hati
nurani? Sebab meskipun mereka berusaha melunakkan dan meringankan
peraturan-peraturan manusia,122 namun tidak akan ada pengurangan atau
keringanan selama pandangan bahwa pelaksanaan peraturan-peraturan itu
penting, masih ada dan merajalela. Pandangan ini akan tetap bertahan
selama tidak ada pemahaman tentang kebenaran iman dan kemerdekaan
orang Kristen.
[65] Para rasul memberi petunjuk agar orang menjauhkan diri dari
darah dan binatang yang mati tercekik. Siapa yang masih memperhatikan
larangan ini sekarang? Mereka yang tidak memperhatikan ini tidak berbuat
dosa, sebab para rasul tidak ingin membebani hati nurani dengan
perhambaan seperti itu, melainkan melarang makan makanan demikian
untuk sementara waktu supaya jangan menjadi batu sandungan. [66] Orang
harus memberi perhatian pada pokok utama ajaran Kristen dan ini tidak
dihapuskan oleh ketetapan rasuli tersebut.123
[67] Jarang sekali hukum-hukum gerejawi (canons) lama dilaksanakan
secara harfiah dan peraturan-peraturan diremehkan dari hari ke hari, bahkan
juga di antara orang-orang yang paling sungguh-sungguh melaksanakannya.
[68] Tidak mungkin memberi nasihat atau pertolongan kepada hati nurani,
jikalau tidak diberi keringanan, sehingga orang menyadari bahwa aturan-
aturan seperti itu tidak perlu dan jika mereka mengabaikannya, hati nurani
mereka tidak dilukai.
[69] Para uskup dengan mudah dapat memelihara ketaatan orang,
seandainya mereka tidak menekankan pelaksanaan peraturan-peraturan,
yang tidak dapat dilakukan tanpa berdosa itu. [70] Tetapi sekarang mereka
melayankan satu jenis bahan sakramen saja dan melarang agar jangan
melayankan kedua jenis bahan tersebut. Mereka juga melarang para
rohaniawan kawin dan tidak menerima orang melayani gereja bila ia tidak
bersumpah lebih dahulu bahwa ia tidak akan memberitakan ajaran tertentu,
walaupun ajaran itu sungguh sesuai dengan Injil. [71] Gereja-gereja kami
tidak meminta agar para uskup memulihkan perdamaian dan kesatuan
dengan mengorbankan kehormatan dan martabat mereka (meskipun
mereka wajib berbuat demikian dalam keadaan yang mendesak), [72]
melainkan hanya meminta agar para uskup meringankan beban-beban
tertentu yang berlebihan, yang tidak terdapat dalam gereja-gereja dahulu
dan yang diberlakukan bertentangan dengan kebiasaan gereja Kristen yang
am. [73] Mungkin ada alasan-alasan untuk memberlakukan peraturan-
peraturan itu dahulu, tetapi sekarang peraturan-peraturan itu tidak sesuai
lagi dengan zaman kita. [74] Lagi pula, tidak dapat disangkal bahwa
beberapa peraturan telah disahkan karena kurangnya pemahaman. Maka,
para uskup hendaknya bermurah hati untuk meringankan peraturan-
peraturan itu, karena perubahan-perubahan demikian tidak akan
menghancurkan keesaan gereja-gereja Kristen. Sebab dalam perjalanan
waktu banyak peraturan buatan manusia tidak terpakai lagi dan bersifat
wajib lagi, sebagaimana disaksikan oleh hukum-hukum kepausan sendiri.124
[75] Namun jika hal ini tidak mungkin dilakukan dan mereka tidak dapat
diyakinkan untuk meringankan atau menghapus peraturan-peraturan
manusia yang tidak dapat dilaksanakan tanpa berdosa, maka kita harus
mengikuti aturan rasuli yang memerintahkan agar kita lebih taat kepada
Allah daripada kepada manusia.125
[76] Rasul Petrus melarang para penatua mempergunakan kuasa
seolah-olah mereka berkuasa untuk memaksa gereja-gereja menurut ke-
hendak mereka.126 [77] Kami tidak bermaksud mencari jalan untuk me-
ngurangi kuasa para uskup, tetapi kami menginginkan dan memohon agar
mereka jangan memaksa hati nurani kita berdosa. [78] Jika mereka tidak
sudi berbuat demikian dan mengabaikan permohonan kami, biarlah mereka
memikirkan bagaimana mereka kelak mempertanggungjawabkan hal ini di
hadapan Allah, karena dengan kekerasan hati mereka ternyata mereka telah
memberi peluang bagi pertikaian dan perpecahan yang seharusnya mereka
cegah.
[KESIMPULAN]
[1] Inilah pokok-pokok utama yang menimbulkan pertentangan.
Meskipun sebenarnya kami dapat menyebutkan lebih banyak lagi
penyalahgunaan dan kesalahan, supaya jangan bertele-tele dan membo-
sankan, kami mengemukakan hal-hal pokok saja. Selebihnya dapat
dipertimbangkan berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas. [2] Pada
waktu lampau, banyak keluh kesah tentang penghapusan siksa, ziarah dan
penyalahgunaan tindakan pengucilan. Para pendeta jemaat juga tidak habis-
habisnya berselisih dengan para rahib tentang hal mendengar pengakuan
dosa, penguburan, khotbah pada saat tertentu dan masalah lain yang tidak
terhitung banyaknya. [3] Dengan bijaksana semuanya ini tidak kami
singgung demi kebaikan bersama supaya pokok-pokok utama yang
dipertikaikan dapat dimengerti lebih baik.
124 Yakni ketika sakramen tobat mulai berkembang pada awal Abad Pertengahan, maka hukum-
hukum gereja lama tentang tobat disisihkan.
125 Kisah Para Rasul 5:29.