Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH

SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

ALAT UKUR KECEPATAN ALIRAN FLUIDA KONDUKTIF LIQUID DENGAN


PEMANFAATAN ELECTROMAGNETIC FLOW SENSOR PADA PENYALURAN
BENSIN DI SPBU

Disusun Oleh :
MOCHAMMAD ROFI SANJAYA 195060301111033
MUHAMMAD AKBAR 195060300111071
AFIF SAFRONI 195060301111005
HENDRY RAMA SETHIAWAN 195060307111035

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Di dalam era globalisasi, kemajuan teknologi sangatlah berpengaruh terhadap
perkembangan sebuah perusahaan minyak dan gas bumi. Inovasi dan kreatifitas akan
mengubah cara pandang manusia terhadap teknologi. Khususnya di bidang pengelolaan
minyak dan gas bumi, dan pemanfaatan teknologi berskala besar sangatlah diperlukan,
mengingat terus meningkatnya kebutuhan akan halnya bahan bakar kendaraan dari
tahun – tahun sebelumnya.
Guna menyelesaikan tugas dari mata kuliah sistem instrumentasi elektronika
kami menyusun makalah ini untuk menyelesaikan permasalahan di atas. Makalah yang
kami susun berjudul, “ALAT UKUR KECEPATAN ALIRAN FLUIDA KONDUKTIF
LIQUID DENGAN PEMANFAATAN ELECTROMAGNETIC FLOW SENSOR
PADA PENYALURAN BENSIN DI SPBU” Makalah ini berisi tentang sistem yang
dapat mengukur kecepatan aliran fluida konduktif liquid dengan pemanfaatan
electromagnetic flow sensor dimana berbasis pada mikrokontroller.
Manusia tidak ada yang sempurna di dunia ini, sehingga tidak luput dari
kesalahan, demikian juga dalam perancangan dan pembuatan makalah ini. Sehingga
kami berharap pembaca dapat memberi masukan dan kritik yang bersifat membangun
agar jika terdapat kekurangan dari makalah ini dapat lebih disempurnakan lagi.
Terima kasih.

Malang, April 2021


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan
erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah
penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun dan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung yang ditunjukkan oleh makin
bertambah output serta beragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat,
maka peningkatan kebutuhan energi adalah suatu hal yang tak bisa dihindari.
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan energi utama yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Persentase konsumsinya terhadap total pemakaian energi final merupakan
yang terbesar dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 konsumsi BBM
sebesar 169.168 ribu SBM, angka ini adalah 40.2 % dari total konsumsi energi final.
Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2000, konsumsinya meningkat menjadi 304.142
ribu SBM, dimana proporsi konsumsinya pun turut meningkat menjadi 47.4 %.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) merupakan tempat dimana pengendara
kendaraan bermotor mengisi bahan bakar seperti bahan bakar seperti bensin, solar atau
pertamax. Dimana Pertamina merupakan salah satu institusi mengelola migas menjadi
bahan bakar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Transaksi yang terjadi di SPBU masih
menggunakan uang tunai sebagai media transaksi dalam pembelian bahan bakar, hal ini
memiliki dua dampak yaitu keuntungan dan kelemahan. Keuntungan dari transaksi ini
adalah pemilik SPBU dapat langsung mendapatkan modalnya untuk menstock kembali
BBM.Dan kelemahannya adalah terjadi antrian yang cukup panjang apabila konsumen
tidak memberikan uang pas sehingga operator harus menghitung dan memberi uang
kembalian dan terkadang operator mengisi BBM tidak sesuai dengn literan yang dibeli.
Pompa BBM adalah instalasi meter arus lengkap yang tersusun dan merupakan
kesatuan dalam satu cabinet serta umumnya digunakan untuk mengukur volume BBM
yang diisikan ke dalam tangki kendaraan bermotor. Pada era digital sekarang ini,
hampir semua alat UTTP model terbaru yang beredar di Indonesia menggunakan
rangkain elektronika sebagai unit pemprosesan, pembacaan, dan menampilkan data
hasil pengukuran. Termasuk pompa ukur BBM itu sendiri. Dari kemudahan yang
didapat, juga menimbulkan kerawanan berupa manipulasi data hasil pengukuran.
Semua ini dilakukan oleh oknum yang bermaksud untuk meraih keuntungan pribadi
yang sebesar-besarnya dengan melakukan kecurangan ukuran maupun takaran.
Perkembangan teknologi pada saat ini semakin berkembang pesat dan semakin
memperlihatkan banyak inovasi yang telah tercipta. Salah satu teknologi untuk
menciptakan berbagai macam inovasi tersebut adalah penggunaan sensor. Sensor
adalah perangkat yang mendeteksi perubahan fisik seperti tekanan, gaya, kelembaban,
suhu, cahaya dan sebagainya. Sensor menerima sinyal non elektrik dari suatu perubahan
sebagai masukan, dan memberikan respons berupa sinyal elektrik sebagai keluaran.
Ada berbagai macam jenis sensor tergantung pada kegunaan yang ingin
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah Electromagnetic flow
Sensor. Electromagnetic flow Sensor adalah alat untuk merasakan laju aliran fluida.
Sensor aliran adalah elemen penginderaan yang biasa digunakan dalam flow meter, atau
aliran logger dan untuk merekam aliran cairan.
Salah satu pemanfaatan dari mekanisme kerja Electromagnetic flow Sensor
adalah menggunakannya sebagai alat ukur kelajuan fluida. Alat ukur kelajuan fluida ini
dapat dimanfaatkan dalam mengurangi kesalahan penyaluran bensin di SPBU. Alat
ukur tersebut harus dirancang sedemikian rupa agar dapat berfungsi dengan baik.
Dengan menggunakan beberapa komponen seperti Mikrokontroler, Sensor
Electromagnetik Flow, Rangkaian Pengkondisi Sinyal, ADC, serta tampilan display
maka terciptalah Alat Ukur Kecepatan Fluida Konduktif Liquid dengan Pemanfaatan
Electromagnetic flow Sensor pada Penyaluran Bensin di SPBU.
Alat ini diharapkan berfungsi untuk mengurangi kesalahan pengukuran
kecepatan aliran yang menyebabkan kelebihan dalam pengisian tangki atau malah
kekurangan yang diakibatkan salah dalam pengukuran. Dengan adanya alat ini
diharapkan tidak terjadi lagi tindakan kecurangan yang biasa ditemui dalam pengisian
bensin di SPBU.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana perancangan alat tersebut untuk mengukur kecepatan aliran bensin
dalam pengisian tangki bahan bakar?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari alat tersebut untuk mengukur kecepatan aliran
bensin dalam pengisian tangki bahan bakar?
3. Bagaimana cara kalibrasi dari alat tersebut untuk mengukur kecepatan aliran
bensin dalam pengisian tangki bahan bakar?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perancangan alat tersebut dalam mengukur kecepatan aliran
bensin pada pengisian tangki bahan bakar.
2. Untuk memahami cara kerja dari alat tersebut untuk mengukur kecepatan aliran
bensin dalam pengisian tangki bahan bakar.
3. Untuk mengetahui cara kalibrasi dari alat tersebut untuk mengukur kecepatan
aliran bensin dalam pengisian tangki bahan bakar.
1.4. Manfaat
Untuk meminimalisir kesalahan pengukuran kecepatan aliran yang
menyebabkan kelebihan dalam pengisian tangki atau malah kekurangan yang
diakibatkan salah dalam pengukuran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Liquid Pump


Pompa adalah sebuah mesin atau peralatan mekanik yang dibutuhkan untuk
mengangkat zat cair dari level rendah ke level tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari
area bertekanan rendah ke area bertekanan tinggi atau sebagai booster dalam sistem
jaringan perpipaan. Pada prinsipnya pompa mengubah energi mekanik motor menjadi
energi aliran fluida.
Pompa juga dapat digunakan dalam operasi proses yang membutuhkan tekanan hidrolik
tinggi. Ini bisa dilihat pada alat berat. Seringkali peralatan tugas berat membutuhkan
tekanan pelepasan yang tinggi dan tekanan isap yang rendah. Karena tekanan yang rendah
pada sisi hisap pompa, fluida akan terangkat dari kedalaman tertentu, sedangkan karena
tekanan yang tinggi pada sisi pengeluaran pompa akan mendorong fluida untuk terangkat
hingga mencapai ketinggian yang diinginkan.

Gambar 2.1. Liquid Pump


2.2 Electromagnetic flowmeter
Pengukur aliran elektromagnetik, juga dikenal sebagai magmeter, menggunakan
hukum Faraday, juga dikenal sebagai hukum elektromagnetisme. Bayangkan kita
memiliki medan magnet dan kita ingin melihat bagaimana ia berinteraksi dengan
rangkaian listrik. Dalam interaksi ini, kita dapat menciptakan gaya gerak listrik (EMF)
yang disebut juga induksi elektromagnetik.
Faraday juga menemukan konsep bahwa tegangan listrik berbanding lurus dengan
kecepatan gerakan dan kekuatan medan magnet. Sekarang, pengukur aliran
elektromagnetik meminjam hukum ini untuk mengukur aliran volumetrik, yang berarti kita
hanya dapat menggunakannya dalam fluida konduktif. Ini memiliki dua kumparan medan,
dipasang di sisi berlawanan dari meteran, dan dua elektroda, satu di setiap dinding, untuk
mengukur tegangan.
Kumparan menciptakan medan magnet di tabung pengukur. Ketika fluida melewati
medan, ia menciptakan tegangan, diukur menggunakan elektroda di setiap dinding.
Tegangan ini berbanding lurus dengan kecepatan aliran.
Gambar 2.2. Electromagnetic flowmeter
2.3 Operational Amplifier (Op-Amp)
Penguat operasional adalah perangkat linier yang memiliki semua properti yang
diperlukan untuk amplifikasi DC yang hampir ideal dan oleh karena itu digunakan secara
ekstensif dalam pengkondisian sinyal, pemfilteran, atau untuk melakukan operasi
matematika seperti menambah, mengurangi, integrasi, dan diferensiasi.
Penguat Operasional, atau disingkat Op-Amp, pada dasarnya adalah perangkat
penguat tegangan yang dirancang untuk digunakan dengan komponen umpan balik
eksternal seperti resistor dan kapasitor antara terminal output dan inputnya. Komponen
umpan balik ini menentukan fungsi yang dihasilkan atau "operasi" penguat dan
berdasarkan konfigurasi umpan balik yang berbeda apakah resistif, kapasitif atau
keduanya, penguat dapat melakukan berbagai operasi yang berbeda, sehingga
menimbulkan namanya "Penguat Operasional".
Penguat Operasional pada dasarnya adalah perangkat tiga terminal yang terdiri dari dua
input impedansi tinggi. Salah satu input disebut Input Pembalikan, ditandai dengan tanda
negatif atau “minus”, (-). Input lainnya disebut Input Non-pembalik, ditandai dengan tanda
positif atau "plus" (+).

Gambar 2.3. Operational Amplifier (Op-Amp)

2.4 Analog to Digital Converter (ADC)


Analog to Digital Converter adalah sebuah piranti elektronika yang dirancang untuk
dapat mengubah sinyal analog manjadi sinyal digital. Menggunakan ADC karena
pengontrolan dilakukan menggunakan kontroller elektronika (mikrokontroller, komputer,
atau plc), seihngga sinyal analog yang berasal dari sensor harus terlebih dahulu diubah
menjadi sinyal digital agar dapat dibaca dan diolah oleh komputer. Pada perancangan ini
menggunakan IC ADC 0804 yang dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan
dibuat. ADC adalah suatu rangkaian yang dapat mengubah tegangan analog menjadi data
digital. Input tegangan analog deferensial dapat meningkatkan common mode rejection
dan pengaturan offset tegangan input nilai nol. Tegangan referensi dapat diatur untuk
mendekodekan berapapun tegangan input pada resolusi 8 bit. ADC yang dipakai adalah
jenis ADC 0804 yang merupakan resolusi 8 bit,merupakan 20 pin dan bekerja pada mode
kerja free running. Mode ini dipilih karena waktu konversi adc jauh lebih cepat terhadap
tingkat perubahan resistansi dari sensor. Keluaran ADC 0804 ini berada di port 11-18 yang
akan masuk ke mikrokontroller. Gambar 2.6 menunjukkan pin-pin ADC0804

Gambar 2.4. Analog to Digital Converter (ADC)


Keterangan :
WR : (input) pin ini digunakan untuk memulai konversi tegangan analog menjadi
data digital, dengan memberikan pulsa logika ‖ 0 ‖ pada pin ini.
INT : (output) pin ini digunakan sebagai indikator apabila ADC talah selesai
menkonversikan tegangan analog menjadi digital, dengan mengeluarkan logika
―0‖.
Vin : Tegangan analog input deferensial, input Vin (+) dan Vin (-) merupakan
tegangan deferensial yang akan mengambil nilai selisih dari kedua input. Dengan
memanfaatkan input Vin maka dapat dilakukan offset tegangan nol pada ADC
Vref : Tegangan referensi dapat diatur sesuai dengan input tegangan pada Vin (+)
dan Vin (-), Vref = Vin/2
Clock : Clock untuk ADC dapat diturunkan dari clock CPU atau RC eksternal dapat
ditambahkan untuk memberikan generator dari dalam. Clock IN menggunakan
schmitt triger.
CS : agar ADC dapat aktif melakukan konversi data maka input Chip Select harus
diberi logika low. Data output akan berada pada kondisi three state apabila CS
mendapatkan logika high.
RD : agar data ADC dapat dibaca oleh sistem mikroprocesor maka pin RD harus diberi
logika low.
2.5 Mikrokontroler ATMEGA 328
ATMega328 adalah mikrokontroller keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur
RISC (Reduce Instruction Set Computer) arsitektur CISC (Completed Instruction Set
Computer). Mikrokontroller ini memiliki beberapa fitur antara lain:
a) 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus clock.
b) 32 x 8-bit register serba guna.
c) Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz.
d) 32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang menggunakan
2 KB dari flash memori sebagai bootloader.
e) Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory)
sebesar 1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanent karena
EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.
f) Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.
g) Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width
Modulation) output.
h) Master / Slave SPI Serial interface.
Mikrokontroller ATmega 328 memiliki arsitektur Harvard, yaitu memisahkan
memori untuk kode program dan memori untuk data sehingga dapat memaksimalkan
kerja dan parallelism. Instruksi – instruksi dalam memori program dieksekusi dalam
satu alur tunggal, dimana pada saat satu instruksi dikerjakan instruksi berikutnya sudah
diambil dari memori program. Konsep inilah yang memungkinkan instruksi – instruksi
dapat dieksekusi dalam setiap satu siklus clock. 32 x 8-bit register serba guna digunakan
untuk mendukung operasi pada ALU ( Arithmatic Logic unit ) yang dapat dilakukan
dalam satu siklus. 6 dari register serbaguna ini dapat digunakan sebagai 3 buah register
pointer 16-bit pada mode pengalamatan tak langsung untuk mengambil data pada ruang
memori data. Ketiga register pointer 16-bit ini disebut dengan register X (gabungan
R26 dan R27 ), register Y ( gabungan R28 dan R29 ), dan register Z ( gabungan R30
dan R31 ).
Hampir semua instruksi AVR memiliki format 16-bit. Setiap alamat memori
program terdiri dari instruksi 16-bit atau 32-bit. Selain register serba guna di atas,
terdapat register lain yang terpetakan dengan teknik memory mapped I/O selebar 64
byte. Beberapa register ini digunakan untuk fungsi khusus antara lain sebagai register
control Timer/ Counter, Interupsi, ADC, USART, SPI, EEPROM, dan fungsi I/O
lainnya. Register – register ini menempati memori pada alamat 0x20h – 0x5Fh. Berikut
ini adalah tampilan architecture ATmega 328 :
2.6 Arduino
Arduino adalah sebuah minimum sistem mikrokontroler bersifat open-source yang
banyak digunakan untuk membagun sebuah project elektronika. Platform Arduino berisi
dua yaitu hardware berupa board dan sebuah software atau IDE (Integrated Development
Environment) yang berjalan pada komputer, digunakan untuk menulis dan mengisikan
perogram ke board Arduino.
Bahasa pemograman yang dituliskan pada Arduino IDE menggunakan bahasa
pemograman C++ yang telah disederhanakan, sehingga dapat lebih mudah dimengerti.
Sebuah board Arduino didesain dengan standar bentuk board serta posisi dan susunan
pin/port sehingga dapat lebih mudah digunakan dan diakses dengan perangkat lain.

2.7 LCD Screen


LCD (Liquid Crystal Display) adalah jenis layar panel datar yang menggunakan kristal
cair dalam pengoperasian utamanya. LED memiliki serangkaian kasus penggunaan yang
besar dan beragam untuk konsumen dan bisnis, seperti yang umumnya ditemukan di
ponsel cerdas, televisi, monitor komputer, dan panel instrumen.
LCD adalah lompatan besar dalam hal teknologi yang mereka gantikan, yang mencakup
light-emitting diode (LED) dan display gas-plasma. LCD memungkinkan tampilan
menjadi jauh lebih tipis daripada teknologi tabung sinar katoda (CRT). LCD
mengkonsumsi daya yang jauh lebih sedikit daripada LED dan tampilan tampilan gas
karena mereka bekerja berdasarkan prinsip memblokir cahaya daripada memancarkannya.
Saat LED memancarkan cahaya, kristal cair di LCD menghasilkan gambar menggunakan
lampu latar.
BAB III

PERANCANGAN
3.1 Spesifikasi Rancangan

Pada rancangan sistem ini terdiri dari electromagnetic flow sensor yang digunakan
untuk mengukur suatu kecepatan aliran konduktif liquid dalam satuan unit pengukuran
meter/sekon. Alat tersebut memiliki keluaran analog yang akan dikonversi menjadi
rentang tegangan dari pengaruh sensitvitas alat tersebut dan akan di proses pada suatu
rangkaian pengkondisi sinyal (RPS) dengan fungsi sebagai pengubahan level sinyal
agar mudah di ubah menjadi sinyal digital menggunakan rangkaian ADC. RPS akan
mengubah level sinyal sesuai yang diinginkan dengan menggunakan pre-amp dan Op-
Amp sebagai ic didalamnya. Ketika masukan kecepatan udara maksimal terdeteksi oleh
electromagnetic flow sensor maka hasil keluaran ADC diharapkan bernilai ‘1111’
dikarenakan menggunakan ADC 4 bit sehingga ketika masukan pada kecepatan
maksimal yang diterima sensor maka keluaran ADC juga maksimal ‘1111’ data tersebut
akan di olah dengan rangkaian pengolah data menggunakan mikrokontroller untuk
ditampilkan ke LCD 12x6.
Pada kesempatan kali ini, tidak semua bagian dari sistem tersebut yang akan
dijelaskan. Hanya sebatas pada sensor electromagnetic flow, Rangkaian Pengkondisi
Sinyal, ADC, mikrokontroler, serta tampilan yang merupakan rangkaian elektrik dari
sistem. Mengenai rangkaian mekanik dari sistem tidak akan dibahas disini dan
perancangan software mikrokontroller untuk menampilkan data ke LCD serta pompa
liquid tidak akan dibahas.
3.2 Diagram Blok

Fungsi masing masing blok adalah sebagai berikut :


1. Conductivity Liquid
Conductivity Liquid disini menggunakan bensin dengan tingkat
konduktifitas 7,6 𝑥 10−8 yang digunakan sebagai cairan untuk di alirkan melewati
electromagnetic flow sensor
2. Liquid Pump
Liquid Pump ini digunakan sebagai memindahkan cairan atau (fluida) Dari
suatu tempat ketempat lain melalui saluran (pipa) dengan menggunakan tenaga
listrik untuk mendorong air yang dipindahkan dengan cara menaikan tekanan cairan
tersebut untuk mengatasi hambatan pengaliran,
3. Electromagnetic flow Sensor
Electromagnetic flow Sensor MagFlux ini adalah sensor yang digunakan
untuk mengukur kecepatan aliran udara yang melewati sensor tersebut dengan
memanfaatkan prinsip elektromagnetik
4. Rangkaian pengkondisi Sinyal (RPS)
Rangkaian ini berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diperoleh dari
keluaran sensor Electromagnetic flow. Rangkaian yang digunakan adalah pre-amp
dan Op-Amp.
5. ADC 0804
ADC digunakan untuk merubah sinyal masukan yang berupa sinyal analog
menjadi keluaran digital, yang selanjutnya akan diolah mikrokontroler.
6. Arduino
Mikrokontroler yang digunakan adalah tipe ATMEGA 328 menggunakan
board Arduino uno.
7. LCD 16x4
Digunakan sebagai penampil data dari keluaran mikrontroller.
3.3 Pemilihan dan Perancangan Sistem Sensor
Sensor MagFlux adalah sensor Electromagnetic flow yang digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran fluida. Pengoperasian sensor tersebut didasarkan pada
hukum induksi Faraday. Ketika fluida melewati medan magnet di sensor, tegangan
elektromagnetik diinduksi antara dua elektroda di tabung sensor aliran. Tegangan ini
(E) berbanding lurus dengan fluida kecepatan.

Berdasarkan Hukum Faraday, cairan yang memiliki konduktifitas yang


mengalir melalui suatu medan magnet akan menyebabkan sinyal listrik yang
akan di deteksi oleh elektroda flow meter yang terletak pada dinding pipa.
Ketika cairan bergerak lebih cepat, maka aliran listrik yang dihasilkan juga akan
dihasilkan. Hukum faraday menjelaskan bahwa kecepatan cairan berbanding
lurus dengan voltase listrik yang dihasilkan.

Besarnya tegangan sinyal sesuai dengan kecepatan rata-rata aliran yang


diinduksi pada sepasang elektroda ketika aliran konduktif melewati i medan
magnet pada velocity cairan V.
Maka tegangan induksinya adalah :
E = KBVD, dimana E = tegangan
K = faktor pengukuran
B = intensitas medan magnet
V = kecepatan rata-rata pada tabung/pipa pengukuran
D = diameter dalam dari tabung pengukuran
Sensor ini memliki measuring range antara 0,2 – 10m/s yang akan di
konversikan menjadi rentang tegangan dari tingkat sensitivitasnya yaitu
200mV/mps. Sehingga keluaran analog dari sensor ini bisa diubah menjadi
keluaran digital untuk ditampilkan pada rangkaian penampil.
3.4 Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal dan Rangkaian Lainnya
• Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Kecepatan aliran fluida pada conducitivy liquid yang akan dideteksi
beragam kecepatannya. Mulai dari kecepatan minimum, kecepatan sedang
sampai kecepatan maksimum. Sebagai contoh dalam sistem instrumentasi ini
kecepatan paling minimum dari sensor electromagnetic flow yaitu 0,2 m/s
hingga kecepatan maksimumnya sekitar 10 m/s.
Sensor tersebut memiliki sensitivitas secara general sebesar 200mV/mps
(meter per sekon). Karena pada saat kecepatan minimum keluaran sensor adalah
0V. Sehingga saat mencapai kecepatan maksimum 10 m/s, maka keluaran sensor
adalah (10m/s x 200mV/mps) = 0,2V.
Pada jangkauan kecepatan ini sensor akan mengeluarkan tegangan berkisar
0V-0,2V dan akan dibutuhkan rangkaian pengkondisi sinyal untuk mengubah
kisaran menjadi 0-5V. untuk mendapat spesifikasi tersebut dilakukan
perhitungan sebagai berikut

200𝑚𝑉
𝑉𝑇(𝑀𝑖𝑛) = (0,2 𝑚𝑝𝑠 𝑥 ) = 0,04𝑉
𝑚𝑝𝑠
200𝑚𝑉
𝑉𝑇(𝑀𝑎𝑘𝑠) = (10 𝑚𝑝𝑠 𝑥 ) = 2𝑉
𝑚𝑝𝑠
Sehingga ketika pada kecepatan maksimum maka digunakan tegangan
acuan Vr = 2V (pendekatan). Dari tegangan acuan Vr akan didapatkan word bit
ADC sebesar 4 bit (pendekatan).
𝑉 = 2 𝑥2−𝑦
0,2𝑉 = 2𝑉 𝑥 2−𝑦
𝑦 = 3,32 → 4𝑏𝑖𝑡
Kemudian untuk rangkaian ADC dengan n = 4bit dan tegangan referensi
rangkaian ADC Vr =5V, membutuhkan tegangan masukan dalam kisaran
antara:
𝑉𝑖(𝑀𝑖𝑛) = 0𝑉
𝑛
2 −1 24 − 1
𝑉𝑖(𝑀𝑎𝑘𝑠) = 𝑥 5𝑉 = 𝑥 5𝑉 = 4,68𝑉
2𝑛 24
▪ Rangkaian yang diperlukan dapat diperoleh dari persamaan yang
menyatakan hubungan keluaran-masukan sebagai berikut :

𝑉𝑖 = 𝐴𝑉𝑇 + 𝐵

▪ Dari spesifikasi yang diketahui, maka dapat diperoleh :


0 = 𝐴(0,04) + 𝐵
4,68 = 𝐴(2𝑉) + 𝐵
▪ Jika kedua persamaan ini kita selesaikan secara serentak, maka akan
diperoleh :
▪ A = 2,38V dan B = -0,08V sehingga diperoleh persamaan fungsi
alihnya :
𝑉𝑖 = 2,38𝑉𝑇 − 0,08
Fungsi alih yang diperoleh tersebut dapat direalisasikan dengan
menggunakan pre amp dan op amp pada Rangkaian pengkondisi sinyal dengan
cara mengatur nilai resistor- resistornya. Pemberian nilai resistor dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

𝑅2 𝑅4
𝐴 = 𝑅1 = 2,38 |𝐵| = 𝑅3+𝑅4 𝑥 5𝑉 = 0,08

𝑅1 = 10𝑘 𝑅3 = 1𝑘 𝑅 = 10𝑘

𝑅2 = 23,8𝑘 𝑅4 = 16,26

• Rangkaian Analog to Digital Converter (ADC)


Data hasil pengukuran sensor electromagnetic flow masih berupa besaran
analog yang harus diubah ke bentuk digital sehingga dapat diolah oleh
mikrokontroler. Untuk itu, digunakan ADC 0804 dengan resolusi 4 bit. ADC
0804 ini memiliki 2 buah channel input analog diferensial. Besaran analog yang
akan dikonversikan dihubungkan ke Vin+, sedangkan Vin- dihubungkan ke
ground.
Resolusi tegangan pada masukan ADC :
𝑉𝑟 5
𝑉𝑖 = 𝑛
= 4 = 0,3125𝑉
2 2
Resolusi tegangan pada masukan rangkaian pengkondisi sinyal :

𝑉𝑖 0,3125
𝑉𝑇 = = = 0,131𝑉
𝐴 2,38
Resolusi pada masukan sensor :

𝑉𝑇 0,131
𝑇 = = = 0,655𝑚/𝑠
𝑆 0,2
Jadi setiap perubahan satu Bit ADC, kecepatan yang diukur naik dari
kelipatan 0,655 m/s. serta tegangannya berubah naik dari kelipatan 0,3125 V.
Sehingga ketika kecepatan aliran fluida sebesar 10m/s maka keluaran
decimal ADC :
200𝑚𝑉
𝑉𝑇 = 10𝑚𝑝𝑠 𝑥 = 2𝑉 || 𝑉𝑖 = 2,38 𝑥 2 = 4,76𝑉
𝑚𝑝𝑠

𝑉𝑖 4,76
𝑁= 𝑥 2𝑛 = 𝑥 24 = 15
𝑉𝑟 5
ketika kecepatan aliran fluida sebesar 5m/s maka keluaran decimal ADC :
200𝑚𝑉
𝑉𝑇 = 5𝑚𝑝𝑠 𝑥 = 1𝑉 || 𝑉𝑖 = 1 𝑥 2 = 2𝑉
𝑚𝑝𝑠

𝑉𝑖 2
𝑁= 𝑥 2𝑛 = 𝑥 24 = 6
𝑉𝑟 5

ketika kecepatan aliran fluida sebesar 0,2m/s maka keluaran decimal ADC :
200𝑚𝑉
𝑉𝑇 = 0,2𝑚𝑝𝑠 𝑥 = 0,04𝑉 || 𝑉𝑖 = 0,04 𝑥 2 = 0,08𝑉
𝑚𝑝𝑠

𝑉𝑖 0,08 4
𝑁= 𝑥 2𝑛 = 𝑥2 =0
𝑉𝑟 5

Kecepatan Nilai decimal Keluaran ADC


10 m/s 15
5 m/s 6
0,2 m/s 0

3.5 Perancangan Pengolah Data (Mikrokontroler ATMega 328)


Sistem minimum mikrokontroler memiliki pendukung input/output yang
programmable dan RAM yang On-Chip. Sistem ini dapat dibuat sangat fleksibel
tergantung aplikasi yang akan dibuat. Pada umumnya, suatu mikrokontroler
membutuhkan dua elemen (selain power supply) untuk berfungsi: Kristal Oscillator
(XTAL), dan rangkaian RESET, 2 elemen tersebut merupakan syarat utama
terbentuknya sistem. Rangkaian sistem ATMega 328 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
3.6 Perancangan Bagian Penampil (LCD Display 16x2)
Rangkaian Penampil LCD 16x2 Untuk menampilkan datanya dari sistem
mikrokontroller AT89S51 digunakan LCD 16x2 karakter. Pada kaki Rs dan Enable
(E) LCD dihubungkan ke P2.1 dan P2.0 mikrokontroller. Data dari LCD (DB0-DB1)
akan dihubungkan ke port 1 (P1.0–P1.7). Untuk mengatur kontras LCD, pin VEE
LCD dihubung ke potensiometer. Rangkaian penampil LCD 16x2 nampak pada
gambar di bawah.

3.7 Cara Kalibrasi


Kalibrasi alat ukur ini menggunakan flow meter solar. Alat ini berfungsi
untuk mengukur besaran penggunaan solar sehingga bisa memperhitungkan
kapasitas solar yang diperlukan pada suatu mesin maupun alat lainnya.
Proses kalibrasi flow meter solar harus melalui tahapan-tahapan yang benar
dan tepat. Agar hasil kalibrasi flow meter solar lebih maksimal, lakukan langkah-
langkah berikut ini:
1. Siapkan alat flow meter solar yang akan dikalibrasi dan alat untuk
mengukurnya seperti pembanding flow meter dengan keakuratan yang
sesuai dan stopwatch.
2. Lakukan pengecekan terhadap kondisi lingkungan mulai dari suhu,
kelembaban, getaran, cahaya penerangan, hingga kebersihan lingkungan.
Perhatikan ada tidaknya debu dan kotoran yang menempel pada alat ukur
dan objek ukur.
3. Tentukan standar metode kalibrasi yang akan digunakan sebagai
pembanding.
4. Lakukan pengamatan awal pada objek ukur apakah bentuknya masih normal
dan bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
5. Setel ulang flow meter solar yang akan dikalibrasi mulai dari nol. Setelah
itu, mulai hidupkan stopwatch dan matikan setiap satu menit.
6. Lakukan hal tersebut secara berulang sesuai kebutuhan dan catat hasilnya
sebagai bahan analisa.
7. Jika terjadi penyimpangan yang terjadi di antara pengukuran berulang
tersebut dan hasil pengukuran berbeda dengan alat pembanding standar
yang normal, buatlah kesimpulan. Hasil dari kesimpulan ini menjadi
penentu apakah alat tersebut layak digunakan atau tidak.
8. Buat laporan dan lakukan resetting atau service jika alat flow meter
solar yang diukur perlu segera diperbaiki.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut. Kecepatan aliran fluida dalam penyaluran
bensin di SPBU dapat kita ukur menggunakan Electromagnetic flow Sensor yang
diubah kedalam bentuk digital dengan bantuan Rangkaian Pengkondisi Sinyal dan
ADC. Sehingga menghasilkan suatu alat instrumentasi elektronika dengan tingkat
keakuratan yang sesuai standar. Dengan dibuatnya alat ini diharapkan tidak terjadi
lagi kecurangan yang terjadi dalam penyaluran bensin di SPBU.

4.2 Saran
Pada saat perancangan dan pembuatan sistem ini khususnya pada
Electromagnetic flow Sensor sebaiknya dilakukan secara seksama dan dilakukan
perhitungan yang benar-benar matang. Sehingga tidak terjadi error dan sistem
dapat berjalan sesuai yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Penulisan Buku:
Andrianto, H. dan Darmawan, A. 2015. ARDUINO Belajar Cepat dan Pemrograman.
INFORMATIKA. Bandung. Indonesia.
Sumber Penulisan Website:
Anonim. 2020. Cara Kalibrasi Flow meter Solar yang Akurat dan Tepat. URL:
https://www.ferindo.id/blog/cara-kalibrasi-flow-meter-solar-yang-akurat-dan-
tepat_36.html. Diakses tanggal 4 April 2021.
Anonim. 2020. Electromagnetic flow meter. URL: https://inaparts.com/flow-
measurement/electromagnetic-flow-meter/. Diakses tanggal 4 April 2021.
Anonim. Prinsip Kerja Flow meter Electromagnetic. URL: https://wma.co.id/lainnya/prinsip-
kerja-flow-meter-electromagnetic/. Diakses tanggal 4 April 2021.
Anonim. Prinsip Kerja Flow meter Electromagnetic. URL:
https://www.wmablog.com/2018/03/cara-kerja-flow-meter-elektromagnetik.html.
Diakses tanggal 4 April 2021.
Arie Syahputra, M. 2009. "STUDI FLOWMETER MAGNETIK" (Aplikasi Pada
Laboratorium Instrumentasi PTKI Medan-Sumut). URL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/12029/10E00454.pdf?sequence=
1&isAllowed=y. Diakses tanggal 4 April 2021.
Ilham Akbar, M. 2014. PENGUKUR-KETEBALAN-PLASTIK-DENGAN-LVDT. URL:
http://blog.ub.ac.id/ilhama8/files/2014/07/PENGUKUR-KETEBALAN-PLASTIK-
DENGAN-LVDT.docx. Diakses tanggal 4 April 2021.
Slattery, C. dan Li, K. 2016. Electromagnetic flow meters: Design Considerations and
Solutions. URL: https://www.analog.com/en/analog-dialogue/articles/electromagnetic-
flow-meters.html#. Diakses tanggal 3 April 2021.
Slattery, C. dan Li, K. 2016. Electromagnetic flow meters: Design Considerations and
Solutions. URL: https://www.analog.com/media/en/analog-dialogue/volume-50/number-
2/articles/electromagnetic-flow-meters.pdf. Diakses tanggal 3 April 2021.
Wiratama, R. 2019. Jenis dan spesifikasi Flow meter. URL:
https://flowmeterliquid.com/2019/02/02/jenis-dan-spesifikasi-flow-meter/. Diakses
tanggal 4 April 2021
DATA SHEET KOMPONEN

Anda mungkin juga menyukai