net/publication/346631156
CITATIONS READS
0 3,954
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by I Gede Suputra Widharma on 04 December 2020.
DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB III APLIKASI SENSOR MAGNET FLUXGATE PADA PENGUKURAN KUAT ARUS
KAWAT ....................................................................................................................................... 20
Pendahuluan ................................................................................................................... 20
Metode............................................................................................................................ 22
4.1 Simpulan......................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR GAMBAR
ii
1
BAB I
SENSOR SECARA UMUM
tersebut oleh sensor dimodifikasi untuk memproduksi sinyal output. Berikut ini
beberapa contoh sensor aktif yaitu termokopel, piezoelectric, fotodioda, dan generator.
Ciri - ciri Sensor Aktif :
1. Wiring 4 Wire atau 4 terminal diamana 2 ( Signal + dan - ) kemudian 2 lagi
( Power + dan - )
2. Sensor tidak akan mati jika terputus singal + atau -
2. Sensor Pasif
Sensor pasif adalah sensor yang tidak membutuhkan sumber energi tambahan
dan secara langsung mengeluarkan sinyal elektrik untuk merespon rangsangan.
Dengan kata lain energi pada rangsangan oleh sensor menjadi sinyal output. Berikut
ini beberapa contoh sensor pasif yaitu microphone.
Ciri - ciri Sensor Pasif :
1. Wiring pada Sensor tersebut hanya 2 wire atau 2 terminal saja.
2. Wiringnya Looping atau Close Loop dengan Power Supply ( Seri )
3. Sensor akan mati jika ada wiring Seri dengan sensor tersebut putus atau
belum terkoneksi
1.2.2 Sensor Digital dan Sensor Analog
1. Sensor Digital
Sensor Digital adalah sensor yang menghasilkan sinyal output digital diskrit
atau voltage yang artinya menghasilkan sinyal keluaran Biner dalam bentuk logika "1"
atau logika "0", ("ON" atau "OFF"). Sinyal Digital hanya menghasilkan nilai diskrit
(non-kontinu) yang dapat dikeluarkan sebagai "bit" tunggal. Misalnya, sensor rpm
yang tipe proximity sensor yang dipasang pada poros motor mesin industri, bertujuan
untuk melihat nilai real kecapatan motor tersebut. Prinsip kerja proximity sensor
adalah logika 1 (ON) dan 0 (OFF) di poros motor dikasih sebuah cam sensor proximity.
Ketika sensor terkena cam maka nilai 1 dan tidak terkena cam maka 0, maka akan
dihitung berapa kali ON selama 1 detik maka itu adalah kecepatan motor. Sensor
Digital mempunyai kelebihan dalam akurasi yang tinggi dibandingkan dengan Sensor
Analog.
3
2. Sensor Analog
Sensor Analog adalah Sensor yang dapat menghasilkan sinyal atau tegangan
output secara kontinu atau terus-menerus yang sebanding lurus dengan nilai yang
diukur. Misalnya, Temperatur, Kecepatan, Tekanan, Tegangan dan lain sebagainya
bisa disebut analog karena lebih cenderung pengukuran secara kontinu. Saya beri
contohnya, anda mengukur suhu cairan didalam gelas menggunakan termometer atau
termokopel yang terus menerus merespons perubahan suhu cairan tersebut. Sensor
Analog mengeluarkan sinyal-sinyal yang sangat kecil nilainya dari micro-volt (uV) ke
milli-volt (mV) sinyal analog biasanya memiliki respons yang lambat dan / atau
akurasi rendah. Sinyal analog juga dapat dengan mudah diubah menjadi sinyal tipe
digital untuk digunakan dalam sistem mikrokontroler dengan menggunakan konverter
analog-ke-digital, atau ADC.
1.3 Jenis-jenis Sensor
1. Sensor Cahaya
Sensor cahaya, seperti namanya sensor ini digunakan terhadap objek-objek yang
memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda.
Sensor cahaya terdiri dari 3 macam kategori:
1. Fotovoltaic, prosedur kerja dari sensor ini yaitu, mengubah energi sinar langsung
menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan
elektron dan menghasilkan tegangan.
2. Fotokonduktif (fotoresistif ), sensor ini memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada
sel-selnya. prinsip kerjanya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima sensor, maka
akan semakin kecil pula nilai tahanannya.
3. Fotolistrik, sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan
posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang
terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
4
Gambar 2. Fotodiode
Fotodiode ini berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas
dioda. Fotodiode sejenis dengan dioda pada umummya, perbedaannya pada fotodiode ini
adalah dipasangnya sebuah lensa pemfokus sinar untuk memfokuskan sinar jatuh pada
pertemuan ”pn”.
Prinsip kerja : Energi pancaran cahaya yang jatuh pada pertemuan “pn”
menyebabkan sebuah elektron berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron
berpindah ke luar dari valensi band meninggalkan hole sehingga membangkitkan pasangan
elektron bebas dan hole. Contoh produk yang menggunakan sensor Fotodiode, mungkin
5
kawan_kawan sudah tahu tentang robot yang satu ini, Line Follower atau lebih jelasnya
Line Tracer. Sensor Fotodiode digunakan untuk menerima input perbedaan warna dari
objek garis yang dipantulkan oleh pancaran lampu LED, sehingga Line Tracer dapat
melaju dengan tepat melewati garis.
c. Fototransistor
Gambar 3. Fototransistor
Berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas transistor.
Fototransistor sejenis dengan transistor pada umummya. Perbedaannya terletak pada,
fototransistor dipasang sebuah lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan
sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
2. Sensor Tekanan
3. Sensor Proximity
Misalnya: pada Robot KRCI (kontes robot cerdas indonesia) tergolong semua kontestan
menggunakan sensor Ultrasonik. Sehingga robot dapat melalui rintangan dengan tidak
menyentuh objek-objek yang berada disekitarnya.
5. Sensor Kecepatan (RPM)
6. Sensor Magnet
kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak
yang dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.
Contoh pengimplementasiannya yaitu sensor ini dapat dibuat menjadi suatu sistem
yang dapat menghitung kekuatan gempa bumi dengan menggunakan sensor incremental
rotary encoder dan diolah oleh mikrokontroler.
8. Sensor Suhu
BAB II
SENSOR MAGNET
semikonduktor dengan mobilitas elektron tinggi seperti antimonide indium. Hall effect
sensors digunakan untuk mendeteksi medan magnet, switch proximity, kecepatan deteksi,
dan aplikasi sensing yang mendeteksi arus, temperature, tekanan, posisi.
Cara Kerja Hall Effect Sensor :
Terdiri dari sebuah lapisan silikon dan 2 buah elektroda pada masing-masing sisi
silikon. Sehingga menghasilkan perbedaan tengangan output ketika lapisan silikon dialiri
arus listrik. Tanpa adanya pengaruh dari medan magnet, arus yang mengalir pada silikon
akan tepat ditengah silikon tersebut dan menghasilkan beda tegangan pada output sebesar
0 v. Ketika terdapat medan magnet yang mempengaruhi sensor, maka arus yang mengalir
akan berbelok mendekati/menjauhi sisi yang dipengaruhi medan magnet dan menghasilkan
beda tegangan output.
Semakin besar kekuatan medan magnet yang mempengaruhi sensor, pembelokan
arus di dalam lapisan silikon semakin besar dan menghasilkan beda tegangan yang semakin
besar pada output sensor. Arah pembelokan arus pada lapisan silikon dapat digunakan
untuk mengetahui polaritas kutub medan hall effect sensor. Sensor ini hanya dapat berkerja
jika salah satu sisi dipengaruhi medan magnet
Penerapan Hall Effect Sensor :
1 Pengukuran arus listrik.
2 Digunakan pada printer.
3 Digunakan pada keyboard computer.
4 Saklar.
5 Detektor medan magnet.
Kekurangan Hall Effect Sensor :
1. Fluks magnet disekitar sensor dapat menurunkan akurasi pendeteksi.
2. Tegangan yang dihasilkan sangat kecil sehingga harus diperkuat menggunakan
amplifier sebelum dihubungkan ke rangkaian induk.
Kelebihan Hall Effect Sensor :
1. Dapat dioperasikan sebagai switch.
2. Dapat dioperasikan sampai 100kHz.
3. Biaya lebih murah dari switch mekanis lainnya.
14
4. Sensor ini tidak akan terpengaruh oleh kontaminasi lingkungan (tahan debu,
kotoran, air, dan lumpur). Oleh karena itu dapat digunakan dalam kondisi yang
ekstrim.
5. Dapat digunakan sebagai posisi, perpindahan dan sensor kedekatan.
6. Dapat bertahan lama.
2. Magnetodiode and Magnetotransistors
Sensor ini terbuat dari substrat silikon dengan daerah undoped yang berisi sensor
daerah antara n-doped dan p-doped, membentuk pn, npn, atau pnp junction. Terdapat 2
collector. Berdasarkan arah, medan magnet eksternalnya membelokkan aliran elektron
diantara emitter dan kolektor yang mendukung salah satu kolektornya. Pada dasarnya
medan magnet luar tegak lurus terhadap beban aliran yang mengalihkan holes dan elektron
dalam arah yang berlawanan, sehingga menyebabkan banyaknya variasi resistansi dari
lapisan silikon undoped.
3. Magnetoresistive Sensors
Sensor ini sebagian besar diproduksi dari garis permalloy yang diposisikan pada
silikon substrat. Setiap garisnya disusun untuk membentuk satu lengan dari Wheatson
bridge, sehingga outputnya dapat langsung terhubung pada kekuatan medan magnet.
Seperti dalam kasus Hall-effect sensors, penyebab dasar magnetoresistivity adalah gaya
Lorentz.
Penerapan Magnetoresistive Sensors
1. Sensor kecepatan roda.
2. Deteksi logam.
3. Pengukuran sudut.
4. Pengukuran medan magnet.
5. Kompas dan alat navigasi.
6. Pengukuran arus.
Kekurangan Magnetoresistive Sensors :
1. Peka terhadap medan magnet, sehingga ketika ada medan magnet yang kuat
dapat merusak sensor.
2. Karakteristik temperatur yang jelek.
3. Linier terbatas
15
amplitudo dari signal output total sebagai fungsi dari puncak untuk menjaga ambangnya diatas
noise komponen.
BAB III
APLIKASI SENSOR MAGNETIK FLUXGATE PADA PENGUKURAN KUAT ARUS
KAWAT
Pengukuran kuat arus biasanya dilakukan dengan menggunakan amperemeter dan alat ukur
dipasang seridengan rangkaian, sehingga berada di dalam sistem yang diukur. Akibatnya akan
terjadi disipasi daya pada alat ukur yang dapat merusak dan kemungkinan adanya kesalahan
pengukuran akibat eefek pembebanan. Padastudi ini telah dikembangkan metode pengukuran kuat
arus non-kontak dengan menggunakan sensor medan magnetik fluxgate. Pengukuran ini
memanfaatkan adanya medan magnetik yang adadi sekitar kawat berarus. Dengan menggunakan
sensor magnetik yang sangat sensitif, besar arus yang mengalir pada kawat tersebut dapat diukur
dan diketahui arahnya. Dari hasil yang diperoleh, pengukuran kuat arus menggunakan
sensormagnetik ini memberikanhasil yang baik dan dapat mengukur arus hingga 1 A. Dalam
makalah ini dipaparkanprinsip dan aplikasi sensor medan magnet fluxgate untuk pengukuran kuat
arus pada kawat.
Pendahuluan
Pengukuran arus merupakan hal yangsangat penting dalam rangkaian listrik danrangkaian
alat ukur menggunakan sensor yangmempunyai keluaran dalam bentuk arus. Ada banyak metoda
yang dapat digunakan untukmengukur besar kuat arus pada rangkaian listrik. Metoda yang umum
digunakan adalah metode shunt resistor, di mana pada metodaini alat ukur berada di dalam
rangkaian yang akan diukur. Metode ini memiliki beberapa kerugian diantaranya adalah terjadinya
disipasi daya pada alat ukur yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada alat ukur, selain
itu dengan adanya resistor shunt pada alat ukurakan terjadi pembebanan yang akan mengkibatkan
terjadinya kesalahan pada pengukuran. Pengukuran ini juga tanpa isolasi sehingga sangat
berbahaya untuk arus yang bertegangan tinggi.
Berdasarkan kerugian-kerugian tersebut, maka diperlukan solusi untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan sistem pengukuran arus non-kontak melalui medan magnetik. Metode ini
menawarkan pengukuran yang terisolasi dari rangkaian yang diukur sehingga kerusakan alat ukur
dapat dihindari, tidak terjadi pembebanan, dan menjamin keamanan dari sengatan listrik tegangan
tinggi.
21
Tinjauan Pustaka
Arus yang mengalir pada suatu kawat dapat menyebabkan medan magnetik induksi di
sekeliling kawat. Jika kawat tersebut berbentuk lurus, maka medan induksi yang terjadi adalah
berbentuk lingkaran yang pusatnya berada pada lingkaran tersebut. Arah medan magnetik pada
lingkaran tersebut ditentukan oleh aturan tangan kanan.
Untuk menentukan besar medan magnetik di sekitar kawat tersebut, dapat digunakan
hukum Biot-Savart. Hukum ini menyimpulkan bahwa besar medan magnetik yang disebabkan
oleh kawat berarus I dengan elemen panjang dl, pada sebuah titik P adalah
̅̅̅ × 𝑟̂
µ0 𝐼𝑑𝑙
d𝐵̅ = (1)
4𝜋 𝑟2
Dimana μ0 adalah permeabilitas ruang vakum dan r adalah jarak antara titik P dan dl. Jika
jarak terdekat kawat dengan titik tersebut adalah z, maka persamaan (1) dapat disederhanakan
menjadi
µ0 𝐼
B= (2)
2𝜋𝑧
Jadi, dengan persamaan ini dapat dilihat bahwa arus yang mengalir (I) berbanding lurus
dengan medan magnetik dan berbanding terbalik dengan jarak antara titik pengamatan P dan kawat
(z).
Sensor medan magnetik fluxgate merupakan sensor medan magnetik vectorial yang sangat
sensitif terhadap medan magnetik, mudah dibuat, berbiaya rendah, dan sangat ringkas. Sensor ini
dapat mengukur medan magnetik dengan resolusi hingga 100 pT. Sensor ini tidak lebih baik dari
sensor magnetik SQUID dan optically pumped dan jauh lebih baik dari sensor Hall, GMR, AMR,
dan GMI, sehingga sensor ini dapat diandalkan untuk mengukur medan magnetik yang sangat kecil
yang berasal dari kawat berarus.
Sensor fluxgate sederhana terdiri dari dua buah koil yaitu koil eksitasi dan koil pick-up.
Konfigurasi sederhana sensor ini mirip dengan konfigurasi pada transformator seperti yang terlihat
pada Gambar 16.
22
Kedua koil dililitkan pada material inti ferromagnetik yang memiliki permeabilitas yang
sangat tinggi mencapai 105 dan medan induksi saturasi yang cukup rendah, sehingga mudah
mengalami saturasi. Ketidaklinieran fluks medan magnetik inti terhadap medan magnetik akibat
eksitasi merupakan dasar dari sensor ini. Untuk itu material harus tereksitasi untuk melewati kurva
tidak linier tersebut. Material inti sensor dieksitasi hingga mengalami saturasi. Jika terdapat medan
magnetik di sekeliling sensor, maka medan eksitasi akan memiliki ofset. Sehingga medan induksi
akan mengalami asimetri. Ketidaksimetrian ini akan menimbulkan gelombang harmonik genap
yang merepresentasikan besar medan magnetik luar yang dideteksi. Gelombang harmonik yang
sangat besar dipengaruhi oleh medan magnetik adalah harmonik kedua, sehingga harmonic kedua
sering digunakan sebagai representasi medan magnetik yang dideteksi. Tegangan keluaran (Vo)
dari sensor fluxgate sesuai dengan persamaan :
𝑑μ(𝑡)
V0 = -Nμ0HextA (3)
𝑑𝑡
Dimana N adalah jumlah lilitan koil pick-up, Hext adalah medan magnetik, A adalah luas
penampang koil pick-up, dan μr adalah permebilitas relatif material inti sensor.
Metode
Pengujian metode pengukuran dilakukan dengan cara mengukur medan magnetik disekitar
kawat berarus menggunakan sensor medan magnetik fluxgate. Sebagai kawat berarus, digunakan
sebuah trek pada papan PCB dengan panjang 20 cm dan lebar 2 mm. Sensor magnetik diletakkan
di atas trek tersebut dengan jarak yang bervariasi untuk melihat respon jarak terhadap pengukuran.
Arah deteksi sensor diposisikan tegak lurusdengan trek, sehingga diharapkan medan yang
terdeteksi dapat mencapai nilai maksimum karena sejajar dengan arah deteksi sensor. Set-up
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 17. Terminal-terminal di ujung trek dihubungkan ke
sumber arus pada kalibrator Fluke 5100B.
23
Arus dialirkan ke dalam trek dengan interval tertentu mulai dari -1 A hingga +1A. Interval
yang digunakan adalah 10 mA untuk arus di bawah 100 mA dan 50 mA untuk arus di atas 100
mA. Pengukuran dilakukan dengan tiga variasi jarak, yaitu 4 mm, 8 mm, dan 18 mm. Tiga variasi
jarak ini dipilih karena ideal dengan ukuran sensor yang digunakan, dan tiga variasi telah cukup
memberikan respon yang memadai untuk pengukuran arus terhadap jarak.
Untuk menguji respon kuat arus pada kawat, pengukuran dilakukan pada jarak 8mm. Jarak
ini merupakan jarak yang ideal untuk pengukuran tersebut karena memberikan rentang nilai
tegangan keluaran yang sesuai dengan tegangan keluaran komponen elektronik yang digunakan.
Hasil pengukuran ini dapat dilihat pada Gambar 18.
Berdasarkan kurva pada gambar tersebut, terlihat bahwa tegangan keluaran sensor fluxgate
linier terhadap kuat arus yang mengalir pada kawat meskipun terlihat adanya kesalahan
pengukuran yang cukup besar untuk arus yang bernilai negatif. Ini menunjukkan bahwa sensor
24
magnetik fluxgate dapat digunakan untuk pengukuran arus dan respon yang diberikan sesuai
dengan persamaan (2) dan (3). Kesalahan yang cukup besar pada pengukuran arus negatif diduga
berasal dari ketidaksimetrian sensor fluxgate yang dibuat sendiri. Persamaan linier yang
merepresentasikan tegangan keluaran sensor adalah :
V0 = 13.24I – 0.278 (4)
Dari persamaan ini terlihat bahwa tegangan keluaran sensor memiliki sensitivitas dan ofset
sebesar 13.24 V/A dan 0.278 V. Nilai sensitivitas sebesar ini memadai untuk mengukur arus yang
cukup kecil dalam orde mA. Nilai offset yang cukup besar diakibatkan berasal dari medan
magnetik lingkungan (medan magnetic bumi) yang terdeteksi oleh sistem pengukuran. Untuk
mengatasi masalah ini sebaiknya pengukuran dilakukan di dalam ruangan metal yang terisolasi
dari medan magnetik lingkungan yang terbuat dari bahan feromagnetik. Pengukuran kuat arus
dengan variasi jarak yang berbeda-beda ditujukan untuk melihat kesesuaian persamaan (2) dengan
eksperimen yang dilakukan, selain itu juga ditujukan untuk menentukan jarak yang paling baik
untuk pengukuran arus. Hasil pengukuran terlihat pada Gambar 19.
Kurva-kurva pada gambar 20 menunjukkan bahwa terdapat perubahan respon jarak sensor
terhadap tegangan keluaran sensor. Jarak yang terdekat memberikan respon yang besar, yang
ditandai dengan besarnya gradien kurva yang dimiliki, begitu juga untuk jarak yang terjauh yang
memberikan gradien terkecil. Respon tegangan keluaran terhadap jarak untuk beberapa nilai arus
ditampilkan pada Gambar 20.
25
Respon jarak terhadap tegangan keluaran sensor. Dari kurva-kurva yang ditampilkan
terlihat bahwa tegangan berbanding terbalik dengan jarak. Ini menunjukkan kesesuaian antara
pengukuran dengan persamaan (2). Walaupun demikian terlihat bahwa penurunan tegangan
terhadap jarak kurang linier. Penyebab ini tidak diketahui secara pasti, tetapikemungkinan berasal
dari penentuan jarak yang kurang tepat.
Telah ditunjukkan bahwa sensor magnetik fluxgate dapat digunakan untuk mengukur
arus secara non-kontak. Pengukuran yang telah dilakukan dapat menunjukkan hubungan
tegangan keluaran sensor fluxgate sebagai representasi dari medan magnetik dengan besar
arus dan jarak antara sensor dan kawat berarus, dimana secara teoritis ditentukan oleh
persamaan (2) dan (3). Studi ini memungkinkan untuk mengaplikasikan sensor magnetik
fluxgate untuk pengukuran arus dengan resolusi yang cukup kecil dalam orde mA.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan tentang Sensor Magnet ini, yaitu :
1. Sensor magnetik adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet dan akan memberikan
perubahan kondisi pada keluaran. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan
yang hampa dan bebas dari debu, kelembaban, asap ataupun uap. Sensor magnetik
bekerja dengan memanfaatkan perubahan induktansi.
2. Sensor magnet terdiri dari berbagai jenis dan pengaplikasiannya disesuaikan dengan jenis
dari sensor magnet tersebut.
4.2 Saran
Seiring dengan kemajuan teknologi, semua akan otomatis pada waktunya. Sehingga, kita
wajib mengetahui tentang sensor dan tentu menerapkannya di kehidupan untuk memudahkan atau
mempersingkat waktu pengerjaan suatu pekerjaan. Kami menyarankan pembaca laporan ini
kedepannya dapat menerapkan penggunaan sensor magnet ini untuk memudahkan pekerjaan yang
dilakukan, salah satunya dalam hal pengukuran kuat arus listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Kubik, J. & Ripka, P. (2008). Racetrack fluxgate sensor core demagnetization factor, Sens.
Actuators A, 143, 237-244.
Ludwig, F. (2018), Induktionsspulen und fluxgate-sensoren, Presentation Handout EMG,
Technische Universitaet Braunschweig.
Pavel, R. (2010), Advances in Magnetic Field Sensors, IEEE Sens, J., 10(6), 1108 – 1116.
Pavel, R. (2003), Advances in fluxgate sensors, Sens. Actuators A, 106, 8-14.
Suputra Widharma, I Gede, IM Krisna BS, IK Juliana P, IK Wahyudi PP, IM Wijaya SAC. 2019.
Paket Program Aplikasi Pengenalan ArchiCAD. Politeknik Negeri Bali. Denpasar.
Suputra Widharma, IG, IN Sunaya. 2018. Simulasi Pengukuran Nilai Tegangan Rms Berbasis
Sistem Mikrokontroler Arduino. Logic: Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi 18 (1),
37-41.
Van Domelen, D. J. (1999). Artificial right-hand rule device. The Physics Teacher, 37(8), 500-
501.
Wildian. (2002). Sistem Pengukuran Arus DC Berbasis GMR, Thesis Magister, Departemen
Fisika, ITB, Bandung.
Ye, E., Zhu, W., Le Z., & Fang, G. (2016), A Quantitative Model for the Sensitivity of Untuned
Voltage Output Fluxgate Sensors, IEEE Sens, J., 16(22), 7876 – 7883.
ADMIN. (2020, June 28). Retrieved from PLCDROID Web site:
https://www.plcdroid.com/2020/06/Sensor.html
Alamsyah, F. (2020). Retrieved from Academia Edu Web site:
https://www.academia.edu/19205293/Sensor_Magnet
Kho, D. (2020). Retrieved from Teknik Elektronika Web site:
https://teknikelektronika.com/pengertian-sensor-jenis-jenis-sensor/
Setiadi, R. N., Malik, U., & Umar, L. (2018, April). Pengukuran Kuat Arus pada Kawat dengan
Menggunakan Sensor Medan Magnetik Fluxgate. Jurnal KFI: Komunikasi Fisika
Indonesia 15 (02), 151-155.
Wacika, G. (2018). Retrieved from SCRIBD Web site:
https://www.scribd.com/document/375530306/Makalah-Sensor-Magnet