Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN UBI


KAYU (Manihot utilissima Pohl) TERHADAP PERTUMBUHAN
Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus

NILA IKA IFANAWATI

513 19 011 077

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN UBI
KAYU (Manihot utilissima Pohl) TERHADAP PERTUMBUHAN
Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus

PROPOSAL
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan

Program Studi Farmasi

Disusun dan diajukan oleh :

NILA IKA IFANAWATI


513 19 011 077

Kepada

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2020

ii
PROPOSAL
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN UBI
KAYU (Manihot utilissima Pohl) TERHADAP PERTUMBUHAN
Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus

Disusun dan diajukan oleh :

NILA IKA IFANAWATI

513 19 011 077

Menyetujui,

Tim Pembimbing

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Drs. H. Tahir Akhmad, M.Kes., Apt Fauziah Razak, S.Si., Apt

Ketua Program Studi Farmasi

Muh. Saharuddin, M.Si., Apt

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen

yang masuk ke dalam tubuh, berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Penyakit

infeksi biasanya banyak terdapat di daerah tropis seperti Indonesia. Salah satu bakteri

yang sering menyebabkan infeksi adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri Gram negatif yang secara

normal hidup dalam saluran pencernaan manusia. Namun, apabila dipengaruhi oleh

faktor-faktor predisposisi, Escherichia coli akan menjadi bakteri patogen dalam tubuh

dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi (Zeniusa popi dan M.Ricky ramadhian,

2017).

Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab penyakit infeksi kulit

berupa bisul, impetigo, selulitis dan staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).

Biasaya infeksi bakteri ini pada kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak, nyeri dan

adanya nanah pada luka. Tidak hanya kulit, bakteri Staphylococcus aureus juga bisa

menyebabkan bakterimia (sepsis). Kondisi ini terjadi saat infeksi sudah menyebar

melalui pembuluh darah, sehingga bisa mengenai berbagai organ tubuh. Dan juga

dapat menyebabkan penyakit Osteomielitis (infeksi pada tulang). Infeksi ini bisa

disebabkan oleh penyebaran Staphylococcus aureus yang awalnya menginfeksi kulit,

otot atau tendon, lalu menyebar ke tulang. Selain penyebaran dari infeksi kulit,

1
2

osteomielitis yang disebabkan bakteri ini bisa terjadi setelah melakukan operasi

tulang (Myles, I. A., & Datta, S. K, 2012).

Infeksi-infeksi yang diderita manusia umumnya dapat disembuhkan dengan

menggunakan antibiotik sintesis. Namun penggunaan antibiotik sintesis untuk infeksi

lokal telah dikurangi karena kecenderungan menimbulkan hipersensitivitas secara

lokal pada kulit (Ganiswara, 2003).

Beberapa efek samping yang ditimbulkannya seperti reaksi elergi dan reaksi

toksik. Permasalahan global yang saat ini dialami oleh banyak negara di dunia adalah

masih tingginya resistensi bakteri terhadap senyawa antibakteri. Beberapa isolat

bakteri yang resisten tersebut mengakibatkan kegagalan terapi dalam proses klinik.

Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah dengan adanya penelitian lebih lanjut

untuk mendapatkan bahan alternatif yang mampu mengatasi infeksi yang disebabkan

oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotika seperti dengan penggunaan tanaman

obat antibakteri alami tentunya yang dapat diperoleh dari tumbuhan.

Indonesia yang terletak didaerah tropis memiliki keunikan dan kekayaan

hayati yang sangat luar biasa. Masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan

tumbuhan obat sebagai upaya alternatif untuk penanggulangan masalah kesehatan,

dimana penggunaannya dilakukan secara turun-temurun. Berkaitan dengan masalah

kesehatan yang ada, hendaknya informasi yang diberikan kepada masyarakat harus

benar dan disertai dengan data ilmiah yang berasal dari hasil penelitian tumbuhan

yang berkhasiat sebagai obat (Rikomah, dkk,2017).


3

Salah satu tumbuhan obat yang digunakan secara turun-temurun yaitu

tanaman Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl). Kandungan yang terdapat

dalam daun ubi kayu yaitu air, fosfor, karbohidrat, kalsium, vitamin C, protein,

lemak, vitamin B1, zat besi, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Masyarakat

mempercayai daun ubi kayu memiliki berbagai manfaat untuk pengobatan penyakit.

Masyarakat mempercayai daun ubi kayu dapat mengobati rematik, asamurat, anemia,

konstipasi, serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Rikomah, dkk, 2017).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Mutmainah B

dan Andi Nilasari (2018) Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) telah ditemukan

bahwa positif mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang digunakan sebagai anti

bakteri. Hasil uji antibakteri ekstrak etanol Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl)

memiliki aktivitas terhadap bakteri Staphylococus aureus dan nilai konsentrasi

hambat terhadap bakteri Staphylococus aureus yaitu pada konsentrasi 20%

diperoleh diameter rata-rata 11,33 mm. Pada konsentrasi 30% diperoleh diameter

rata-rata 12,66 mm. Pada konsentrasi 40% diperoleh diameter rata-rata 15,33 mm

(Mutmainnah, dkk 2018).

Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian mengenai

pengujian aktivitas antimikroba herba Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl)

terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococus aureus. Konsentrasi yang

digunakan pada penelitian ini yaitu 2%, 4% dan 6% menggunakan pelarut etanol

96%.
4

B. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) dapat memberikan

efek antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ekstrak Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl)

memiliki efek antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

D. Keguanaan Penelitian
Dapat memberikan informasi ilmiah yang bisa digunakan untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) yang digunakan adalah daun tua yang

masih segar dan tidak rusak yang tumbuh di Perumahan Benteng Indah Permai,

Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Bakteri yang digunakan adalah

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Metode ekstraksi yang digunakan

adalah metode maserasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Daun Ubi Kayu

1. Klasifikasi tanaman

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

Gambar 1. Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl)

5
6

2. Nama Daerah

Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah; di antaranya adalah ketela

pohon, singkong, ubi jendral, ubi inggris, telo puhung, kasepe, bodin, telo jendral

(Jawa), sampeu, huwi dangdeur, huwi jendral (Sunda), kasbek (Ambon), dan ubi

prancis (Padang).

3. Morfologi

Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl), tergolong tumbuhan berdaun

tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja.

Manihot utilissima mempunyai deskripsi circumscriptio (bangun daun)

orbicularis (bulat), intervenium (daging daun) papyraceus (seperti kertas),

dengan margo folii (tepi daun) palmatipartitus (berbagi menjari), apex folii

(ujung daun) acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) emarginatus

(berlekuk), nervatio (pertulangan daun) palminervis (menjari), permukaan daun

laevis dan duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).

Daun Ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9

helai. Daun Ubi kayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru,

terutama daun yang masih muda (pucuk).

4. Kandungan Kimia

Tanaman yang termasuk family Euphorbiaceae ini kaya kandungan kimia

seperti hidrat arang, kalsium, fosfor, lemak, protein, vitamin A, vitamin B1,

vitamin C, dan zat besi (daun). Enzim peroksidase, glikosida, kalsium oksalat,

dan tannin (kulit batang). Serta amilum, hidrat arang, kalsium, protein, lemak,
7

fosfor, zat besi, vitamin B, dan vitamin C (umbi). Tanaman ini berkhasiat sebagai

antikanker, antioksidan, antitumor, dan penambah nafsu makan (Hariana, Arif

2008).

5. Manfaat Tanaman

Manfaat dari tanaman Daun Ubi kayu adalah diantaranya reumatik, sakit

kepala, diare, beri-beri, penglighatan kurang jelas, luka dan luka bernanah,

penyakit karena kutu air. (Sari, 2012).

B. Uraian Simplia

1. Defenisi

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang

digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali

dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 600 C (Depkes RI,

2008).

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan

yang telah dikeringkan (Depkes RI, 2000).

2. Pembagian Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian

tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang
8

keluar secara spontan dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu

dikeluarkan dari sel nabati lainnya, atau senyawa lainnya dengan cara tertentu

dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa bahan kimia murni (Depkes

RI, 2000).

b. Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak ikan dan

madu (Gunawan, 2010).

c. Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana.

Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan, 2010).

C. Uraian Ekstraksi

1. Defenisi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan

tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu
9

dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang

sama (Mukriani, 2014).

Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan menarik zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.

Metode penarikan zat aktif ini berupa pemisahan senyawa dimana komponen-

komponen terlarut dari suatu campuran dipisah dari komponen yang tidak larut

dengan pelarut sesuai, sedangkan proses perpindahan massa zat aktif yang

semula berada dalam sel yang ditarik oleh cairan penyari sehingga didapatkan zat

aktif larut dalam penyari disebut penyarian. Pembuatan ekstrak dimaksudkan

agar zat berkhasiat yang terdapat didalam simplisia terdapat dalam bentuk yang

mempunyai kadar tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat tersebut dapat

diatur dosisnya (Pratiwi, 2014).

Ekstrak berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi :

1. Ekstrak encer, sediaan yang masih dapat dituang.

2. Ekstrak kental, sediaan yang tidak dapat dituang dan memiliki kadar air

sampai 30%.

3. Ekstrak kering, sediaan yang berbentuk serbuk, dibuat dari ekstrak tumbuhan

yang diperoleh dari penguapan bahan pelarut.

4. Ekstrak cair, simplisia nabati nabati yang mengandung etanol sebagai bahan

pengawet.
10

2. Metode Ekstraksi

Berdasarkan suhu, metode ekstraksi dibagi atas (Harbone JB, 1996) :

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia

denganmenggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan

atau pengadukan pada temperatur kamar. 

b. Perkolasi

Perkolasi adalah esktraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampaisempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan.

2. Cara Panas

a. Refluks

Merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Soxhlet

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.
11

c. Digesti

Maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

d. Infus

Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejanainfus tercelup dalam tangas air mendidih, temperatur terukur

(96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok

Infus pada waktu yang lebih lama (≥ 3 0 m e n i t ) dan temperatur

sampai titik didih air.

D. Uji Aktivitas Antimikroba

Tujuan pengukuran aktivitas antibakteri adalah untuk menentukan potensi suatu

zat yang diduga atau telah memiki aktivitas sebagai antibakteri dalam larutan

terhadap suatu bakteri (Jawetz et al., 2005).

Macam-macam metode uji aktivitas antimikroba antara lain :

a. Metode pengenceran agar

Metode pengenceran agar sangat cocok untuk pemeriksaan sekelompok

besar isolat versus rentang konsentrasi antimikroba yang sama (Sacher

&McPherson, 2004). Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat digunakan untuk
12

isolasi tipe organisme yang dominan dalam populasi campuran (Jawetz et al.,

2005).

b. Difusi agar

Metode difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.

Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah

ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area

jernih pada permukaan media agar mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba (Pratiwi, 2008).`

Metode difusi agar dibedakan menjadi dua yaitu cara Kirby Bauer dan cara

sumuran.

1. Cara Kirby Bauer

Metode difusi disk (tes Kirby Bauer) dilakukan untuk menentukan

aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan

pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada

media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media

agar (Pratiwi, 2008). Keunggulan uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas

yang lebih besar dalam memilih obat yang akan diperiksa (Sacher dan

McPherson, 2004).
13

2. Cara sumuran

Metode ini serupa dengan metode difusi disk, di mana dibuat sumur pada

media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur

tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (Pratiwi, 2008).

c. Metode dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair dan dilusi padat.

1. Metode dilusi cair

Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM

(Kadar Bakterisidal Minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat

seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan

dengan mikroba uji (Pratiwi, 2008).

2. Metode dilusi padat

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen

antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji

(Pratiwi, 2008).
14

E. Uraian Bakteri Uji

1. Bakteri Escherichia coli

a. Klasifikasi (Todar, 2012)

Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Gambar 2. Escherichia coli (CDC, 2019)

b. Sifat dan Morfologi

Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobakteriaceae. Bakteri ini

merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (kokobasil), 4


15

mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm, dan mempunyai simpai

(Radji, 2010). Escherichia coli merupakan bakteri anaerobik fakultatif dan

terdiri dari sel dengan batang pendek, motil atau non motil, dan sel-selnya

peritrikus yaitu flagela secara merata tersebar di seluruh permukaan sel

(Pelczar and Chan, 2007).

2. Bakteri Staphylococcus aureus

a. Klasifikasi (Ferianto, 2012)

Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus sebagai berikut :

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Gambar 3. Staphylococcus aureus (Wistreich Collection)


16

b. Sifat dan Morfologi

Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat dengan

diameter 0,8-1 mikron, bergerombol menyerupai untaian anggur, Gram

positif, non motil, tidak membentuk spora, beberapa strain yang langsung

diambil dari penderita membentuk semacam kapsul, koloni berwarna kuning

emas, hemolisis pada blood agar, dapat tumbuh dalam media dengan

konsentrasi NaCl hingga 15% (pada media MSA berwarna kuning)

(Tyasningsih dkk., 2010).

Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-46o C dan pada pH 4,2-

9,3. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm.

Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan

koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk. Staphylococcus

aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA) akan terlihat sebagai

pertumbuhan koloni berwarna kuning (Dewi, 2013).

F. Uraian Pelarut

Pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pemilihan pelarut pada

umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :

1. Selektivitas Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan

cepat dan sempurna.


17

2. Titik didih pelarut Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah

sehingga pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses

pemurnian dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.

3. Pelarut tidak larut dalam air

4. Pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain

5. Harga pelarut semurah mungkin.

6. Pelarut mudah terbakar. (Susanti ari diana,dkk.2012)

Pelarut yang biasa digunakan untuk ekstraksi bahan alam adalah :


Tabel 1. (Sumber : Sukarno, 2017)

No. Pelarut Titik Didih Densitas (g/mL) Konstanta dielektrik


1. Metanol 65 0,791 33
2. Etanol 78 0,789 30
3. Aseton 56 0,786 21
4. Etil Asetat 77 0,894 6,0
5. Kloroform 61 1,498 4,8
6. Dietil eter 35 0,713 4,3
7. Toluena 111 0,869 2,4
8. Benzena 80 0,879 2,3
9. Heksana 68 0,655 2,0
18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoriun yaitu

untuk mengetahui aktivitas antbakteri ekstrak Daun Ubi Kayu (Manihot utilissima

Pohl) terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2020 di Laboratorium

Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Neraca digital, sendok tanduk, erlenmeyer, batang pengaduk, pipet ukur, gelas

ukur, lampu spiritus, kaki tiga, kawat kasa, inkubator, autoclave, cawan porselin,

tabung reaksi, rak tabung, kawat ose, pinset, botol semprot, blender, kertas saring,

pipet tetes, corong, gelas kimia, kertas label, aluminium foil, paper disc, rotary

evaporator.

2. Bahan

Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl), Escherichia coli, Staphylococcus

aureus, Nutrien Agar (NA), Na-CMC 1%, NaCl 0,9%, etanol 96%, dan aquadest.

19
20

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bakteri patogen pada manusia.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Prosedur Kerja

a) Pengambilan Bahan Uji

Bahan uji yang diambil adalah daun kelima dari pucuk, tidak rusak

atau dimakan ulat, dipetik pagi hari secara manual dan dikumpulkan dalam

wadah.

b) Pengolahan Bahan Uji

Bahan uji bagian daun yang telah dipetik dicuci dengan air mengalir,

kemudian dipotong-potong dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.

Lalu ditimbang dan dilakukan proses ekstraksi.

2. Pembuatan ekstrak Daun Ubi kayu

Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi dengan pelarut

etanol 96%. Sebanyak 300 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana

maserasi, kemudian dituangi cairan penyari sampai terendam sempurna ±2cm

diatas simplisia, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya,
21

sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkasi, ampas diperas.

Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai. Bejana ditutup,

dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya. Kemudian endapan dipisahkan.

Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan menggunakan rotavapor

sampai diperoleh ekstrak kental.

3. Sterilisasi

Alat-alat yang digunakan seperti gelas atau kaca misalnya tabung reaksi

ditutup dengan kapas secukupnya, labu takar dan alat gelas lainnya dibungkus

kertas HVS dengan rapat, dimasukkan ke dalam oven (pemanasan kering) dan

disterilkan pada suhu 1800C selama 30 menit. Sterilisasi ose dengan pinset

disterilkan dengan pemanasan diatas Bunsen. Alat dan bahan yang tidak tahan

pemanasan kering seperti media, dimasukkan kedalam autoklaf (pemanasan

basah) pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.

4. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Di timbang 3 gram NA, dimasukkan dalam erlemeyer 250 ml kemudian

dilarutkan dengan 150 ml air lalu homogenkan. Dipanaskan di hot plate sambil

diaduk hingga mendidih, tutup dengan kapas kemudian disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Pembuatan agar miring NA

dilakukan dengan memasukkan 10 ml media yang telah disterilkan dalam tabung

reaksi, lalu tabung disumbat dengan kapas steril dan dimiringkan sekitar 15 0 dan

didiamkan pada suhu kamar hingga memadat.


22

5. Pembuatan Na-CMC 1% b/v

Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 50 ml air

panas sambil diaduk hingga larut, kemudian dicukupkan volumenya hingga 100

ml aquadest steril dan diaduk hingga homogen.

6. Pembuatan Suspensi Ekstrak

Ekstrak Daun Ubi kayu disuspensikan dengan konsentrasi masing-masing

2% b/v, 4% b/v, 6% b/v. Untuk membuat suspensi dengan konsentrasi 2% b/v,

ditimbang daun ubi kayu 0,2 gram dan disuspensikan dengan Na CMC hingga 10

ml. Untuk 4% b/v dan 6% b/v dengan menimbang ekstrak etanol daun ubi kayu

masing-masing 0,4 gram dan 0,6 gram. Lalu ditambahkan Na CMC masing-

masing 10 ml.

7. Perejamaan Bakteri

Bakteri uji berupa Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang

berasal dari biakan murni, masing-masing diambil satu ose kemudian

diinokulasikan dengan cara digoreskan pada medium nutrient agar (NA) miring,

selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.

8. Pembuatan Suspensi Bakteri

Larutan McFarland 0,5 digunakan sebagai pembanding kekeruhan biakan

bakteri dalma medium cair dengan kepadatan antara 1 x 107 sel/mL – 1 x 108

sel/mL (Quelab, 2005). Urutan kerja pembuatan larutam McFarland 0,5 menurut

Nurhayati (2007) adalah sebagai berikut sabanyak 0,05 mL Barium clorida


23

(BaCl2) 1% dalam aquadest ditambahkan 9,95 mL Asam sulfat (H2SO4) 1%.

Kemudian disimpan ditempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung.

Biakan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang berumur 24 jam

diambil 1 ose disuspensikan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NaCl 0.9%

steril lalu dikocok sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai

adanya suatu pertumbuhan bakteri. Kemudian dibandingkan dengan larutan

McFarland.

9. Pengujian Antibakteri

Uji efek antibakteri ekstrak Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl)

terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dilakukan dengan metode

difusi agar dengan menggunakan piper disk. Medium NA steril yang telah dibuat

dipanaskan terlebih dahulu sampai mencair, kemudian dituang secara aseptis

pada masing-masing cawan petri sebanyak 15 ml dan dibiarkan hingga memadat.

Suspensi Escherichia coli dan Staphylococcus aureus masing-maisng

diinokulasikan diatas permukaan medium yang telah memadat dengan

menggunakan swab steril. Piper disk direndam dalam masing-masing konsentrasi

2% b/v, 4% b/v, 6% b/v, kontrol negative (Na.CMC) dan kontrol positif

(Ciprofloxacin 50ppm) kurang lebih 10 menit. Lalu ditiriskan kemudian

diletakkan pada permukaan inokulen secara aseptis dengan jarak kurang lebih

sama satu dengan yang lainnya. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu

370C selama 1 x 24 jam. Setelah inkubasi 1 x 24 jam diukur zona hambat yang
24

terjadi pada masing-masing konsentrasi dan kontrol negative maupun positif

dengan menggunkana jangka sorong/mistar.

10. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setelah diinkubasi selama 24 jam kemudian diukur

zona hambatan yang terjadi pada masing-masing konsentrasi ekstrak.

F. Definisi Operasional

1. Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan bahan makanan pokok ketiga

setelah padi dan jagung, Ubi kayu mempunyai potensi sebagai sumber karbohidrat

yang penting sebagai bahan pangan, khususnya bagi negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia (Simanjuntak,2002).

2. Uji Antibakteri merupakan pengaruh yang ditunjukkan ekstrak etanol sampel

terhadap pertumbuhan bakteri uji.

3. Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri Gram negatif yang secara

normal hidup dalam saluran pencernaan manusia. Namun, apabila dipengaruhi

oleh faktor-faktor predisposisi, Escherichia coli akan menjadi bakteri patogen

dalam tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Staphylococcus aureus

merupakan bakteri penyebab penyakit infeksi kulit berupa bisul, impetigo, selulitis

dan staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS). Biasaya infeksi bakteri ini pada

kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak, nyeri dan adanya nanah pada luka.
25

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh didasarkan pada hasil pengukuran diameter zona hambat

ekstrak Daun Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) terhadap Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus kemudian dianalisa dengan analisis varian.


DAFTAR PUSTAKA

Harti Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.

Muthmainnah, B., and Andi Nilasari. "Uji Aktivitas Antimikroba Herba Daun
Singkong (Manihot utilissima Pohl) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 12.6 (2018):
614-616.

Mutia, C., Fitrianingsih, S,P., Choesrina, R., 2017. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) Terhadap
Bakteri Escherichia coli danbakteri Staphylococus aureus Secara In Vitro.
Universitas Islam Bandung.Vol.3, No. 1.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2000. H 13-32

Hambali, E., Mujdalifah, S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, A. W., & Hendroko, R.
(2007). Teknologi bioenergi. AgroMedia.

Hariana, H. Arief. Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Niaga Swadaya, 2008

Kemenkes R1. 2010. Farmakope Herbal Indonesia. Kementerian Kesehatan Repulik


Indonesia

Gunawan, D. dan Mulyani, S. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Munte, Nuriana, and Rosliana Lubis. "Skrining Fitokimia dan Antimikroba Ekstrak
Daun Kirinyuh terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia
Coli." BIOLINK (Jurnal Biologi Lingkungan Industri Kesehatan) 2.2 (2016):
132-140.

PUTRI, H. S. (2017). SENSITIVITAS BAKTERI Staphylococcus aureus ISOLAT


DARI SUSU MASTITIS TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA (Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga).

Zeniusa popi dan M.Ricky ramadhian, 2017. Efektifitas Ekstrak Etanol Teh Hijau
dalam Menghambat Pertumbuhan Escherichia coli. Universitas Lampung.
Majority. Volume 7 Nomor 1

26
27

Kemenkes R1. 2010. Farmakope Herbal Indonesia. Kementerian Kesehatan Repulik


Indonesia

Rikomah, Setya Enti, Elmitra Elmitra, and Diana Gustina Yunita. "Efek Ekstrak
Etanol Daun Singkong (Manihot Utilissima Pohl) Sebagai Obat Alternatif
Anti Rematik Terhadap Rasa Sakit Pada Mencit." Jurnal Ilmiah
Manuntung 3.2 (2018): 133-138.

Mukhriani Tetti. 2014. Ekstrasi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa


Aktif. Jurnal Kesehatan Vol.7 No.2

Pratiwi. 2014. Skrining Uji Efek Antititosis Ekstrak Daun Botto’-botto’


(Chromolaena odorata L.) Menggunakan Sel Telur Bulubabi (Tripneustus
gratilla L.). Jurnal skripsi Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar

Prihatman, Kemal. "Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl)." Jakarta:


Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (2000).

Todar K. 2012. Pathogenic E. coli. http://textbookofbacteriology.net/e.coli.html, 24


Juli 2019

Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.


Jakarta: UI Press.

Sukarno, 2017. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Etilasetat, Dan n-Heksana
Daun Laruna (Chromolaena odorata L.) Terhadap Baktetri S.Aureus Dan
E.Coli. Jurnal skripsi Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar

Susanti ari diana,dkk.2012. Polaritas Pelarut Sebagai Pertimbangan Dalam


Pemulihan Pelarut Untuk Ekstraksi Minyak Bekatul Dari Bekatul Varietas
Ketan (Oriza Sativa Glatinosa). Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rukmana, Ir H. Rahmat. Ubi Kayu, Budi Daya dan Pascapanen. Kanisius, 1997.

Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala. "Pemanfaatan obat tradisional dengan


pertimbangan manfaat dan keamanannya." Pharmaceutical Sciences and
Research (PSR) 3.1 (2012): 1-7.

Simanjuntak P. 2002. Sistem Agribisnis dan Kemitraan Petani Ubi Kayu. Skripsi.
Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, USU. Medan.
28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja

Daun Ubi kayu (Manihot Pembuatan Medium Biakan Biakan


utilissima Pohl) 300gram Nutrient Agar E.Coli S.Aureus
(NA)

Dimaserasi ►Diinokilasi 1 ose dalam


NA miring
Ekstrak etanol cair ►Diinkubasi pada suhu
Masing-masing
370C selama 24 jam
dituang kedalam
Diuapkan dng cawan petri Hasil peremajaan
Rotavapor sebanyak 15 ml Biakan bakteri
Ekstrak kental E.Coli dan S.aureus

+ NaCL 0.9% steril


Larutan Daun Singkong Suspensi E.Coli dan
2% b/v, 4% b/v,dan 6% b/v S.aureus

K-

2% 4% 6%
+
b/v
b/v b/v

K+

Diinkubasi pada suhu


370C selama 24 Jam

Pengamatan dan pengumpulan data

Analisis data
29

Lampiran 2. Perhitungan Pembahasan dan Kesimpulan


Perhitungan kontrol positif (Ciprofloxacin) 50ppm

Diketahui berat 20 tablet = 13 gram

13 gram
Berat/tab = = 0.6500 gram
20

Dibuat konsentrasi 50ppm

50
Ditimbang ciprofloxacin setara 50mg = x 650mg = 65mg
500

Disuspensikan dengan NaCMC 1% b/v sampai 100ml (500ppm stok 1)

V1 . K1 = V2 . K2

V1 . 500 = 50 . 50

2500
V1 . 500 =
500

V1 = 5ml

5ml diencerkan sampai 50ml (50ppm stok 2)

Anda mungkin juga menyukai