Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FARMASI RUMAH SAKIT


DI RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
CENTRAL STERILISATION SUPPLY DEPARTEMENT
(CSSD)
Periode Maret – April 2012

Disusun oleh :

Mardia Abdullah Sri Nangsi Ladici


Andi Syamsul Bakhri Eka Putri Juanti Igirisa
Nelly Juanda Indrawaty Hunowu
Yulfiana Lita Risandi La Ode Syahrul Ramadhan
Putri Juanti Madjid Martje Dalleng L.
Selvi Tumari Rosyina Yulti Matuh
Musdayanti Sukawati I Juniar Syafitri Parenrengi
Hasanah Balqis
Adrianti Palino Jerpi Sijabat
Astri Pramita Taliabu Yulliyani Mahmud

Disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat


untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN UMUM ............................................................................... 3

II.1 Defenisi CSSD ................................................................................... 3

II.2. Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi .................................... 4

II.3 Tugas Instalasi Pusat Sterilisasi .......................................................... 5

II.4 Sarana Fisik dan Peralatan.................................................................. 6

II.5 Bangunan dan Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi .................................. 6

II.6 Ruangan Instalasi Pusat Sterilisasi...................................................... 7

II.7 Aktivitas Fungsional CSSD ................................................................ 9

II.7 Sistem Sterilisasi .............................................................................. 10

II.8 Indikator Sterilisasi .......................................................................... 12

BAB III GAMBARAN UMUM CSSD Di RS. DR. WAHIDIN

SUDIROHUSODO ............................................................................................ 14

III.1 Struktur Organisasi ......................................................................... 14

III.2 Waktu, Jenis dan Volume Pelayanan ............................................... 14

III.3 Alur Kerja CSSD Secara Umum ..................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 22

IV.1 KESIMPULAN .............................................................................. 22


ii
IV.2 SARAN .......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

LAMPIRAN ..................................................................................................... 24

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. STRUKTUR ORGANISASI CSSD di RS. DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR .......................................................... 24

2. SKEMA ALUR di CSSD ....................................................................... 25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup,

dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan

virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal

agent atau proses fisik untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.

Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik

kualitas sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk yang

dihasilkan.

Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya

untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya

angka infeksi nasokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut

maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Central Sterilization Supply Department (CSSD) merupakan salah satu

mata rantai yang penting untuk pengendalian infeks dan berperan dalam upaya

menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, CSSD

sangat bergantung pada unit penunjang medik maupun instalasi antara lain

perlengkapam, rumah tangga, pemeliharaam sarana rumah sakit, sanitasi, dan lain-

lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas maka pada akhirnya

akan mengganggu proses hasil sterilisasi.

1
2

Bila ditinjau dari volume bahan dan alat yang harus disterilkan di rumah

sakit demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu

instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu

instalasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur /

Wakil Direkstur Rumah Sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk

memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari

semua mikrorganisme termasuk endospora secara tepat dan cepat, untuk

melaksanakan tugas sterilisasi alat dan bahan secara profesional, diperlukan

pengetahuan dan keterampilan tertentu oleh apoteker atau tenaga non medik yang

berpengalaman dibidang sterilisasi merupakakn mitra kerja. Asas kemitraan

didasari rasa saling menghormati peran dan resiko fungsi masing-masing dengan

tujuan utama untuk mencegah risiko terjadinya infeksi nosokomial bagi pasien

dan pegawai rumah sakit.

Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker periode Maret – April 2012 ini

mempelajari mengenai sistem CSSD yang ada di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar serta melihat dan mempelajari secara langsung kegiatan CSSD guna

menekan infeksi nosokomial yang mungkin terjadi di rumah sakit.


BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Defenisi CSSD

Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang

bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk

endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi sangat

penting dilakukan terutama untuk alat-alat bedah, terlebih lagi saat ini semakin

berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas peralatan medik, maka

diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan proses

menjadi lebih efesien,ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin.

Disamping itu, rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan

berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan petugas

rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit

adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai

keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah

sakit.

Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply

Department (CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central

Processing Department (CPD) dan lain lain, namun kesemuanya mempunyai

fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat steril dan bersih untuk

keperluan perawatan pasien. Secara terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi

adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan

serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah


3
4

sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Central Sterilization Supply

Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu

unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,

pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan

dalam kondisi steril. Instalasi CSSD ini merupakan pusat pelayanan yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan alat/bahan steril bagi unit-unit yang

membutuhkan sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal

dari rumah sakit itu sendiri. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari

pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan,

memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi.

Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker. Berdirinya CSSD

di rumah sakit dilatarbelakangi oleh:

1. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

2. Mikroorganisme mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan

menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit.

3. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka

peran dan fungsi CSSD sangat penting.

II.2. Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi

Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi

(dalam jabatan fungsional) dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil

Direktur Penunjang Medik. Untuk rumah sakit swasta, struktur organisasi dapat

mengacu pada struktur organisasi pemerintah. Hal-hal yang perlu dilaksanakan

agar instalasi pusat sterilisai dapat berjalan sebagai mana mestinya adalah
5

perlunya pembagian pekerjaan dalam jabatan fungsional. Struktur organisai

pusat sterilisasi dapat dilihat pada gambar II.1 Struktur tersebut merupakan

struktur minimal yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja

pada masing-masing rumah sakit.

Gambar II.1 Skema struktur organisasi instalasi pusat sterilisasi secara umum

II.3 Tugas Instalasi Pusat Sterilisasi

Adapun tugas CSSD di rumah sakit adalah :

1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien

2. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan.

3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar

operasi maupun ruangan lainnya.

4. Memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu

5. Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan

6. Mempertahankan standar yang ditetapkan

7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun

sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu


6

8. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan

pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi

nosokomial

9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi

10. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik

yang bersifat intern dan ekstern

11. Mengevaluasi hasil sterilisasi

II.4 Sarana Fisik dan Peralatan

Sarana fisik dan peralatan di pusat sterilisasi sangat mempengaruhi

efisiensi kerja dan pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam

merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf pusat

sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana

tugas pokok pusat sterilisasi adalah menerima bahan dan alat medik dari semua

unit di rumah sakit untuk kemudian diproses menjadi alat/bahan mediak dalam

kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang

membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu

diperhatikan.

II.5 Bangunan dan Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi

Pembangunan Instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan

bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa
7

datang dan didesain menurut tipe atau kapasitas Rumah sakit dengan ketentuan

untuk Rumah sakit :

1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2

2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2

3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2

4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2

5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2

Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan

steril terbesar di rumah sakit. Penetapan lokasi yang tepat berdampak pada

efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi yaitu dengan

meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas

transportasi alat steril. Untuk Rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat

sterilisasi sebaiknya berada dekat / diwilayah kamar operasi sesuai fungsinya dan

diupyakan lokasinya dekat dengan Laundry.

II.6 Ruangan Instalasi Pusat Sterilisasi

Pada prinsipnya, desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan

ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya

kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu, pembagian

ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang

yaitu :
8

1. Ruang dekontaminasi

Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor,

dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan,

dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan

untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,

racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Syarat-syarat ruang dekontaminasi antara

lain :

a. Ventilasi

- Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter

- Pergantian udara 10 kali/jam

- Tekanan udara negatif

- Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban

- Suhu 18-22°C

- Kelembaban antara 35-75%

2. Ruang pengemasan alat

Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang

alat, dan penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Proccessing linen

Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan

linen yang akan disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup

untuk menyimpan barang. Selain itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan

untuk bahan seperti kasa, kapas, dan cotton swab.


9

4. Ruang sterilisasi

Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi

etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan

saluran pembuangan (exhaust).

5. Ruang penyimpanan barang steril

Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :

a) Dekat dengan ruang sterilisasi

b) Suhu 18-22°C

c) Kelembaban 35-75%

d) Ventilasi menggunakan tekanan positif

e) Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)

f) Jauh dari lalu lintas utama

g) Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan

II.7 Aktivitas Fungsional CSSD

1. Pembilasan : Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan

diruang perawatan

2. Pembersihan : Semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik

sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi

3. Pengeringan : Dilakukan sampai kering

4. Inspeksi dan pengemasan : Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa

kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas

maksimumnya.
10

5. Memberi Label : Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan

isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses

sterilisasi

6. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut yang

kemudian akan disterilkan

7. Sterilisasi : Sebaiknya diberikan kepada staf yang terlatih

8. Penyimpanan : Harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi

penyimpanan yang baik

9. Distribusi : Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan Rumah

Sakit masing-masing

II.7 Sistem Sterilisasi

Terdapat bermacam-macam metode sterilisasi, yaitu :

1. Sterilisasi panas kering

Digunakan untuk bahan yang bersifat termostabil, contoh : alat gelas,

sediaan farmasi. Untuk instrumen yang terbuat dari logam tidak dianjurkan untuk

distrerilisasi dengan cara ini. Waktu sterilisasi yang umum 160°C selama 60-150

menit dan 170°C selama 20-30 menit

2. Sterilisasi dengan panas uap

Jenis sterilisasi ini paling banyak digunakan di rumah sakit karena :

- Mudah pelaksanaannya

- Diterapkan hampir 80% kebutuhan (instrumen bedah, linen, dll)

- Biaya operasional rendah

- Hasil sterilisasi kering


11

- Waktu proses relatif pendek

temperatur yang diperlukan pada sterilisasi jenis ini :

- 130°C selama 2 menit

- 121°C selama 15 menit

- 116°C selama 30 menit

3. Sterilisasi dengan ultraviolet

Karena terdapat keterbatasan daya tembusnya, maka sterilisasi ini

digunakan untuk :

- Sterilisasi udara (air hygiene)

- Inaktivasi mikroorganisme pada permukaan bahan atau tersuspensi dalam

cairan

- Untuk produk dalam komposisi yang tidak stabil yang sulit disterilisasi

dengan cara konvensional

Efek maksimum radiasi pada gelombang 265 nm. Sterilisasi dengan

ultraviolet masih dipakai dirumah sakit untuk tujuan mengurangi kontaminasi dan

dikontaminasi udara, contohnya pada ruang operasi

4. Sterilisasi dengan sinar pengion

Jenis sinar pengion yang digunakan adalah sinar gama dan sinar beta.

Digunakan untuk sterilisasi pada temperatur kamar. Kelemahan sterilisasi ini

adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk proteksi petugas yang

bekerja pada lingkungan sinar pengion. Sterilisasi ini digunakan untuk sterilisasi

alat-alat medis seperti : syringe, benang bedah, serta bahan-bahan yang terbuat

dari plastik dan karet.


12

5. Sterilisasi dengan gas kimia

Jenis gas yang digunakan adalah etilen oksid dan formaldehid.

Keuntungan sterilisasi ini :

- Digunakan untuk sterilisasi bahan yang bersifat termolabil (sterilisasi pada

temperatur rendah)

- Kemampuan penetrasi dan absorbsi etilen oksid yang tinggi pada beberapa

jenis pembungkus (kertas, polietilen)

- Digunakan untuk sterilisasi cateter, peralatan suntik plastik, dan sarung

tangan.

6. Serilisasi dengan filtrasi

Digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan dalam bentuk cairan.

Contohnya adalah filter udara seperti HEPA (High Efficiency Particulated Air)

pada ruang operasi atau ruang isolasi tertentu untuk menghindari terjadinya

kontaminasi atau infeksi silang.

7. Sterilisasi dengan bahan kimia

Menggunakan jenis desinfektan tertentu yang bersifat high level

desinfectant seperti penggunaan glutaraldehid 2% untuk sterilisasi endoskopik.

II.8 Indikator Sterilisasi

Beberapa indikator sebagai salah satu kontrol kualitas dari proses sterilisasi yang

dilakukan yang meliputi :

1. Indikator Fisik

Indikator Fisik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi, yang

berupa lampu indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat
13

sterilisasi telah bekerja dengan baik. Pengukuran temperatur dan tekanan

merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi, bila indikator

mekanik berfungsi dengan baik, maka setelah proses sterilisasi akan memberikan

informasi dengan segera mengenai temperatur, tekanan, waktu serta fungsi

mekanik lainnya. Indikator fisik tidak menunjukkan bahwa keadaan steril sudah

tercapai, melainkan hanya memberikan informasi dengan cepat tentang fungsi dari

alat sterilisasi.

2. Indikator kimia

Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan

sterilisasi pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna. Indikator

kimia yang digunakan berupa tape yang disebut dengan autoclave tape yang

sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia belum dapat

menjamin tercapainya keadaan steril tetapi hanya menunjukkan bahwa suatu

benda sudah melewati kondisi-kondisi sterilisasi pada suatu siklus sterilisasi.

3. Indikator Biologi

Indikator Biologi ini berupa sediaan yang berisi populasi mikroorganisme

dalam bentuk spora hidup dan disertai media pertumbuhan yang sesuai. Ada yang

dimasukan dalam autoklaf dan ada yang diluar, untuk kontrol positif. Bila spora

indikator yang di dalam autoklaf tidak tumbuh setelah diaktifkan maka

diasumsikan semua kemasan dalam kondisi steril. Mikroorganisme yang

digunakan untuk indikator ini yaitu, Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi uap)

dan Bacillus subtillis (sterilisasi etilen okside dan sterilisasi panas kering).
BAB III

GAMBARAN UMUM CSSD Di RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

III.1 Struktur Organisasi

Di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Unit Sterilisasi merupakan suatu unit

kerja penunjang medis yang tidak menjadi bagian dari Instalasi Farmasi. Instalasi

CSSD memiliki 2 bagian yaitu CSSD (bagian tekhnis sterilisasi) dan Laundry

(Bagian teknis pencucian dan penjahitan linen). Struktur organisasi Instalasi

CSSD dan Laundry dapat dilihat pada Lampiran 1.

Unit Sterilisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

pengelolaan (sterilisasi dan inventarisasi) set instrumen dan linen untuk tindakan

pembedahan di IBS, OK IRD, IRNA, IRJA, dan instalasi lain yang membutuhkan.

Ruang lingkup atau jangkauan pelayanan Unit Sterilisasi mencakup seluruh

ruangan atau unit yang membutuhkan pelayanan sterilisasi, terutama kamar bedah.

III.2 Waktu, Jenis dan Volume Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh CSSD BLU RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar terbagi menjadi 3 shift (24 jam), pagi, sore dan malam per 8 jam.

Central Sterilization Supply Department merupakan unit pelayanan penunjang

bagi asuhan keperawatan dan pelayanan medis di rumah sakit.

III.3 Alur Kerja CSSD Secara Umum

a. Collect /pengumpulan

b. Clean /pencucian

c. Desinfection /desinfeksi
14
15

d. Dry/pengeringan

e. Sort /pemilihan

f. Pack /pengemasan

g. Sterilize/sterilisasi

h. Store – distribute

Pelaksanaan kerja di CSSD BLU RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

tidak melakukan pengumpulan alat/instrumen kesehatan, jadi penerimaan barang

yang akan disterilisasi dari masing-masing instalasi sudah dalam keadaan dipisah-

pisahkan berdasarkan jenis barang dan instalasi yang mengirim dan dalam

keadaan sudah bersih.

A. Alur pelayanan dekontaminasi dan Setting Packaging Alat Kesehatan atau

Instrumen yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Petugas ruang perawatan instalasi/ruangan memperlakukan instrumen

atau alat kesehatan yang telah terkontaminasi, mengumpulkan alat

kesehatan atau instrumen yang telah dipakai atau terkontaminasi pada

suatu tempat khusus atau ruang dekontaminasi.

2) Melakukan desinfeksi dan dekontaminasi, dengan urutan sebagai berikut:

a) Bila alat kesehatan/instrumen infeksius, maka lakukanlah proses

desinfeksi terlebih dahulu dengan larutan desinfektan yang tersedia

(misal: merendam dengan larutan chlorine 560 ppm selama 60 menit

atau merendam dalam larutan glutaraldehyde 2% selama 10 menit,

larutan Lysol 12,5% selama 2 jam).


16

b) Mencuci menggunakan jenis detergen yang tidak mengeluarkan

buih/busa dan sikat halus bila perlu.

c) Membilas dengan air mengalir.

d) Desinfeksi dengan larutan desinfektan yang tersedia (misal

merendam dengan larutan khlorine 140 ppm selama 10 menit).

e) Bilas dengan air bebas mineral (air yang telah ditreatment dengan

mesin water treatment).

f) Keringkan dengan bantuan mesin oven, mesin kompresor (untuk

tube), diangin-anginkan dan atau dilap dengan lap yang tidak

melepas partikel.

3) Melakukan setting sesuai jenis dan fungsi alat tersebut.

4) Pengemasan dengan linen katun (misal kain duk II/III rangkap 4) dan

atau dengan pengemas kertas-plastik (phoucess).

5) Masukkan ke dalam kontainer/tromol.

6) Beri label pada masing-masing kontainer/tromol dengan autoclave tape

yang bertuliskan : nama jenis instrumen, tanggal pengemasan, nama

ruang.

Administrasi/pencatatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Setiap hari pukul 08.00-20.00 WITA

b) Masuk melalui pintu khusus barang bersih

c) Bon/buku permintaan sterilisasi rangkap 2

d) Dihitung bersama (petugas ruang perawatan sebagai pengirim dan petugas

unit CSSD sebagai penerima)


17

e) Menandatangani bon atau buku permintaan sterilisasi rangkap 2

4) Petugas unit CSSD mengelompokkan kontainer atau tromol

berdasarkan jenis instrument atau alat kesehatan yang terdapat

didalamnya, yaitu sebagai berikut :

a) Alat kesehatan terbuat dari bahan stainless steel atau besi

b) Alat kesehatan terbuat dari bahan serat katun/linen, antara lain :

kassa, kapas, duk linen, dan lain-lain.

c) Alat kesehatan terbuat dari karet/silicon, antara lain : sarung

tangan, tube ventilator, dan lain-lain.

d) Alat kesehatan terbuat dari sejenis plastik khusus yang tidak tahan

panas, antara lain : berbagai macam chateter

5) Memberikan label indikator pada masing-masing permukaan kontainer

atau tromol :

a) Kontainer atau tromol yang akan disterilkan dengan mesin

autoclave ditempelkan autoclave tape

b) Kontainer atau tromol yang akan disterilkan dengan mesin Steric-

Vac atau gas etilen oksida, diberikan indikator luar dan dalam

khusus untuk suhu rendah, pada kemasan luar dan dalam.

c) Kontainer atau tromol yang akan disterilkan dengan mesin

autoclave steam

d) Formaldehyde ditempeli autoclave steam atau formaldehyde tape.

6) Melakukan sterilisasi dengan mesin sterilisasi yang sesuai/tepat yaitu:


18

a) Alat kesehatan/instrument terbuat dari logam stainsless steel,

disterilkan dengan mesin autoclave dengan pemanasan 134°C,

selama 3-3,4 menit

b) Alat kesehatan dan instrument terbuat dari katun atau kasa atau

kapas, disterilkan dengan mesin autoclave dengan pemanasan

134°C, selama 3-7 menit

c) Alat kesehatan yang rentan dalam pemanasan seperti chateter,

komponen ventilator, dan lain-lain, disterilkan dengan mesin

anprolene atau gas etilen oksida pada temperatur kamar selama 3

jam atau menggunakan mesin autoclave kombinasi antara steam

dengan formaldehid 35%, pada temperatur 60 atau 70°C selama 6

jam.

7) Mengamati setiap mesin sterilisasi yang sedang beroperasi,

memastikan bahwa semua mesin berproses normal, jika terjadi

kesalahan selama operasional, maka proses harus di ulang kembali.

8) Mengamati perubahan warna terhadap indikator proses yang telah

terjadi.

9) Menyimpan barang yang telah disterilkan pada rak-rak khusus

diruangn penyimpanan atau distribusi steril

10) Kontainer atau tromol yang telah steril siap diserahkan pada petugas

ruang perawatan instalasi atau bagian

11) Penyerahan lewat pintu/loket khusus untuk menyerahkan barang steril.


BAB IV

PEMBAHASAN

CSSD adalah suatu departemen/bagian yang menyelenggarakan proses

pencucian, desinfeksi, pengemasan dan sterilisasi terhadap semua alat & bahan

yang dibutuhkan dalam kondisi steril. CSSD merupakan unit pelayanan penunjang

di rumah sakit yang memberikan pelayanan produk sterilisasi ke semua unit yang

membutuhkan produk steril.

Adapun kegiatan yang dilakukakan oleh instalasi CSSD dirumah sakit

Wahidin Sudirohusodo yaitu melakukan kegiatan sterilisasi instrumen set dan

linen dari IBS, OK IRD , Jantung, Obgyn dan perawatan dalam keadaan bersih

dan sudah dikemas dan diberi label dari mana asal instrumen tersebut dan

penerimaan barang di lakukan di ruang bersih. Barang yang diterima kemudian

dicatat dalam buku penerimaan barang sebagai dokumentasi penerimaan barang

diterima untuk disterilkan.

Setelah barang diterima kemudian di beri indikator untuk membedakan

instrumen yang belum atau yang sudah disterilkan. Kemudian disterilkan sesuai di

autoclaf sesuai dengan SOP yang ada. Setelah dilakukan sterilisasi maka

instrumen yang sudah disterilkan disimpan dalam ruangan penyimpanan melalui

jalur steril kemudian didistribusikan kebagian-bagian yang membutuhkan.

Untuk sterilisasi linen di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo, linen yang

masih kotor dimasukkan dalam laundry kemudian CSSD menerima linen dalam

keadaan bersih dari laundry. Kemudian dimasukkan dalam ruangan pecking

linen, disini dilakukan penyortiran linen yang masih layak untuk digunakan.
19
20

Setelah di sortir, dikemas dan dibungkus sesuai dengan set linennya , kemudian

diberi indikator dan disterilkan. Sedangkan untuk produk steril CSSD belum

menghasilkan produk steril hanya membantu menstrilkan kasa dari masing-

masing ruangan.

Saat ini di CSSD di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo hanya bertugas

menstrilkan saja karena CSSD menerima barang dari ruangan-ruanagan sudah

dalam keadaan bersih dan sudah dikemas sehingga petugas tidak lagi melakukan

pengecekan terhadap instrumen yang akan disterilkan sehingga tidak diketahui

apakah alat / instrumen yang akan disterilkan sudah dibersihkan dengan baik, dan

masih layak untuk digunakan dengan melihat kondisi fisik dari instrumen

misalnya korosif, retak, atauun belum bersih.

Lokasi CSSD menurut pedoman CSSD sebaiknya berdekatan dengan

pengguna terbesar CSSD yaitu kamar operasi, ini dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya kontaminasi silang pada proses pendistribusian dan lalu lintas

transportasi alat steril semakin dekat. Untuk lokasi CSSD di Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo letaknya agak jauh dari kamar operasi ini menjadi salah

satu kendala karena ruang operasi dirumah sakit ini tidak terpusat pada satu

tempat melainkan terdapat 3 ruang operasi yang berbeda-beda yaitu OK IRD, OK

COT, dan OK Obgyn. Akan tetapi hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan

melakukan pendistribusian dengan menggunakan sistem tertutup ataupun sistem

terbuka dengan menggunakan troly khusus.

Pada penggunaan indikator, CSSD di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

hanya menggunakan indikator kimia dalam dan luar. Penggunaan indikator kimia
21

disini hanya berdasarkan pada suhu dimana bila suhu sterilisasi mencapai suhu

diatas 121°C maka indikator akan berubah warna. Penggunaan indikator secara

tunggal belum dapat digunakan sebagai pegangan mutlak. Penggunaan indikator

biologi sangat disarankan untuk lebih menjamin kesterilan bahan dimana indikator

biologi mengandung mikroorganisme dimana bila proses sterilisasi tidak

sempurna maka akan terjadi perubahan warna.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan selama Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Rumah sakit Dr. Wahidin Sudiruhosodo telah melaksanakan fungsinya

dengan secara optimal sebagai rumah sakit umum tipe A

2. Instalasi CSSD belum menerapkan sepenuhnya sebagai Central Sterilized

and Supply Department, karena proses Collect / pengumpulan, Clean /

pencucian, Desinfection / desinfeksi, Dry / pengeringan, Sort / pemilihan

instrumen masih dilakukan di bagian masing-masing.

IV.2 SARAN

1. Sebaiknya peralatan yang akan disterilkan dari tiap-tiap bagian disortir

terlebih dahulu, meskipun dari tiap bagian peralatan tersebut telah dicuci.

2. Untuk ditindaklanjuti kontrol terhadapat sterilitas selama proses yang

efektif dan efisien dapat menggunakan indikator mekanis dan kimia serta

secara berkala menggunakan indikator biologis.

3. Untuk ditindaklanjuti penggunaan pintu antara ruang sterilisasi dan ruang

penyimpanan barang steril digunakan pintu “air way lock”.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi


(Central Sterile Supply Department/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta :
Depkes RI.

2. Rahmawati Fita. [book on internet]. 2012. [accessed 20 April 2012]. Pg 1-


48. Available from: http://www.scribd.com/document_downloads/direct/
92434546?extension=pdf&ft=1339800614&lt=1339804224&uahk=dj7El70
rped7ng8JxDFM+aCPmoo

23
24

LAMPIRAN I

STRUKTUR ORGANISASI CSSD di RS. DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR

KEPALA INSTALASI CSSD & LAUNDRY

KOORDINATOR ADM & UMUM

PELAKSANA ADM CSSD & LAUNDRY


 UMUM & SDM
 LOGISTIK & KEUANGAN

KOORDINATOR LAUNDRY KOORDINATOR CSSD

PELAKSANA TEKNIS
PELAKSANA TEKNIS LAUNDRY
STERILISASI
PENJAHITAN LINEN

PETUGAS LAUNDRY PETUGAS CSSD


 PENGAMBILAN LINEN & SORTIR  DEKONTAMINASI
 PENCUCIAN DAN PENIMBANGAN (PENERIMAAN BERSIH
 SETRIKA ALAT & BAHAN KOTOR,
 DISTRIBUSI LINEN PENCUCIAN
 SETTING, PACKAGING &
LABELLING
 PENYIMPANAN &
DISTRIBUSI
25

LAMPIRAN II

SKEMA ALUR di CSSD


26

Anda mungkin juga menyukai