MANAJEMEN BENGKEL
Disusun Oleh :
ASIL ASWAN 19.02.11.050
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1 MANAJEMEN BENGKEL...................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dikenalkannya mesin uap menjelang akhir abad 19 dan mesin diesel
pada awal abad 20, mekanisasi armada penangkapan ikan seperti melompat
majunya baik motorisasi maupun kekuatan mesin yang dipakai (Thomson 1979).
Hal itu diikuti dengan keberhasilan program motorisasi kapal perikanan rakyat di
Indonesia, yang telah diusahakan sejak tahun 1980-an. Perkembangan itu pada
gilirannya telah menimbulkan tuntutan diadakannya bengkel mesin kapal
perikanan. Bengkel mesin kapal memberi sumbangan yang bermakna bagi
produktivitas usaha, terutama bagi mesin kapal yang cukup lama dipakai atau
rusak waktu dioperasikan. Bengkel mesin kapal termasuk dalam subsistem sarana
produksi dalam sistem aquabisnis inti. Di dalam sistem inti itu, terdapat subsistem
usaha penangkapan ikan, pengolahan dan sub sistem pemasaran hasil perikanan.
Sebagai suatu sistem aquabisnis inti, satu sama lain subsistem itu berkait kelindan
dan tidak dapat dipisahkan dan seyogyanya seimbang perkembangannya (Ahmad
dan Nurmatias 2011).
4
mahalnya bahan bakar mesin kapal, maka kajian berdasarkan percobaan untuk
mendapatkan energi alternatif yang dipakai sebagai pengganti bahan bakar fosil
dikembangkan, seperti biofuel yang dilaporkan Ahmad (2007). Sedangkan tentang
Pembuatan dan teknologi serta sumber insani bengkel mesin kapal masuk belum
banyak dikaji. Jadi masih banyak aspek manajemen mesin kapal yang belum
dipelajari dan dibahas. Hanya lima dari 13 aspek manajemen yang disinggung
oleh Juliansyah (2007). Itupun diakuinya masih kurang mendalam, sehingga
muncul dalam sarannya agar dikaji lebih lanjut. Oleh sebab itu dalam tulisan ini
disorot secara khusus tentang teknologi dan manajemen opersional yang
menyangkut modal insani, masalah, dan pengembangannya dikaitkan dengan
teknologi dan manajemen. Secara khusus dibahas agak mendalam mengenai
Pembuatan sumberdaya manusia, pengetahuan teknologi, permasalahan yang
dihadapi, sehingga diperoleh jalan keluar dari masalah itu sekali gus saran
terhadap upaya mengembangkannya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Manajemen Bengkel yang nantinya diharapkan dapat
mempedalam ilmu pengetahuan penulis.Salah satunya yaitu:
5
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen adalah suatu usaha yang dilakukan dengan dan melalui individu-
individu dan kelompok untuk mencapai tujuan (Hersey & Blanchard, 1990: 3)
Dan pada umumnya unsur-unsur yang dikelola terdiri atas 6 M (Man, Money,
Material, Method, Machine, dan Moment), bahkan ada sebagian ahli pemasaran
memasukkan unsur Marketing, sehingga menjadi 7 M.
- Bengkel
Bengkel adalah tempat yang digunakan untuk merawat dan memperbaiki mesin-
mesin, maupun peralatan (Corder, 1994). Jadi fungsi bengkel adalah sebagai
tempat perawatan, perbaikan, dan penggantian komponen sistem sebuah mesin
maupun peralatan lainnya.
6
Jenis layanan bengkel. engine tune up, ganti oli, modifikasi mesin, body repair,
spooring, balancing, kaki-kaki mobil, power steering, kopling, perbaikan AC dsb.
Jenis bengkel yang memberikan layanan lengkap one stop service.
Dan pada umumnya unsur-unsur yang dikelola terdiri atas 6 M (Man, Money,
Material, Method, Machine, dan Moment), bahkan ada sebagian ahli pemasaran
memasukkan unsur Marketing, sehingga menjadi 7 M.
Secara umum berfungsi sebagai tempat service, repair, dan maintenance atau
(Perawatan, Perbaikan, dan Pemeliharaan) yang konotasi artinya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Perawatan, yaitu agar kondisi tetap terjaga dan umur pemakaian menjadi awet.
7
pengertiannya dengan manajemen yaitu penDosensan”. Pendapat ini diperkuat
oleh Pidarta (1988) bahwa manajemen mengandung pengertian: mengelola.
Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pembuatan
mengandung pengertian yang sama dengan manajemen. Jadi Pembuatan dapat
diartikan sebagai cara untuk menDosens atau menyelenggarakan sesuatu.
Fasilitas kerja harus dikelola, agar kondisinya selalu siap pada saat akan
digunakan. Hal ini ditegaskan oleh Risnanto Roesman (1988: 55) ”Pembuatan
bengkel umumnya dan Pembuatan pengajaran praktik khususnya, untuk mengatur
bengkel menjadi kondusif bagi Mahasiswa untuk belajar dan melakukan praktik”.
Pembuatan fasilitas merupakan semua unsur didalam bengkel, baik berupa
manusia, alat, ruang, bahan praktik, pengaturan anggaran, pengaturan keselamatan
kerja, dan juga perencanaan sarana tambahan agar pelaksanaan belajar mengajar
dibengkel dapat berjalan dengan baik. Menurut Edi Trianto (2008:17) dan
Tawardjono (1994) kegiatan Pembuatan fasilitas yang harus dilakukan adalah:
a. Pengaturan penggunaan alat yang disesuaikan dengan jadwal yang telah
ditentukan,
b. Pengaturan dan inventaris peralatan yang digunakan atau yang sudah
digunakan,
c. Pengaturan dan penyimpanan alat,
d. Pengaturan pemeliharaan alat-alat praktik,
e. Laporan tentang alat, atau modul yang rusak dalam rangka perbaikan
dan penggantian peralatan yang baru. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
Pembuatan fasilitas praktik atau pengelola bengkel memiliki kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan, antara
lain adalah:
a. Menyediakan bahan atau alat praktik, yang akan digunakan oleh peserta didik
yang akan melakukan praktik,
Menginventarisasi keberadaan bahan praktik, alat dan mesin, meliputi:
1) Kartu stok, warna kartu dibedakan untuk masing-masing jenis peralatan sesuai
dengan pengelompokannya.
2) Buku inventaris, memuat nomor sandi, nama alat, ukuran, merek/tipe,
produsen, asal tahun, jumlah dan, kondisi.
8
3) Daftar peralatan, memuat kode, nama alat, dan jumlah alat.
4) Label, memuat kode alat, nama alat, jumlah dan kondisi alat. Label dipasang di
tempat penyimpanan alat,
9
6) Melakukan perbaikan-perbaikan (dari menengah sampai dengan overhoul)
alat/mesin
7) Memeriksa sistim kelistrikan kerja mesin secara berkala.
Peran pengelola bengkel agar bengkel praktik di bengkel berjalan
kondusif dan aman, mekiputi:
1) Penataan ruangan
2) Pembuatan dan penempelan tata tertib bengkel
3) Pengaturan almari tempat alat dan bahan praktik
4) Penataan ruang instruktur, teknisi, ruang praktikum, preparasi ruang
bahan dan alat
5) Pengaturan pintu pintas/darurat keluar untuk keamanan.
10
aktivitas yang barus dilaksanakan dalarn desain bcngkel secara keseluruhaa,
Selanjutnya di dalam perencanaan bcngkel sccara efektif beberapa elernen-
elemen dasar berikut ini harus diperhatikan sebaik-baiknya.
1. Kekuatan Modal (Acquisition of Capital)
Modal yang diperlukan untuk suatu industri rnaupun pada bcngkel pemesinan
dapat dibagi dalam tiga kategori,
• Modal atau kapital yang diperlukan pada saat awal produksi akan dimulai,
Conteh : pengadaan peralatan/fasilitas yang diperlukan untuk produksi,
• Modal atau kapital yang diperlukan untuk pelaksanaan operasi produksi
(operating cost). Contoh : pengadaan bahan baku labor cost, over head cost, dan
lain-lain.
• Modal atau kapital yang diperlukan untuk menghadapi kernungkinan perluasan
atau ekspansiin industri/bengkel,
2. Rancang Prociuk (Product Design)
Desain suatu produk adalah menurut Wignjosoebrorto (1992:6) merupakan dasar
utama dalam proses pcrcncanaan tata letak industri/bengkel, Macam dan bentuk
produk yang akan dibuat begitu pula dengan jumlahnya akan menentnkan rnacam
proses produksi yang diperlukan, Macam proses produksi ini jelesnya akan
menyangkut macarn dan jumlah mesin serta fasilitas produksi lalnnya yang
dibutuhkan. Pada dasarnya di sini ada dua aspek yang harus diperhatikan dalam
merancang suatu produk.
a. Aspek Fungsi (design for function)
Suatu desain produk yang baik harus sanggup berfungsi dengan kehendak
dari customer yang membutuhkannya. Kekuatan (strength) dan daya tahan
(wearability) dari produk dan komponennya harus benar-benar di pertimbangkan
dalam hal ini,
11
teknologi yang diperlukan untuk proses manujacturing, rnaka penilaian bahan
baku sampai ke peralatan pembantu (jig fixtures) harus pula diperhatikan benar-
benar, Pemakaian ataupun pernbuatan komponen -komponen standar adalah satu
hal yang sangat penting didalarn proses desain produk,
3. Perencanaan ,Volume Penjualan (Sales Planning For Requirements)
Salah satu infonnasi yang sangat berharga di dalam sistem produksi adalah
beseraya volume prcduksi yang dikehendaki oleh konsumen, Informasi ini
terutama sekali berguna di dalam menentukan jumlah dan kapasjtas rnesi n yang
harus dised iakan, Untuk menetapkan jumlah yang dibuat ini, maka suatu aktivitas
survei pasar akan dibuat disamping tentunya bisa pula dilaksanakan dengan
metode peramalan produksi (forecasting) berdasarkan data penjualan yang telah
lampau,
4. Pemilihan Proses Produksi (Selection of Production Process}
Patut disadari bahwa pcreucanaan proses produksi akan berkaitan dengan
perencanaan tata letak industri/bengkel, Tahap pemilihan proses produksi ini di
dalam manajernen industri lazim dikenal dengan istilah tool engineering yang
didefinisikan sebagai 'a specialized brand of engineering devoted primarily to
planning the processes of economic manufacture". Dalam hal tool engineering ini
maka beberapa macam pertimbangan ekonomis harus dibuat seperti:
1. Penentuan macam/tipe teknologi dari mesin perkakas yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjanaan.
2. Penentuan raw material terbaik untuk menghasilkan produk yang· dihendaki,
.3. Penentuan rate of return dari apital yang ditanamkan
Perencanan proses produksi banyak · kali menimbulkan problem estimasi biaya.
Estimasi atau perkiraan biaya dari bermacam-macam alternatif proses produksi
akan merupakan landasan utama dalam pemilihan proses produksi yang dianggap
paling optimal. Macam operasi demikian juga dengan langkah-langkah pengerjaan
harus mengenaiu tahapan proses ini merupakan data yang sangat berharga sekali
untuk suksesnya perencanaan yang dibuat.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sebagai bagian dari manajemen sumber daya manusia, modal insani
bengkel mesin kapal sudah memainkan peranan yang bermakna dalam perikanan
dan sistem aquabisnis sampai saat ini, tetapi tidak memadai dalam memenuhi
permintaan pelayanan maupun jumlahnya belum sebanding dengan kebutuhan
kapal bermotor yang melakukan usaha penangkapan ikan. Karena itu
pengembangan usaha bengkel mesin kapal perikanan akan memberi makna besar
bagi usaha penangkapan ikan, membuka kesempatan usaha dan menyerap tenaga
kerja menganggur di kawasan pesisir. Hal itu akan menimbulkan kepuasan kepada
pemilik mesin , apabila dikerjakan oleh para montir yang mahir dan peralatan
yang mencukupi, berfungsi secara mangkus dan sangkil. Karena itu peningkatan
kemahiran dan profesionalisme montir dan teknisi secara berkala dan menjamin
kesejahteraan berdasarkan kinerjanya akan membuka suasana operasional bengkel
mesin yang menyenangkan, kepuasan kerja dan motivasi yang menumbuhkan
produktivitas. Manajemen bengkel mesin yang diselenggarakan dewasa ini lebih
berdasarkan intuisi dan alamiah, yang sebenarnya dapat ditingkatkan
dikembangkan profesionalismenya sehingga mampu menghasilkan pelayanan
yang bermutu, produktivitas tinggi dan efisiensi yang meningkat. Semua hal itu
memerlukan penyelesaian yang berkaitan dengan prinsip usaha yang
berkelanjutan yaitu secara ekonomi menguntungkan, secara sosial meneteskan
kesejahteraan kepada masyarakat sekitar usaha, dan secara ekologi menjamin
kelestarian mutu lingkungan. Usaha perbengkelan kapal perikanan di Dumai layak
dikembangkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muchtar. 2007. Efisiensi Biofuel yang Digunakan pada Mesin Diesel
Kapal Perikanan. Berkala Perikanan TERUBUK, 35(1): 94–102.
http://www.google.com./definisi Bengkel/2007
http://www.yahoo.com./
Manajemen Bengkel Mesin Kapal Perikanan/Departemen Kelautan & Perikanan
Republik Indonesia/Juklak Pengelolaan UPMB/2003.
14