Anda di halaman 1dari 4

Topik 5: Masyarakat Madinah Sebelum Islam

Nama: Shofia Nabila Nurintan


NPM: 1906390254
Mata Kuliah Sejarah Masyarakat Arab

A. Nama Madinah
Kota Madinah atau Madinah Al-Munawwarah (Kota Cahaya) adalah kota
kedua tersuci setelah kota. Sejak kedatangan Rasul ke Madinah, sebutan nama untuk
kota ini semakin banyak. Akan tetapi, dalam periode masa pra-Islam ia dikenal
dengan oleh satu nama, yaitu Yatsrib. Menurut buku Al-Madinah al-Munawwarah fi
at-Tarikh: Dirasah Syamilah karya Abdussalam Hasyim Hafidz, nama YAtsrib
diambil dari salah satu pengikut Nabi Nuh yang selamat dari banjir besar yang
menimpa kaumnya, nama lengkapnya adalah Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail.
Setelah menaiki bahtera kapal Nuh a.s, ia berpergian dan mendatangi sebuah wilayah
yaitu yang nantinya disebut dengan nama Yatsrib. Akan tetapi, Yatsrib bin Qaniyah
tidak lama tinggal di wilayah Yatsrib, tak lama kemudian ia pindah ke Juhfah.1
B. Suku/kabilah
Setelah para pengikut Nabi Nuh meninggalkan Yatsrib, Dinasti Amalekit
menguasai wilayah tersebut hingga pada tahun ke-2 M. Pada masa ini kaum Amalekit
disebutkan beraktivitas seperti bercocok tanam, membangun benteng-benteng, dan
tempat tinggal. Sampai akhirnya dinasti ini berakhir dan penduduk Yatsrib diambil
alih oleh kaum pengikut Nabi Musa a.s, yaitu kaum Yahudi.
Jumlah kaum Yahudi yang menempati Yatsrib mulai meningkat ketika pada
abad pertama hingga kedua Masehi kaum Yahudi dari berbagai wilayah seperti
wilayah Arab, Mesir, Suriah dan Palestina pergi dan memutuskan untuk tinggal di
Yatsrib untuk menghindari kekuasaan Kerajaan Romawi. Beberapa klan dari kaum
Yahudi tersebut adalah bani Qunayna, bani Nadhir, dan bani Yahdal. Mereka
menduduki Yatsrib selama 70 tahun dan penduduknya merupakan akulturasi dari
pengikut Nabi Musa a.s yang menaklukkan dinasti sebelumnya dan kaum eksodus
Yahudi dari wilayah Palestina. Di samping kaum Yahudi, terdapat kaum Aus dan
Khazraj yang ikut menempati Yatsrib setelah bermigrasi akibat peristiwa banjir besar
di Yaman. 2
C. Sosial
Sistem pemerintahan Yatsrib tidak terpusat dan berbeda dengan sistem yang
diterapkan dalam kerajaan-kerajaan. Kekuasaan seringkali berada di tangan suku-suku
atau kelompok yang dianggap terkuat. Ketika kaum Yahudi berkuasa, mereka

1
Imas Damayanti, Penghuni Kota Madinah Pra-Islam dan Mengapa Disebut Yatsrib?,
https://www.republika.co.id/berita/q2taza320/penghuni-kota-madinah-praislam-dan-mengapa-disebut-
yatsrib.
2
Imas Damayanti, Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad Kondisi Madinah
Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad,
https://www.republika.co.id/berita/q4ipm9430/kondisi-madinah-sebelum-kedatangan-nabi-muhammad
membangun peradaban dan benteng-benteng peradaban lalu mereka pun menjadi
kelompok yang termakmur dan berbudaya di wilayah tersebut. Namun disebutkan
bahwa kaum Nasrani di Syam tidak menyukai orang-orang Yahudi, sebab mereka
beranggapan bahwa kaum mereka telah menyiksa dan menyalib Isa al-Masih sehingga
mereka menyerang kaum Yahudi di Yatsrib. Dalam penyerbuan tersebut kaum
Nasrani meminta dukungan bantuan dari suku Aus dan Khazraj yang merupakan
pendatang.
Sebelumnya suku Aus dan Khazraj merupakan kaum buruh, sampai ketika
mereka mengalahkan orang-orang Yahudi. Namun kemudian, kaum Yahudi mencoba
menghasut kedua suku tersebut untuk saling memusuhi satu sama lain sehingga
terjadi peperangan berkepanjangan antara keduanya. Melihat kondisi ini, Yahudi
memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan perdagangan dan memperluas
kekayaan mereka. Kejadian ini menyebabkan Yatsrib memiliki tiga kekuatan
kekuasaaan, yaitu Aus, Khazraj, dan Yahudi. Perebutan kekuaasaan antara tiga
kabilah tersebut terus terjadi, dengan perbedaan antara Yahudi yang monoteis dan Aus
dan Khazraj yang menyembah berhala menjadi salah satu pemicu terjadinya
peperangan.3
D. Religi
Mayoritas masyarakat Madinah sebelum datangnya Islam adalah penganut
Yahudi. Di samping itu terdapat pula penganut agama Nasrani dan Pagan. Seperti
yang dijelaskan pada poin sebelumnya, kaum Yahudi berasal dari pengikut Musa a.s
yang mengalahkan Dinasti Amakelit dan kaum yang bermigrasi untuk
menyelamatkan diri dari dominasi Romawi. Adapun penduduk Yatsrib yang
beragama Nasrani merupakan kelompok minoritas yang berasal dari Bani Najran.
Mereka mulai menganut agama Nasrani pada tahun 343 M dari pengaruh para
misionaris Kaisar Romawi yang mendatangi wilayah mereka untuk menyebarkan
agama Nasrani.
Selain kaum Yahudi dan Nasrani, terdapat sebagi kecil dari penduduk Yatsrib
yang mengikuti keyakinan orang-orang Quraisy dan penduduk Mekkah. Kaum ini
memandang tinggi kaum Quraisy karena perannya sebagai penjaga Rumah Allah dan
panutan dalam beribadah. Mereka adalah kaum penganut paganisme, kepercayaan
akan benda-benda dan kekuatan alam, seperti matahari, bulan, dan benda-benda
langit. Kaum ini hidup dengan kepercayaan yang merupakan tradisi dari nenek
moyang mereka. Akibat perbedaan praktik peribadatan mereka dengan Yahudi dan
Nasrani, seringkali terdapat perselisihan antara kaum pagan dan Yahudi. 4
E. Budaya
Kehadiran kaum Yahudi dan kaum Arab yang mendominasi penduduk
Madinah telah membentuk kebudayaan Madinah pada zaman itu dipenuhi akulturasi
dari kedua kebudayaan tersebut. Terlepas dari seringnya terjadi pertikaian antara
kedua kaum ini, keharusan mereka untuk hidup saling berdampingan di Madinah
melahirkan budaya gabungan antara keduanya, bahkan pernikahan antara dua kaum
ini pun dapat terjadi.
Masyarakat Madinah memiliki beberapa kesamaan dengan masyarakat
Mekkah, seperti adanya persaingan dan peperangan antarsuku yang sering terjadi dan
kehadiran para penyembah berhala di masyarakat mereka. Namun, dalam hal irigasi
tanah di Madinah jauh lebih subur dibandingkan tanah Mekkah. Banyak dari

3
Kementerian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014), h. 60-61
4
Ibid., h. 56
penduduk Madinah yang bertani sehingga mereka memiliki watak yang lebih tenang
dibandingkan penduduk Mekkah. 5
Selain itu, masyarakat Madinah sebelum datangnya Islam merayakan dua hari
raya yaitu Hari raya Nairuz dan Hari Raya Mihrajan atau Mahrojan, keduanya
merupakan tradisi perayaan yang berasal dari zaman Persia Kuno. Dalam dua hari itu
penduduk Madinah bersenang-senang dan menggelar pesta pora yang dilengkapi
berbagai pertunjukkan dan menikmati hidangan-hidangan makanan dan khamr.
F. Ekonomi
Lokasi geografis Yatsrib berada di tempat strategis jalur dagang antara Yaman
dan Suriah. Yatsrib termasuk dari kawasan Hijaz bersama dengan Thaif dan Mekkah,
namun demikian kota ini termasuk daerah subur di antara kawasan yang terkenal
tandus ini. Yatsrib adalah kota yang makmur akan kesuburan alam dan pertaniannya.
Perannya sebagai pusat pertanian, membuat Yatsrib membuatnya menjadi pilihan
yang tepat untuk bermigrasi ke kota tersebut. Di antara hasil sawah dan
perkebunannya, penghasilan terbanyak diperoleh dari penjualan kurma dan anggur.
Selain itu, di kota tersebut terdapat banyak pasar. Salah satu pasar terpopuler pada
kala itu adalah pasar bani Qainuqa’ milik klan Yahudi. Bani Qainuqa’ adalah kabilah
Yahudi termakmur di Yatsrib terlepas dari jumlah mereka yang tidak banyak. Secara
umum, pabrik-pabrik yang terdapat di Yatsrib sebagian besar dikelola oleh
masyarakat Yadudi. 6

5
Marzuki, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: FIS UNY).
6
Op. cit., Kementerian Agama Republik Indonesia.
Daftar Pustaka

Damayanti, I. (2020). Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad Kondisi

Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad. Republika. Diakses pada 6 April,

2021, dari

https://www.republika.co.id/berita/q4ipm9430/kondisi-madinah-sebelum-kedatangan-

nabi-muhammad

Damayanti, I. (2020). Penghuni Kota Madinah Pra-Islam dan Mengapa Disebut Yatsrib?

Republika. Diakses pada April 2, 2021, pukul 19.00, dari

https://www.republika.co.id/berita/q2taza320/penghuni-kota-madinah-praislam-dan-m

engapa-disebut-yatsrib

Kementerian Agama Republik Indonesia. (2014). Sejarah Kebudayaan Indonesia.

Kementerian Agama. Jakarta: Kementerian Agama

Marzuki. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: FIS UNY.

Anda mungkin juga menyukai