1
Ja’far Subhani, Ar Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, terj. Muhammad Hasyim
dan Meth Kieraha, Jakarta, Lentera, 1996, hlm. 7
2
Departemen Agama RI, Ensiklopesi Islam di Indonesia, Jakarta, Depag. RI Dirjen
Pembinanaan Kelembagaan Agama Islam, 1992/1993, hlm. 659
42
43
3
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari
Pandangan al-Qur’an, Jakarta, Raja Grafindo Persada, cet. –2, 1996, hlm. 31
4
Ibid., hlm.29
5
Akram Dhiyauddin Umar, Masyarakat Madani; Tinjauan Historis Kehidupan Zaman
Nabi, terj. Mun’im A. Sirry, Jakarta, Gema Insani Perss, 1999, hlm. 66
6
Ibid., hlm. 65
44
7
J. Suyuthi Pulungan, op.cit., hlm 35
8
Ibid.
9
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, cet.
Kedua, 2000, hlm. 18-19
45
10
Djaka Soetapa, Ummah; Komunitas relegius, Sosial dan Politis dalam al-Qur’an,
Yogyakarta, Duta Wacana University Press dan PT. Mitra Gama Widya, 1991, hlm. 62
11
J. Suyuthi Pulungan, op.cit., hlm 32
46
Aus dan Khzraj yang mengakar dalam sekali. Terakhir kali kekalahan
menimpa pada pihak Khazraj, rumah-rumah dan kebun kurmanya dibakar oleh
suku Aus dan juga banyak korban berjatuhan.
Sejak saat itu orang-orang Yahudi dapat mengembalikan kedudukan
di Yatsrib. Baik yang kalah dan yang menang dari Suku Aus dan Khazraj
kemudian berpendapat tentang akibat buruk yang telah mereka lakukan. Dari
permasalahan inilah kemudian antara Banu Aus dan Khazraj berusaha
melakukan rekonsiliasi dan berusaha mengatasi perbedaan-perbedaan mereka.
Kedua belah pihak sebenarnya telah melakukan kesepakatan untuk
mengangkat seorang Raja Yatsrib dari suku Khazraj yang sudah kalah,
mengingat kedudukan dan pandangannya yang baik, yaitu Adullah bin Ubai
bin Muhammad. Namun perkembangan situasi berubah pesat, keinginan itu
tidak sampai terlaksana, soalnya karena ada beberapa orang suku khazraj yang
pergi ke Mekkah pada musim ziarah. 12
12
Lebih detailnya tentang situasi perang Bu’ath antara Aus dan Khazraj lihat Muhammad
Husai Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali Audah, Jakarta, Litera AntarNusa, cet. Ke-25,
2001, hlm. 165-167
47
perangi, dan saya akan berdamai dengan siapa saja yang tuan-tuan
berdamai”13
13
Ibid., hlm171
14
Al-Qur’an Surat al -Baqarah ayat 213
15
Al-Qur`an Surat Ali Imran ayat 20
16
Ja’far Subhani, op. cit. hlm. 294
48
Memang kaum Muhajirin dan Anshar karena solidaritas agama baru itu
mereka sudah erat sekali bersatu. Tetapi, seperti yang diungkapkan Haekal,
walaupun pun begitu, kekawatiran dalam hati muhammad belum hilang sama
sekali kalau-kalau suatu waktu kebencian lama dikalangan mereka (Aus dan
Khzaraj) akan kembali timbul.17
Perbedaan karakteristik antara maka kaum muslimin Anshar dan
Muhajirin merupakan juga bagian yang tak bisa diabaikan dalam
kepemimpinan Muhammad. Kedua kelompok tersebut mempunyai latar
belakang kultur dan pemikiran yang berbeda yang dibentuk dalam kurun yang
panjang. Nabi Muhammad juga mengingat antara dua suku Anshar, yaitu Bani
Aus dan Bani Khazraj baru saja damai dari perang besar (perang Bua’ts) yang
tidak mudah dipersatukan dengan cepat. Muhammad sadar ada kesulitan untuk
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan lama dan memberikan kebiasaan-
kebiasaan baru dalam waktu yang relatif cepat.
Nabi Muhammad ternyata mempunyai inisiatif politik yang tinggi,
sebagai pemimpin dia menyadari benar bahwa masyarakat yang dihadapinya
adalah masyarakat plural dan majemuk, yang di dalamnya mengandung benih-
benih konflik yang jika tidak ditangani secara bijak akan mudah tersulut.
Karena itu beliau menjalankan beberapa strategi baik secara keagamaan atau
sosio-politik, yang tujuannya untuk memperkuat orang-orang Islam dan demi
keberhasilan dakwah Islam. Karena itulah Nabi membangun beberapa langkah
strategis dalam kepemimpinannya, langkah-langkah itu dilandasi oleh perintah
Islam dan juga pertimbangan sosio politik.
17
Muhammad Husai Haekal, op. cit., hlm. 196
49
18
Ja’far Subhani, op.cit., hlm 289
19
Ibid.
20
Akram Dhiyauddin Umar, op.cit., hlm. 80
50
ﺼ ﹲﺔ
ﺎﺨﺼ
ﻡ ﹶ ﻥ ِﺒ ِﻬ
ﻭ ﻜﹶﺎ ﻭﹶﻟ ﻡ ِﻋﻠﹶﻰ َﺃ ﹾﻨ ﹸﻔﺴِﻬ
ﻥ
ﻭﻴ ْﺅ ِﺜﺭ ﻭ
21
Ibid., hlm. 82
51
22
Ibid., hlm. 81
23
Muhammad Husai Haekal, op. cit., hlm. 208
24
Fazlur Rahman, Islam, tej. Ahsin Mohamad, Bandung, Penerbit Pustaka, 1997, hlm. 13.
52
sebelum beliau peroleh kerja sama dengan kaum Yahudi dan menciptakan
persatuan politik dipusat kepemimpinannya.
Karena itu Nabi kemudian menulis sebuah perjanjian untuk
mengikat persatuan seluruh penduduk Madinah, antara kaum Muhajirin,
Anshar, dan kaum Yahudi di Madinah sera sekutu-sekutu Yahudi,
perjanjian itu dikenal dengan Shahifah Madinah (Piagam Madinah)
Menurut pengungkapan Ja’far Subhani kaum Yahudi yang pertama
menandatangi perjanjian adalah suku Aus dan Khazraj. Suku Bani
Qurazhah, Nazhir dan Bani Qainuqo’ kemudian menyusul, Ja’far
mengelompokkan masa pembuatan Piagam Madinah ditahun pertama
Hijriyah.25 Namun jika melihat urutan dari nama-nama suku yang ikut
menandatangani Piagam Madinah tersebut Suku Yahudi Banu Aus
merupakan urutan ke-6 setelah Yahudi Banu Auf, Banu an-Najr, Banu al-
Harits, Banu Saidah dan Banu Jusyam. Para suku yang berpartisipasi
dalam penandatanganan Piagam Madinah ini tertulis dengan jelas mulai
pasal 25 yang menyebutkan keberadaan Banu Auf . namun setelah itu
dalam pasal sesudahnya disebutkan suku-suku Yahudi lainnya secara
berurutan:
Sesungguhnya Yahudi Banu Auf satu umat bersama orang-orang
mukmin…(pasal 25)
25
Ja’far Subhani, op. cit., hlm 301
53
26
H. Zainal Abidin, Piagam Nabi Muhammad SAW, Jakarta, Bulan Bintang, 1973, hlm. 66
54
27
Anshari Thayib, dkk (ed.), HAM dan Pluralisme Agama, Surabaya, Penerbit P3KS, 1997,
hlm. 227
55
adalah umat yang satu atau umat yang mempunyai status sama dalam
kehidupan sosial (pasal 25-35), persamaan hak membela diri (pasal 36 b),
persamaan tanggung jawab dalam mempertahankan keamanan kota
Madinah (pasal 44), persamaan kewajiban dalam memikul belanja perang
bila diperlukan (pasal 24 dan 38), persamaan hak dalam memberikan saran
dan nasehat untuk kebaikan (pasal 37), dan persamaan hak kebebasan
dalam memilih agama dan keyakinan (pasal 25-35) serta hak mengatur
kehidupan ekonomi masing-masing juga sama-sama.