Pemeriksaan Cot TB
Diagnosis definitif Coxitis TB hanya dapat dilakukan dengan mengkultur organisme
M.tuberculosis dari spesimen yang diambil dari pasien. Namun, TB dapat menjadi penyakit yang
sulit untuk didiagnosa, terutama karena kesulitan dalam kultur, organisme ini tumbuh lambat di
laboratorium. Sebuah evaluasi lengkap untuk TB harus menyertakan riwayat medis, radiografi,
pemeriksaan fisik, dan mikrobiologis. Ini juga termasuk tes tuberkulin dan tes serologi.1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan laju endap darah (LED) dan mungkin disertai leukositosis, tetapi hal
ini tidak dapat digunakan untuk uji tapis.
Uji Mantoux positif
Pada pewarnaan Tahan Asam dan pemeriksaan biakan kuman mungkin
ditemukan mikobakterium
Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein)
Pemeriksaan serologi didasarkan pada deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.
Pemeriksaan dengan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay)
dilaporkan memiliki sensitivitas 60-80 % , tetapi pemeriksaan ini menghasilkan
negatif palsu pada pasien dengan alergi.Pada populasi dengan endemis
tuberkulosis,titer antibodi cenderung tinggi sehingga sulit mendeteksi kasus
tuberkulosis aktif.
Identifikasi dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) masih terus
dikembangkan. Prosedur tersebut meliputi denaturasi DNA kuman tuberkulosis
melekatkan nucleotida tertentu pada fragmen DNA, amplifikasi menggunakan
DNA polymerase sampai terbentuk rantai DNA utuh yang dapat diidentifikasi
dengan gel. Pada pemeriksaan mikroskopik dengan pulasan Ziehl Nielsen
membutuhkan 10 basil permililiter spesimen, sedangkan kultur membutuhkan 10
basil permililiter spesimen. Kesulitan lain dalam menerapkan pemeriksaan
bakteriologik adalah lamanya waktu yang diperlukan. Hasil biakan diperoleh
setelah 4-6 minggu dan hasil resistensi baru diperoleh 2-4 minggu
sesudahnya.Saat ini mulai dipergunakan system BATEC (Becton Dickinson
Diagnostic Instrument System). Dengan system ini identifikasi dapat dilakukan
dalam 7-10 hari.Kendala yang sering timbul adalah kontaminasi oleh kuman lain,
masih tingginya harga alat dan juga karena system ini memakai zat radioaktif
maka harus dipikirkan bagaimana membuang sisa-sisa radioaktifnya.
2. Bakteriologis
Kultur kuman tuberkulosis merupakan baku emas dalam diagnosis. Tantangan
yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengonfirmasi diagnosis klinis dan radiologis
secara mikrobakteriologis. Masalah terletak pada bagaimana mendapatkan spesimen
dengan jumlah basil yang adekuat. Pemeriksaan mikroskopis dengan pulasan Ziehl-
Nielsen membutuhkan 104 basil per mililiter spesimen, sedangkan kultur membutuhkan
103 basil per mililiter spesimen.
Kesulitan lain dalam menerapakan pemeriksaan bakteriologis adalah lamanya
waktu yang diperlukan. Hasil biakan diperoleh setelah 4-6 minggu dan hasil resistensi
baru diperoleh 2-4 minggu sesudahnya. Saat ini mulai dipergunakan sistem BACTEC
(Becton Dickinson Diagnostic Intrument System). Dengan sistem ini identifikasi dapat
dilakukan dalam 7-10 hari. Kendala yang sering timbul adalah kontaminasi oleh kuman
lain, masih tingginya harga alat dan juga karena sistem ini memakai zat radioaktif. Untuk
itu dipikirkan bagaimana membuang sisa-sisa radioaktifnya.
Pada negara di mana terdapat prevalensi tuberkulosis yang tinggi atau tidak
terdapat sarana medis yang mencukupi, penderita dengan gambaran klinis dan radiologis
yang sugestif spondilitis tuberkulosis tidak perlu dilakukan biopsi untuk memastikan
diagnosis dan memulai pengobatan.
3. Histopatologis
Infeksi tuberkulosis pada jaringan akan menginduksi reaksi radang
granulomatosis dan nekrosis yang cukup karakteristik sehingga dapat membantu
penegakan diagnosis. Ditemukannya tuberkel yang dibentuk oleh sel epiteloid, giant cell
dan limfosit disertai nekrosis pengkejuan di sentral memberikan nilai diagnostik paling
tinggi dibandingkan temuan histopatologis lainnnya. Gambaran histopatologis berupa
tuberkel saja harus dihubungkan dengan penemuan klinis dan radiologis.
Osteopenia
Osteopenia periarticular adalah manifestasi umum dari Coxitis TB, dan mungkin
lebih umum pada sendi yang menahan beban dari ekstremitas bawah daripada di
ekstremitas atas. Deteksi osteopenia dengan radiografi polos adalah subyektif.
Ketidakteraturan korteks
Tuberkulosis menyerang korteks artikular dan subkortikal tulang cancellous
dalam beberapa mode yang berbeda. Erosi dapat terbentuk pada daerah tulang yang
berdekatan dengan tepi tulang rawan artikular. Erosi ini kurang umum pada anak-
anak dibandingkan pada orang dewasa dan remaja. Dalam lutut, erosi marginal dapat
memperlebar kedudukan interkondilaris. Selain itu, daerah kecil resorpsi dapat terjadi
di sepanjang permukaan kortikal subchondral, membuat ketidakteraturan, dan
tampilan berbintik-bintik (pitted appearance). Phemister dan Hatcher menemukan
erosi tulang subchondral terjadi dalam kasus-kasus di mana tulang rawan kendur
namun sebagian besar masih utuh.
Lesi litik
Lesi bulat atau oval dengan margin yang sulit didefinisikan dalam tulang
berdekatan dengan sendi yang terkena adalah umum ditemukan dalam TB
ekstremitas, khususnya pada anak-anak. Beberapa lesi ditemukan tanpa sklerosis,
yang lainnya memiliki sejumlah kecil sklerosis atau berkembang selama pengobatan.
Acetabulum adalah bagian yang paling umum terkena. Lesi tersebut berlokasi pada
epifisis dan metafisis dan dapat menjadi lesi di antara kedua fisis.
Gambar 2.6 Foto lateral pinggul menunjukkan area kecil lusens di acetabulum
(panah). Ada minimal sclerosis yang berdekatan. Batas superior dari lesi litik
agak tidak jelas. Ruang sendi sedikit menyempit, dan ada osteopenia
periarticular ringan.15
Gambar 2.8 Studi radiografi awal dengan lesi osteolitik di daerah pusat
dari acetabulum dan deformitas epifisis.11
Lesi mungkin timbul dalam acetabulum, sinovium, epifisis femoralis atau
metafisis. Kadang-kadang infeksi menyebar ke pinggul dari fokus pada trokanter mayor
atau iskium. Semua derajat kehilangan tulang kepala femoral dan leher dapat ditemukan.
Sebuah temuan yang sering adalah tampilan bird’s beak dengan tonjolan intrapelvis.16
Gambar 2.9 Tampilan bird’s beak pada pinggul kiri terlihat karena kehilangan
tulang subchondral yang luas di kedua sisi sendi dengan juxta-artikular
osteopenia.17