Rusa Yang Sombong
Rusa Yang Sombong
Ternyata Si rusa itu sangat sombong, ia sengaja memamerkan tanduk emasnya. "Mentang –
mentang punya tanduk emas". kata si kambing dan si kerbau. "Iya ini kan tanduk emasku yang
sangat kuat dan besar, dan hanya aku yang memiliki tanduk seperti ini" kata Rusa dengan
sombongnya. Namun kerbau dan hanya menatap Rusa dengan heran. Rusapun meneruskan
mandi di sungai yang airnya sangat segar dan jernih itu. Selesai mandi di sungai si Rusa bertemu
dengan seekor burung Gagak "Hai Rusa... Tanduk emasmu bagus sekali". Kata burung Gagak .
"Ohhh Sudah pasti …tanduk emasku kan paling kuat dan besar". Ucap Rusa dengan congkaknya.
Rusa itu melanjutkan perjalanannya, saking asyiknya ia tidak melihat di depannya ada sarang
lebah yang menggantung tepat di jalur yang hendak dilewatinya. Tak ayal tanduknya yang
berwarna emas menyentuh sarang lebah itu dan kontan saja para kawanan Lebah kaget dan
berhamburan keluar sarangnya seraya mengejar si Rusa.. Melihat para Lebah yang marah, rusa
lari tunggang langgang dan berteriak meminta tolong. "Tolong……… toloooong………
Toloooong" teriak si Rusa. Namun tak satupun hewan di sekitarnya yang mau menolongnya.
saking paniknya, Si Rusa jatuh terjerembab di kubangan yang biasa untuk mandi lumpur si
Kerbau, Para Lebah pun menyengat tubuh si rusa tanpa ampun. Dengan Tubuh penuh benjolan
bekas sengatan, Ia beranjak bangkit dari kubangan si kerbau. Disitu sudah berdiri si Kerbau dan
si Kambing yang cengengesan, heran dengan bentuk tubuh si Rusa yang penuh benjolan.
"Wahh....wahh.... rupanya selain Tanduk emas, kamu juga punya kelebihan lain ya Rusa???, kini
tubuhmu unik dengan banyak benjolan kayak gitu, dan saya yakin.... hanya kamu yang punya
tubuh unik dengan benjolan macam itu" Ledek si kambing dan kerbau. si rusa hanya diam saja
sambil melengos pergi tanpa kata.
Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Rusa Yang Sombong adalah : Janganlah suka
menyombongkon diri dengan apa yang kita miliki. Dengan sifat sombong kita tidak akan
mempunyai banyak teman, jika kita tidak punya banyak teman maka ketika kita sedang ada
kesulitan maka . Jadilah orang yang baik hati dan menghargai sesama.
Dongeng Fabel Monyet dan Buaya
Pada suatu hari seekor buaya naik ke tepian sungai dan hendak
beristirahat di bawah pohon tempat tinggal Monyet. Sang monyet
yang ramah menyapanya, “Hai Buaya, apa kabar?.” “Hai juga
monyet, kabar saya baik. Cuman saya sedang ada masalah dengan
bahan makanan disini,” jawab buaya. “Apakah kau tahu dimana aku
dapat menemukan makanan? Tampaknya sudah tidak ada ikan lagi di
sungai ini.” “Aku tidak tahu dimana ada ikan, tapi aku mempunyai
banyak buah jamblang yang masak di pohon ini. Ini, cobalah...
rasanya sangat manis!” kata monyet sambil memetik beberapa buah
jamblang dan melemparkannya kepada buaya yang ada di bawahnya.
Buaya memakan semua buah yang diberikan monyet. Ia suka rasanya
yang manis. Ia minta monyet memetik buah jamblang lagi untuknya.
Sejak saat itu buaya datang setiap hari. Mereka pun menjadi sahabat.
Mereka mengobrol sambil makan buah jamblang. Pada suatu hari
buaya bercerita tentang isteri dan keluarganya.”Mengapa baru
sekarang kau bilang bahwa kau punya isteri? Bawalah jamblang ini untuk isterimu.” Isteri buaya menyukai buah
jamblang pemberian si Monyet. Ia belum pernah makan sesuatu yang begitu manis. Ia berpikir betapa manisnya
daging monyet yang sepanjang hidupnya makan buah jamblang setiap hari. Air liurnya menetes membayangkan
daging si Monyet sahabat suaminya.
“Suamiku,” kata isteri buaya, “ajaklah monyet kemari untuk makan malam.Lalu kita makan dia. Pasti dagungnya
lezat dan manis.” Buaya terperanjat. Bagaimana ia dapat memakan sahabatnya? Ia menjelaskan kepada isterinya,
“Monyet satu-satunya temanku disini, “ katanya. Sang buaya tetap menolak membawa monyet kepada isterinya.
Sementara isterinya pun tetap membujuknya. Ketika buaya tetap tidak mau menuruti keinginannya, isteri buaya
pura-pura sakit keras. “Suamiku,” katanya, “Hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkanku. Kalau kau
mencintaiku, kau ajak monyet temanmu kemari. Setelah makan jantungnya aku pasti segera sembuh.”
Buaya kebingungan, di satu sisi monyet adalah sahabatnya yang baik hati. Namun di sisi lain, bila isterinya tidak
memakan jantung monyet, mungkin ia akan meninggal. Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa monyet kepada
isterinya untuk dijadikan obat.
“Teman,” kata buaya kepada monyet. “Isteriku sangat berterima kasih dengan buah jamblang yang kaukirimkan tiap
hari. Sekarang ia ingin mengundangmu makan malam. Ikutlah denganku ke rumah kami.” Monyet sangat gembira
dengan undangan itu namun ia berkata bahwa ia tak mungkin ikut karena ia tak dapat berenang. “Aku akan
menggendongmu di atas punggungku. Kau tak usah khawatir,” kata buaya. Monyet pun melompat ke punggung
buaya dan berangkatlah mereka. Ketika mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, buaya berkata,”Isteriku sakit
parah, hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkannya.” Monyet ketakutan. Ia berpikir keras, bagaimana ia
dapat menyelamatkan diri. “Buaya temanku, kasihan isterimu. Namun kau tak perlu cemas. Aku senang bisa
menolong isterimu dengan jantungku. Masalahnya, aku tadi meninggalkan jantungku di atas dahan pohon jamblang.
Ayo kita kembali dan mengambilnya.”
Buaya percaya kepada monyet. Ia berbalik dan berenang kembali ke pohon jamblang. Monyet segera melompat
turun dari punggung buaya dan segera naik ke dahan pohon. “Temanku yang bodoh. Tidak tahukah kau, bahwa kita
selalu membawa-bawa jantung kita? Aku tak akan mempercayaimu lagi. Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini
lagi.” Monyet pun membalikkan badannya, tak mau lagi melihat sang buaya. Buaya sangat menyesal. Ia kehilangan
satu-satunya sahabatnya. Ia juga tak akan dapat makan buah jamblang yang manis itu lagi. Monyet lolos dari bahaya
karena berpikir dengan cepat dan cerdik. Ia menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin berteman. Buaya
lebih suka makan monyet daripada berteman dengannya.
Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Monyet dan Buaya adalah : Jangan nodai persahabatan dengan perbuatan
yang tidak baik. Menuruti orang yang kita sayang adalah mulia, namun jangan merugikan orang lain.
Dongeng Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara
Dahulu kala, Di sebuah pantai nan landai dan berpasir putih
hiduplah seekor penyu dan kawanan burung dara. Siang itu
udara berembus sepoi-sepoi, membuat dahan dan daun-daun
nyiur melambai menari. Di atas ranting yang terjatuh oleh
angin, seekor burung Dara tampak hinggap tepat di depan
seekor Penyu muda yang sedang santai sambil berjemur.
“Lihat ini hai penyu!” Sang Dara terbang membubung tinggi, bermaksud menunjukkan kehebatannya pada Penyu. Sang Penyu
hanya melihatnya dari bawah pohon kelapa sambil tersenyum. Walaupun sering diejek dan direndahkan oleh burung Dara, dia
tak pernah menganggap burung Dara sebagai rivalnya. Dia menganggap semua binatang di dunia ini sebagai sahabat. Dia yakin,
bahwa setiap binatang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Akan tetapi, tak semua binatang
menyadari itu.
“Penyu... Aku mau pergi ke pulau lain. Kalau mau ikut ya silakan, tapi kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak mau menunggu
kamu yang lamban,” ejek burung Dara. Dalam sekejap, burung Dara sudah hilang dari pandangan mata Penyu. Dia sudah terbang
menuju pulau lain di kawasan pantai tersebut.
Sudah lama Penyu mendambakan bisa pergi ke pulau yang lain untuk menambah pengetahuannya. Kadang terasa bosan terus-
terusan berada di satu pulau. Kepergian burung dara membuat Penyu semakin ingin pergi menyususl kesana. Akhirnya dia
memutuskan untuk menyusul burung Dara. Dia ingin melihat tempat baru dan kawan baru. Barangkali aku bisa menemukan
teman yang bisa diajak bermain bersama disana, kata Penyu dalam hati.
Akhirnya dengan tekat yang bulat, Penyu memberanikan diri untuk berenang menuju pulau yang ada di seberang. Dalam
perjalanannya, dia bertemu sesama penyu, juga binatang-binatang lain di laut itu. Sifat Penyu yang ramah membuatnya disenangi
oleh banyak binatang lain.
Penyu terus mengayuh kaki-kakinya yang pendek untuk berenang, tiba-tiba di tengah lautan luas, Penyu melihat sebuah titik
terombang-ambing di tengah laut. Karena penasaran, penyu segera berenang mendekati benda itu. Betapa terkejutnya Penyu
mendapati, benda itu ternyata adalah burung dara sahabatnya, rupanya dia pingsan. Sayapnya terluka. Dengan sekuat tenaga
Penyu membawa tubuh kawannya ke daratan. Dengan cekatan, ia membersihkan dan merawat sayap Burung dara yang terluka.
Setelah lama pingsan, akhirnya Burung Dara mulai siuman. Dalam keadaan belum sepenuhnya siuman, tubuhnya menggigil
ketakutan. Bayangan tentang tubuhnya yang terjatuh ke laut dan dihantam ombak besar berkelebat di benaknya. Burung dara
menjerit dan menangis tersedu-sedu membayangkannya, lebih-lebih rasa sakit pada sayapnya yang terluka parah. “Kawan,
tenang, kamu sudah selamat. Ada aku di sini untukmu.” Penyu berkata pelan kepada burung Dara. “Penyu, apakah kamu yang
telah menyelamatkanku dan membawaku ke daratan?” tanya burung Dara seolah tak percaya. “Benar, Kawanku. Apa gerangan
yang telah terjadi denganmu?” tanya Penyu. “Aku… aku diserang seekor Gagak Hitam. Aku tidak bisa melawan, dan terjatuh ke
lautan. masih sakit sekali rasanya sayap-sayapku…Penyu” “Mungkin aku tidak akan bisa terbang lagi. Padahal selama ini, aku
selalu menyombongkan diri dengan kelebihan yang aku miliki, sepasang sayap yang bisa membuatku terbang tinggi melintasi
udara diatas samudera.” Burung Dara mengucapkannya dengan terbata-bata dan seolah menyesali perbuatan sombongnya.
“Tenanglah, Kawanku... setelah lukamu pulih, kamu pasti bisa terbang lagi. Aku sangat yakin itu. Istirahatlah dulu, agar kukamu
cepat pulih,” kata Penyu dengan suara pelan. Mendengar ucapan Penyu, tangisan burung Dara mulai mereda. “Penyu sahabatku
yang baik, terima kasih, ya, kamu telah menolongku. Dan aku ingin mohon maaf karena selama ini, aku sudah sering menghina
dan menyakitimu, tapi kamu begitu sabar menerima perlakuanku yang jahat padamu.”
Penyu hanya diam sambil tersenyum, seraya menggelengkan kepala. “Tak ada yang perlu dimaafkan kawan, tersakiti, Kamu
tetap temanku. dan aku adalah temanmu. Selamanya akan selalu begitu, sebagai kawan, kita tidak boleh bermusuhan.
Begitulah, sejak kejadian itu Burung Dara dan Penyu bersahabat dengan sangat baik. Kemana-mana mereka selalu bersama.
Bahkan ketika Penyu sedang sakit dan tidak bisa mencari makan, Burung Dara selalu membantunya mencarikan makanan dan
mengirimi makanan untuk penyu. Sebuah persahabatan yang indah.
Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara adalah : Janganlah kita bersifat sombong, jangan
menyombongkan kelebihan yang ada pada diri kita. jangan suka mengejek orang lain yang mempunyai kekurangan. Yakinlah,
bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi tidak sepantasnya kita menyombongkan
diri pada orang lain.
Dongeng Fabel Kerbau dan Sapi
Kemudian mereka berduapun pergi berendam ke sawah pak petani. Sesampainya mereka disana,
mereka langsung melepas baju (kulit) mereka dan segera berendam di sawah tersebut. Mereka
merasa lega karena dapat berendam untuk mendinginkan badan. Si sapi berkata. "Asyikk...
Akhirnya kita bisa berendam juga." Lalu kerbau berkata, "Iya. Aku juga merasa lega sekarang."
Namun, tiba-tiba tanpa di sangka-sangka pak petani datang untuk memeriksa sawahnya. Seketika
kerbau dan sapi langsung mengambil baju mereka dan lari terbirit-birit. Ketika mereka sampai di
rumah masing-masing, mereka memakai baju mereka dan ternyata baju mereka tertukar.
Akhirnya mereka memakai baju yang ada yaitu sapi memakai baju kerbau yang sangat longgar
dan kerbau memakai baju sapi yang sangat sempit. Itulah sebabnya sampai saat ini sapi bajunya
longgar dan kerbau bajunya sempit.
Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kerbau dan Sapi adalah : Jangan melakukan sesuatu
dengan terburu-buru karena hasilnya tidak akan memuaskan, bahakan bisa merugikan diri kita.
Seperti sapi dan kerbau karena terburu-buru akhirnya bajunya tertukar dan merugikan mereka
sendiri.
Dongeng Fabel Keledai Yang Cerdas
Setelah beberapa hari, dan mengira si keledai telah mati. Pak Tani datang ke lubang bekas galian itu
dengan mengajak para tetangganya untuk datang membantunya menguruk lubang bekas galian itu. Selain
lubang itu berbahaya jika dibiarkan ada, dia juga bermaksud mengubur si keledai. Mereka membawa
cangkul dan sekop dan mulai melemparkan tanah ke dalam lubang yang menyerupai sumur itu. Mereka
pun mulai menimbun keledai itu. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi dan
menimpanya, ia menangis sedih, ternyata Pak Tani tega berbuat seperti itu padanya. Tetapi kemudian,
semua orang kagum dan takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah dituangkan
ke dalam lubang, si petani melihat ke dalam lubang untuk memastikan keadaan si keledai yang malang
itu. Namun ia kaget dan tercengang, dia tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa bersekop-sekop tanah dan pasir, si keledai melakukan sesuatu yang
diluar nalar manusia. Ia menggoyang-goyangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun
ke bawah, lalu ia berpijak diatas tanah itu. Sementara para tetangga Pak Tani terus menuangkan tanah dan
pasir makin banyak ke atas punggung hewan itu. Si keledai terus melanjutkan menggoyangkan badannya
dan melangkah naik diatas tanah yang turun dari punggungnya. Sampai akhirnya kepala si keledai bisa
melihat permukaan tanah yang hampir rata menutup lubang tempatnya terjebak. Segera saja si keledai
melompat keluar dari lubang dan menyepak pak petani hingga jatuh tersungkur dan lalu melarikan diri ke
rerimbunan pohon di pinggiran hutan.
Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Keledai Yang Cerdas adalah : Kadang sesuatu yang dianggap oleh
kita sebagai sebuah derita atau hal yang tidak disukai, jika kita mampu memahami dan memanfaatkan
dengan bijak maka akan berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi kita. Permasalahan
dalam hidup bukanlah suatu alasan untuk kita berputus asa, belajar dari cerita keledai yang pintar kita bisa
merubah suatu masalah menjadi solusi yang bisa mendewasakan dan berpengaruh baik buat kita.
Siapa yang Mengotori Sungai?
Bambi si anak rusa yang merasa dirinya sudah besar. Ia tak ingin lagi bermain ditemani ibunya lagi.
“Ingat, sayang. Engkau masih kecil. Masih banyak hal yang belum engkau ketahui dalam kehidupan
ini. Dan bahaya bisa mengintai kita kapan saja,” kata ibu Bambi menasihati.
Saat Bambi asyik minum di sungai, tiba-tiba datang seekor singa menghampirinya, “Kau sudah
mengotori air sungaiku. Cepat kemari! Kau harus membersihkannya lagi,” seru singa marah.
“Maaf, tuan singa. Aku minum di hilir sungai. Sedangkan Tuan Singa minum di hulu sungai.
Bukankah air sungai mengalir dari hulu ke hilir? Jadi bagaimana mungkin aku mengotori air
sungaimu?” kata Bambi dengan cerdik.
Saat si singa sedang memikirkan jawaban itu. Maka si Bambi pun segera berlari pulang ke
rumahnya. Untungnya, singa membiarkannya pergi tak jadi menghukumnya. ***
(www.ebookanak.com)
Hikmah teladan: Bekali hidup dengan ilmu pengetahuan agar tidak dibodohi orang lain.