Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan, yakni menggambarkan keadaan kehawatiran,
kegelisahan yang tidak menentu, dan terkadang disertai dengan keluhan
fisik.Tiap manusia memiliki rasa cemas apabila menghadapi suatu kejadian
atau peristiwa. Kecemasan adalah hal yang normal bagi semua manusia, akan
tetapi menjadi tidak normal bila berlebihan dan mengakibatkan gangguan
fisik, psikis, dan social (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
Kecemasan menjadi sebuah masalah yang sering muncul di pusat
pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Kecemasan dapat menjadi peringatan
untuk individu supaya dapat mempersiapkan diri terhadap ancaman atau
bahaya yang akan terjadi. Bila individu tersebut dapat menanggapi dengan
baik maka kecemasan tersebut tidak akan menganggu kesehatannya. Namun
beberapa menanggapi kecemasan dengan tidak wajar sehingga dapat
memperburuk kondisinya. Kecemasan berkelanjutan menyebabkan efek fisik
yang berpotensi merusak tubuh kita.Di Indonesia telah dilakukan survey untuk
mengetahui gangguan prevalensi kecemasan. Prevalensi gangguan mental
emosional di Indonesia seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari usia > 15 tahun (Furwanti, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hidayati (2011) didapatkan
data tingkat kecemasan pasien rawat inap di rumah sakit 42% dalam
kecemasan ringan, 38% dalam kecemasan sedang, dan 20% dalam kecemasan
berat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari (2012) di Instalasi
Rawat Inap A Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang ditemukan bahwa 44,1%
pasien mengalami cemas ringan, 26,5% cemas sedang, 26,5% cemas berat dan
2,9% mengalami panik. Penelitian lain yang dilakukan Taluta (2014)
didapatkan data tingkat kecemasa pasien di poli penyakit dalam yang

1
2

mengalami tingkat kecemasan ringan 12,5% dan yang banyak adalah tingkat
kecemasan sedang dan berat masing-masing 43,8% .
Kecemasan dapat terjadi pada pasien baru atau pasien lama di rawat
jalan maupun rawat inap.Kecemasan yang berat dapat mengurangi efisiensi
individu dalam memenuhi kebutuhanya, mengganggu hubungan antar pribadi,
mengacaukan pikiran, tidak mampu menyelesaikan masalah, dan menganggu
proses kesembuhan (Semiun, 2010; Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
Kondisi tersebut tentunya harus mendapatkan perhatian yang cukup serius dari
semua pihak terkait termasuk perawat.Salah satu bentuk pelayanan
keperawatan adalah perilaku caring.
Perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dirumah sakit adalah perawat yang memiliki sikap
caring.Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa khawatir
akibat penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga pasien memiliki
motivasi sembuh, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan
perawat kurang berperilaku caring terhadap pasien. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Sanria (2010) didapatkan data bahwa perilaku
caring humanistic perawat di RS Islam Sultan Agung Semarang sebagian
besar dalam kategori kurang yaitu 59,2%. Perilaku caring altruistic sebagian
besar baik yaitu 56,3% namun terdapat beberapa perawat masih menunjukan
perilaku caring rendah. Penelitian yang dilakukan Buton (2010) didapatkan
datakepuasan pasien terhadap caring perawat rata-rata skornya adalah 51,19,
dan skor rata-ratamotivasi sembuh adalah 28,74. Hasil penelitian dinyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pasien atas tindakan caring
perawat dengan motivasi sembuh.
Penelitian lain yang dilakukan Gaghiwu (2013) mengatakan terdapat
hubungan antara perilaku caring perawat dengan stress hospitalisasi pada anak
usia toddler. Perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang
lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring atau kasih sayang dalam menjalankan fungsi dan perannya.
Keperawatan dan caring merupakan suatu hal yang tak terpisahkan. Pada saat
3

yang sama mengidentifikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik harus


didasarkan pada perilaku caring.
Tanggal 22-27 Februari 2015 lewat survei akreditasi internasional oleh
JCI, Rumah Sakit Dr Kariadi dinyatakan lulus (accreditated) untuk kategori
rumah sakit pendidikan (academic medical center hospital) Berita ini
dipublikasikan oleh surat kabar Suara Merdeka pada 10 Juni 2015.Usai
terakreditasi, sebuah rumah sakit dianggap mampu memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar rumah sakit Indonesia kelas dunia.
(Permenkes Nomor 659 Tahun 2009)
Pasca akreditasi tersebut, pasienrujukan menjadi bertambah (pasien
baru bertambah).Rumah Sakit Dr Kariadi mengalami menumpukan pasien.
Hal ini dikemukakan oleh surat kabar Suara Merdeka pada 26 Maret 2015
yang mengatakan bahwa rumah sakit di kabupaten/kota seringkali merujuk
pasiennya ke rumah sakit milik pemerintah pusat. Banyaknya pasien yang
dirujuk menyebabkan terjadinya penumpukan pasien di satu rumah sakit.Hal
ini yang terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi di Kota
Semarang.
Peningkatan pelanggan perlu diimbangi dengan peningkatan mutu
pelayanan terutama perawat sehingga tidak menimbulkan komplain dan
meningkatkan kepuasan pelanggan. Caring merupakan salah satu indikator
mutu pelayanan keperawatan.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Eryanto (2011) didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif
antara mutu pelayanan rumah sakit menurut penilaian pasien dengan kesetiaan
pasien. Dengan kata lain makin baik pelayanan makin baik pula kesetiaan
pasien.Berdasarkan banner yang dikeluarkan oleh Humas RSUP Dr. Kariadi
Semarang, periode Januari-Maret tingkat kepuasan pasien mencapai 88,6%.
Meskipun demikian, masih belum mencapai target 90%. Abdul (2013) dalam
penelitianya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Rumah Sakit
Dr Kariadi Poliklinik Paviliun Garuda, didapatkan data diagnosa keperawatan
4

cemas pada bulan juni 12,4 % dan meningkat pada bulan Juli sebesar 13,45 %.
Kecemasan masuk dalam diagnosa keperawatan urutan ketiga terbanyak di
Poliklinik Paviliun Garuda. Jumlah kunjungan pada bulan Juni 12286 dan Juli
10085. Jumlah kunjungan pasien baru pada bulan Juni 689 (5,3% dari jumlah
kunjungan) dan Juli 690 (6,8% dari jumlah kunjungan). Rata-rata jumlah
pasien rawat jalan garuda perbulan periode Agustus-Oktober 11575
pengunjung dengan rata-rata pasien baru 658 (6%) perbulan. Sedangkan rata-
rata jumlah pasien rawat jalan umum perbulan periode Agustus-Oktober
11800 pengunjung dengan rata-rata pasien baru 378 (3%) perbulan. Rawat
jalan garuda memiliki jumlah pasien baru dua kali lebih besar dibanding rawat
jalan umum dengan jumlah kunjungan yang relative sama.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di rawat jalan RSUP Dr.
Kariadi Semarang, pasien baru tampak menanyakan pertanyaan yang sama
beberapa kali sehingga perawat perlu memberikan penjelasan yang sama
beberapa kali. Waktu yang digunakan untuk berkomunikasi antara perawat dan
pasien sangat sedikit terutama saat banyaknya jumlah pasien.Perawat lain tampak
sibuk melayani pasien lain sesuai dengan poli yang menjadi tanggungjawabnya,
sehingga apabila pasien baru masih membutuhkan penjelasan harus menunggu
perawat yang bertugas pada poli masing-masing. Pasien baru tampak lebih cemas
daripada pasien lama.
Pada hasil wawancara 10 orang pasien baru yang peneliti jumpai,
sebanyak 6 orang (60%) merasa cemas dan 4 orang (40%) mengatakan biasa-
biasa saja. Salah satu penyebab kecemasan yang dialaminya selain cemas akan
penyakitnya, mereka juga mengatakan bahwa perawat perawat kurang tanggap
dalam menyelesaikan keluhan pasien, petugas yang tidak memberikan informasi
yang jelas dan mudah dimengerti. Dari 10 kuesioner yang diisi oleh pasien baru, 2
diantaranya (20%) mengeluh perawat yang kurang tanggap, kurang cepat, dan
kurang ramah terhadap pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan. Upaya
perbaikan kualitas pelayanan perawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang terus
dilakukan.
5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk


meneliti hubungan caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien baru di
Rawat Jalan RSUP Dr Kariadi Semarang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkanuraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan prioritas
masalahnya sebagai berikut: “bagaimanahubungan caring perawat dengan
tingkat kecemasan pasien baru di Rawat Jalan RSUP Dr Kariadi Semarang?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemelitian ini adalah mengetahui hubungan caring
perawat dengan tingkat kecemasan pasien baru di Rawat Jalan RSUP Dr
Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik pasien baru di Rawat Jalan RSUP Dr
Kariadi Semarang.
b. Mendeskripsikan caring perawat di Rawat Jalan RSUP Dr Kariadi
Semarang.
c. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pasien baru di Rawat Jalan RSUP
Dr Kariadi Semarang.
d. Menganalisis hubungan caring perawat dengan tingkat kecemasan
pasien baru di Rawat Jalan RSUP Dr Kariadi Semarang.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
berharga bagi pasien, perawat dan institusi pelayanan kesehatan.
1. Manfaat bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan agar pasien baru rawat jalan mampu
memotivasi dirinya dalam proses pengobatan dan mengabaikan
6

kekhawatiran-kekhawatiran yang menyertainya sehingga proses


pengobatan dapat berjalan dengan baik.
2. Manfaat bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan agar perawat lebih mempedulikan lagi
pasien rawat jalan terutama pasien baru supaya tetap mengikuti proses
pengobatan.
3. Manfaat bagi instansi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
masukan bagi direktur RSUP Dr Kariadi Semarang dengan adanya
perilaku perawat yang caring kepada pasien maka dapat bermanfaat dalam
meningkatkan mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian
No Nama Judul Metoda Variabel Hasil
1 Ragil Wahyuni Penelitian Variabel Ada hubungan antara
(2012), Faktor obsevasional independen: tingkat tingkat pengetahuan,
yang berhubungan analitik pengetahuan, sikap, sikap, komplikasi,
dengan tingkat Cross Sectional komplikasi, kadar kadar gula darah dan
kecemasan pada Study gula darah dan tingkat kemampuan
pasien diabetes Analisi data tingkat kemampuan mengatur pola makan
mellitus tipe II di menggunakan Uji mengatur pola dengan tingkat
RS Bhayangkara Chi-Square makan kecemasan pada pasien
Andi Mappa Teknik sampling Variabel dependen: diabetes mellitus tipe II
Oudang Makassar Quota sampling tingkat kecemasan di RS Bhayangkara
Andi Mappa Oudang
Makassar
2 Abdul (2013), Penelitian Variabel Ada hubungan yang
Hubungan perilaku obsevasional independen:caring signifikan perilaku
caring perawat analitik perawat caring perawat dengan
dengan tingkat Cross Sectional Variabel dependen: tingkat kepuasan
kepuasan pasien Study tingkat kepuasan pasien rawat inap
rawat inap Rumah Analisi data pasien Rumah Sakit
Sakit menggunakan Uji
fisher
Teknik sampling
Accidental
sampling
3 Lidia Gaghiwu Penelitian Variabel Ada hubungan antara
(2013), Hubungan deskriptif analitik independen: perilaku perilaku caring
perilaku caring Cross Sectional caring perawat perawat dengan stress
perawat dengan Study Variabel dependen: hospitalisasi pada anak
stress hospitalisasi Analisi data stress hospitalisasi usia toddler di irina E
pada anak usia menggunakan Uji pada anak usia BLU RSUP Prof. Dr.
7

toddler di irina E Chi-Square toddler R. D. Kandou Manado


BLU RSUP Prof. Teknik sampling
Dr. R. D. Kandou Accidental
Manado sampling
4 Sanria (2010), Penelitian Variabel perilakucaringhumanis
Gambaran caring deskriptif independen: tik perawat memiliki
perawat: frekuentif Gambaran caring skor rata-rata sebesar
humanistic dan Cross Sectional perawat: humanistic 45,09 dan sebagian
atruistik pada Study dan atruistik pada besar dalam kategori
perawat RS Islam Teknik sampling perawat kurang yaitu
Sultan Agung Proporsional sebanyak 59,2%, serta
Semarang random sampling perilaku caring
altruistik perawat
sebagian besar juga
baik yaitu 56,3%
dengan skor rata-rata
sebesar 48,05. Namun
berdasarkan hasil
jawaban terdapat
beberapa perawat yang
masih menunjukkan
perilaku caring yang
rendah.
5 Nurlaili Hidayati Penelitian Variabel Ada hubungan yang
(2011), Hubungan deskriptif independen: perilaku signifikan perilaku
perilaku caring korelasional caring perawat caring perawat dengan
perawat dengan Cross Sectional Variabel dependen: tingkat kecemasan
tingkat kecemasan Study tingkat kecemasan pasien rawat inap di
pasien rawat inap Analisi data Rumah Sakit PKU
di Rumah Sakit menggunakan Uji Muhammadiyah
PKU Rank-Spearman Surakarta
Muhammadiyah Teknik sampling
Surakarta Purposive
sampling

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak


pada variable independen yaitu caring perawat, variabel dependen tingkat
kecemasan, metoda penelitian kuantitatif korelasional, lokasi di rawat jalan
RSUP Dr Kariadi Semarang, waktu penelitian bulan Januari-Februari 2016,
dan sampel penelitian menggunakan teknik concecutive sampling. Caring
yang digunakan berdasarkan teori watson dengan sepuluh faktor carative yang
diambil dengan penilaian yang dilakukan pasien terhadap caring perawat.

Anda mungkin juga menyukai