Anda di halaman 1dari 451

PEDIATRIC

Department Class
1
Bayi B 9 bulan keluhan tampak sangat kurus. Sehari hari
minum ASI tanpa makanan tambahan. Status gizi <-3 SD. Bayi
terlihat tua, atrofi otot, tidak ada edema. GDS 60mg/dL.
Penatalaksanaan awal yang tepat adalah?
a. ASI setiap 3 jam
b. Susu F-100 setiap 3 jam
c. Susu F-75 setiap 3 jam
d. Dextrose 10% 10cc/kg
e. Resomal 50cc/kg
1
Bayi B 9 bulan keluhan tampak sangat kurus. Sehari hari
minum ASI tanpa makanan tambahan. Status gizi <-3 SD. Bayi
terlihat tua, atrofi otot, tidak ada edema. GDS 60mg/dL.
Penatalaksanaan awal yang tepat adalah?
a. ASI setiap 3 jam
b. Susu F-100 setiap 3 jam
c. Susu F-75 setiap 3 jam
d. Dextrose 10% 10cc/kg
e. Resomal 50cc/kg
Definisi Kekurangan Gizi

Defisiensi
Underweight Stunting Wasting
mikronutrien

• Gizi Kurang: • Gizi Buruk:


WHO (usia <5 tahun) WHO (usia <5 tahun)
 -3SD < BB/TB < -2SD  BB/TB <-3SD
CDC/NCHS (usia >5 tahun) CDC/NCHS (usia >5 tahun)
 BB/BB ideal 70-90% BB/BB ideal <70%
Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
Definisi Malnutrisi Akut Berat

LiLA < 115 mm (usia 5-59 bulan)

BB/TB < -3 SD

Sangat kurus

Edema nutrisional
Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
Konsekuensi MAB
Infeksi

Hipotermia

Dehidrasi

Gangguan elektrolit

Gangguan produksi protein

Gangguan transpor glukosa


Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2011.
Manifestasi Klinis

Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2011.
Manifestasi Klinis
Marasmus Kwashiorkor

Berat badan turun, iritabel Letargis, apatis, anoreksia


Turgor kulit turun, lemak
Hepatomegali, edema wajah dan
subkutan menghilang, kulit
tungkai
kendur
Dermatitis, hipo- atau
Penampakan wajah orang tua
hiperpigmentasi
Rambut terdistribusi jarang,
Otot atrofi dan hipotonik
tipis, dan berwarna kemerahan

Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2011.
Indikasi Rawat
Inap

Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku


ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2014.
Tata Laksana

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
Tatalaksana Umum
• Dipisahkan dari pasien infeksi
• Ditempatkan di ruangan hangat (25-300C dan bebas angin)
• Dipantau rutin (tanda vital, kadar gula darah, balans cairan) Dimandikan
seminimal mungkin
• Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A,
– vitamin A,
– klomfenikol/tetrasiklin tetes
– atropin tetes
– balut lembab

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
1. Cegah/atasi Hipoglikemia

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
1. Cegah/atasi Hipoglikemia

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
2. Cegah/atasi Hipotermia

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
2. Cegah/atasi Hipotermia

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
3. Cegah/atasi Dehidrasi

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
3. Cegah/atasi Dehidrasi

• 2 jam pertama : ReSoMal 5 ml/kgBB setiap


30 menit, peroral atau via
NGT
• 4-10 jam berikutnya : ReSoMal 5-10 ml/kgBB setiap
60 menit, peroral atau via
NGT, sesuaikan dosis bila
kembali diare dan muntah
World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
4. Cegah/atasi Gangguan Elektrolit

Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
5. Atasi Infeksi

Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
5. Atasi Infeksi

Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
6. Cegah/atasi Defisiensi Mikronutrien

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
7. Pemberian Nutrisi

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
7. Pemberian Nutrisi

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
7. Pemberian Nutrisi

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
7. Pemberian Nutrisi

Fase Inisial (50-75% RDA)

World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
8. Kejar Tumbuh

Fase Rehabilitasi (75-100% RDA)

• 6 x 30 mL/kgBB/makan
• Respon terapi:
- Baik : BB naik>10 g/kgBB/hari,
- Sedang : BB naik 5-10 g/kgBB/hari
- Buruk : BB naik <5 g/kgBB/hari
Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
9. Stimulasi Sensorik & Emosional

• Perawatan dengan kasih sayang


• Kegembiraan dan lingkungan nyaman
• Terapi bermain yang terstruktur 15-30 menit/hari
• Aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan psikomotor
anak
• Keterlibatan ibu (contoh kenyamanan, makan, mandi,
bermain)
Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
10. Tindak Lanjut pasca Perawatan

• Indikasi pulang: mencapai garis -1SD pada kurva BB/TB


• Edukasi pemberian makan, terapi bermain, kontrol
kesehatan, imunisasi, dan pemberian vitamin A setiap 6
bulan.

Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
1. C. Susu F-75 setiap 3 jam

a. ASI setiap 3 jam: ASI lanjutkan untuk diberikan tetapi


setelah formula dihabiskan atau antara pemberian F75
b. Susu F-100 setiap 3 jam: untuk fase transisi
c. Susu F-75 setiap 3 jam (dx: marasmus kwashiorkor, GDS
tidak <60 artinya tdk hipoglikemi  lihat ke pemberian
makan fase stabilisasi: susu Formula awal WHO 75)
d. Dextrose 10% 10cc/kg: apabila hipoglikemi (sadar dan bisa
minum beri peroral, jika tidak iv)
e. Resomal 50cc/kg
2
An. K usia 4 hari diantar oleh ibu nya ke UGD RS tidak bisa BAB. Anak
lahir normal ditolong oleh dukun dengan BB lahir 1900 gram, panjang
49cm. Keluhan juga disertai muntah-muntah, BAK dalam batas normal.
Dari pemeriksaan abdomen tampak perut membesar, distensi, lubang
anus (-). Apa pemeriksaan penunjang yang tepat?
a. Invertogram
b. Barium enema
c. Kolonoskopi
d. Endoskopi
e. Foto polos abdomen 3 posisi
2
An. K usia 4 hari diantar oleh ibu nya ke UGD RS tidak bisa BAB. Anak
lahir normal ditolong oleh dukun dengan BB lahir 1900 gram, panjang
49cm. Keluhan juga disertai muntah-muntah, BAK dalam batas normal.
Dari pemeriksaan abdomen tampak perut membesar, distensi, lubang
anus (-). Apa pemeriksaan penunjang yang tepat?
a. Invertogram
b. Barium enema
c. Kolonoskopi
d. Endoskopi
e. Foto polos abdomen 3 posisi
Atresia ani atau disebut juga anus imperforata adalah salah
satu jenis kelainan kongenital dimana perkembangan bentuk
rektum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus tidak
sempurna.
• Kembung
• Muntah feses
• Tidak dapat BAB 24-48 jam setelah lahir
• Distensi abdomen
Atresia ani letak tinggi Atresia ani letak rendah
(supralevator) (translevator)
• Rektum tidak mencapai m. • Rektum menembus m.
levator anus levator anus
• Jarak antara ujung buntu • Jarak antara ujung buntu
rektum sampai kulit rektum sampai kulit
perineum >1 cm perineum <1 cm
• Biasanya disertai fistula ke
saluran kencing atau genital
• Invertogam:
• Fungsi: menentukan golongan
malformasi anorektal
• Teknik pengambilan foto untuk
menilai jarak puntung distal rektum
terhadap marka anus dikulit
peritoneum.
2. A. invertogram
a. Invertogram (Dx: atresia ani, gejala: muntah, tidak dapat BAB,
distens abdomen, anus -)
b. Barium enema
c. Kolonoskopi
d. Endoskopi
e. Foto polos abdomen 3 posisi
3
An. R, laki-laki, 10 tahun datang ke IGD karena keluhan sakit perut sejak 2 jam yang
lalu. Anak sebelumnya menderita diare, kemudian dibawa ke Puskesmas dan diberi
puyer. Sat ini sudah berhenti tetapi anak tampak kesakitan pada bagian perut. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70, nadi 112x/menit, RR 28x/menit, suhu
38oC. Tampak massa pada regio kiri atas sementara regio kanan bawah tampak
kosong. Dari pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya tanda portio like sign.
Diagnosis yang paling mungkin adalah?
a. Hernia inguinalis
b. Intususepsi
c. Ileus paralitik
d. Tumor abdomen
e. Volvulus
3
An.R, laki-laki, 10 tahun datang ke IGD karena keluhan sakit perut sejak 2 jam yang
lalu. Anak sebelumnya menderita diare, kemudian dibawa ke Puskesmas dan diberi
puyer. Sat ini sudah berhenti tetapi anak tampak kesakitan pada bagian perut. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70, nadi 112x/menit, RR 28x/menit, suhu
38oC. Tampak massa pada regio kiri atas sementara regio kanan bawah tampak
kosong. Dari pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya tanda portio like sign.
Diagnosis yang paling mungkin adalah?
a. Hernia inguinalis
b. Intususepsi
c. Ileus paralitik
d. Tumor abdomen
e. Volvulus
Obstruksi usus yang menunjukkan adanya
satu segmen usus yang masuk ke dalam
segmen usus lainnya. Hal ini sering
dijumpai pada ileum terminal.
• Trias:
• Nyeri Kolic
• Muntah
• BAB seperti jelly (Red Currant Jelly
Stool)
• Menangis
• Ekstremitas Fleksi
• Abdomen seperti sosis
(Sausage-Shaped Abdominal
Mass)
• Pada abdomen tampak dance’s
sign
• RT: tonus sfingter lemah, portio
like appearance, currant jelly
stool (darah campur lendir)
• Foto polos abdomen 3 posisi:
• Tanda obstruksi: air fluid levels
• Distribusi udara dalam usus
tidak merata
• Barium enema: cupping dan
coilspring
• USG: pseudo kidney
appearance atau doughnut’s
sign
3. B. Intususepsi
a. Hernia inguinalis: benjolan pada lipat paha
b. Intususepsi (nyeri kolik, teraba masa ar abdomen, saceum kosong,
RT portio like sign)
c. Ileus paralitik: perut kembung, tidak nyeri, tanda dehidradi, darm
contour, BU -
d. Tumor abdomen: massa ar abdomen
e. Volvulus: nyeri seluruh perut, billious vomiting, radiologi: coffe bean
4
An. P berusia 7 tahun datang dengan keluhan keluar darah berwarna
merah segar dari anus. Sebelumnya pasien pernah mengalami diare
dan nyeri pada perut. Pasien sering bermain di kebun. Pada
pemeriksaan didapatkan massa keluar dari dubur. Diagnosa yang tepat
adalah?
a. Polip recti
b. Prolaps recti
c. Hemoroid interna
d. Hemoroid eksterna
e. Gastroenteritis akut
4
An. P berusia 7 tahun datang dengan keluhan keluar darah berwarna
merah segar dari anus. Sebelumnya pasien pernah mengalami diare
dan nyeri pada perut. Pasien sering bermain di kebun. Pada
pemeriksaan didapatkan massa keluar dari dubur. Diagnosa yang tepat
adalah?
a. Polip recti
b. Prolaps recti
c. Hemoroid interna
d. Hemoroid eksterna
e. Gastroenteritis akut
Prolaps Rektum
• Keadaan dinding rektum terlepas dari tempat perlekatannya
menuju ke arah bawah, sehingga terlihat dari lubang anus.
• Kebanyakan kasus tanpa gejala, kadang kolik abdomen dan perut
kembung
• Feses: mikroskopok ditemukan Trichuris trichiura
• Infeksi Trichuriasis dengan jumlah cacing tertanam yang banyak
di rektum menyebabkan edema, yang dapat
menyebabkan prolaps rektum
4. B. Prolaps Rekti
a. Polip recti
b. Prolaps recti (darah segar dari anus, terdapat massa pada dubur.
Sebelumnya riw trichuriasis: bermain tanah, diare, nyeri perut)
c. Hemoroid interna
d. Hemoroid eksterna
e. Gastroenteritis akut
5
An. I umur 4 tahun dibawa ibunya dengan keluhan perut membesar
dan nyeri. Teraba massa pada perut kanan atas. Dilakukan USG tampak
massa soliter, berbatas tegas, ukuran 12 cm. Dilakukan nefrotomi,
massa dibelah dua berwana keabu-abuan. Tampak jaringan nekrosis
dengan bercak perdarahan. Diagnosis pasien diatas adalah?
a. Wilms tumor
b. Fibrokistik renal
c. Adenoma renal
d. Carcinoma renal
e. Adenocarcinoma renal
5
An. I umur 4 tahun dibawa ibunya dengan keluhan perut membesar
dan nyeri. Teraba massa pada perut kanan atas. Dilakukan USG tampak
massa soliter, berbatas tegas, ukuran 12 cm. Dilakukan nefrotomi,
massa dibelah dua berwana keabu-abuan. Tampak jaringan nekrosis
dengan bercak perdarahan. Diagnosis pasien diatas adalah?
a. Wilms tumor
b. Fibrokistik renal
c. Adenoma renal
d. Carcinoma renal
e. Adenocarcinoma renal
Wilms Tumor
• Tumor ganas ginjal pada anak
• Trias khas:
• Massa di samping abdomen (flank) yang bisa menimbulkan nyeri
• Hematuri
• Hipertensi
• Gejala lain:
• Perut membesar
• Demam
• Malaise
• Nafsu makan berkurang
• Mual
• Konstipasi
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Darah rutin: anemia
• Urin rutin: hematuri, katekolamin
• Imaging: USG, CT scan, MRI, BNO IVP
• Gambaran mikroskopis
• Tumor putih kelabu lunak
• Tampak kistik atau hemoragik
5. A. Wilms tumor
a. Wilms tumor (pada usia anak, massa di samping abdomen, nyeri,
perut membesar, pem mikroskopis: keabuan, nekrosis dan
perdarahan)
b. Fibrokistik renal
c. Adenoma renal
d. Carcinoma renal
e. Adenocarsinoma renal
6
An. O usia 1 hari dibawa ibu nya ke IGD RS karena sesak. Anak lahir 1
hari sebelum masuk RS, usia kehamilan saat itu 28 minggu. Pada
pemeriksaan fisik di jumpai sesak dan sianosis. Frekuensi nadi 110x/I,
RR 48x/I, Suhu 36 C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan retraksi
subkosta. Pemeriksaan jantung dalam batas normal. Apakah diagnosis
pada pasien ini?
a. Pneumonia
b. Aspirasi mekonium
c. Bronkhiolitis
d. Penyakit membran hialin
e. Transient Tachypnea of the Newborn
6
An. O usia 1 hari dibawa ibu nya ke IGD RS karena sesak. Anak lahir 1
hari sebelum masuk RS, usia kehamilan saat itu 28 minggu. Pada
pemeriksaan fisik di jumpai sesak dan sianosis. Frekuensi nadi 110x/I,
RR 48x/I, Suhu 36 C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan retraksi
subkosta. Pemeriksaan jantung dalam batas normal. Apakah diagnosis
pada pasien ini?
a. Pneumonia
b. Aspirasi mekonium
c. Bronkhiolitis
d. Penyakit membran hialin
e. Transient Tachypnea of the Newborn
Hyaline Membrane Disease
Diagnosis klinis pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas yang
disebabkan oleh defisiensi surfaktan

Dengan manifestasi klinis:


• takipnea (>60x/ment)
• retraksi dinding dada
• Sianosis
• PCH
• menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam kehidupan
• gambaran foto rontgen: retikulogranular dan peripheral air
bronchogram.
Faktor Risiko
• Prematuritas
• Laki-laki
• Predisposisi familial
• Persalinan SC
• Asfiksia neonatal
• Korioamnionitis
• Kehamilan multiple
• Ibu dengan DM
6. D. HMD
a. Pneumonia (riw infeksi peripartum, hipo/hipertermi)
b. Aspirasi mekonium (hipermatur, kulit bayi terwarnai mekonium)
c. Bronkhiolitis (batuk, pilek, demam, PF: takipnea, retraksi, wheezing)
d. Penyakit membran hialin (prematuritas, takipnea, retraksi)
e. Transient Tacypneu of the Newborn (matur)
7
An. U, 3 Tahun. Dibawa berobat oleh ibunya karena lemas dan kurus.
Anak biasa diberi makan sayur dan nasi, tanpa lauk ikan ataupun
daging. Tampilan klinis anak lemah, kulit mengkerut, rambut merah dan
jarang, dan ditemukan Crazy Pavement Dermatosis. Perbaikan nutrisi
yang paling tepat adalah?
a. Karbohidrat
b. Vit. B1
c. Vitamin C
d. Protein
e. Lemak jenuh
7
An. U, 3 Tahun. Dibawa berobat oleh ibunya karena lemas dan kurus.
Anak biasa diberi makan sayur dan nasi, tanpa lauk ikan ataupun
daging. Tampilan klinis anak lemah, kulit mengkerut, rambut merah dan
jarang, dan ditemukan Crazy Pavement Dermatosis. Perbaikan nutrisi
yang paling tepat adalah?
a. Karbohidrat
b. Vit. B1
c. Vitamin C
d. Protein
e. Lemak jenuh
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
MARASMIK-
KWASHIORKOR MARASMUS
KWASHIORKOR
• Edema • Sangat kurus • Campuran dari
• Wajah membulat dan • Wajah seperti orang beberapa gejala klinik
sembab tua Kwashiorkor dan
• Pandangan mata sayu • Cengeng, rewel Marasmus
• Rambut jagung • Baggy pant • Edema yang tidak
mudah dicabut mencolok
• Perut cekung
• Perubahan status • Iga gambang
mental • Sering disertai:
• Pembesaran hati Penyakit infeksi kronis,
• Otot mengecil diare kronik, atau
• crazy pavement konstipasi/susah
dermatosis buang air
• Sering disertai:
penyakit infeksi akut,
anemia, diare
7. A. Karbohidrat/D. Protein
a. Karbohidrat (Marasmus)
b. Vit. B1
c. Vitamin C
d. Protein (Kwashiorkor)
e. Lemak jenuh
8
An. H, laki-laki datang dibawa orang tuanya dengan keluhan bengkak
pada pipi bawah kanan sejak 2 hari yang lalu disertai demam. Teman
sekolah pasien ada yang mengalami keluhan yang sama. Edukasi yang
tepat?
a. Berikan antibiotic
b. Memberitahukan bahwa penyakit pasien dapat menyebabkan
infertilitas
c. Membolehkan pasien pulang
d. Memberikan analgetik
e. Kompres air hangat
8
An. H, laki-laki datang dibawa orang tuanya dengan keluhan bengkak
pada pipi bawah kanan sejak 2 hari yang lalu disertai demam. Teman
sekolah pasien ada yang mengalami keluhan yang sama. Edukasi yang
tepat?
a. Berikan antibiotic
b. Memberitahukan bahwa penyakit pasien dapat menyebabkan
infertilitas
c. Membolehkan pasien pulang
d. Memberikan analgetik
e. Kompres air hangat
Infeksi akut self limited disease disebabkan oleh virus
mumps, salah satu famili Paramyxoviridae dan genus
Rubulavirus.

Penyebaran: droplet menyebar melalui saluran napas


Masa inkubasi: 14-24 hari
• Anamnesis
• Kontak dengan penderita
• Belum pernah imunisasi mumps
• Demam
• Nyeri otot (terutama otot leher)
• Nyeri kepala
• Malaise
• Anoreksia
• Pemeriksaan fisik
• Pembesaran pada satu atau kedua kelenjar parotis atau
kelenjar liur lain yang disertai rasa sakit
• Meningoensefalomielitis • Tiroiditis
• Orkitis dan epididimitis • Artritis
• Ooforitis • Mastitis
• Pankreatitis • Tuli
• Nefritis • Purpura trombositopenia
• Mioarditis • Dakrioadenitis, papilitis
8. B. memberitahukan bahwa penyakit
pasien dapat menyebabkan infertilitas
a. Berikan antibiotic (etiologi: virus  Th/ suportif simptomatik)
b. Memberitahukan bahwa penyakit pasien dapat menyebabkan
infertilitas
c. Membolehkan pasien pulang (tirah baring)
d. Memberikan analgetik (terapi)
e. Kompres air hangat (terapi)
9.
An. S datang dengan keluhan banyak bercak-bercak putih di mulut,
curd shape (+). Keluhan bercak ditemukan di buccal, lidah, gingiva,
palatum. Setelah dilakukan scrapping, pemeriksaan penunjang apa
yang akan anda lakukan untuk mengetahui etiologi?
a. Pewarnaan gram
b. Ziehl neelsen
c. Larutan KOH
d. Sediaan basah NaCl
e. Asam cuka
9.
An. S datang dengan keluhan banyak bercak-bercak putih di mulut,
curd shape (+). Keluhan bercak ditemukan di buccal, lidah, gingiva,
palatum. Setelah dilakukan scrapping, pemeriksaan penunjang apa
yang akan anda lakukan untuk mengetahui etiologi?
a. Pewarnaan gram
b. Ziehl neelsen
c. Larutan KOH
d. Sediaan basah NaCl
e. Asam cuka
Kadidiasis Oral
• Infeksi jamur pada mulut dan lidah yang
disebabkan oleh Candida Albicans
• Sistem kekebalan tubuh pada anak belum
berkembang sempurna, sehingga
ketahanan tubuhnya melawan infeksi
masih rendah.
• Tes KOH, dengan mengambil sampel
kerokan untuk melihat jenis jamur yang
tumbuh
• Terapi: Nystatin drop 4x1ml
9. C. Larutan KOH
a. Pewarnaan gram (bakteri)
b. Ziehl neelsen (BTA)
c. Larutan KOH (Dx: susp kandidiasi  Pp utk jamur KOH)
d. Sediaan basah NaCl (parasit)
e. Asam cuka (IVA test)
10
Bayi G usia 1 hari muntah kehijauan setelah diberi ASI 30
menit yg lalu. Vital sign normal. Foto rontgent didapatkan
double bubble appearance, diagnosis yang tepat adalah?
a. Atresia esophagus
b. Hirschprung
c. Stenosis pylorus
d. Atresia duodenum
e. Atresia Ani
10
Bayi G usia 1 hari muntah kehijauan setelah diberi ASI 30
menit yg lalu. Vital sign normal. Foto rontgent didapatkan
double bubble appearance, diagnosis yang tepat adalah?
a. Atresia esophagus
b. Hirschprung
c. Stenosis pylorus
d. Atresia duodenum
e. Atresia ani
Atresia Duodenum
• Billious Vomiting (Muntah campur
empedu),
• Distensi Abdomen (-)
• Buang air kecil (BAK) atau buang
air besar (BAB) (-)
• Kesulitan untuk minum karena
adanya sumbatan pada
duodenum.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Rontgen:
DOUBLE-BUBBLE SIGN
10. D. Atresia duodenum
a. Atresia esophagus (setiap makan muntah, hipersalivasi,
dehidrasi)
b. Hirschprung (tidak bab, RT menyemprot)
c. Stenosis pylorus (non billious vomiting, massa ar umbilikus)
d. Atresia duodenum (billous vomiting, pp/ double bubble sign)
e. Atresia ani (anus tdk terletak pada tempatnya atau tidak ada,
kembung, tdk BAB 24-48 jam setelah lahir, mengeluarkan feses
dari penis, vagina, saluran kencing, atau skrotum)
11
Bayi N lahir dari ibu yg tidak diketahui status HbsAgnya. Apa
yang akan anda lakukan?
a. Tunda imunisasi, cek status HbsAg bayi
b. Tunda imunisasi, cek status HbsAg ibu
c. Langsung beri imunisasi
d. Beri bayi imunisasi hepatitis, cek HbsAg ibu, jika positif
berikan immunoglobulin
e. langsung beri imunisasi dan beri imunoglobullin
11
Bayi N lahir dari ibu yg tidak diketahui status HbsAgnya. Apa
yang akan anda lakukan?
a. Tunda imunisasi, cek status HbsAg bayi
b. Tunda imunisasi, cek status HbsAg ibu
c. Langsung beri imunisasi
d. Beri bayi imunisasi hepatitis, cek HbsAg ibu, jika positif
berikan immunoglobulin
e. langsung beri imunisasi dan beri imunoglobullin
IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR
HBsAg Ibu Imunisasi Keterangan
Positif - HBIg (0,5 ml) Dosis 1: <12 jam pertama, setelah pemberian vit K
- Vaksin hep B

*)diberikan bersama di sisi tubuh


berbeda
Negatif - Vaksin hep B Dosis 1: segera setelah lahir
Status HBV ibu semula tidak diketahui, tetapi bila dalam 7
hari terbukti ibu HBV, segera beri HBIg

• Pada pasien koagulopati, penyuntikan segera setelah memperoleh terapi


faktor koagulasi dengan jarum kecil (≤23), tempat penyuntikan ditekan
minimal 2 menit.
• Bayi premature: Bila ibu HBsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2
bulan atau BB mencapai 2.000 gram.
11. D. beri bayi imunisasi hepatitis, cek HbsAg
ibu, jika positif berikan imunoglobulin
a. Tunda imunisasi, cek status HbsAg bayi
b. Tunda imunisasi cek status HbsAg ibu
c. Langsung beri imunisasi
d. Beri bayi imunisasi hepatitis, cek HbsAg ibu, jika positif berikan
immunoglobulin
e. langsung beri imunisasi dan beri imunoglobullin
12
Bayi V usia 1 minggu dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan muntah-muntah
kehijauan, menghisap kuat, BAB (+) tidak didapatkan demam. Lahir secara SC
dengan indikasi previous SC, lahir langsung menangis, gerak aktif, refleks
menghisap kuat. Riwayak kehamilan ibu polihidramnion. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan N 140x/menit, R 55x/menit, BB 3500 PB 49 cm LK 35 cm, pada
pemeriksaan abdomen tidak didapatkan distensi, bising usus (+). Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan double bubble sign dan terdapat penyebaran gas pada
jejunum, ileum dan colon. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Atresia duodenum
b. Stenosis duodenum
c. Atresia jejuni
d. Atresia bilier
e. Atresia ani
12
Bayi V usia 1 minggu dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan muntah-muntah
kehijauan, menghisap kuat, BAB (+) tidak didapatkan demam. Lahir secara SC
dengan indikasi previous SC, lahir langsung menangis, gerak aktif, refleks
menghisap kuat. Riwayak kehamilan ibu polihidramnion. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan N 140x/menit, R 55x/menit, BB 3500 PB 49 cm LK 35 cm, pada
pemeriksaan abdomen tidak didapatkan distensi, bising usus (+). Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan double bubble sign dan terdapat penyebaran gas pada
jejunum, ileum dan colon. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Atresia duodenum
b. Stenosis duodenum
c. Atresia jejuni
d. Atresia bilier
e. Atresia ani
Atresia Duodenum
• Billious Vomiting (Muntah campur
empedu),
• Distensi Abdomen (-)
• Buang air kecil (BAK) atau buang
air besar (BAB) (-)
• Kesulitan untuk minum karena
adanya sumbatan pada
duodenum.
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Rontgen:
DOUBLE-BUBBLE SIGN
12. B. Stenosis Duodenum

a.Atresia duodenum (tidak terdapat penyebaran gas pada jejunum,


ileum, kolon)
b.Stenosis duodenum (penyempitan duodenum terjadi secara parsial,
double bubble sign, masih terdapat penyebaran gas pada jejunum,
ileum, kolon)
c. Atresia jejuni (perut kembung, billious vomiting, tripple bubble sign)
d.Atresia bilier (kolestasis, tinja akolik, urin kuning tua, hepatomegali)
e.Atresia ani (tidak BAB, muntah feses, distensi abdomen, anus -)
13
Bayi J mengalami Ikterus setelah 4 jam lahir. Ibu golongan
darah O dan bayi B. Terjadi inkompatibilitas golongan darah.
Imunoglobulin yang berperan adalah?
a. Ig A
b. Ig G
c. Ig M
d. Ig E
e. Ig D
13
Bayi J mengalami Ikterus setelah 4 jam lahir. Ibu golongan
darah O dan bayi B. Terjadi inkompatibilitas golongan darah.
Imunoglobulin yang berperan adalah?
a. Ig A
b. Ig G
c. Ig M
d. Ig E
e. Ig D
Inkompatibilitas ABO
• Ketidak sesuian atau
inkompatibilitas dalam konteks
golongan darah ini disebabkan oleh
pengikatan antibodi plasma dengan
antigen sel darah merah, sehingga
menyebabkan reaksi.
13. B. IgG
a. Ig A (Ab yg paling menonjol yang terdapat pada permukaan
jaringan mukosa)
b. Ig G (satu-satunya antibodi yang dapat melintas plasenta 
bertanggungjawab dalam perlindungan janin yang belum
sempurna perkembangan sistem imun)
c. Ig M (Ab yang banyak diproduksi pada awal respon imun primer)
d. Ig E (meningkat pada orang hipersensitivitas)
e. Ig D (fungsi belum jelas, tapi banyak di temukan di limfosit B
bersama IgM)
14
An. H perempuan, 3 tahun datang dengan keluhan diare setelah makan
bubur kacang hijau 2 hari yang lalu. Diare 4-5x/hari, terdapat sisa
makanan yang belum tercerna pada feses. Kesadaran normal, rambut
kemerahan, muka bulat, perut buncit, kaki edema, akral dingin, BB 9,2
kg, BB ditimbang tiap bulan di posyandu sejak usia 6 bulan. Apakah
penyebab yang paling mungkin?
a. Marasmic Kwashiorkor
b. Marasmus
c. Kwashiorkor
d. Sindrom nefrotik
e. Beri- beri
14
An. H perempuan, 3 tahun datang dengan keluhan diare setelah makan
bubur kacang hijau 2 hari yang lalu. Diare 4-5x/hari, terdapat sisa
makanan yang belum tercerna pada feses. Kesadaran normal, rambut
kemerahan, muka bulat, perut buncit, kaki edema, akral dingin, BB 9,2
kg, BB ditimbang tiap bulan di posyandu sejak usia 6 bulan. Apakah
penyebab yang paling mungkin?
a. Marasmic Kwashiorkor
b. Marasmus
c. Kwashiorkor
d. Sindrom nefrotik
e. Beri- beri
MARASMIK-
KWASHIORKOR MARASMUS
KWASHIORKOR
• Edema • Sangat kurus • Campuran dari
• Wajah membulat dan • Wajah seperti orang beberapa gejala klinik
sembab tua Kwashiorkor dan
• Pandangan mata sayu • Cengeng, rewel Marasmus
• Rambut jagung • Baggy pant • Edema yang tidak
mudah dicabut mencolok
• Perut cekung
• Perubahan status • Iga gambang
mental • Sering disertai:
• Pembesaran hati Penyakit infeksi
• Otot mengecil kronis, diare kronik,
• crazy pavement atau konstipasi/susah
dermatosis buang air
• Sering disertai:
penyakit infeksi akut,
anemia, diare
14. C. Kwashiorkor
a. Marasmic Kwashiorkor (campuran gejala marasmus dan
kwashiorkor, edema tdk mencolok)
b. Marasmus (kurus, spt ortu, baggy pants, perut cekung, iga
ngambang)
c. Kwashiorkor (edema, wajah bulat, rambut jagung, crazy pavement
dermatosis, perut membuncit, diare)
d. Sindrom nefrotik (edema, proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperlipidemi)
e. Beri- beri (defisiensi thiamine / B1  lemah, gejala neurologis,
gejala kardiovaskular)
15
An. Y, perempuan, 3 tahun datang dengan keluhan diare setelah makan bubur
kacang hijau 2 hari yang lalu. Diare 4-5x/hari, terdapat sisa makananyang belum
tercerna pada feses. Kesadaran normal, rambut kemerahan, muka bulat, perut
buncit, kaki edema, akral dingin, BB 9,2 kg, BB ditimbang tiap bulan diposyandu
sejak usia 6 bulan. Apa tindakan pertama yang paling tepat untuk kasus diatas,
kecuali?
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
b. Mencegah dan mengatasi hipotermi
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
d. Koreksi gangguan elektrolit
e. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro dengan Fe
15
An. Y, perempuan, 3 tahun datang dengan keluhan diare setelah makan bubur
kacang hijau 2 hari yang lalu. Diare 4-5x/hari, terdapat sisa makanan yang belum
tercerna pada feses. Kesadaran normal, rambut kemerahan, muka bulat, perut
buncit, kaki edema, akral dingin, BB 9,2 kg, BB ditimbang tiap bulan diposyandu
sejak usia 6 bulan. Apa tindakan pertama yang paling tepat untuk kasus diatas,
kecuali?
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
b. Mencegah dan mengatasi hipotermi
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
d. Koreksi gangguan elektrolit
e. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro dengan Fe
15. E. Memperbaiki kekurangan zat gizi
mikro dengan Fe
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia (fase stabilisasi)
b. Mencegah dan mengatasi hipotermi (fase stabilisasi)
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi (fase stabilisasi)
d. Koreksi gangguan elektrolit (fase stabilisasi)
e. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro dengan Fe (mulai fase
rehabilitasi)
16
An. Z, laki-laki berusia 14 bulan dibawa ke UGD RS dengan keluhan BAB cair sejak 2
hari sebelum masuk RS. Frekuensi BAB lebih kurang 10 x sehari dengan volume
seperempat gelas per kali. Tidak didapatkan darah dan lendir. Pada pemeriksaan
anak tampak lemas, mengantuk. Nadi teraba 128x/menit dengan RR 58 x/menit.
Buang air kecil terakhir 12 jam sebelum nya. Berat badan 2 hari sebelumnya 10 kg,
saat di UGD beratnya menjadi 8,8 kg. Penanganan awal penderita adalah?
a. Puasakan
b. Berikan IVFD Kaen 3B 70 cc/kgBB dalam 3 jam
c. Berikan IVFD NaCl 3% 10-20 cc secepatnya
d. Berikan IVFD RL 30 cc/kgBB dalam ½ jam
e. Berikan antidiare
16
An. Z, laki-laki berusia 14 bulan dibawa ke UGD RS dengan keluhan BAB cair sejak 2
hari sebelum masuk RS. Frekuensi BAB lebih kurang 10 x sehari dengan volume
seperempat gelas per kali. Tidak didapatkan darah dan lendir. Pada pemeriksaan
anak tampak lemas, mengantuk. Nadi teraba 128x/menit dengan RR 58 x/menit.
Buang air kecil terakhir 12 jam sebelum nya. Berat badan 2 hari sebelumnya 10 kg,
saat di UGD beratnya menjadi 8,8 kg. Penanganan awal penderita adalah?
a. Puasakan
b. Berikan IVFD Kaen 3B 70 cc/kgBB dalam 3 jam
c. Berikan IVFD NaCl 3% 10-20 cc secepatnya
d. Berikan IVFD RL 30 cc/kgBB dalam ½ jam
e. Berikan antidiare
BAB yang tidak normal:
• perubahan konsistensi (lembek atau cair)
• frekuensi lebih sering dari biasanya (≥3x) dalam satu hari
• dapat disertai atau tanpa darah dan atau lendir
• Diare akut: <14 hari
• Diare kronis atau persisten: >14 hari
VIRUS BAKTERI PARASIT

• Rotavirus • E. colli sp. • Entamoeba


• Norwalk virus (EPEC, ETEC, histolytica
• Adenovirus EIEC, EHEC, • Giardia lamblia
EAEC) • Criptosporidium
• Shigella sp.,
• Campylobacter
sp.,
• Yersinia sp.,
• Salmonella sp.,
• Vibrio sp.
DEHIDRASI RINGAN
TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT
SEDANG
Kehilangan cairan <5% BB 5-10% BB >10% BB

Keadaan umum Baik, sadar, aktif Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak sadar

Keinginan minum Seperti biasa Haus Malas minum

Mata Tidak cekung Cekung Sangat cekung dan kering

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat lambat

RENCANA TERAPI A RENCANA TERAPI B RENCANA TERAPI C


16. D. berikan IVFD RL 30 cc/kgBB dalam ½ jam

a. Puasakan (bila sudah bisa minum beri oralit)


b. Berikan IVFD Kaen 3B 70 cc/kgBB dalam 3 jam (RL/NaCl)
c. Berikan IVFD NaCl 3% 10-20 cc secepatnya (NaCl 0,9%)
d. Berikan IVFD RL 30 cc/kgBB dalam ½ jam
e. Berikan antidiare (anak tidak diberi antidiare)
17
An. P laki-laki usia 10 tahun dibawa ke dokter karena mual, muntah setiap makan
dan minum, tidak nafsu makan, demam disertai dengan mata kuning. Urin
berwarna coklat seperti teh. Terdapat 7 teman sekelasnya yang mengalami
penyakit yang sama pada saat ini.Pada pemeriksaan fisik anak tampak lemah, mata
cowong dengan turgor kembali lambat. Nadi 100x/menit teraba kuat, RR 30
x/menit. Suhu 38,5 °C. Hepar teraba 2 cm di bawah arcus costa, disertai dengan
nyeri tekan. Tata laksana yang sesuai untuk pasien tersebut adalah?
a. Antivirus
b. Kortikosteroid dosis tinggi
c. Rawat jalan disertai dengan terapi simtomatik
d. Interferon
e. Rawat inap untuk menangani dehidrasi
17
An. P laki-laki usia 10 tahun dibawa ke dokter karena mual, muntah setiap makan
dan minum, tidak nafsu makan, demam disertai dengan mata kuning. Urin
berwarna coklat seperti teh. Terdapat 7 teman sekelasnya yang mengalami
penyakit yang sama pada saat ini.Pada pemeriksaan fisik anak tampak lemah, mata
cowong dengan turgor kembali lambat. Nadi 100x/menit teraba kuat, RR 30
x/menit. Suhu 38,5 °C. Hepar teraba 2 cm di bawah arcus costa, disertai dengan
nyeri tekan. Tata laksana yang sesuai untuk pasien tersebut adalah:
a. Antivirus
b. Kortikosteroid dosis tinggi
c. Rawat jalan disertai dengan terapi simtomatik
d. Interferon
e. Rawat inap untuk menangani dehidrasi
DEHIDRASI RINGAN
TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT
SEDANG
Kehilangan cairan <5% BB 5-10% BB >10% BB

Keadaan umum Baik, sadar, aktif Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak sadar

Keinginan minum Seperti biasa Haus Malas minum

Mata Tidak cekung Cekung Sangat cekung dan kering

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat lambat

RENCANA TERAPI A RENCANA TERAPI B RENCANA TERAPI C


17. E. Rawat inap untuk menangani dehidrasi

a. Antivirus (hep. A tidak membutuhkan antivirus)


b. Kortikosteroid dosis tinggi
c. Rawat jalan disertai dengan terapi simtomatik
d. Interferon
e. Rawat inap untuk menangani dehidrasi (dehidrasi berat)
18
Bayi T lahir di IGD rumah sakit. Usia kehamilan ibu cukup
bulan, tetapi ketika lahir bayi tidak menangis. Berikut adalah
langkah-langkah awal resusitasi, kecuali?
a. Memberikan kehangatan
b. Memposisikan bayi
c. Membersihkan jalan nafas
d. Mengeringkan bayi
e. Pemberian ventilasi tekanan positif
18
Bayi T lahir di IGD rumah sakit. Usia kehamilan ibu cukup
bulan, tetapi ketika lahir bayi tidak menangis. Berikut adalah
langkah-langkah awal resusitasi, kecuali?
a. Memberikan kehangatan
b. Memposisikan bayi
c. Membersihkan jalan nafas
d. Mengeringkan bayi
e. Pemberian ventilasi tekanan positif
Resusitasi Neonatus

• Menghangatkan: ruangan 26C,


pemancar panas, bungku bayi
• Posisikan: kepala miringkan, sedikit
ekstensi (ganjal dgn kain di bawah
bahu)
• Isap lendir: bila bayi tidak bugar
• Mengeringkan: kepala, rambut,
dada, perut, kaki, punggung 
rangsang taktil ujung jari kaki 
ganti kain bersih yang kering
• Menilai LDJ: 6 detik x 10 (N: 100-
160)
18. E. Pemberian ventilasi tekanan positif

a. Memberikan kehangatan
b. Memposisikan bayi
c. Membersihkan jalan nafas
d. Mengeringkan bayi
e. Pemberian ventilasi tekanan positif (diberikan jika setelah langkah
awal, bayi tetap apnea atau FJ <100)
19
Bayi T baru lahir di IGD rumah sakit dengan frekuensi jantung
80 x/menit, tonus otot lemah, pernafasan lambat, refleks
tidak ditemukan dan warna kulit biru pada ujung kaki dan
tangan. Berapakah nilai APGAR skor pada bayi tersebut?
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. 6
19
Bayi T baru lahir di IGD rumah sakit dengan frekuensi jantung
80 x/menit, tonus otot lemah, pernafasan lambat, refleks
tidak ditemukan dan warna kulit biru pada ujung kaki dan
tangan. Berapakah nilai APGAR skor pada bayi tersebut?
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. 6
Apgar Scale
19. B. 3
a. 2
b. 3 (A0 P1 G0 A1 R1)
c. 4
d. 5
e. 6
20
Bayi D prematur lahir dari ibu penderita diabetes setelah beberapa jam
di rumah sakit diketahui kulitnya membiru, pernafasan 80x/menit, dan
terdapat retraksi intercostal. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan
white lung. Apakah diagnosa yang mungkin pada bayi tersebut?
a. Hyaline membran disease
b. Wet lung syndrome
c. Aspirasi mekonium
d. Sindrom kebocoran udara
e. Mendelson syndrome
20
Bayi D prematur lahir dari ibu penderita diabetes setelah beberapa jam
di rumah sakit diketahui kulitnya membiru, pernafasan 80x/menit, dan
terdapat retraksi intercostal. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan
white lung. Apakah diagnosa yang mungkin pada bayi tersebut?
a. Hyaline membran disease
b. Wet lung syndrome
c. Aspirasi mekonium
d. Sindrom kebocoran udara
e. Mendelson syndrome
Hyaline Membrane Disease
Diagnosis klinis pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas
yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan

Dengan manifestasi klinis:


• takipnea (>60x/ment)
• retraksi dinding dada
• sianosis
• menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam kehidupan
• gambaran foto rontgen: retikulogranular dan peripheral air
bronchogram.
Pemeriksaan Penunjang
• Foto rontgen thorax
• Gambaran retikulogranular: ground glass appearance disertai peripheral air
bronchogram
• White lung
• AGD
• Darah lengkap
• Kultur darah
• Gula darah
• Elektrolit serum
20. A. Hyaline membran disease
a. Hyaline membran disease
b. Wet lung syndrome (TTN: aterm/mendekatati, distress napas segera
setelah lahir dan membaik 3-5 hari,
c. Aspirasi mekonium (hipermatur, bayi terwarnai mekonium,
auskultasi rh wh)
d. Sindrom kebocoran udara (pneumothorax: risiko penyakit paru pada
neonatus, ventilasi saat resusitasi, pergerakan paru yang kurang)
e. Mendelson syndrome (aspiration pneumonitis: reaksi inflamasi
parenkim disebabkan oleh bahan gastric)
21
An. X perempuan umur 2 tahun, datang berobat dengan keluhan batuk-batuk kuat
yang berulang diikuti bunyi melengking pada saat tarik nafas selama 1 minggu. Satu
minggu sebelumnya didahului dengan gejala pilek, batuk ringan, dan panas yang
tidak terlalu tinggi Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak menjadi
malas makan dan minum. Pada saat diperiksa anak tampak sangat sesak disertai
panas. Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap, hanya diberikan 1 kali selama usia 1
tahun. Tetangga anak ini banyak yang mengalami batuk dan pilek. Apakah diagnosa
pada pasien tersebut?
a. Sindroma Croup
b. TB paru
c. Bronkitis
d. Pertusis
e. Bronkiolitis
21
An. X perempuan umur 2 tahun, datang berobat dengan keluhan batuk-batuk kuat
yang berulang diikuti bunyi melengking pada saat tarik nafas selama 1 minggu. Satu
minggu sebelumnya didahului dengan gejala pilek, batuk ringan, dan panas yang
tidak terlalu tinggi Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak menjadi
malas makan dan minum. Pada saat diperiksa anak tampak sangat sesak disertai
panas. Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap, hanya diberikan 1 kali selama usia 1
tahun. Tetangga anak ini banyak yang mengalami batuk dan pilek. Apakah diagnosa
pada pasien tersebut?
a. Sindroma Croup
b. TB paru
c. Bronkitis
d. Pertusis
e. Bronkiolitis
Pertussis
• Infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertussis yang
merupakan basil gram negatif.
• Penyakit ini memiliki beberapa fase yaitu:
1. Inkubasi , selama 7 -10 hari,
2. Kataral : anak timbul demam, biasanya disertai batuk dan keluar cairan
hidung yang secara klinik sulit dibedakan dari batuk dan pilek biasa.
3. Paroksismal: Pada minggu ke-2, timbul batuk paroksismal yang dapat
dikenali sebagai pertusis. Batuk dapat berlanjut sampai 3 bulan atau lebih.
• Anak infeksius selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah terjadinya
penyakit.
Manifestasi Klinis
STADIUM
KATARAL PAROKSISMAL KONVALESENS

• Demam • Batuk • Gejala


• Rinore paroksismal berkurang
• Anoreksia – inspiratory • Ptekie pada
whooping – kepala leher
• Frek batuk
posttussive • Perdarahan
meningkat
vomiting conjungtiva
Diagnosis
• Curigai pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, gejala
klinisnya antara lain :
• Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering disertai muntah
• Perdarahan subkonjungtiva
• Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertussis (imunisasi DPT)
• Pemeriksaan penunjang : darah rutin (leukositosis)
Tatalaksana
tatalaksana
1. Antibiotik
• Beri eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari atau
jenis makrolid lainnya.
2. Oksigen
• Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis atau berhenti napas atau
batuk paroksismal berat.
• Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di atas tidak ada
lagi.
21. D. Pertusis
a. Sindroma Croup (suara serak, batuk menggonggong, stridor
inspirasi)
b. TB paru (kontak TB, batuk persisten, demam lama, gagal tumbuh,
keringat malam, anoreksia, lesu)
c. Bronkitis (batuk, demam, tidak nyaman di dada)
d. Pertusis (sesak, batuk whooping, kontak, belum diimunisasi)
e. Bronkiolitis (batuk, pilek, demam kemudin terdapat takipnea,
retraksi, wheezing)
22
An. N perempuan, 6 tahun panas 1 minggu naik turun, panas tinggi
malam hari, nyeri seluruh lapang perut, mual, muntah dan mencret 2x
dalam 1 hari, masih bisa makan dan minum sedikit-sedikit. Pmx BB:
16kg, tidak sesak, tidak sianosis, TD: 110/70, perut buncit, tegang,
shifting dullness (+), nyeri seluruh lapang perut, BU melemah. Apakah
diagnosa pasien tersebut?
a. Typhus abdominalis
b. Peritonitis
c. Appendicitis
d. Ileus
e. Invaginasi
22
An. N perempuan, 6 tahun panas 1 minggu naik turun, panas tinggi
malam hari, nyeri seluruh lapang perut, mual, muntah dan mencret 2x
dalam 1 hari, masih bisa makan dan minum sedikit-sedikit. Pmx BB:
16kg, tidak sesak, tidak sianosis, TD: 110/70, perut buncit, tegang,
shifting dullness (+), nyeri seluruh lapang perut, BU melemah. Apakah
diagnose pasien tersebut?
a. Typhus abdominalis
b. Peritonitis
c. Appendicitis
d. Ileus
e. Invaginasi
22. B. Peritonitis
a. Typhus abdominalis (demam >7 hari, meningkat perlahan,
terutama pada malam hari, ada gangguan intestinal)
b. Peritonitis (nyeri seluruh perut merupakan tanda akut abdomen,
perut buncit, tegang, BU melemah tanda peritonitis 
kemungkinan pada kasus peritonitis ec perforasi usus)
c. Appendicitis (nyeri perut kanan bawah, mual muntah, gangguan
BAB)
d. Ileus (ileus obstruksi: nyeri kolik, mual, kembung, BU meningkat.
Ileus paralitik: kembung, bising usus -)
e. Invaginasi (nyeri kolik, muntah, bab red current jelly, abdomen
teraba massa seperti sosis, sekum teraba kosong atau dance sign,
barium enema coilspring, usg dougnut sign)
23
Bayi B laki-laki baru lahir kehamilan 35-36 minggu. PF BB:
2400gr, PB: 45cm, Apgar score 7/9. Gaster, intestin, hepar
terburai keluar melalui tali pusat dan tertutup dalam suatu
kantong. Diagnosa pada pasien adalah?
a. Hernia umbilikalis
b. Gastroschisis
c. Omphalochele
d. Atresia esophagus
e. Stenosis duodenum
23
Bayi B laki-laki baru lahir kehamilan 35-36 minggu. PF BB:
2400gr, PB: 45 cm, Apgar score 7/9. Gaster, intestin, hepar
terburai keluar melalui tali pusat dan tertutup dalam suatu
kantong. Diagnosa pada pasien adalah?
a. Hernia umbilikalis
b. Gastroschisis
c. Omphalochele
d. Atresia esophagus
e. Stenosis duodenum
Gastroschizis dan Omphalocele
GASTROSCHIZIS OMPHALOCELE

• Keluranya organ • Herniasi/Protrusi


abdomen tanpa organ abdomen
dilapisi lapisan melalui dasar
apapun umbilical cord. Organ
abdomen dilapisi
oleh peritoneum
tanpa adanya kulit
yang melapisi.
23. C. Omphalocele
a. Hernia umbilikalis (protrusi usus halus pada umbilikus)
b. Gastroschisis (keluar organ abdomen tanpa dilapisi lapisan
apapun)
c. Omphalochele (herniasi organ abdomen dilapisi peritoneum)
d. Atresia esophagus (setiap makan selalu muntah, hiperalivasi)
e. Stenosis duodenum (billiois vomiting, pp/ double bubble sign)
24
Anak T 10 bulan dibawa ke IGD dengan keluhan sesak. Sesak dikatakan sejak 1 hari
yang lalu. Sebelum sesak muncul, pasien dikatakan sempat demam, batuk, bersin.
Dari tanda vital didapatkan Nadi 125 x/menit RR 44 x/menit, Suhu 37,8C. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang. Tidak didapatkan napas
cuping hidung dan sianosis pada mukosa mulut. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan retraksi interkostal, perkusi hipersonor pada seluruh lapang dada, dan
pada auskultasi suara napas vesikuler dengan suara napas tambahan berupa
wheezing. Apakah etiologi yang paling mungkin untuk kasus ini?
a. Measles virus
b. Varicellazoster virus
c. Herpes zoster virus
d. Respiratory syncytialvirus
e. Rubella virus
24
Anak T 10 bulan dibawa ke IGD dengan keluhan sesak. Sesak dikatakan sejak 1 hari
yang lalu. Sebelum sesak muncul, pasien dikatakan sempat demam, batuk, bersin.
Dari tanda vital didapatkan Nadi 125 x/menit RR 44 x/menit, Suhu 37,8C. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang. Tidak didapatkan napas
cuping hidung dan sianosis pada mukosa mulut. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan retraksi interkostal, perkusi hipersonor pada seluruh lapang dada, dan
pada auskultasi suara napas vesikuler dengan suara napas tambahan berupa
wheezing. Apakah etiologi yang paling mungkin untuk kasus ini?
a. Measles virus
b. Varicellazoster virus
c. Herpes zoster virus
d. Respiratory syncytialvirus
e. Rubella virus
Bronkiolitis
• Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan
virus, yang biasanya lebih berat pada bayi muda dan terjadi pada
balita berusia < 2 tahun ditandai dengan obstruksi saluran
pernapasan dan wheezing.
• Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus.
Diagnosis
MANIFESTASI KLINIS
• Demam disertai gejala ispa
• wheezing
• ekspirasi memanjang/expiratory effort
• hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi
• tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• crackles atau ronki pada auskultasi dada

• Pemeriksaan penunjang:
• foto thoraks PA : gambaran hiperinflasi disertai gambaran konsolidasi
Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat diberikan antara lain :
1. Antibiotik
• Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan
kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/
kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.
• Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak
masih bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri
ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang
harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama.
2. Oksigen
3. Obat-obatan simptomatik (demam : paracetamol)
24. D. RSV
a. Measles virus
b. Varicellazoster virus
c. Herpes zoster virus
d. Respiratory syncytialvirus (penyebab tersering bronchiolitis)
e. Rubella virus
25
An. M perempuan, 12 hari, keluar feces dari vagina dan
lubang anus, BAK tidak ada keluhan, diagnosanya
adalah?
a. Atresia ani
b. Atresia vagina
c. Fistula uretrovaginal
d. Fistula uretrorektal
e. Fistula retrovagnal
25
An. M perempuan, 12 hari, keluar feces dari vagina dan
lubang anus, BAK tidak ada keluhan, diagnosanya
adalah?
a. Atresia ani
b. Atresia vagina
c. Fistula uretrovaginal
d. Fistula uretrorektal
e. Fistula retrovaginal
Malformasi Anorektal
MAR adalah Anomali kongenital pada anus dan rektum. Lebih dari 50%
penderita memiliki kelainan kongenital lain, yaitu VACTERL (Vertebra,
Anorectal, Cardiac Tracheo Esophageal fistula, Renal, Limb).
Etiologi
Anomali kongenital ini terjadi disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, pembentukkan anus dari tonjolan embriogenik dan karena
gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital.
Klasifikasi
25. E. Fistula retrovaginal
a. Atresia ani (tidak ada anus pada daerah perineum)
b. Atresia vagina (tidak ada vagina)
c. Fistula uretrovaginal (fistula dari uretra ke vagina 
inkontinensia uri)
d. Fistula uretrorektal (fistula dari uretra ke rektum  fecaluri,
hematuri, rekuren ISK)
e. Fistula retrovaginal (fistula dari rektum dan vagina  feses ke
vagina)
26
Bayi Y laki-laki baru lahir kehamilan 35-36 minggu. PF BB
:2400gr, PB:45, Apgar score 7-9. Gaster, intestin terburai
keluar melalui tali pusat dan tidak tertutup dalam suatu
kantong. Diagnosa pada pasien adalah?
a. Hernia umbilikalis
b. Gastroschisis
c. Omphalochele
d. Atresia esofagus
e. Stenosis duodenum
26
Bayi Y laki-laki baru lahir kehamilan 35-36 minggu. PF BB
:2400gr, PB:45, Apgar score 7-9. Gaster, intestin terburai
keluar melalui tali pusat dan tidak tertutup dalam suatu
kantong. Diagnosa pada pasien adalah?
a. Hernia umbilikalis
b. Gastroschisis
c. Omphalochele
d. Atresia esofagus
e. Stenosis duodenum
Gastroschizis dan Omphalocele
GASTROSCHIZIS OMPHALOCELE

• Keluarnya organ • Herniasi/Protrusi


abdomen tanpa organ abdomen
dilapisi lapisan melalui dasar
apapun umbilical cord. Organ
abdomen dilapisi
oleh peritoneum
tanpa adanya kulit
yang melapisi.
26. B. Gastroschisis
a. Hernia umbilikalis (protrusi usus halus pada umbilikus)
b. Gastroschisis (keluar organ abdomen tanpa dilapisi lapisan apapun)
c. Omphalochele (herniasi organ abdomen dilapisi peritoneum)
d. Atresia esophagus (setiap makan selalu muntah, hiperalivasi)
e. Stenosis duodenum (billiois vomiting, pp/ double bubble sign)
27
An. K laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS karena mengalami kejang
seluruh tubuh sekitar 5 menit di rumah. Kejang berhenti sendiri dan setelah kejang anak menangis.
Dalam perjalanan, anak kejang lagi 5 menit dan berhenti sendiri. Sekitar 6 jam sebelum kejang anak
menderita demam tinggi serta 2 hari sebelumnya anak juga menderita batuk dan pilek. Kakak
pasien juga pernah kejang saat usia 3 tahun, tidak ada riwayat epilepsi dalam keluarga. Sebelum ini
pasien belum pernah menderita kejang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak sudah tidak kejang,
kesadaran E4V5M5. Tanda vital Nadi 150x/menit, RR 35x/menit, suhu 38oC. Tidak didapatkan
meningeal sign, refleks fisiologis tidak meningkat, dan tidak didapatkan refleks patologis. Pada
pemeriksaan didapatkan faring dan tonsil hiperemis dan hipertrofi, serta terdapat eksudat. Apakah
diagnosis yang tepat untuk kasus ini?
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
c. Kejam demam berulang
d. Kejang disertai demam akibat infeksi ekstrarkranial
e. Kejang disertai demam akibat infeksi intrakranial
27
An. K laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS karena mengalami kejang
seluruh tubuh sekitar 5 menit di rumah. Kejang berhenti sendiri dan setelah kejang anak menangis.
Dalam perjalanan, anak kejang lagi 5 menit dan berhenti sendiri. Sekitar 6 jam sebelum kejang anak
menderita demam tinggi serta 2 hari sebelumnya anak juga menderita batuk dan pilek. Kakak
pasien juga pernah kejang saat usia 3 tahun, tidak ada riwayat epilepsi dalam keluarga. Sebelum ini
pasien belum pernah menderita kejang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak sudah tidak kejang,
kesadaran E4V5M5. Tanda vital Nadi 150x/menit, RR 35x/menit, suhu 380C. Tidak didapatkan
meningeal sign, refleks fisiologis tidak meningkat, dan tidak didapatkan refleks patologis. Pada
pemeriksaan didapatkan faring dan tonsil hiperemis dan hipertrofi, serta terdapat eksudat. Apakah
diagnosis yangtepat untuk kasus ini?
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
c. Kejam demam berulang
d. Kejang disertai demam akibat infeksi ekstrarkranial
e. Kejang disertai demam akibat infeksi intrakranial
Kejang Demam
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38⁰C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.

• Kejang demam terjadi pada 2–4 % anak 6 bulan – 5 tahun.


• Bila anak <6 bulan atau >5 tahun kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain (infeksi SSP atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam).
Klasifikasi
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM
SEDERHANA KOMPLEKS
Durasi <15 menit >15 menit
Bentuk kejang Umum tonik dan atau • Kejang fokal atau parsial
klonik, satu sisi
tanpa gerakan fokal • Kejang umum didahului
kejang parsial
Kejang ulang Tidak berulang dalam 24 Berulang dalam 24 jam
jam
Tatalaksana
Tatalaksana
Obat Rumat Obat:
Indikasi: Asam valproat 15–40 mg/kg/hari
• Kejang lama >15 menit dalam 2–3 dosis (pilihan)
• Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
atau
sesudah kejang (hemiparesis, paresis Todd, cerebral Fenobarbital 3–4 mg/kg per hari
palsy, retardasi mental, hidrosefalus) dalam 1–2 dosis
• Kejang fokal (karena menunjukkan fokus organik)
• Dipertimbangkan bila: Lama pengobatan:
• Kejang berulang ≥2x dalam 24 jam selama 1 tahun bebas kejang,
• Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan kemudian dihentikan secara
• Kejang demam >4x per tahun bertahap selama 1-2 bulan.
Tatalaksana
Edukasi
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Tetap tenang dan tidak panik
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
• Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring
• Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
• Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
• Ukur suhu, observasi, dan catat lama serta bentuk kejang
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan diazepam rektal (jgn diberikan bila kejang telah berhenti)
• Bawa ke RS bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping
27. B. KDK
a. Kejang demam sederhana (<15 menit, tanpa gerakan fokal, tdk
berulang dalam 24 jam)
b. Kejang demam kompleks (bangkitan kejang pada kenaikan suhu
tubuh, karena proses ekstrakranium ec tonsilofaringitis, pada
anak usia 6 bl-5 th, riw kejang sebelumnya -, riw epilepsi di
keluarga -. Kejang terjadi berulang dalam 24 jam. Pem neurologis
dbn)
c. Kejam demam berulang
d. Kejang disertai demam akibat infeksi ekstrarkranial
e. Kejang disertai demam akibat infeksi intrakranial
28
An. L 3 tahun dibawa ibu ke puskesmas dengan keluhan utama perut membuncit serta kedua
tungkai membengkak sejak 2 minggu yang lalu. keluhan disertai dengan kadang-kadang mencret
yang hilang timbul. 2 bulan sebelumnya pasien sudah terlihat lemas dan letih. menurut ibunya
pasien biasa diberi makan bubur (untuk dapat memenuhi frekuensi makan 3x sehari) dengan kecap
dan kadang-kadang sekerat kecil tahu dan tempetanpa makanan yang berasal dari hewan. pada
pemfis didapatkan kesadaran CM, tanda vital dalam batas normal, TB = 80 cm, BB = 7,5 kg, rambut
dispigmentasi dan mudah dicabut, kulit wajah keriput dan tampak tua, tidak mempunyai lemak
subkutan, hepatomegaly, edema pada kedua tungkai, dan tanda-tanda atrofi otot. Hb 8 mg%. Apa
penyebab anemia pada pasien?
a. Gangguan sintesis lipoprotein plasma
b. Gangguan sintesis molekul globin pembentuk hemoglobin
c. Defisiensi zat besi
d. Gangguan sintesis albumin
e. Gangguan sintesis fibrinogen
28
Anak L perempuan 3 tahun dibawa ibu ke puskesmas dengan keluhan utama perut membuncit serta
kedua tungkai membengkak sejak 2 minggu yang lalu. keluhan disertai dengan kadang-kadang
mencret yang hilang timbul. 2 bulan sebelumnya pasien sudah terlihat lemas dan letih. menurut
ibunya pasien biasa diberi makan bubur (untuk dapat memenuhi frekuensi makan 3x sehari) dengan
kecap dan kadang-kadang sekerat kecil tahu dan tempe tanpa makanan yang berasal dari hewan.
pada pemfis didapatkan kesadaran CM, tanda vital dalam batas normal, BB = 7,5 kg, rambut
dispigmentasi dan mudah dicabut, kulit wajah keriput dan tampak tua, tidak mempunyai lemak
subkutan, hepatomegaly, edema pada kedua tungkai, dan tanda-tanda atrofi otot. Hb 8 mg%. Apa
penyebab anemia pada pasien?
a. Gangguan sintesis lipoprotein plasma
b. Gangguan sintesis molekul globin pembentuk hemoglobin
c. Defisiensi zat besi
d. Gangguan sintesis albumin
e. Gangguan sintesis fibrinogen
KEP

KWASHIORKOR MARASMUS MARASMIK-KWASHIORKOR

• Edema • Sangat kurus • Campuran dari beberapa


• Wajah membulat dan • Wajah seperti orang tua gejala klinik Kwashiorkor
sembab • Cengeng, rewel dan Marasmus
• Pandangan mata sayu • Baggy pant • Edema yang tidak
• Rambut jagung mudah mencolok
• Perut cekung
dicabut • Iga gambang
• Perubahan status mental • Sering disertai: Penyakit
• Pembesaran hati infeksi kronis, diare
• Otot mengecil kronik, atau
• crazy pavement konstipasi/susah buang
dermatosis air
• Sering disertai: penyakit
infeksi akut, anemia, diare
Asupan nutrisi makro dan mikro <<

Glukosa ↓

Glikolisis ↑

Glikogen habis

Lemak subkutan ↓ Lipolisis ↑
↓ ↓
Gambaran marasmus Proteolisis ↑
↓ Patofisiologi KEP
28. C. Defisiensi zat besi
a. Gangguan sintesis lipoprotein plasma
b. Gangguan sintesis molekul globin pembentuk hemoglobin (DK:
marasmus kwashiorkor)
c. Defisiensi zat besi
d. Gangguan sintesis albumin
e. Gangguan sintesis fibrinogen
29
Apakah penyebab timbulnya edema yang terjadi pada pasien?
a. Rendahnya kadar albumin dalam tubuh
b. Rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh
c. Meningkatnya jumlah cairan dalam tubuh
d. Meningkatnya permeabilitas kapiler
e. Rendahnya kadar lipoprotein plasma
29
Apakah penyebab timbulnya edema yang terjadi pada pasien?
a. Rendahnya kadar albumin dalam tubuh
b. Rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh
c. Meningkatnya jumlah cairan dalam tubuh
d. Meningkatnya permeabilitas kapiler
e. Rendahnya kadar lipoprotein plasma
Asupan nutrisi makro dan mikro <<

Glukosa ↓

Glikolisis ↑

Glikogen habis

Lemak subkutan ↓ Lipolisis ↑
↓ ↓
Gambaran marasmus Proteolisis ↑
↓ Patofisiologi KEP
Defisiensi protein

Protein fungsional ↓

• Sintesis globulin ↓  Ab ↓  mudah infeksi
• Sintesis albumin ↓  tek. Osmotik ↓, tek. Hidrostatik ↑ 
pitting edema, ascites

Patofisiologi KEP
29. A. Rendahnya kadar albumin dalam
tubuh
a. Rendahnya kadar albumin dalam tubuh
b. Rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh
c. Meningkatnya jumlah cairan dalam tubuh
d. Meningkatnya permeabilitas kapiler
e. Rendahnya kadar lipoprotein plasma
30
Bayi F laki-laki berusia 6 minggu dibawa ibunya ke rumah sakit dengan keluhan
kuning sejak 1 minggu yang lalu. keluhan disertai dengan BAB berwarna dempul.
Dari anamnesis diketahui bahwa bayi lahirdi RS spontan, segera menangis, dengan
berat badan lahir 3400 g. Hari ke 4 setelah lahir bayi mengalami kuning namun
kemudian menghilang setelah usia 10 hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
keadaan umum compos mentis, nadi 120X/menit, RR 38X/menit, suhu 36,8°C, mata
ikterik, kulit ikterik, abdomen: Hepar 2 cm bac, lien tidak teraba. Hasil pemeriksaan
laboratorium: Hb 13 g%, leukosit 10.000/mm³, bilirubin total 11 g%, bilirubin direk
10,2 g%, bilirubin indirek 0,8 g%. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Hepatitis neonatal
b. Atresia biliaris tipe perinatal
c. Atresia biliaris tipe embrional
d. Hepatitis neonatal Idiopatik
e. Hepatitis B
30
Bayi F laki-laki berusia 6 minggu dibawa ibunya ke rumah sakit dengan keluhan
kuning sejak 1 minggu yang lalu. keluhan disertai dengan BAB berwarna dempul.
Dari anamnesis diketahui bahwa bayi lahirdi RS spontan, segera menangis, dengan
berat badan lahir 3400 g. Hari ke 4 setelah lahir bayi mengalami kuning namun
kemudian menghilang setelah usia 10 hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
keadaan umum compos mentis, nadi 120X/menit, RR 38X/menit, suhu 36,8°C, mata
ikterik, kulit ikterik, abdomen: Hepar 2 cm bac, lien tidak teraba. Hasil pemeriksaan
laboratorium: Hb 13 g%, leukosit 10.000/mm³, bilirubin total 11 g%, bilirubin direk
10,2 g%, bilirubin indirek 0,8 g%. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Hepatitis neonatal
b. Atresia biliaris tipe perinatal
c. Atresia biliaris tipe embrional
d. Hepatitis neonatal Idiopatik
e. Hepatitis B
Atresia Biliaris
Gangguan saluran empedu pada bayi baru lahir dimana saluran empedu
mengalami sumbatan maka empedu tidak bisa mengalir keluar dari hati
• Kuning (kolestasis)
• Tinja akolik (dempul atau putih)
• Urin berwarna gelap (kuning tua)
• Hepatomegali
• Umumnya lahir cukup bulan, BB normal, tumbuh baik dan tampak sehat
pada beberapa bulan pertama kehidupan
• Keadaan lanjut: (telah terjadi fibrosis hati dan sirosis bilier dengan
hipertensi portal)
• Splenomegali
• Asites
• Pruritus
Pemeriksaan Penunjang

Kolangiografi
Laboratorium USG
intraoperative
• Urin rutin • Hilus hati tampak • Visualisasi obliterasi
• Fesen gambaran hiperekoik duktus biliaris
• Biokimia hepar: (tanda triangular cord) ekstrahepatik
atau tampak kista di hilus • Terdapat obstruksi 
• Bilirubin total, direk,
hati cairan kontras tidak
dan indirek: Kolestasis:
bilirubin direk >20% dapat mengalir ke
kadar bilirubin total, >1 dalam duodenum
g/dL (3-12 mg/dL) • Menilai patensi saluran
• Kadar ALT dan AST bilier duktus hepatikus
berkisar antara 80-200 kanan dan kiri
IU/L
• Gamma-glutamyl
transpeptidase (GGT)
seringkali meningkat,
berkisar 100-300 IU/L
Klasifikasi

Embrional / • Ikterus dan feses akolik sudah timbul


sejak lahir (<2 mg)
fetal • Umumnya disertai anomali kongenital

Perinatal / • Umumnya lahir normal


• Ikterus dan feses akolik timbul
acquired kemudian (2-8 minggu setelah lahir)
30. B. Atresia biliaris tipe perinatal
a. Hepatitis neonatal (ikterik timbul usia 1-2 bulan, urin pekat,
pertumbuhan terhambat, pembesaran hepar dan lien)
b. Atresia biliaris tipe perinatal (kuning, tinja akolik, hepatomegali,
lahir cukup bulan, BB normal, tumbuh baik dan tampak sehat,
perinatal: ikterus dan feses akolik timbul kemudian (2-8 mg setelah
lahir)
c. Atresia biliaris tipe embrional (ikterus dan feses akolik sudah timbul
sejak lahir <2 mg, umumnya disertai anomali kongenital)
d. Hepatitis neonatal Idiopatik
e. Hepatitis B
31
An. G laki-laki berusia 37 tahun, datang ke poliklinik THT dengan keluhan
sulit menelan, hilang timbul. Awalnya penderita dapat menelan makanan
padat dengan dibantu minuman, makin lama keluhan bertambah berat, saat
ini hanya bisa menelan makanan cair. Pasien mengeluh sering tersedak atau
batuk saat makan. Foto thoraks menunjukkan dilatasi esophagus. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien ini?
a. Esofageal Web
b. Zenker divertikulum
c. Achalasia
d. Esofagitis
e. Myastenia gravis
31
An. G laki-laki berusia 37 tahun, datang ke poliklinik THT dengan keluhan
sulit menelan, hilang timbul. Awalnya penderita dapat menelan makanan
padat dengan dibantu minuman, makin lama keluhan bertambah berat, saat
ini hanya bisa menelan makanan cair. Pasien mengeluh sering tersedak atau
batuk saat makan. Foto thoraks menunjukkan dilatasi esophagus. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien ini?
a. Esofageal Web
b. Zenker divertikulum
c. Achalasia
d. Esofagitis
e. Myastenia gravis
Achalasia
Salah satu kelainan sistem pencernaan yang membuat makanan atau minuman sulit
untuk sampai ke lambung, biasanya karena autoimun sehingga saraf pada dinding
kerongkongan yang menghubungkan mulut dengan lambung mengalami kerusakan dan
berhenti berfungsi secara normal.
• Sensasi makanan/minuman tersangkut di dada
• Sulit menelan
• Perjalanan penyakit progresif lambat
• Nyeri dada
• Regurgitasi
• Heartburn
• Sulit bersendawa
• Terasa penuh pada tenggorokan
• Cegukan
• Turun berat badan
Pemeriksaan Penunjang

• Xray: bird beak sign atau rat tail sign


• Esophageal manometry
31. C. Achalasia
a. Esofageal Web (membran tipis di esofagus tengah atau atas, pp/
gambaran stenosis)
b. Zenker divertikulum (divertikulum di mukosa hipofaring  herniasi
mukosa dan submukosa melalui killian triangle, pem menggunakan
barium: gambaran pharyngeal pouch setinggi C5-6)
c. Achalasia (sel saraf esofagus mengalami degenerasi. Suli menelan,
tersedak, rontgen: dilatasi esofagus  bird beak sign)
d. Esofagitis (inflamasi esofagus, gambaran menggunakan fluoroscopy:
edema, hiperemis)
e. Myastenia gravis (imun menyerang otot volunter di mata, wajah, organ
menelan  pergerakan otot mata menurun, ptosis, diplopia, sulit
menelan, bivara rero. Bisa hingga terkena otot pernapasan)
32
An. Z laki-laki, berusia 9 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan batuk-batuk sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan batuk pada awalnya berupa batuk kering tidak berdahak, namun batuk
kemudian menjadi terus menerus dan anak tampak megap-megap atau tercekik. Setelah batuk
sering diakhiri muntah dan anak tampak kelelahan. Keluhan tidak disertai demam, pilek, mengi atau
napas menjadi cepat. Keluhan serupa juga terdapat pada tetangga sebelah rumah dan saudara
kandungnya. Riwayat imunisasi Hepatitis B 2x, polio 3x, BCG 1x, DTP 2x, campak 1x. Dari hasil
pemeriksan fisik didapatkan BB 8 kg, kesadaran komposmentis, nadi 110 x/menit, RR 28 x/menit,
teratur dangkal, suhu 37,5oC. Pemeriksaan Laboratorium: Hb=12 g/dL, Leukosit 22.000/mm3,
Trombosit 155.000/mm3, Hitung Jenis 0/1/2/25/70/2. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Difteri
b. Pertussis
c. Tonsilofaringitis
d. Pneumonia
e. Bronkhiolitis
32
An. Z laki-laki, berusia 9 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan batuk-batuk sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan batuk pada awalnya berupa batuk kering tidak berdahak, namun batuk
kemudian menjadi terus menerus dan anak tampak megap-megap atau tercekik. Setelah batuk
sering diakhiri muntah dan anak tampak kelelahan. Keluhan tidak disertai demam, pilek, mengi atau
napas menjadi cepat. Keluhan serupa juga terdapat pada tetangga sebelah rumah dan saudara
kandungnya. Riwayat imunisasi Hepatitis B 2x, polio 3x, BCG 1x, DTP 2x, campak 1x. Dari hasil
pemeriksan fisik didapatkan BB 8 kg, kesadaran komposmentis, nadi 110 x/menit, RR 28 x/menit,
teratur dangkal, suhu 37,5oC. Pemeriksaan Laboratorium: Hb=12 g/dL, Leukosit 22.000/mm3,
Trombosit 155.000/mm3, Hitung Jenis 0/1/2/25/70/2. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Difteri
b. Pertussis
c. Tonsilofaringitis
d. Pneumonia
e. Bronkhiolitis
Pertussis
• Infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertussis yang
merupakan basil gram negatif.
• Penyakit ini memiliki beberapa fase yaitu:
1. Inkubasi , selama 7 -10 hari,
2. Kataral : anak timbul demam, biasanya disertai batuk dan keluar cairan
hidung yang secara klinik sulit dibedakan dari batuk dan pilek biasa.
3. Paroksismal: Pada minggu ke-2, timbul batuk paroksismal yang dapat
dikenali sebagai pertusis. Batuk dapat berlanjut sampai 3 bulan atau lebih.
• Anak infeksius selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah terjadinya
penyakit.
Manifestasi Klinis
Stadium
KATARAL PAROKSISMAL KONVALESENS

• Demam • Batuk • Gejala


• Rinore paroksismal berkurang
• Anoreksia – inspiratory • Ptekie pada
whooping – kepala leher
• Frek batuk
posttussive • Perdarahan
meningkat
vomiting conjungtiva
Diagnosis
• Curigai pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, gejala
klinisnya antara lain :
• Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering disertai muntah
• Perdarahan subkonjungtiva
• Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertussis (imunisasi DPT)
• Pemeriksaan penunjang : darah rutin (leukositosis)
Tatalaksana
tatalaksana
1. Antibiotik
• Beri eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari atau
jenis makrolid lainnya.
2. Oksigen
• Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis atau berhenti napas atau
batuk paroksismal berat.
• Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di atas tidak ada
lagi.
Jadwal Imunisasi
32. B. Pertusis
a. Difteri (tonsil membengkak ditutupi pseudomembran yang jika
diangkat mudah berdarah)
b. Pertussis (whooping cough, kontak, riw imunisasi kurang,
leukositosis, limfositosis)
c. Tonsilofaringitis (nyeri tenggorokan, tonsil hipertrofi dan faring
hiperemis)
d. Pneumonia (demam, bapil  keterlibatan saluran respi bawah:
sesak, takipnea, rhonki basah halus)
e. Bronkhiolitis (batuk pilek demam  keterlibatan saluran respiratori
bawah: wh, takipnea, retraksi)
33
An. Budi 3th datang ke IGD diantar oleh ibunya dengan keluhan bengkak pada
seluruh tubuh. Sebelumnya keluhan didahului bengkak pada kelopak mata, wajah,
lalu kedua tungkai. Dari pemeriksaan fisik TD 100/70mmhg Nadi 84x/mnt RR 32x/mnt
Suhu 36,5c disertai edem anasarka. Dari Lab ditemukan kolesterol 450mg/dl,
albumin 1,5 g/dl. Dari pemeriksaan urin didapatkan proteinuri +4, eritrosit 3-4/lpb,
balteri -. Belum pernah ada riwayat seperti ini. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Sindrom nefrotik tdk tergantung steroid
b. Sindrom nefrotik resisten steroid
c. Sindrom nefrotik idiopatik
d. Sindrom nefrotik relaps sering
e. Sindrom nefrotik tergantung steroid
33
An. Budi 3th datang ke IGD diantar oleh ibunya dengan keluhan bengkak pada
seluruh tubuh. Sebelumnya keluhan didahului bengkak pada kelopak mata, wajah,
lalu kedua tungkai. Dari pemeriksaan fisik TD 100/70mmhg Nadi 84x/mnt RR 32x/mnt
Suhu 36,5c disertai edem anasarka. Dari Lab ditemukan kolesterol 450mg/dl,
albumin 1,5 g/dl. Dari pemeriksaan urin didapatkan proteinuri +4, eritrosit 3-4/lpb,
bateri - . Belum pernah ada riwayat seperti ini. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Sindrom nefrotik tdk tergantung steroid
b. Sindrom nefrotik resisten steroid
c. Sindrom nefrotik idiopatik
d. Sindrom nefrotik relaps sering
e. Sindrom nefrotik tergantung steroid
Sindrom Nefrotik
Proteinuria Massif lebih dari 3,5 gram per 1,73m2 luas
permukaan badan per hari

Hipoalbuminuria < 3,0 gram/ml.

Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau maltese


cross atau doubly-refractille bodies dengan sinar polarisasi

Kenaikan serum lipid, Lipoprotein, Globulin, Kolesterol


total, dan Trigliserida

Edema (mulai dari wajah)


KLASIFIKASI SN BERDASAR RESPON STEROID
Respon Steroid
• Remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu

Non Respon / Resisten Steroid


• Tidak terjadi remisi dengan pada pengobatan prednison full dose ( 2 mg/kgBB/hari)

Dependent Steroid
• Relaps 2x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14
hari setelah pengobatan dihentikan

MEDIKAMENTOSA SN (Prednison minimal 2 bulan) terdiri dari :


1. Fase Inisial dose (4 minggu)  Dosis penuh ( mg/kgBB/hari) diberi setiap hari
2. Fase Alternating dose (4 minggu)  Diturunkan 2/3 dosis penuh 1,5mg/kgBB/hari) diberi selang sehari
33. C. SN idiopatik

a. Sindrom nefrotik tdk tergantung steroid


b. Sindrom nefrotik resisten steroid
c. Sindrom nefrotik idiopatik (edema anasarka mulai dari wajah,
kolesterol menngkat, albumin rendah, proteinuri)
d. Sindrom nefrotik relaps sering
e. Sindrom nefrotik tergantung steroid
34
An. CC dibawa ibu nya ke IGD karena bengkak pada mata dan tungkai
sejak 3 hari yg lalu. Keluhan disertai dengan nyeri kepala dan
pandangan berkunang-kunang. Pmx fisik dan TTV dbn. Pemeriksaan
urin didapatkan proteinuria +4, oval fat bodies + dan eritrosit +2. Dari
DL kadar kolesterol 300mg/dl . Terapi definitive yang tepat adalah?
a. Prednison
b. Furosemid
c. Cimetidin
d. Ramipril
e. Penisil Prokain G
34
An.CC dibawa ibu nya ke IGD karena bengkak pada mata dan tungkai
sejak 3 hari yg lalu. Keluhan disertai dengan nyeri kepala dan
pandangan berkunang-kunang. Pmx fisik dan TTV dbn. Pemeriksaan
urin didapatkan proteinuria +4, oval fat bodies + dan eritrosit +2. Dari
DL kadar kolesterol 300mg/dl . Terapi definitive yang tepat adalah
a. Prednison
b. Furosemid
c. Cimetidin
d. Ramipril
e. Penisil Prokain G
KLASIFIKASI SN BERDASAR RESPON STEROID
Respon Steroid
• Remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu

Non Respon / Resisten Steroid


• Tidak terjadi remisi dengan pada pengobatan prednison full dose ( 2 mg/kgBB/hari)

Dependent Steroid
• Relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14
hari setelah pengobatan dihentikan

MEDIKAMENTOSA SN (Prednison minimal 2 bulan ) terdiri dari :


1. Fase Inisial dose (4 minggu)  Dosis penuh ( 2mg/kgBB/hari) diberi setiap hari
2. Fase Alternating dose (4 minggu)  Diturunkan 2/3 dosis penuh 1,5mg/kgBB/hari) diberi selang sehari
34. A. Prednison
a. Prednison
b. Furosemid (pengobatan nonspesifik untuk mengontrol edema)
c. Cimetidin
d. Ramipril
e. Penisil Prokain G (th SNA)
35
Bayi A dirujuk dari bidan, bayi lahir spontan dengan UK 33 minggu.
Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. Nadi 140x/m RR 65x/m
auskultasi paru normal dan tidak diapatkan suara tambahan. Thoraks
didapatkan gambaran retikulogranular ground glass app. Diagnosis
yang tepat adalah?
a. Transient Tachypnea of The Newborn
b. Meconium Aspiration Syndrome
c. Sepsis neonatorum
d. Pneumonia
e. Hyalin Membran Disease
35
Bayi A dirujuk dari bidan, bayi lahir spontan dengan UK 33 minggu.
Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. Nadi 140x/m RR 65x/m
auskultasi paru normal dan tidak diapatkan suara tambahan. Thoraks
didapatkan gambaran retikulogranular ground glass app. Diagnosis
yang tepat adalah?
a. Transient Tachypnea of The Newborn
b. Meconium Aspiration Syndrome
c. Sepsis neonatorum
d. Pneumonia
e. Hyalin Membran Disease
Hyaline Membrane Disease
Diagnosis klinis pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas yang
disebabkan oleh defisiensi surfaktan

Dengan manifestasi klinis:


• takipnea (>60x/ment)
• retraksi dinding dada
• Sianosis
• PCH
• menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam kehidupan
• gambaran foto rontgen: retikulogranular dan peripheral air
bronchogram.
Faktor Risiko
• Prematuritas
• Laki-laki
• Predisposisi familial
• Persalinan SC
• Asfiksia neonatal
• Korioamnionitis
• Kehamilan multiple
• Ibu dengan DM
35. E. HMD
a. Transient Tachypnea of The Newbor (distress pernapasan ringan
membaik 3-5 hari, bayi matur)
b. Meconium Aspiration Synd (cairan ketuban terwarnai mekonium,
postterm, PD: rh atau wh)
c. Sepsis neonatorum
d. Pneumonia (infeksi parenkim paru, faktor risiko riw infeksi
peripartum, ro: infiltrat
e. Hyalin Membran Disease (preterm, sesak, rontgen:
retikulogranular ground glass app)
36
An KK, usia 4 th datang dengan keluhan batuk tidak kunjung membaik
sejak 2 minggu lalu. Saat anak mengalami batuk, batuk dirasakan terus-
menerus serta diikuti suara whoop untuk menarik nafas dan terkadang
diikuti dengan muntah. Riwayat imunisasi tidak lengkap. Pemeriksaan
fisik dalam batas normal. Apa vaksin yang kemungkinan tidak
diberikan pada pasien ini?
a. Rubella
b. Pneumococcal
c. Hemofilus influenza b
d. DPT
e. Campak
36
An KK, usia 4 th datang dengan keluhan batuk tidak kunjung membaik
sejak 2 minggu lalu. Saat anak mengalami batuk, batuk dirasakan terus-
menerus serta diikuti suara whoop untuk menarik nafas dan terkadang
diikuti dengan muntah. Riwayat imunisasi tidak lengkap. Pemeriksaan
fisik dalam batas normal. Apa vaksin yang kemungkinan tidak
diberikan pada pasien ini?
a. Rubella
b. Pneumococcal
c. Hemofilus influenza b
d. DPT
e. Campak
Jadwal Imunisasi
36. DPT
a. Rubella
b. Pneumococcal
c. Hemofilus influenza b
d. DPT (dx: pertusis karena terdapat gejala whooping cough dan riw
imunisasi tdk lengkap  imunisasi pertusis)
e. Campak
37
Bayi UU, berusia 5 hari lahir dari ibu dengan usia 32 minggu. Saat ini
mengalami distress napas, letargi, dengan abdomen tampak distensi.
Muntah bilier dengan eritema pada area abdomen. Pemeriksaan fisik
bising usus turun. Pada radiologi abdomen didapatkan tanda
pneumatosis intestinalis. Diagnosa yang tepat adalah?
a. Atresia esophagus
b. Atresia bilier
c. Demam thypoid neonatorum
d. Atresia duodenum
e. Necrotizing enterokolitis
37
Bayi UU, berusia 5 hari lahir dari ibu dengan usia 32 minggu. Saat ini
mengalami distress napas, letargi, dengan abdomen tampak distensi.
Muntah bilier dengan eritema pada area abdomen. Pemeriksaan fisik
bising usus turun. Pada radiologi abdomen didapatkan tanda
pneumatosis intestinalis. Diagnosa yang tepat adalah?
a. Atresia esophagus
b. Atresia bilier
c. Demam thypoid neonatorum
d. Atresia duodenum
e. Necrotizing enterokolitis
Necrotizing enterokolitis
Kelainan saluran cerna yang didapat,berupa kerusakan
mukosa, iskemia, dan toksik yang diduga karena imaturitas
usus serta sistem imunologik yang belum matang, sehingga
bakteri tumbuh dan menyebabkan infeksi
Manifestasi Klinis

IA (TERSANGKA) IB (TERSANGKA)

• Sistemik: tdk spesifik, suhu • Sistemik: tdk spesifik, suhu


tdk stabil, apnea, bradikardia tdk stabil, apnea, bradikardi
• Intestinal: retensi lambung, • Intestinal: darah merah
distensi abdomen ringan, terang dari rektum
feses darah samar + • Radiologis: normal atau ileus
• Radiologis: normal, ileus ringan
ringan
Manifestasi Klinis

IIA (EKN RINGAN) IIB (TERSANGKA)

• Sistemik: tdk spesifik, suhu tdk • Sistemik: asidosis ringan,


stabil, apnea, bradikardia trombositopenia
• Intestinal: distensi abdomen • Intestinal: edema dinding
lebih jelas, BU -, darah segar abdomen, lembut, dengan atau
dari feses tanpa teraba massa
• Radiologis: ileus, dilatasi usus • Radiologis: pneumatosis luas,
dengan pneumatosis fokal asites ringan, udara pada vena
porta
Manifestasi Klinis

IIIA (EKN LANJUT) IIIB (EKN BERAT)

• Sistemik: asidosis metabolik • Sistemik: KU TTV memburuk,


respiratori, ventilasi mekanik, syok
hipotensi, oliguri • Intestinal: perforasi
• Intestinal: edema dinding • Radiologis:
perut, eritema dengan indurasi pneumoperitoneum
• Radiologis: asites lebih jelas,
persisten bowel loop, tdk ada
gambaran udara bebas
37. E. NEC
a. Atresia esophagus (setiap makan selalu muntah, hipersalivasi,
dehidrasi)
b. Atresia bilier (ikterik, tinja akolik, urin tua, hepatomegali)
c. Demam thypoid neonatorum
d. Atresia duodenum (vomit billious, double bubble sign)
e. Necrotizing enterokolitis (distess napas, letargi, abdomen
distensi, BU turun, muntah bilier, eritema area abdomen,
pneumatosis intestinalis  stad 2/3)
38
An DD, usia 2 th keluhan biru pd bibir serta ujung-ujung jari sejak lahir.
Gejala yang pasien alami dirasakan lebih memberat apabila px
menangis dan sat serangan px jongkok untuk mengurangi gejala. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan murmur sistolik di sela iga II kiri, dan foto
thorax didapatkan boot shaped heart. Apa kelainan yang ditemukan,
kecuali?
a. Stenosis pulmonal
b. Ventrikel septal defek
c. Pembesaran ventrikel kanan
d. Stenosis katup mitral
e. Overriding aorta
38
An DD, usia 2 th keluhan biru pd bibir serta ujung-ujung jari sejak lahir.
Gejala yang pasien alami dirasakan lebih memberat apabila px
menangis dan sat serangan px jongkok untuk mengurangi gejala. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan murmur sistolik di sela iga II kiri, dan foto
thorax didapatkan boot shaped heart. Apa kelainan yang ditemukan,
kecuali
a. Stenosis pulmonal
b. Ventrikel septal defek
c. Pembesaran ventrikel kanan
d. Stenosis katup mitral
e. Overriding aorta
Tetralogy of Fallot
1. Overriding aorta
• Aorta berpangkal sebagian di RV LV
2. Stenosis pulmonal
3. Ventrikel septal defek
4. Hipertrofi ventrikel kanan

• Stenosis pulmonal  darah sulit masuk a.


pulmonalis  darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui VSD  darah kaya O2
bercampur dengan darah kaya CO2
• Meningkatnya aliran darah kanan ke kiri
tiba-tiba  menurunnya aliran darah ke
paru  hipoksemia berat
Anamnesis
• Keluhan utama: anak biru disertai sesak
• Serangan sianotik mulai timbul usia 2 – 12 bulan
• Keluhan dirasakan berulang
• Keluhan dirasakan semakin anak aktif, maka semakin
berat
• Keluhan dirasakan hilang timbul setelah anak bermain
(berhubungan dengan aktivitas)
• Keluhan berkurang jika anak berjongkok
• mencari etiologi
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran: cm/somnolen, gelisah
• Kesan sakit: sakit sedang, berat dan tampak sesak
• TTV: takikardi, takipnea
• Kepala: mata conjunctiva hiperemis, hidung PCH +, bibir sianosis
• Thorax: retraksi, jantung murmur (sistolik soufflé)
• Extremitas: clubbing fingers, sianosis
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: eritrosit tinggi, Hb tinggi
• Foto thorax
• Hipertrofi ventrikel kanan: apex membulat diatas diafragma
• VSD R-L: Pembesaran RVH-VL
• Overriding aorta: arcus aorta di sebelah kanan
• Stenosis pulmonal: bronkovaskuler berkurang
*) boot-shaped: hipertrofi ventrikel kanan, VSD, overriding aorta
38. D. Stenosis katup mitral
a. Stenosis pulmonal
b. Ventrikel septal defek
c. Pembesaran ventrikel kanan
d. Stenosis katup mitral (dx: Tetralogi of fallot. Anam: sianosis,
membreat aktivitas, berkurang jika berjongkok. PF: murmur
sistolik, PP: boot shaped)
e. Overriding aorta
39
An. M perempuan berusia 8 tahun, datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan utama demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan adanya
bruntus-bruntus kemerahan berisi cairan. Seminggu sebelumnya kakak pasien juga
mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien lemas, nadi
100 kali per menit, suhu 37,8 °C, dan terdapat papula serta vesikel ertematosa.
Apakah diagnosis yang paling tepat?
a. Varisela
b. Morbili
c. Dermatitis atopik
d. Dermatomikosis
e. Hepatitis
39
An. M perempuan berusia 8 tahun, datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan utama demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan adanya
bruntus-bruntus kemerahan berisi cairan. Seminggu sebelumnya kakak pasien juga
mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien lemas, nadi
100 kali per menit, suhu 37,8 °C, dan terdapat papula serta vesikel ertematosa.
Apakah diagnosis yang paling tepat?
a. Varisela
b. Morbili
c. Dermatitis atopik
d. Dermatomikosis
e. Hepatitis
Varisella

• Infeksi virus varisela zoster akut primer yang terjadi


pada kulit
• Penularan: aerogen
• Menyerang kulit dan mukosa
Manifestasi Klinis
• Anamnesis
• Gejala konstitusi: demam, malaise, nyeri kepala,
anoreksia, batuk
• Anak
• Predileksi: bagian sentral tubuh  menyebar
sentrifugal
• Klinis:
• Lesi: polimorfi
• Makula eritema  papul  vesikel tear drops  krusta
• PP/
• Tzank smear: apus kerokan dasar vesikel
• Pewarnaan giemsa: multinucleated giant cell
Tatalaksana
TOPIKAL
• Bedak, losio calamine

SISTEMIK
• Analgetik antipiretik
• Antipruritus
• Antiviral
• Anak: asiklovir 4x20 mg/kg *maks 800 mg/hari, 7 hari
• Dewasa:
• asiklovir 5x800mg/hari 7 hari
• Valasiklovir 3x1000 mg/hari 7 hari
• Famsiklovir 3x250 mg/hari 7 hari
39. A. Varisela
a. Varisela (gejala konstitusi, riw kontak, PF: papula vesikel
eritematosa)
b. Morbili (3C, bercak koplik, ruam batas jelas dimulai dari belakang
telinga dan perbatasan rambut kepala)
c. Dermatitis atopik (peradangan kulit kronik residif pada penderita
atopi)
d. Dermatomikosis
e. Hepatitis
40
Bayi H dirujuk bidan, bayi lahir spontan dengan usia kehamilan 33 minggu.
Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan Nadi 140 x/menit RR 65 x/menit. Auskultasi paru normal dan
tidak didapatkan suara napas tambahan. Dokter memutuskan untuk
melakukan pemeriksaan foto thorax. Apa gambaran radiologi yang
diharapkan pada kasus tersebut?
a. Edema interstitial, efusi pleura dan terdapat cairan di fisura interlobar
b. Reticogranular ground glass appearance dengan air bronchogram
c. Hiperlusen avascular pada seluruh lapang paru
d. Honeycomb appearance pada sebagian lapang paru
e. Infiltrat kasar atau bercak ireguler pada sebagian lapang paru
40
Bayi dirujuk bidan, bayi lahir spontan dengan usia kehamilan 33 minggu.
Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan Nadi 140 x/menit RR 65 x/menit. Auskultasi paru normal dan
tidak didapatkan suara napas tambahan. Dokter memutuskan untuk
melakukan pemeriksaan foto thorax. Apa gambaran radiologi yang
diharapkan pada kasus tersebut?
a. Edema interstitial, efusi pleura dan terdapat cairan di fisura interlobar
b. Reticogranular ground glass appearance dengan air bronchogram
c. Hiperlusen avascular pada seluruh lapang paru
d. Honeycomb appearance pada sebagian lapang paru
e. Infiltrat kasar atau bercak ireguler pada sebagian lapang paru
Hyaline Membrane Disease
Diagnosis klinis pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas yang
disebabkan oleh defisiensi surfaktan

Dengan manifestasi klinis:


• takipnea (>60x/ment)
• retraksi dinding dada
• Sianosis
• PCH
• menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam kehidupan
• gambaran foto rontgen: retikulogranular dan peripheral air
bronchogram.
Faktor Risiko
• Prematuritas
• Laki-laki
• Predisposisi familial
• Persalinan SC
• Asfiksia neonatal
• Korioamnionitis
• Kehamilan multiple
• Ibu dengan DM
40. B Reticogranular ground glass appearance
dengan air bronchogram
(Dx: HMD  preterm)
a. Edema interstitial, efusi pleura dan terdapat cairan di fisura
interlobar  edema paru
b. Reticogranular ground glass appearance dengan air bronchogram
c. Hiperlusen avascular pada seluruh lapang paru  pneumothorax
d. Honeycomb appearance pada sebagian lapang paru 
bronkiektasis
e. Infiltrat kasar atau bercak ireguler pada sebagian lapang paru 
pneumonia
41
Bayi NN, baru lahir dalam keadaan kurang bulan. Setelah lahir
tampak merintih, retraksi di sela iga, ujung jari tampak kebiruan.
Setelah dilakukan tindakan pembebasan jalan napas, stimulasi dan
diposisikan, Nadi 90 x/menit dan RR 65 x/menit. Tindakan apa yang
tepat selanjutnya?
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi masih ada
d. Lakukan kompresi dada dan VTP dengan balon dan sungkup
e. Berikan epinefrin dan lakukan kompresi dada
41
Bayi NN, baru lahir dalam keadaan kurang bulan. Setelah lahir
tampak merintih, retraksi di sela iga, ujung jari tampak kebiruan.
Setelah dilakukan tindakan pembebasan jalan napas, stimulasi dan
diposisikan, Nadi 90 x/menit dan RR 65 x/menit. Tindakan apa yang
tepat selanjutnya?
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perl
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi masih ada
d. Lakukan kompresi dada dan VTP dengan balon dan sungkup
e. Berikan epinefrin dan lakukan kompresi dada
Resusitasi Neonatus

• Menghangatkan: ruangan 26C,


pemancar panas, bungku bayi
• Posisikan: kepala miringkan, sedikit
ekstensi (ganjal dgn kain di bawah
bahu)
• Isap lendir: bila bayi tidak bugar
• Mengeringkan: kepala, rambut,
dada, perut, kaki, punggung 
rangsang taktil ujung jari kaki 
ganti kain bersih yang kering
• Menilai LDJ: 6 detik x 10 (N: 100-
160)
41. A. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon
dan sungkup
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi masih
ada
d. Lakukan kompresi dada dan VTP dengan balon dan sungkup
e. Berikan epinefrin dan lakukan kompresi dada
42
Setelah tindakan di atas TTV : Nadi 55x/mnt, RR 60x/mnt.
Tindakan apa yang tepat selanjutnya?
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi
masih ada
d. Lakukan kompresi dada
e. Berikan epinefrin
42
Setelah tindakan di atas TTV : Nadi 55x/mnt, RR 60x/mnt.
Tindakan apa yang tepat selanjutnya?
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi
masih ada
d. Lakukan kompresi dada
e. Berikan epinefrin
Resusitasi Neonatus

• Menghangatkan: ruangan 26C,


pemancar panas, bungku bayi
• Posisikan: kepala miringkan, sedikit
ekstensi (ganjal dgn kain di bawah
bahu)
• Isap lendir: bila bayi tidak bugar
• Mengeringkan: kepala, rambut,
dada, perut, kaki, punggung 
rangsang taktil ujung jari kaki 
ganti kain bersih yang kering
• Menilai LDJ: 6 detik x 10 (N: 100-
160)
42. D. Kompresi dada (setelah VTP, HR <60)
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi masih ada
d. Lakukan kompresi dada
e. Berikan epinefrin
43
Setelah tindakan di atas TTV : Nadi 58x/mnt RR 65x/mnt.
Tindakan apa yang tepat selanjutnya?
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi
masih ada
d. Lakukan kompresi dada
e. Berikan epinefrin
43
Setelah tindakan di atas TTV : Nadi 58x/mnt RR 65x/mnt.
Tindakan apa yang tepat selanjutnya?
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi
masih ada
d. Lakukan kompresi dada
e. Berikan epinefrin
Resusitasi Neonatus

• Menghangatkan: ruangan 26C, pemancar panas, bungku bayi


• Posisikan: kepala miringkan, sedikit ekstensi (ganjal dgn kain di
bawah bahu)
• Isap lendir: bila bayi tidak bugar
• Mengeringkan: kepala, rambut, dada, perut, kaki, punggung 
rangsang taktil ujung jari kaki  ganti kain bersih yang kering
• Menilai LDJ: 6 detik x 10 (N: 100-160)
43. E. berikan epinefrin (setelah VTP dan
kompresi dada  HR: <60)
a. Dilakukan resusitasi VTP dengan balon dan sungkup
b. Dihangatkan, posisikan, dan beri oksigen bila perlu
c. Tidak perlu dilakukan resusitasi karena pernapasan bayi masih
ada
d. Lakukan kompresi dada
e. Berikan epinefrin
44
Anak G laki-laki berusia 9 tahun datang dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. Keluhan demam disertai munculnya bintik-bintik merah
dan nanah di sekitar badan dan dada. Dari Pemeriksaan fisik
didapatkan, anak tampak sakit sedang, vital sign : suhu 38,9 C.
Ditemukan papul kemerahan, vesikel dan krusta di perut dan dada.
Kapan waktu pemberian vaksin untuk mencegah penyakit tersebut?
a. 6 bulan
b. 9 bulan
c. 11 bulan
d. 12 bulan
e. 5 tahun
44
Anak G laki-laki berusia 9 tahun datang dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. Keluhan demam disertai munculnya bintik-bintik merah
dan nanah di sekitar badan dan dada. Dari Pemeriksaan fisik
didapatkan, anak tampak sakit sedang, vital sign : suhu 38,9 C.
Ditemukan papul kemerahan, vesikel dan krusta di perut dan dada.
Kapan waktu pemberian vaksin untuk mencegah penyakit tersebut?
a. 6 bulan
b. 9 bulan
c. 11 bulan
d. 12 bulan
e. 5 tahun
Jadwal Imunisasi Anak
44. D. 12 bulan
a. 6 bulan
b. 9 bulan
c. 11 bulan
d. 12 bulan (Dx: varisela dengan infeksi sekunder)
e. 5 tahun
45
Anak T laki-laki usia 2 bulan datang ke puskesmas untuk imunisasi yang
berikutnya. Maka imunisasi yang sebaiknya diberikan untuk anak ini
adalah?
a. MMR
b. BCG, Hepatitis 1, Polio 1
c. DPT 1, Polio 1
d. Campak, DPT 1, Polio 1
e. DPT 1, Hepatitis 2, Polio 1
45
Anak T laki-laki usia 2 bulan datang ke puskesmas untuk imunisasi yang
berikutnya. Maka imunisasi yang sebaiknya diberikan untuk anak ini
adalah?
a. MMR
b. BCG, Hepatitis 1, Polio 1
c. DPT 1, Polio 1
d. Campak, DPT 1, Polio 1
e. DPT 1, Hepatitis 2, Polio 1
Jadwal Imunisasi Anak
45. E. DPT 1, Hepatitis 2, Polio 1
a. MMR (15 bulan)
b. BCG, Hepatitis 1, Polio 1 (hepatitis 2, polio 2)
c. DPT 1, Polio 1 (polio 2)
d. Campak, DPT 1, Polio 1 (campak 9 bulan, polio 2)
e. DPT 1, Hepatitis 2, Polio 1
46
An. Q laki-laki berusia 3 tahun datang dengan keluhan lelah dan mudah
sesak. Pada Pemeriksaan fisik ditemukan continuous murmur. Apakah
anamnesis yang paling diperlukan untuk menunjang diagnosis?
a. Sering biru-biru
b. Mudah sakit
c. Berat badan sulit naik
d. Rewel
e. Lebih ingin di rumah
46
An. Q laki-laki berusia 3 tahun datang dengan keluhan lelah dan mudah
sesak. Pada Pemeriksaan fisik ditemukan continuous murmur. Apakah
anamnesis yang paling diperlukan untuk menunjang diagnosis?
a. Sering biru-biru
b. Mudah sakit
c. Berat badan sulit naik
d. Rewel
e. Lebih ingin di rumah
Patent Ductus Arteriousus

Duktus arteriosus tidak


menutup sehingga
terdapat hubungan antara
aorta dan arteri
pulmonalis
Anamnesis

• Asimptomatik
• Infeksi paru
• Sesak napas
• Sulit menghisap susu
• Gagal tumbuh kembang
Pemeriksaan Fisik

• Takipnoe
• Pulsus Celler
• Auskultasi jantung:
• P2 akan mengeras pada hipertensi pulmonal (HP)
• Bising kontinu sistolik dan diastolic (continuous atau machinery murmur) di
sela iga 2 parasternal kiri menjalar infra klavikula kiri
• Bising diastolic memendek atau bahkan menghilang pada PH
• Sianosis bila sudah terjadi aliran pirau terbalik dari kanan ke kiri akibat
PH (sindroma Eisenmenger)
• Tanda-tanda gagal jantung kongestif pada PDA yang besar.
46. C. BB sulit naik (Dx: PDA, continous
murmur).
a. Sering biru-biru (non sianotik)
b. Mudah sakit
c. Berat badan sulit naik
d. Rewel
e. Lebih ingin di rumah
47
Bayi K laki-laki 9 hari dibawa ibunya berobat dengan keluhan BAB berdarah sejak 2
hari yang lalu. Pasien lahir prematur, BB 1700 gram. Saat ini bayi tidak mau
menyusu, muntah (+). Pada pemeriksaan di dapatkan: bayi tampak lemas, demam,
inspeksi abdomen: tidak tampak adanya gambaran usus, perut tampak kembung,
palpasi: distensi abdomen. Auskultasi: bising usus tidak terlalu terdengar. Pada
pemeriksaan colok dubur di dapatkan ani (+), tampak hiperemis, prolaps ani, pada
handscoon terdapat feses berwarna kemerahan. Apa diagnosis yang tepat?
a. Divertikulum Meckel
b. Invaginasi
c. Enterokolitis
d. Prolaps Ani
e. Atresia Ani
47
Bayi K laki-laki 9 hari dibawa ibunya berobat dengan keluhan BAB berdarah sejak 2
hari yang lalu. Pasien lahir prematur, BB 1700 gram. Saat ini bayi tidak mau
menyusu, muntah (+). Pada pemeriksaan di dapatkan: bayi tampak lemas, demam,
inspeksi abdomen: tidak tampak adanya gambaran usus, perut tampak kembung,
palpasi: distensi abdomen. Auskultasi: bising usus tidak terlalu terdengar. Pada
pemeriksaan colok dubur di dapatkan ani (+), tampak hiperemis, prolaps ani, pada
handscoon terdapat feses berwarna kemerahan. Apa diagnosis yang tepat?
a. Divertikulum Meckel
b. Invaginasi
c. Enterokolitis
d. Prolaps Ani
e. Atresia Ani
Necrotizing enterokolitis
Kelainan saluran cerna yang didapat,berupa kerusakan
mukosa, iskemia, dan toksik yang diduga karena imaturitas
usus serta sistem imunologik yang belum matang, sehingga
bakteri tumbuh dan menyebabkan infeksi
Manifestasi Klinis

IA (TERSANGKA) IB (TERSANGKA)

• Sistemik: tdk spesifik, suhu • Sistemik: tdk spesifik, suhu


tdk stabil, apnea, bradikardia tdk stabil, apnea, bradikardi
• Intestinal: retensi lambung, • Intestinal: darah merah
distensi abdomen ringan, terang dari rektum
feses darah samar + • Radiologis: normal atau ileus
• Radiologis: normal, ileus ringan
ringan
Manifestasi Klinis

IIA (EKN RINGAN) IIB (TERSANGKA)

• Sistemik: tdk spesifik, suhu tdk • Sistemik: asidosis ringan,


stabil, apnea, bradikardia trombositopenia
• Intestinal: distensi abdomen • Intestinal: edema dinding
lebih jelas, BU -, darah segar abdomen, lembut, dengan atau
dari feses tanpa teraba massa
• Radiologis: ileus, dilatasi usus • Radiologis: pneumatosis luas,
dengan pneumatosis fokal asites ringan, udara pada vena
porta
Manifestasi Klinis

IIIA (EKN LANJUT) IIIB (EKN BERAT)

• Sistemik: asidosis metabolik • Sistemik: KU TTV memburuk,


respiratori, ventilasi mekanik, syok
hipotensi, oliguri • Intestinal: perforasi
• Intestinal: edema dinding • Radiologis:
perut, eritema dengan indurasi pneumoperitoneum
• Radiologis: asites lebih jelas,
persisten bowel loop, tdk ada
gambaran udara bebas
47. C. Enterokolitis
a. Divertikulum Meckel (gagalnya regresi dan obliterasi duktus
vitelinus. Tdk berhejala kecuali mengalami komplikasi berupa
perdarahan, peradagan, atau obstruksi)
b. Invaginasi (trias: nyeri kolik, muntah, red current jelly stool.
Teraba massa spt sosis pada abdomen, sekum kosong (dance’s
sign), pp/ barium enema coilspring, usg dougnut sign)
c. Enterokolitis (BKB, bab merah, muntah, distensi abdomen, BU
menurun)
d. Prolaps Ani
e. Atresia Ani
48
An. B perempuan berusia 22 bulan dibawa ibunya berobat ke puskesmas dimana
saudara bertugas dalam keadaan kejang. Sejak 1 hari sebelum dibawa berobat
pasien batuk pilek dan badannya panas makin lama makin tinggi. 3 jam yang lalu
pasien kejang menghentak-hentak kedua tangan dan kakinya selama 20 menit,
setelah kejang anak menangis dan sadar. Sewaktu dibawa barusan dijalan kejang
lagi. Kejang baru pertama kali. Pasien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, BB 12kg.
anak pertama kalau panas sering kejang juga. Dokter memberikan diazepam 10mg
per iv/rektal dan BHD ABC. Diagnosa yang paling tepat pada pasien tsb?
a. Epilepsi
b. Kejang demam sederhana
c. Kejang demam kompleks
d. Meningitis
e. Encephalitis
48
An. B perempuan berusia 22 bulan dibawa ibunya berobat ke puskesmas dimana
saudara bertugas dalam keadaan kejang. Sejak 1 hari sebelum dibawa berobat
pasien batuk pilek dan badannya panas makin lama makin tinggi. 3 jam yang lalu
pasien kejang menghentak-hentak kedua tangan dan kakinya selama 20 menit,
setelah kejang anak menangis dan sadar. Sewaktu dibawa barusan di jalan kejang
lagi. Kejang baru pertama kali. Pasien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, BB 12kg.
anak pertama kalau panas sering kejang juga. Dokter memberikan diazepam 10mg
per iv/rektal dan BHD ABC. Diagnosa yang paling tepat pada pasien tsb?
a. Epilepsi
b. Kejang demam sederhana
c. Kejang demam kompleks
d. Meningitis
e. Encephalitis
Kejang Demam
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38⁰C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.

• Kejang demam terjadi pada 2–4 % anak 6 bulan – 5 tahun.


• Bila anak <6 bulan atau >5 tahun kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain (infeksi SSP atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam).
Klasifikasi
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM
SEDERHANA KOMPLEKS
Durasi <15 menit >15 menit
Bentuk kejang Umum tonik dan atau • Kejang fokal atau parsial
klonik, satu sisi
tanpa gerakan fokal • Kejang umum didahului
kejang parsial
Kejang ulang Tidak berulang dalam 24 Berulang dalam 24 jam
jam
Tatalaksana
Antikejang
Tatalaksana
Obat:
Obat Rumat Asam valproat 15–40
Indikasi:
mg/kg/hari dalam 2–3 dosis
• Kejang lama >15 menit (pilihan)
• Adanya kelainan neurologis yang nyata atau
sebelum atau sesudah kejang (hemiparesis,
paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, Fenobarbital 3–4 mg/kg per
hidrosefalus) hari dalam 1–2 dosis
• Kejang fokal (karena menunjukkan fokus
organik) Lama pengobatan:
• Dipertimbangkan bila: selama 1 tahun bebas kejang,
• Kejang berulang ≥2x dalam 24 jam
kemudian dihentikan secara
• Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
• Kejang demam >4x per tahun
bertahap selama 1-2 bulan.
Tatalaksana
Edukasi
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Tetap tenang dan tidak panik
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
• Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring
• Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
• Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
• Ukur suhu, observasi, dan catat lama serta bentuk kejang
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan diazepam rektal (jgn diberikan bila kejang telah berhenti)
• Bawa ke RS bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping
48. C. KDK
a. Epilepsi
b. Kejang demam sederhana
c. Kejang demam kompleks (kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh,
riw ispa sbg etiologi demam, riw kejang pada keluarga. KDK: >15 menit dan
berulang dalam 24 jam)
d. Meningitis
e. Encephalitis
49
An. O laki-laki berusia 3 tahun datang ke poliklinik tempat saudara bertugas dengan keluhan flek
putih pada mata kanan. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan
2/60. Tekanan bola mata kanan palpasi normal. Pada kornea tampak ulkus kornea dengan melting
pada 2/3 permukaan kornea disertai melting pada kornea. Anak sering mnederita batuk pilek, dan
status gizinya dinyatakn sebagai KEP. Bagaimana penanganan pada kasus tersebut yang merupakan
program pemerintah?
a. Pemberian kapsul Vit A 50.000 IU untuk bayi berusia 6-11 bulan pada hari pertama, kedua, dan
2 minggu kemudian
b. Pemberian kapsul Vit A 50.000 IU untuk bayi berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
c. Pemberian kapsul Vit A 200.000 IU untuk anak berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
d. Pemberian kapsul Vit A 100.000 IU untuk bayi berusia kurang dari 5 bulan pada hari pertama,
kedua, dan 2 minggu kemudian
e. Pemberian kapsul Vit A 100.000 IU untuk anak berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
49
An. O laki-laki berusia 3 tahun datang ke poliklinik tempat saudara bertugas dengan keluhan flek
putih pada mata kanan. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan
2/60. Tekanan bola mata kanan palpasi normal. Pada kornea tampak ulkus kornea dengan melting
pada 2/3 permukaan kornea disertai melting pada kornea. Anak sering mnederita batuk pilek, dan
status gizinya dinyatakn sebagai KEP. Bagaimana penanganan pada kasus tersebut yang merupakan
program pemerintah?
a. Pemberian kapsul Vit A 50.000 IU untuk bayi berusia 6-11 bulan pada hari pertama, kedua, dan
2 minggu kemudian
b. Pemberian kapsul Vit A 50.000 IU untuk bayi berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
c. Pemberian kapsul Vit A 200.000 IU untuk anak berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
d. Pemberian kapsul Vit A 100.000 IU untuk bayi berusia kurang dari 5 bulan pada hari pertama,
kedua, dan 2 minggu kemudian
e. Pemberian kapsul Vit A 100.000 IU untuk anak berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
Xeroftalmia
• Penyakit mata yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A
Anamnesis
• Mata kering
• Kelilipan
• Nyeri mata
• Buta senja
• Penglihatan menurun
Derajat
XN Night blindness
a. X1A Conjunctival xerosis
b. X1B Bitot’s spots
c. X2 Corneal xerosis
d. X3A Corneal ulceration/keratomalacia affecting less than
one-third corneal surface
e. X3B Corneal ulceration/keratomalacia affecting more than
one-third corneal surface.
f. XS Corneal scar due to xerophthalmia
g. XF Xerophthalmic fundus.
Terapi
a. Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A
dosis tinggi.
i. < 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
ii. 6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
iii.>12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
b. Lubrikasi kornea.
c. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan
tetes mata antibiotik
49. C. Pemberian kapsul Vit A 200.000 IU untuk anak berusia
12-59 bulan pada hari pertama, kedua, dan 2 minggu
kemudian
a. Pemberian kapsul Vit A 50.000 IU untuk bayi berusia 6-11 bulan pada hari pertama, kedua, dan
2 minggu kemudian
b. Pemberian kapsul Vit A 50.000 IU untuk bayi berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
c. Pemberian kapsul Vit A 200.000 IU untuk anak berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
d. Pemberian kapsul Vit A 100.000 IU untuk bayi berusia kurang dari 5 bulan pada hari pertama,
kedua, dan 2 minggu kemudian
e. Pemberian kapsul Vit A 100.000 IU untuk anak berusia 12-59 bulan pada hari pertama, kedua,
dan 2 minggu kemudian
50
An. I perempuan berusia 9 dibawa ibunya ke Rumah Sakit karena perawakannya
pendek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya disgenesis gonad, kelainan
skeletal, malformasi jantung dan ginjal , wajah dysmorfik. Tidak ditemukan adanya
cacat mental. Hasil analisis kromosom mengungkapkan kariotipe 45, X dengan
kelainan struktur kromosom X. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien
ini?
a. Sindroma Edward
b. Sindroma Klinefelter
c. Sindroma Turner
d. Sindroma Patau
e. Sindroma Marfan
50
An. I perempuan berusia 9 dibawa ibunya ke Rumah Sakit karena perawakannya
pendek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya disgenesis gonad, kelainan
skeletal, malformasi jantung dan ginjal, wajah dysmorfik. Tidak ditemukan adanya
cacat mental. Hasil analisis kromosom mengungkapkan kariotipe 45, X dengan
kelainan struktur kromosom X. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien
ini ?
a. Sindroma Edward
b. Sindroma Klinefelter
c. Sindroma Turner
d. Sindroma Patau
e. Sindroma Marfan
Sindrom Turner
• Sindrom Turner disebabkan oleh kelainan genetik akibat hilangnya
kromosom X pada perempuan.
• Menyebabkan penderitanya bertubuh pendek dan mengalami
gangguan kesuburan.
Manifestasi Klinis
• Kulit berlebih pada leher
• Limfedema perifer
• Tubuh pendek
• Amenore primer
• Dada lebar dengan kesan jarak antara kedua
putting susu lebar
• Garis batas rambut pada leher bagian belakang
rendah
• Webbed neck
• Kuku hipoplastik
• Nevus pigmentosus multipel
• Ovarium berkembang sampai masa gestasi 15
minggu  degenari  menghilang  gagalnya
perkembangan tanda seks sekunder
50. C. Turner
a. Sindroma Edward (trisomi 18: BBLR, oksiput prominen, dagu kecil,
tangan mengepal ibu jari menumpang pada jari ke 3, kelinlingking
menumpang pada jari ke 4, rockerbottom feet)
b. Sindroma Klinefelter (47 xxy, ginekomastia, gagal perkemb testis)
c. Sindroma Turner (perawakan pendek, disgenesis gonad, 45x)
d. Sindroma Patau (trisomi 13: labiopalatoschiziz, overlapping digiti,
polidaktili)
e. Sindroma Marfan (meliatkan okular, kardiovaskular,
muskuloskeletal)
51
An. S laki laki usia 6 tahun saat bermain bersama temannya tiba-tiba
bibir dan ujung jari sianosis. Riwayat sejak kecil pasien sering
mengalami sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari. Pasien dibawa ke
IGD dengan kondisi sesak, kesadaran somnolen, nadi 110x/m, RR
32x/m, suhu 36.5OC, sianosis (+), murmur (+). Diagnosis yang tepat
adalah?
a. TOF
b. PDA
c. VSD
d. TGA
e. CHF
51
An. S laki laki usia 6 tahun saat bermain bersama temannya tiba-tiba
bibir dan ujung jari sianosis. Riwayat sejak kecil pasien sering
mengalami sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari. Pasien dibawa ke
IGD dengan kondisi sesak, kesadaran somnolen, nadi 110x/m, RR
32x/m, suhu 36.5OC, sianosis (+), murmur (+). Diagnosis yang tepat
adalah?
a. TOF
b. PDA
c. VSD
d. TGA
e. CHF
Tetralogy of Fallot
1. Overriding aorta
• Aorta berpangkal sebagian di RV LV
2. Stenosis pulmonal
3. Ventrikel septal defek
4. Hipertrofi ventrikel kanan

• Stenosis pulmonal  darah sulit masuk a.


pulmonalis  darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui VSD  darah kaya O2
bercampur dengan darah kaya CO2
• Meningkatnya aliran darah kanan ke kiri
tiba-tiba  menurunnya aliran darah ke
paru  hipoksemia berat
Anamnesis
• Keluhan utama: anak biru disertai sesak
• Serangan sianotik mulai timbul usia 2 – 12 bulan
• Keluhan dirasakan berulang
• Keluhan dirasakan semakin anak aktif, maka semakin
berat
• Keluhan dirasakan hilang timbul setelah anak bermain
(berhubungan dengan aktivitas)
• Keluhan berkurang jika anak berjongkok
• mencari etiologi
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran: cm/somnolen, gelisah
• Kesan sakit: sakit sedang, berat dan tampak sesak
• TTV: takikardi, takipnea
• Kepala: mata conjunctiva hiperemis, hidung PCH +, bibir sianosis
• Thorax: retraksi, jantung murmur (sistolik soufflé)
• Extremitas: clubbing fingers, sianosis
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: eritrosit tinggi, Hb tinggi
• Foto thorax
• Hipertrofi ventrikel kanan: apex membulat diatas diafragma
• VSD R-L: Pembesaran RVH-VL
• Overriding aorta: arcus aorta di sebelah kanan
• Stenosis pulmonal: bronkovaskuler berkurang
*) boot-shaped: hipertrofi ventrikel kanan, VSD, overriding aorta
51 E. Atrium kanan dan ventrikel kanan
membesar
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar (bentuk jantung:
bootshaped)
A. ToF
a. ToF
b. PDA
c. VSD
d. TGA
e. CHF
52
An. S laki laki usia 6 tahun saat bermain bersama temannya tiba-tiba
bibir dan ujung jari sianosis. Riwayat sejak kecil pasien sering
mengalami sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari. Pasien dibawa ke
IGD dengan kondisi sesak, kesadaran somnolen, nadi 110x/m, RR
32x/m, suhu 36.50C, sianosis (+), murmur (+). Apa yang terjadi pada
kasus tersebut?
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar
52
An. S laki laki usia 6 tahun saat bermain bersama temannya tiba-tiba
bibir dan ujung jari sianosis. Riwayat sejak kecil pasien sering
mengalami sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari. Pasien dibawa ke
IGD dengan kondisi sesak, kesadaran somnolen, nadi 110x/m, RR
32x/m, suhu 36.50C, sianosis (+), murmur (+). Apa yang terjadi pada
kasus tersebut?
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar
Tetralogy of Fallot
1. Overriding aorta
• Aorta berpangkal sebagian di RV LV
2. Stenosis pulmonal
3. Ventrikel septal defek
4. Hipertrofi ventrikel kanan

• Stenosis pulmonal  darah sulit masuk a.


pulmonalis  darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui VSD  darah kaya O2
bercampur dengan darah kaya CO2
• Meningkatnya aliran darah kanan ke kiri
tiba-tiba  menurunnya aliran darah ke
paru  hipoksemia berat
Anamnesis
• Keluhan utama: anak biru disertai sesak
• Serangan sianotik mulai timbul usia 2 – 12 bulan
• Keluhan dirasakan berulang
• Keluhan dirasakan semakin anak aktif, maka semakin
berat
• Keluhan dirasakan hilang timbul setelah anak bermain
(berhubungan dengan aktivitas)
• Keluhan berkurang jika anak berjongkok
• mencari etiologi
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran: cm/somnolen, gelisah
• Kesan sakit: sakit sedang, berat dan tampak sesak
• TTV: takikardi, takipnea
• Kepala: mata conjunctiva hiperemis, hidung PCH +, bibir sianosis
• Thorax: retraksi, jantung murmur (sistolik soufflé)
• Extremitas: clubbing fingers, sianosis
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: eritrosit tinggi, Hb tinggi
• Foto thorax
• Hipertrofi ventrikel kanan: apex membulat diatas diafragma
• VSD R-L: Pembesaran RVH-VL
• Overriding aorta: arcus aorta di sebelah kanan
• Stenosis pulmonal: bronkovaskuler berkurang
*) boot-shaped: hipertrofi ventrikel kanan, VSD, overriding aorta
52 E. Atrium kanan dan ventrikel kanan
membesar
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar
53
Anak W usia 7 tahun datang ke IGD karena diare sejak kemarin sebanyak
20x/hari, keluhan disertai mual dan muntah. Diare cair seperti cucian beras,
lendir (-), darah (-). Pemeriksaan tanda vital TD 90/60 mmHg, nadi
130x/menit, RR 30x/m, Suhu 37,8C, tampak tanda dehidrasi dan didapatkan
washer woman hands. Diagnosis etiologi pada pasien adalah?
a. Shigella sp
b. Entamoeba hystolitica
c. Vibrio cholera
d. Enterotoksin E.coli
e. Rotavirus
53
Anak W usia 7 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD karena diare sejak kemarin
sebanyak 20x/hari, keluhan disertai mual dan muntah. Diare cair seperti
cucian beras, lendir (-), darah (-). Pemeriksaan tanda vital TD 90/60 mmHg,
nadi 130x/menit, RR 30x/m, Suhu 37,8C, tampak tanda dehidrasi dan
didapatkan washer woman hands. Diagnosis etiologi pada pasien adalah?
a. Shigella sp
b. Entamoeba hystolitica
c. Vibrio cholera
d. Enterotoksin E.coli
e. Rotavirus
Kolera
• Kolera adalah penyakit infeksi pada
usus yang diakibatkan oleh bakteri
Vibrio cholerae. Penularan penyakit
ini melalui transmisi makanan atau
air yang terkontaminasi. Vibrio
cholerae adalah bakteri gram
negatif, berbentuk koma, bersifat
anaerob fakultatif, dan motil.
• Bakteri ini masuk ke dalam usus,
kemudian mengeluarkan
enterotoksin sehingga
menimbulkan diare yang hebat.
Manifestasi klinis Tatalaksana
• BAB cair dan banyak, mirip air • Atasi dehidrasi
cucian beras • Antibiotik:
• Mual dan muntah • Dewasa: Lini pertama: Tetrasiklin 4
x 500 mg/hari selama 3 hari, atau
• Dehidrasi doksisiklin 300 mg dosis tunggal.
Alternatif: siprofloksasin 1000 mg
dosis tunggal, eritromisin 4 x 250
Pemeriksaan Penunjang mg/hari selama 3 hari
• Feses: mikroskopis lapangan • Anak: Lini pertama: Tetrasiklin 12,5
gelap (dark field) didapatkan mg/kgBB 4 kali sehari selama 3
bakteri yang bergerak dengan hari, atau dosisiklin 6 mg/kgBB
cepat dosis tunggal. Alternatif:
eritromisin 10 mg/kgBB 3 kali
• Kultur feses sehari selama 3 hari
53 C. Vibrio cholera
a. Shigella sp
b. Entamoeba hystolitica
c. Vibrio cholera
d. Enterotoksin E.coli
e. Rotavirus
54
An. F perempuan usia 5 tahun datang bersama orang tuanya ke dokter dengan
keluhan diare kurang lebih 8x perhari sejak 3 hari ini. Diare disertai lendir darah.
Mual muntah (+) dan demam (+). Pada pemeriksaan fisik didapakan tanda vital
normal, turgor kembali cepat dan tenesmus. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan feses,didapatkan seperti gambar dibawah ini.
Diagnosis yang tepat adalah?
a. Diare amoebiasis
b. Diare basiler
c. Dehidrasi berat
d. Meningitis
e. Colitis
54
An. F perempuan usia 5 tahun datang bersama orang tuanya ke dokter dengan
keluhan diare kurang lebih 8x perhari sejak 3 hari ini. Diare disertai lendir darah.
Mual muntah (+) dan demam (+). Pada pemeriksaan fisik didapakan tanda vital
normal, turgor kembali cepat dan tenesmus. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan feses,didapatkan seperti gambar dibawah ini.
Diagnosis yang tepat adalah?
a. Diare amoebiasis
b. Diare basiler
c. Dehidrasi berat
d. Meningitis
e. Colitis
Disentri
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau
lendir.

Etiologi
Bakteri: Shigella sp, Salmonella sp, Helicobacter jejuni, E. Coli
Parasit: Entamoeba histolytica
Virus: CMV
Cacing: Schistosoma sp
Disentri
Faktor Risiko
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

Pemeriksaan Fisik
1. Febris
2. Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri
3. Terdapat tanda-tanda dehidrasi
4. Tenesmus
Disentri Basiler dan Disentri Amoeba
Makroskopis Diare Amoebiasis Diare Basiler
Epidemiologi Kronik, Endemic DIsease Akut, Epidemic Disease
Inkubasi > 1 minggu < 1 minggu
onset lambat Cepat
Kelelahan Walking dysentry Lying down dysentry
Jumlah defekasi <10x/hari >10x/hari
Warna Merah gelap Merah segar
Konsistensi Lendir tak lekat pada kontainer Viscous dan mengumpul pada
dasar kontainer
Reaksi Asam Basa
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab
Komplikasi
1. Haemolytic uremic syndrome (HUS)
2. Hiponatremia berat
3. Hipoglikemia berat
4. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon,
prolaps rektal, peritonitis dan perforasi
5. Abses Hepar (Entamoeba histolytica)
Penatalaksanaan
Disentri Basiler
• Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari
selama 3 hari
• Azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal
• Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari

Disentri Amuba
• Metronidazol 500 mg 3x sehari selama 3-5 hari
*Pemberian Siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil.
54 A. Diare amoebiasis
a. Diare amoebiasis
b. Diare basiler
c. Dehidrasi berat
d. Meningitis
e. Colitis
55
An. F perempuan usia 5 tahun datang bersama orang tuanya ke dokter dengan
keluhan diare kurang lebih 8x perhari sejak 3 hari ini. Diare disertai lendir darah.
Mual muntah (+) dan demam (+). Pada pemeriksaan fisik didapakan tanda vital
normal, turgor kembali cepat dan tenesmus. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan feses,didapatkan seperti gambar dibawah ini.
Komplikasi yang dapat terjadi bila keluhan tidak ditangani dengan benar adalah?
a. Muntah profus
b. Abses hepar
c. Dehidrasi berat
d. Meningitis
e. Colitis
55
An. F perempuan usia 5 tahun datang bersama orang tuanya ke dokter dengan
keluhan diare kurang lebih 8x perhari sejak 3 hari ini. Diare disertai lendir darah.
Mual muntah (+) dan demam (+). Pada pemeriksaan fisik didapakan tanda vital
normal, turgor kembali cepat dan tenesmus. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan feses,didapatkan seperti gambar dibawah ini.
Komplikasi yang dapat terjadi bila keluhan tidak ditangani dengan benar adalah?
a. Muntah profus
b. Abses hepar
c. Dehidrasi berat
d. Meningitis
e. Colitis
Disentri
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau
lendir.

Etiologi
Bakteri: Shigella sp, Salmonella sp, Helicobacter jejuni, E. Coli
Parasit: Entamoeba histolytica
Virus: CMV
Cacing: schistosoma sp
Disentri
Faktor Risiko
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

Pemeriksaan Fisik
1. Febris
2. Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri
3. Terdapat tanda-tanda dehidrasi
4. Tenesmus
Disentri Basiler dan Disentri Amoeba
Makroskopis Diare Amoebiasis Diare Basiler
Epidemiologi Kronik, Endemic DIsease Akut, Epidemic Disease
Inkubasi > 1 minggu < 1 minggu
onset lambat Cepat
Kelelahan Walking dysentry Lying down dysentry
Jumlah defekasi <10x/hari >10x/hari
Warna Merah gelap Merah segar
Konsistensi Lendir tak lekat pada kontainer Viscous dan mengumpul pada
dasar kontainer
Reaksi Asam Basa
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab
Komplikasi
1. Haemolytic uremic syndrome (HUS)
2. Hiponatremia berat
3. Hipoglikemia berat
4. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon,
prolaps rektal, peritonitis dan perforasi
5. Abses Hepar (Entamoeba histolytica)
Penatalaksanaan
Disentri Basiler
• Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari
selama 3 hari
• Azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal
• Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari

Disentri Amuba
• Metronidazol 500 mg 3x sehari selama 3-5 hari
*Pemberian Siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil.
55 B. Abses hepar
a. Muntah profus
b. Abses hepar
c. Dehidrasi berat
d. Meningitis
e. Colitis
55
Seorang anak umur 2 tahun datang ke IGD dibawa ibunya dengan keluhan kejang.
Kejang berlangsung selama 20 menit dan terjadi dalam 24 jam. Kejang didahului
dengan demam yang tinggi. Setelah kejang terlihat anak tampak kebingungan.
Seminggu sebelumnya keluar cairan kuning dari telinga kiri. Pada pemeriksaan
didapatkan anak rewel, Nadi 130x/m, Tax 39 °C, RR 30x/m, ubun-ubun besar
menonjol, lain-lain dalam batas normal. Tatalaksana yang tepat adalah?

a. Antipiretik
b. Antibiotik IV
c. Antibiotik PO
d. Antikonvulsan
e. Antivirus
55
Seorang anak umur 2 tahun datang ke IGD dibawa ibunya dengan keluhan kejang.
Kejang berlangsung selama 20 menit dan terjadi dalam 24 jam. Kejang didahului
dengan demam yang tinggi. Setelah kejang terlihat anak tampak kebingungan.
Seminggu sebelumnya keluar cairan kuning dari telinga kiri. Pada pemeriksaan
didapatkan anak rewel, Nadi 130x/m, Tax 39 °C, RR 30x/m, ubun-ubun besar
menonjol, lain-lain dalam batas normal. Tatalaksana yang tepat adalah?

a. Antipiretik
b. Antibiotik IV
c. Antibiotik PO
d. Antikonvulsan
e. Antivirus
55 B. Antibiotik IV
a. Antipiretik
b. Antibiotik IV (ubun2 menonjol: ensefalitis atau meningitis,
komplikasi dari infeksnya)
c. Antibiotik PO
d. Antikonvulsan (bila pertanyaan nya “terapi awal”)
e. Antivirus
56
Bayi X usia 11 bulan diantar ibunya ke IGD dengan keluhan sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai batuk, demam dan suara parau.
nadi 150 x/menit, RR 40x/menit, suhu 39C. Pemeriksaan fisik wheezing
(-) Rhonki (-) stridor inspirasi (+) retraksi (+). Diagnosis pada kasus ini
adalah?
a. Difteri
b. Croup
c. Bronkopneumonia
d. ISPA
e. Bronkiolitis
56
Bayi X usia 11 bulan diantar ibunya ke IGD dengan keluhan sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai batuk, demam dan suara parau.
nadi 150 x/menit, RR 40x/menit, suhu 39C. Pemeriksaan fisik wheezing
(-) Rhonki (-) stridor inspirasi (+) retraksi (+). Diagnosis pada kasus ini
adalah?
a. Difteri
b. Croup
c. Bronkopneumonia
d. ISPA
e. Bronkiolitis
Croup
Merupakan sindroma klinis yang mencakup gejala :
• sesak nafas
• suara serak
• stridor inspiratoar
• batuk menggonggong, dan dapat disertai distress pernapasan
Klasifikasi
Croup ringan ditandai dengan:
• demam
• suara serak
• batuk menggonggong
• stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.
Croup berat ditandai dengan:
• Stridor terdengar walaupun anak tenang
• Napas cepat dan tarikan dinding dada (retraksi)
Epiglotitis Akut
• Gejala klinis :
• mendadak panas tinggi
• stridor inspiratoir , retraksi cepat timbul
• air liur keluar berlebihan (drooling)
• Pemeriksaan penunjang :
foto leher lateral: dapat terlihat
obstruksi supraglotis karena
pembengkakan epiglottis (thumb sign)
Laringoskopi : omega sign
Spasmodic CROUP
Gejala klinis:
• Pada malam hari batuk menggonggong, stridor inspirasi, anak gelisah,
tanpa disertai panas
• Gejala pada pagi hari akan berkurang, malam menghebat berulang-
ulang
• Ada predisposisi alergi dalam keluarga
Laringotrakeobronkhitis

Gejala klinis:
• Didahului ispa dan demam
• Stridor, batuk menggongong dan suara parau
dirasakan sepanjang hari
Pemeriksaan penunjang :
Foto rontgen leher Soft tissie AP/ lateral : bisa
tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign/wine bottle sign)
Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah
dapat normal, jika disertai infeksi sekunder
leukosit dapat meningkat.
Tatalaksana
• Croup ringan dapat ditangani di rumah dengan perawatan penunjang,
meliputi pemberian cairan oral, pemberian ASI atau pemberian
makanan yang sesuai.
• Anak dengan croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk
perawatan sebagai berikut:
• Steroid. Beri dosis tunggal deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau jenis
steroid lain dengan dosis yang sesuai, dan dapat diulang dalam 6-24 jam
• Epinefrin (adrenalin). Beri 2 ml adrenalin 1/1 000 ditambahkan ke dalam 2-3
ml garam normal, diberikan dengan nebulizer selama 20 menit.
• Antibiotik. Tidak efektif dan seharusnya tidak diberikan kecuali pada
epligotitis akut yang disertai leukositosis dapat diberikan ampisilin
100mg/kgbb/hari
56 B. Croup
a. Difteri
b. Croup
c. Bronkopneumonia
d. ISPA
e. Bronkiolitis
57
Bayi X usia 11 bulan diantar ibunya ke IGD dengan keluhan sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai batuk, demam dan suara parau.
nadi 150 x/menit, RR 40x/menit, suhu 39C. Pemeriksaan fisik wheezing
(-) Rhonki (-) stridor inspirasi (+) retraksi (+). Hasil pemeriksaan
penunjang yang diharapkan pada kasus ini adalah?
a. Ditemukan gambaran wine bottle sign pada foto cervical
b. Ditemukan gambaran honeycomb appearence pada foto thorax
c. Ditemukan gambaran air trapping pada foto thorax
d. Ditemukan gambaran thumb sign pada foto cervical
e. Ditemukan gambaran air fluid level pada foto thorax
57
Bayi X usia 11 bulan diantar ibunya ke IGD dengan keluhan sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai batuk, demam dan suara parau.
nadi 150 x/menit, RR 40x/menit, suhu 39C. Pemeriksaan fisik wheezing
(-) Rhonki (-) stridor inspirasi (+) retraksi (+). Hasil pemeriksaan
penunjang yang diharapkan pada kasus ini adalah?
a. Ditemukan gambaran wine bottle sign pada foto cervical
b. Ditemukan gambaran honeycomb appearence pada foto thorax
c. Ditemukan gambaran air trapping pada foto thorax
d. Ditemukan gambaran thumb sign pada foto cervical
e. Ditemukan gambaran air fluid level pada foto thorax
Croup
Merupakan sindroma klinis yang mencakup gejala :
• sesak nafas
• suara serak
• stridor inspiratoar
• batuk menggonggong, dan dapat disertai distress pernapasan
Klasifikasi
Croup ringan ditandai dengan:
• demam
• suara serak
• batuk menggonggong
• stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.
Croup berat ditandai dengan:
• Stridor terdengar walaupun anak tenang
• Napas cepat dan tarikan dinding dada (retraksi)
Epiglotitis Akut
• Gejala klinis :
• mendadak panas tinggi
• stridor inspiratoir , retraksi cepat timbul
• air liur keluar berlebihan (drooling)
• Pemeriksaan penunjang :
foto leher lateral: dapat terlihat
obstruksi supraglotis karena
pembengkakan epiglottis (thumb sign)
Laringoskopi : omega sign
Spasmodic CROUP
Gejala klinis:
• Pada malam hari batuk menggonggong, stridor inspirasi, anak gelisah,
tanpa disertai panas
• Gejala pada pagi hari akan berkurang, malam menghebat berulang-
ulang
• Ada predisposisi alergi dalam keluarga
Laringotrakeobronkhitis

Gejala klinis:
• Didahului ispa dan demam
• Stridor, batuk menggongong dan suara parau
dirasakan sepanjang hari
Pemeriksaan penunjang :
Foto rontgen leher Soft tissie AP/ lateral : bisa
tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign/wine bottle sign)
Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah
dapat normal, jika disertai infeksi sekunder
leukosit dapat meningkat.
Tatalaksana
• Croup ringan dapat ditangani di rumah dengan perawatan penunjang,
meliputi pemberian cairan oral, pemberian ASI atau pemberian
makanan yang sesuai.
• Anak dengan croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk
perawatan sebagai berikut:
• Steroid. Beri dosis tunggal deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau jenis
steroid lain dengan dosis yang sesuai, dan dapat diulang dalam 6-24 jam
• Epinefrin (adrenalin). Beri 2 ml adrenalin 1/1 000 ditambahkan ke dalam 2-3
ml garam normal, diberikan dengan nebulizer selama 20 menit.
• Antibiotik. Tidak efektif dan seharusnya tidak diberikan kecuali pada
epligotitis akut yang disertai leukositosis dapat diberikan ampisilin
100mg/kgbb/hari
57 A. Ditemukan gambaran wine bottle sign
pada foto cervical
a. Ditemukan gambaran wine bottle sign pada foto cervical
b. Ditemukan gambaran honeycomb appearence pada foto thorax
c. Ditemukan gambaran air trapping pada foto thorax
d. Ditemukan gambaran thumb sign pada foto cervical
e. Ditemukan gambaran air fluid level pada foto thorax
57
Seorang anak berusia 6 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan pucat
sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 14
kg, konjungtiva anemis, tidak didapatkan hepatosplenomegali. Pada
pemeriksaan darah didapatkan Hb 6 g/dL, leukosit 10.800/mm3, trombosit
161.000/mm3, apusan darah tampak gambaran hipokrom mikrositer.
Diagnosis kasus tersebut adalah?
a. Anemia penyakit kronis
b. Anemia Defisiensi besi
c. Anemia sel sabit
d. Anemia aplastik
e. Thalassemia
57
Seorang anak berusia 6 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan pucat
sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 14
kg, konjungtiva anemis, tidak didapatkan hepatosplenomegali. Pada
pemeriksaan darah didapatkan Hb 6 g/dL, leukosit 10.800/mm3, trombosit
161.000/mm3, apusan darah tampak gambaran hipokrom mikrositer.
Diagnosis kasus tersebut adalah?
a. Anemia penyakit kronis
b. Anemia Defisiensi besi
c. Anemia sel sabit
d. Anemia aplastik
e. Thalassemia
Anemia Defisiensi Besi
• Anemia yang disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Sumber
besi 90% berasal dari makanan, yaitu dalam bentuk senyawa besi
inoerganik feri (Fe3+), agar diserap dalam usus besinya harus diubah
dulu menjadi bentuk fero (Fe2+).
Faktor Risiko
1. Ibu hamil
2. Remaja putri
3. Status gizi kurang
4. Faktor ekonomi kurang
5. Infeksi
6. Vegetarian
Penegakan Diagnosis
Anamnesis : Pemeriksaan Fisik
1. Lemah Gejala umum :
2. Lesu • Pucat dapat terlihat pada:
3. Letih konjungtiva, mukosa mulut, telapak
tangan, dan jaringan di bawah kuku.
4. Lelah Gejala anemia defisiensi besi:
5. Penglihatan berkunang-kunang • Disfagia
6. Pusing • Atrofi papil lidah
7. Telinga berdenging • Stomatitis angularis
• Koilonikia
8. Penurunan konsentrasi
9. Sesak nafas
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah: Hemoglobin
(Hb), hematokrit (Ht), leukosit,
Trombosit, jumlah eritrosit,
morfologi darah tepi (apusan darah
tepi), MCV↓, MCH↓, MCHC ↓,
feses rutin, dan urin rutin
• Pemeriksaan Khusus (dilakukan di
layanan sekunder) :
• Serum iron ↓, TIBC ↑, saturasi
transferrin ↓, dan feritin serum ↓
Penatalaksanaan
• Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan sulfas ferrosus oral 3 x
200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi elemental) dapat ditambah
pemberian vitamin C (meningkatkan penyerapan zat besi)
• Pemberian besi dilakukan sampai 3-6 bulan setelah Hb normal.
Penatalaksanaan
Preparat Besi Parenteral
Indikasi:
• Intoleransi terhadap pemberian besi oral
• Penyerapan besi terganggu pasien pasca gastrektomi
• Keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak dapat
dikompensasi dengan pemberian besi oral
• Preparat yang tersedia: iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml)
diberikan IV perlahan, dengan perhitungan :
• Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 mg
57 B. Anemia Defisiensi besi
a. Anemia penyakit kronis
b. Anemia Defisiensi besi
c. Anemia sel sabit
d. Anemia aplastik
e. Thalassemia
59
An. O berusia 6 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan pucat sejak 1 bulan
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 14 kg, konjungtiva
anemis, tidak didapatkan hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan darah didapatkan
Hb 6 g/dL, leukosit 10.800/mm3, trombosit 161.000/mm3, apusan darah tampak
gambaran hipokrom mikrositer. .Apakah vitamin yang paling tepat diberikan untuk
membantu penanganan pasien?
a. Vitamin A
b. Vitamin B6
c. Vitamin B12
d. Vitamin C
e. Vitamin E
59
An. O berusia 6 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan pucat sejak 1 bulan
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 14 kg, konjungtiva
anemis, tidak didapatkan hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan darah didapatkan
Hb 6 g/dL, leukosit 10.800/mm3, trombosit 161.000/mm3, apusan darah tampak
gambaran hipokrom mikrositer. Apakah vitamin yang paling tepat diberikan untuk
membantu penanganan pasien?
a. Vitamin A
b. Vitamin B6
c. Vitamin B12
d. Vitamin C
e. Vitamin E
Anemia Defisiensi Besi
• Anemia yang disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Sumber
besi 90% berasal dari makanan, yaitu dalam bentuk senyawa besi
inoerganik feri (Fe3+), agar diserap dalam usus besinya harus diubah
dulu menjadi bentuk fero (Fe2+).
Faktor Risiko
1. Ibu hamil
2. Remaja putri
3. Status gizi kurang
4. Faktor ekonomi kurang
5. Infeksi
6. Vegetarian
Penegakan Diagnosis
Anamnesis : Pemeriksaan Fisik
1. Lemah Gejala umum :
2. Lesu • Pucat dapat terlihat pada:
3. Letih konjungtiva, mukosa mulut, telapak
tangan, dan jaringan di bawah kuku.
4. Lelah Gejala anemia defisiensi besi:
5. Penglihatan berkunang-kunang • Disfagia
6. Pusing • Atrofi papil lidah
7. Telinga berdenging • Stomatitis angularis
• Koilonikia
8. Penurunan konsentrasi
9. Sesak nafas
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah: Hemoglobin
(Hb), hematokrit (Ht), leukosit,
Trombosit, jumlah eritrosit,
morfologi darah tepi (apusan darah
tepi), MCV↓, MCH↓, MCHC ↓,
feses rutin, dan urin rutin
• Pemeriksaan Khusus (dilakukan di
layanan sekunder) :
• Serum iron ↓, TIBC ↑, saturasi
transferrin ↓, dan feritin serum ↓
Penatalaksanaan
• Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan sulfas ferrosus oral 3 x
200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi elemental) dapat ditambah
pemberian vitamin C (meningkatkan penyerapan zat besi)
• Pemberian besi dilakukan sampai 3-6 bulan setelah Hb normal.
Penatalaksanaan
Preparat Besi Parenteral
Indikasi:
• Intoleransi terhadap pemberian besi oral
• Penyerapan besi terganggu pasien pasca gastrektomi
• Keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak dapat
dikompensasi dengan pemberian besi oral
• Preparat yang tersedia: iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml)
diberikan IV perlahan, dengan perhitungan :
• Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 mg
59 D. Vitamin C
a. Vitamin A
b. Vitamin B6
c. Vitamin B12
d. Vitamin C
e. Vitamin E
60
An. A usia 7 tahun datang diantar ibunya dengan keluhan bengkak di kedua
pipi depan telinga kanan dan kiri. Keluhan sudah dirasakan sejak 4 hari yang
lalu dan disertai demam. TD 90/60mmHg, N 90x/menit, RR 21x/menit, T:
38,0, terdapat benjolan di daerah pre aurikular hingga submandibula sinistra
dextra, teraba lunak dan nyeri tekan +. Diagnosis kasus tersebut adalah...
a. Mumps
b. Thyroditis
c. Typhoid
d. Tumor
e. Orchitis
60
An. A usia 7 tahun datang diantar ibunya dengan keluhan bengkak di kedua
pipi depan telinga kanan dan kiri. Keluhan sudah dirasakan sejak 4 hari yang
lalu dan disertai demam. TD 90/60mmHg, N 90x/menit, RR 21x/menit, T:
38,0, terdapat benjolan di daerah pre aurikular hingga submandibula sinistra
dextra, teraba lunak dan nyeri tekan +. Diagnosis kasus tersebut adalah...
a. Mumps
b. Thyroditis
c. Typhoid
d. Tumor
e. Orchitis
Mumps/Parotitis
Infeksi akut self limited disease disebabkan oleh virus
mumps, salah satu famili Paramyxoviridae dan genus
Rubulavirus.

Penyebaran: droplet menyebar melalui saluran napas


Masa inkubasi: 14-24 hari
Manifestasi Klinis
• Anamnesis
• Kontak dengan penderita
• Belum pernah imunisasi mumps
• Demam
• Nyeri otot (terutama otot leher)
• Nyeri kepala
• Malaise
• Anoreksia
• Pemeriksaan fisik
• Pembesaran pada satu atau kedua kelenjar parotis atau kelenjar liur lain
yang disertai rasa sakit
• Komplikasi: Orchitis
Pemeriksaan Penunjang
• Leukopenia
• Limfositosis relatif
• Amilase serum meningkat
• Serologis: tes fiksasi komplemen
• Isolasi virus (BP: saliva, urin, cairan otak, darah)
Terapi
• Pencegahan: imunisasi MMR
• Simptomtatik:
• Analgetik antipiretik
• Suportif:
• Tirah baring
• Diet (sesuaikan dengan kesanggupan mengunyah)
60 A. Mumps
a. Mumps
b. Thyroditis
c. Typhoid
d. Tumor
e. Orchitis
61
An. A usia 7 tahun datang diantar ibunya dengan keluhan bengkak di kedua
pipi depan telinga kanan dan kiri. Keluhan sudah dirasakan sejak 4 hari yang
lalu dan disertai demam. TD 90/60mmHg, N 90x/menit, RR 21x/menit, T:
38,0, terdapat benjolan di daerah pre aurikular hingga submandibula sinistra
dextra, teraba lunak dan nyeri tekan +. Komplikasi yang dapat terjadi pada
kasus tersebut adalah...
a. Mumps
b. Thyroditis
c. Typhoid
d. Tumor
e. Orchitis
61
An. A usia 7 tahun datang diantar ibunya dengan keluhan bengkak di kedua
pipi depan telinga kanan dan kiri. Keluhan sudah dirasakan sejak 4 hari yang
lalu dan disertai demam. TD 90/60mmHg, N 90x/menit, RR 21x/menit, T:
38,0, terdapat benjolan di daerah pre aurikular hingga submandibula sinistra
dextra, teraba lunak dan nyeri tekan +. Komplikasi yang dapat terjadi pada
kasus tersebut adalah...
a. Mumps
b. Thyroditis
c. Typhoid
d. Tumor
e. Orchitis
Mumps/Parotitis
Infeksi akut self limited disease disebabkan oleh virus
mumps, salah satu famili Paramyxoviridae dan genus
Rubulavirus.

Penyebaran: droplet menyebar melalui saluran napas


Masa inkubasi: 14-24 hari
Manifestasi Klinis
• Anamnesis
• Kontak dengan penderita
• Belum pernah imunisasi mumps
• Demam
• Nyeri otot (terutama otot leher)
• Nyeri kepala
• Malaise
• Anoreksia
• Pemeriksaan fisik
• Pembesaran pada satu atau kedua kelenjar parotis atau kelenjar liur lain
yang disertai rasa sakit
• Komplikasi: Orchitis
Pemeriksaan Penunjang
• Leukopenia
• Limfositosis relatif
• Amilase serum meningkat
• Serologis: tes fiksasi komplemen
• Isolasi virus (BP: saliva, urin, cairan otak, darah)
Terapi
• Pencegahan: imunisasi MMR
• Simptomtatik:
• Analgetik antipiretik
• Suportif:
• Tirah baring
• Diet (sesuaikan dengan kesanggupan mengunyah)
61 E. Orchitis
a. Mumps
b. Thyroditis
c. Typhoid
d. Tumor
e. Orchitis
62
Anak H usia 5 bulan datang dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan
sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengalami batuk dan
disertai demam sekitar 5 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan N
145x/menit RR 50x/menit T 38, wheezing +/+, rhonki basah nyaring +/+. Dari
hasil pemeriksaan rontgen thorax didapatkan diameter AP membesar,
hiperaerasi dan patchy infiltrat. Diagnosis yang paling memungkinkan
adalah...
a. Bronkopneumonia
b. Bronkiolitis
c. Bronkitis
d. TB paru
e. Asma
62
Anak H usia 5 bulan datang dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan
sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengalami batuk dan
disertai demam sekitar 5 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan N
145x/menit RR 50x/menit T 38, wheezing +/+, rhonki basah nyaring +/+. Dari
hasil pemeriksaan rontgen thorax didapatkan diameter AP membesar,
hiperaerasi dan patchy infiltrat. Diagnosis yang paling memungkinkan
adalah...
a. Bronkopneumonia
b. Bronkiolitis
c. Bronkitis
d. TB paru
e. Asma
Definisi

Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik


bawah yang disebabkan virus, yang biasanya
lebih berat pada bayi muda dan terjadi pada
balita berusia < 2 tahun ditandai dengan
obstruksi saluran pernapasan dan wheezing.

Penyebab paling sering adalah Respiratory


syncytial virus.
Penegakan Diagnosis
• Demam disertai gejala ISPA
• Wheezing
• Ekspirasi memanjang/expiratory effort
Manifestasi
Klinis • Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor
pada perkusi
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Crackles atau ronki pada auskultasi dada

Foto thoraks • Gambaran hiperinflasi disertai gambaran


PA konsolidasi
Tatalaksana
Antibiotik
• Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan
kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali),
2 kali sehari, selama 3 hari.
• Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa
minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/
kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama.

Oksigen

Obat-obatan simptomatik (demam : paracetamol)


62 B. Bronkiolitis
a. Bronkopneumonia
b. Bronkiolitis
c. Bronkitis
d. TB paru
e. Asma
63
Anak R 3 tahun datang dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan sesak
napas sejak 4 hari yang lali. Sebelumnya pasien mengalami batuk dan
disertai demam sekitar 7 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan N
145x/menit RR 50x/menit T 38, wheezing -/-, rhonki basah +/+. Dari hasil
pemeriksaan rontgen thorax konsolidasi dan patchy infiltrat. Diagnosis yang
paling memungkinkan adalah...
a. Bronkopneumonia
b. Bronkiolitis
c. Bronkitis
d. TB paru
e. Asma
63
Anak R 3 tahun datang dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan sesak
napas sejak 4 hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengalami batuk dan
disertai demam sekitar 7 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan N
145x/menit RR 50x/menit T 38, wheezing -/-, rhonki basah +/+. Dari hasil
pemeriksaan rontgen thorax konsolidasi dan patchy infiltrat. Diagnosis yang
paling memungkinkan adalah...
a. Bronkopneumonia
b. Bronkiolitis
c. Bronkitis
d. TB paru
e. Asma
Pneumonia
Pneumonia
didefinisikan sebagai
suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh
mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur,
parasit) kecuali TB.
Klasifikasi
Berdasarkan klinis dan epidemiologis
Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)


• Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah
pemasangan intubasi endotrakeal.
• HCAP : pada pasien tertentu seperti pasien HD , kemoterapi
• HAP : pneumonia yang terjadi pada pasien yang diraway dirumah sakit > 48 jam sejak pasien masuk,
terbagi menjadi early ( hari ke 2-5) dan late (> hari ke 5)
Pneumonia aspirasi
Klasifikasi

Pneumonia lobaris

• Terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan


sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya :
pada aspirasi benda asing atau proses keganasan

Bronkopneumonia (pneumonia lobularis)

• Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lebih 1


satu lobus / lapangan paru
LOBULARIS (BP) LOBARIS
Pneumonia interstisial
Penegakan Diagnosis

• Demam, menggigil, suhu tubuh meningkat


Anamnesis • Rusty sputum / blood streak sputum

• Febris

Pemeriksaan • Takipnea
• Pemeriksaan thorkas: palpasi fremitus dapat mengeras,

Fisik pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas


bronkovesikuler sampai menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thoraks

• Gambaran infiltrat sampai konsolidasi dengan "air bronchogram".

LAB

• Pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari


10.000/ul
• Shift to the left

Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,


kultur darah dan serologi.
Tatalaksana CAP
Pengobatan suportif / Pasien perawatan, tanpa
Pasien ICU Pasien Rawat Jalan
simptomatik rawat ICU
• Istirahat • Florokuinolon • (Florokuinolon / azitromisin • Pasien yang sebelumnya
• Minum secukupnya untuk • β-laktam+makrolid )+β-laktam+makrolid sehat : Makrolid
mengatasi dehidrasi (azitromisin, klaritromisin
• Bila panas tinggi perlu atau eritromisin)
dikompres atau minum obat • Terdapat komorbid seperti
penurun panas penyakit jantung kronik,
• Bila perlu dapat diberikan paru, hati atau penyakit
mukolitik dan ekspektoran ginjal, diabetes mellitus,
alkoholisme, keganasan,
kondisi imunosupresif atau
penggunaan obat
imunosupresif, antibiotik
lebih dari 3 bulan atau faktor
risiko lain infeksi pneumonia :
Florokuinolon respirasi :
moksifloksasisn, gemfloksasin
atau levofloksasin (750 mg)
(rekomendasi kuat)
Tatalaksana Pneumonia Nosokomial

Faktor risiko MDR penyebab HAP dan VAP adalah :


• Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
• Dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari
• Tingginya frekuensi resisten antibiotik di masyarakat
atau di rumah sakit tersebut
• Penyakit immunosupresi dan atau pemberian
imunoterapi
Lama terapi : 7 hari atau 3 hari bebas panas. Bila penyebabnya adalah P.aeruginosa dan Enterobacteriaceae
maka lama terapi 14 – 21 hari.
63 A. Bronkopneumonia
a. Bronkopneumonia
b. Bronkiolitis
c. Bronkitis
d. TB paru
e. Asma
64
Anak B 4 tahun datang diantar orang tuangnya dengan keluhan batuk sejak 1
minggu yang lalu. Batuk dirasa terus menerus disertai suara yang
melengking, setelah batuk biasanya anak tampak sesak dan muntah. TD
130/80 mmHg, N 120x/menit, RR 30x/menit, T 37.5 0C. Riwayat imunisasi
tidak diketahui. Tatalaksana yang tepat untuk pasien tersebut adalah...
a. Prednison
b. Cefixime
c. Ciprofloxacin
d. Eritromisin
e. Salbutamol
64
Anak B 4 tahun datang diantar orang tuangnya dengan keluhan batuk sejak 1
minggu yang lalu. Batuk dirasa terus menerus disertai suara yang
melengking, setelah batuk biasanya anak tampak sesak dan muntah. TD
130/80 mmHg, N 120x/menit, RR 30x/menit, T 37.5 0C. Riwayat imunisasi
tidak diketahui. Tatalaksana yang tepat untuk pasien tersebut adalah...
a. Prednison
b. Cefixime
c. Ciprofloxacin
d. Eritromisin
e. Salbutamol
Pertussis
Penyakit ini memiliki beberapa fase
yaitu:
• Inkubasi , selama 7 -10 hari,
Infeksi saluran nafas yang disebabkan • Kataral : anak timbul demam, biasanya disertai
oleh Bordetella pertussis yang batuk dan keluar cairan hidung yang secara klinik
merupakan basil gram negatif. sulit dibedakan dari batuk dan pilek biasa.
• Paroksismal: Pada minggu ke-2, timbul batuk
paroksismal yang dapat dikenali sebagai pertusis.
Batuk dapat berlanjut sampai 3 bulan atau lebih.

Anak infeksius selama 2 minggu


sampai 3 bulan setelah terjadinya
penyakit.
Penegakan Dk
Curigai pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu,
gejala klinisnya antara lain :
• Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering
disertai muntah
• Perdarahan subkonjungtiva
• Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap
pertussis (imunisasi DPT)
• Pemeriksaan penunjang : darah rutin (leukositosis)
Tatalaksana

• Beri eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali


Antibiotik sehari) selama 10 hari atau jenis makrolid lainnya.

• Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis


atau berhenti napas atau batuk paroksismal berat.
Oksigen • Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang
disebutkan di atas tidak ada lagi.
64 D. Eritromisin
a. Prednison
b. Cefixime
c. Ciprofloxacin
d. Eritromisin
e. Salbutamol
65
Anak Y perempuan usia 7 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan
kesulitan bicara. Menurut ibu pasien, pasien terlambat bicara dibanding
teman-teman seumurannya. Selain itu pasien juga sering memuntahkan
kembali makanannya dan sering mengeluarkan air liur. Pasien memiliki
riwayat lahir prematur dengan BBLR. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
tangan dan kaki pasien kaku seperti menggenggam. Hasil pemeriksaan
neurologi didapatkan tonus otot meningkat, reflek fisiologis +, Babinzky +,
Moro +. Diagnosis yang memungkinkan adalah...
a. Autisme
b. ADHD
c. Cerebral Palsy
d. Bell’s palsy
e. Retardasi mental
65
Anak Y perempuan usia 7 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan
kesulitan bicara. Menurut ibu pasien, pasien terlambat bicara dibanding
teman-teman seumurannya. Selain itu pasien juga sering memuntahkan
kembali makanannya dan sering mengeluarkan air liur. Pasien memiliki
riwayat lahir prematur dengan BBLR. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
tangan dan kaki pasien kaku seperti menggenggam. Hasil pemeriksaan
neurologi didapatkan tonus otot meningkat, reflek fisiologis +, Babinzky +,
Moro +. Diagnosis yang memungkinkan adalah...
a. Autisme
b. ADHD
c. Cerebral Palsy
d. Bell’s palsy
e. Retardasi mental
Cerebral Palsy
Gangguan gerakan dan postur karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf
pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya
Etiologi
PRENATAL PERINATAL POSTNATAL

• infeksi intrauterin: • anoksia/hipoksia • trauma kepala


TORCH dan sifilis • perdarahan otak • meningitis/ensefalitis
• radiasi • prematuritas yang terjadi 6 bulan
• asfiksia intrauterin • postmaturitas pertama kehidupan
(abrupsio plasenta, • hiperbilirubinemia • racun: logam berat,
plasenta previa, CO
• bayi kembar
anoksia maternal,
kelainan umbilikus dll)
• toksemia gravidarum
• DIC oleh karena
kematian pranatal
pada salah satu bayi
kembar
Klasifikasi Berdasarkan gejala klinis
SPASTIK ATHETOID RIGID ATAKSIA ATONIK CAMPURAN

• gerak • ekstensi siku • rigiditas • tanda-tanda • hipotonik


terbatas • pronasi semua ataksia ketika
• tampak pergelangan anggota anak meraih
anggota tangan gerak benda,
gerak bawah • tonus • umunya duduk, atau
ekstensi ekstensor disertai berjalan
• lengan kaku meningkat retardasi
dekat badan • kepala mental
terkulai jika
diposisikan
dari tidur
kemudian
duduk
• kesulitan
mengisap
dan menelan
Klasifikasi Berdasarkan derajat kemampuan fungsional

RINGAN SEDANG BERAT

• Masih dapat • Aktivitas sangat • Sama sekali tidak


melakukan aktivitas terbatas sekali, dapat melakukan
sehari-hari, sehingga membutuhkan aktivitas fisik dan
sama sekali atau bermacam-macam tidak mungkin dapat
hanya sedikit bantuan atau hidup tanpa
membutuhkan pendidikan khusus pertolongan orang
bantuan agar dapat mengurus lain.
dirinya sendiri Pendidikan/latihan
khusus sangat sedikit
hasilnya
65 C. Cerebral Palsy
a. Autisme
b. ADHD
c. Cerebral Palsy
d. Bell’s palsy
e. Retardasi mental
66
Anak F laki-laki usia 3 tahun datang dibawa orang tuanya karena kejang pada
saat di rumah 10 menit yang lalu. Kejang kelojotan seluruh tubuh selama
kurang lebih 2 menit. Ibu pasien mengatakan bahwa ini merupakan kejang
pertama kali. Sebelumnya pasien mengalami demam selama 3 hari terus
menerus. Keluhan disertai batuk. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan N
90x/menit, RR 30x/menit, T 38,5. Pemeriksaan neurologi tidak ada
kelainan. Diagnosis pasien tersebut adalah...
a. KDK
b. KDS
c. Epilepsi
d. Status epileptikus
e. Meningitis
66
Anak F laki-laki usia 3 tahun datang dibawa orang tuanya karena kejang pada
saat di rumah 10 menit yang lalu. Kejang kelojotan seluruh tubuh selama
kurang lebih 2 menit. Ibu pasien mengatakan bahwa ini merupakan kejang
pertama kali. Sebelumnya pasien mengalami demam selama 3 hari terus
menerus. Keluhan disertai batuk. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan N
90x/menit, RR 30x/menit, T 38,5. Pemeriksaan neurologi tidak ada
kelainan. Diagnosis pasien tersebut adalah...
a. KDK
b. KDS
c. Epilepsi
d. Status epileptikus
e. Meningitis
Kejang Demam
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38⁰C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.

• Kejang demam terjadi pada 2–4 % anak 6 bulan – 5 tahun.


• Bila anak <6 bulan atau >5 tahun kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain (infeksi SSP atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam).
Definisi
Bukan kejang demam:
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali
• Kejang disertai demam pada bayi <1 bulan
• Kejang akibat gangguan elektrolit atau metabolik
lainnya
Klasifikasi
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM
SEDERHANA KOMPLEKS
Durasi <15 menit >15 menit
Bentuk kejang Umum tonik dan atau • Kejang fokal atau parsial
klonik, satu sisi
tanpa gerakan fokal • Kejang umum didahului
kejang parsial
Kejang ulang Tidak berulang dalam 24 Berulang dalam 24 jam
jam
Etiologi
Penyebab tersering:
• ISPA
• Otitis media
• Tonsilitis
• ISK
• Roseola
• Diare
• Post imunisasi pertussis, campak
• 1/3 kasus: tidak diketahui penyebabnya
Faktor risiko
Anamnesis berulangnya kejang demam
1.Riwayat kejang demam
• Kejang keluarga
• Lama 2.Usia <12 bulan
• Bentuk 3.Temperatur rendah saat
• Reaksi post iktal kejang
• Kejang ulang 4.Cepatnya kejang setelah
• Muncul berapa lama setelah demam demam
• Kemungkinan penyebab demam
• Riwayat kejang demam pada pasien dan Faktor risiko
keluarga menjadi epilepsi
• Riwayat kejang tanpa demam pada pasien 1. Kelainan neurologis/
dan keluarga perkemb. yg jelas sebelum
kejang demam pertama
• Riwayat perkembangan
2. Kejang demam kompleks
• Riwayat imunisasi 3. Riwayat epilepsi pada ortu
atau saudara kandung
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran
• Tanda vital: suhu febris
• Cari tanda infeksi
• THT: Otitis media? Tonsilofaringitis?
• Thorax: Pneumonia?
• Abdomen: Diare? ISK?
• Status neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium EEG
Dianjurkan: keadaan kejang demam
• Untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam yang tidak khas.
(Misalnya kejang demam kompleks
pada anak usia >6th atau kejang
Pungsi Lumbal demam fokal)
• Dianjurkan: bayi dengan
kemungkinan meningitis Neuroimaging
• Bayi <12 bulan: sangat dianjurkan Indikasi: kelainan neurologis fokal
• Bayi 12–18 bulan: dianjurkan menetap
Diagnosis
• Setiap anak dengan kejang didahului demam
• Setelah disingkirkan kemungkinan keadaan lain yang dapat menyebabkan kejang
disertai demam:
• Infeksi SSP (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis)
• Sepsis
• Ensefalopati akut (sindrom reye, malaria)
• Epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam
Penatalaksanaan
Antipiretik
• Parasetamol 10–15 mg/kg/kali 4x/hari
atau
• Ibuprofen 5–10 mg/ kg/kali, 3-4 kali sehari
Penatalaksanaan
Antikejang
Penatalaksanaan
Obat:
Obat Rumat Asam valproat 15–40
Indikasi:
mg/kg/hari dalam 2–3 dosis
• Kejang lama >15 menit (pilihan)
• Adanya kelainan neurologis yang nyata atau
sebelum atau sesudah kejang (hemiparesis,
paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, Fenobarbital 3–4 mg/kg per
hidrosefalus) hari dalam 1–2 dosis
• Kejang fokal (karena menunjukkan fokus
organik) Lama pengobatan:
• Dipertimbangkan bila: selama 1 tahun bebas kejang,
• Kejang berulang ≥2x dalam 24 jam
kemudian dihentikan secara
• Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
• Kejang demam >4x per tahun
bertahap selama 1-2 bulan.
Penatalaksanaan
Edukasi
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Tetap tenang dan tidak panik
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
• Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring
• Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
• Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
• Ukur suhu, observasi, dan catat lama serta bentuk kejang
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan diazepam rektal (jgn diberikan bila kejang telah berhenti)
• Bawa ke RS bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping
66 B. KDS
a. KDK
b. KDS
c. Epilepsi
d. Status epileptikus
e. Meningitis
67
Bayi S laki-laki usia 7 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan bibir dan ujung
jari kebiruan sejak 10 menit yang lalu saat sedang bermain sedang teman-
temannya. Keluhan disertai sesak. Orang tua pasien mengatakan bahwa
pasien memiliki riwayat sering kebiruan di bibir dan ujung jari namun
biasanya membaik bila pasien posisi jongkok. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan Nadi 110x/menit, RR 32x/menit, sianosis +, murmur +. Diagnosis
pasien tersebut adalah...
a. TOF
b. VSD
c. ASD
d. PDA
e. TGA
67
Bayi S laki-laki usia 7 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan bibir dan ujung
jari kebiruan sejak 10 menit yang lalu saat sedang bermain sedang teman-
temannya. Keluhan disertai sesak. Orang tua pasien mengatakan bahwa
pasien memiliki riwayat sering kebiruan di bibir dan ujung jari namun
biasanya membaik bila pasien posisi jongkok. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan Nadi 110x/menit, RR 32x/menit, sianosis +, murmur +. Diagnosis
pasien tersebut adalah...
a. TOF
b. VSD
c. ASD
d. PDA
e. TGA
Tetralogy Of Fallot
1. Overriding aorta
• Aorta berpangkal sebagian di RV
LV
2. Stenosis pulmonal
3. Ventrikel septal defek
4. Hipertrofi ventrikel kanan
Anamnesis
• Keluhan utama: anak biru disertai sesak
• Serangan sianotik mulai timbul usia 2 – 12 bulan
• Keluhan dirasakan berulang
• Keluhan dirasakan semakin anak aktif, maka semakin
berat
• Keluhan dirasakan hilang timbul setelah anak bermain
(berhubungan dengan aktivitas)
• Keluhan berkurang jika anak berjongkok
• mencari etiologi
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran: cm/somnolen, gelisah
• Kesan sakit: sakit sedang, berat dan tampak sesak
• TTV: takikardi, takipnea
• Kepala: mata conjunctiva hiperemis, hidung PCH +, bibir sianosis
• Thorax: retraksi, jantung murmur (sistolik soufflé)
• Extremitas: clubbing fingers, sianosis
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: eritrosit tinggi, Hb tinggi
• Foto thorax
• Hipertrofi ventrikel kanan: apex membulat diatas diafragma
• VSD R-L: Pembesaran RVH-VL
• Overriding aorta: arcus aorta di sebelah kanan
• Stenosis pulmonal: bronkovaskuler berkurang
*) boot-shaped: hipertrofi ventrikel kanan, VSD, overriding aorta
• Echocardiografi
• Angiokardiografi
67 A. TOF
a. TOF
b. VSD
c. ASD
d. PDA
e. TGA
68
Anak L perempuan usia 5 tahun tampak kurus, lemas, sering diare sejak 6
bulan terakhir. Riwayat pasien jarang makan makanan dengan karbohidrat
karena status ekonomi keluarganya. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis, jaringan lemak subkutan tipis, atrofi otot, wajah seperti
orang tua, dan terdapat baggy pants. Diagnosis pasien tersebut adalah...
a. Kwashiorkor
b. Kwashiorkor marasmus
c. Marasmus
d. Kurang gizi
e. Kurang karbohidrat
68
Anak L perempuan usia 5 tahun tampak kurus, lemas, sering diare sejak 6
bulan terakhir. Riwayat pasien jarang makan makanan dengan karbohidrat
karena status ekonomi keluarganya. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis, jaringan lemak subkutan tipis, atrofi otot, wajah seperti
orang tua, dan terdapat baggy pants. Diagnosis pasien tersebut adalah...
a. Kwashiorkor
b. Kwashiorkor marasmus
c. Marasmus
d. Kurang gizi
e. Kurang karbohidrat
KEP
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
Klasifikasi
MARASMIK-
KWASHIORKOR MARASMUS
KWASHIORKOR
• Edema • Sangat kurus • Campuran dari
• Wajah membulat dan • Wajah seperti orang beberapa gejala klinik
sembab tua Kwashiorkor dan
• Pandangan mata sayu • Cengeng, rewel Marasmus
• Rambut jagung • Baggy pant • Edema yang tidak
mudah dicabut mencolok
• Perut cekung
• Perubahan status • Iga gambang
mental • Sering disertai:
• Pembesaran hati Penyakit infeksi
• Otot mengecil kronis, diare kronik,
• crazy pavement atau konstipasi/susah
dermatosis buang air
• Sering disertai:
penyakit infeksi akut,
anemia, diare
Diagnosis
Terapi
Mencegah dan mengatasi hipoglikemia

Mencegah dan mengatasi hipotermia

Mencegah dan mengatasi dehidrasi

Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

Mengobati infeksi

Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi

Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah


68 C. Marasmus
a. Kwashiorkor
b. Kwashiorkor marasmus
c. Marasmus
d. Kurang gizi
e. Kurang karbohidrat
69
Anak A perempuan, 3 tahun datang dengan keluhan diare setelah makan
bubur kacang hijau 2 hari yang lalu. Diare 4-5x/hari, terdapat sisa makanan
yang belum tercerna pada feses. Kesadaran normal, rambut kemerahan,
muka bulat, perut buncit, kaki edema, akral dingin, BB 9,2 kg, BB ditimbang
tiap bulan diposyandu sejak usia 6 bulan. Apa tindakan pertama yang paling
tepat untuk kasus diatas, kecuali
a. mencegah dan mengatasi hipoglikemia
b. mencegah dan mengatasi hipotermi
c. mencegah dan mengatasi dehidrasi
d. koreksi gangguan elektrolit
e. memperbaiki kekurangan zat gizi mikro dengan Fe
69
Anak A perempuan, 3 tahun datang dengan keluhan diare setelah makan
bubur kacang hijau 2 hari yang lalu. Diare 4-5x/hari, terdapat sisa makanan
yang belum tercerna pada feses. Kesadaran normal, rambut kemerahan,
muka bulat, perut buncit, kaki edema, akral dingin, BB 9,2 kg, BB ditimbang
tiap bulan diposyandu sejak usia 6 bulan. Apa tindakan pertama yang paling
tepat untuk kasus diatas, kecuali
a. mencegah dan mengatasi hipoglikemia
b. mencegah dan mengatasi hipotermi
c. mencegah dan mengatasi dehidrasi
d. koreksi gangguan elektrolit
e. memperbaiki kekurangan zat gizi mikro dengan Fe
Mencegah dan mengatasi hipoglikemia

Mencegah dan mengatasi hipotermia

Mencegah dan mengatasi dehidrasi

Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

Mengobati infeksi

Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi

Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah


69 E. memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
dengan Fe
a. mencegah dan mengatasi hipoglikemia
b. mencegah dan mengatasi hipotermi
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
d. koreksi gangguan elektrolit
e. memperbaiki kekurangan zat gizi mikro dengan Fe
70
Bayi A dirujuk dari bidan, bayi lahir spontan dengan usia kehamilan 33
minggu. Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. RR 65x/m HR
140x/m auskultasi paru normal dan tidak diapatkan suara tambahan.
Thoraks didapatkan gambaran retikulogranular ground glass
appearance. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Transient Tachypnea of The Newborn
b. Meconium Aspiration Synd
c. Sepsis neonatorum
d. Pneumonia
e. Hyalin Membran Disease
70
Bayi A dirujuk dari bidan, bayi lahir spontan dengan usia kehamilan 33
minggu. Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. RR 65x/m HR
140x/m auskultasi paru normal dan tidak diapatkan suara tambahan.
Thoraks didapatkan gambaran retikulogranular ground glass
appearance. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Transient Tachypnea of The Newborn
b. Meconium Aspiration Synd
c. Sepsis neonatorum
d. Pneumonia
e. Hyalin Membran Disease
Hyaline Membran Disease
Diagnosis klinis pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas
yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan

Dengan manifestasi klinis:


• takipnea (>60x/menit)
• retraksi dinding dada
• sianosis
• menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam kehidupan
• gambaran foto rontgen: retikulogranular dan peripheral air
bronchogram.
Anamnesis
• Faktor risiko
• Prematuritas
• Laki-laki
• Predisposisi familial
• Persalinan SC
• Asfiksia neonatal
• Korioamnionitis
• Kehamilan multiple
• Ibu dengan DM
Pemeriksaan Fisik
• Takipnea
• Grunting
• PCH
• Retraksi dinding dada
• Sianosis
Pemeriksaan Penunjang
• F]Foto rontgen thorax
• Gambaran retikulogranular: ground glass appearance disertai
peripheral air bronchogram
• AGD
• Darah lengkap
• Kultur darah
• Gula darah
• Elektrolit serum
Penatalaksanaan
• Surfaktan: 4 mL/kgBB/dosis terutama pada 6 jam pertama kehidupan
• Dukungan pernapasan
• Pemberian cairan dan nutrisi
• AntibiotIk
70 C. Hyaline Membran Disease
a. Transient Tachypnea of The Newborn
b. Meconium Aspiration Synd
c. Sepsis neonatorum
d. Pneumonia
e. Hyaline Membran Disease
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai