Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN ASAS LARANGAN EXCES DE POUVOIR TERHADAP KASUS STAF

KHUSUS PRESIDEN: ANDI TAUFAN GARUDA PUTRA

Nama Penulis:

ZAKIYAH1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Publik Tahun 2019

Dosen Pembimbing : Muh. Zainul Arifin, SH. MH

Abstrak

Asas larangan Exces de Pouvoir merupakan asas larangan penyalahgunaan wewenang dalam
pemerintahan. Asas ini melarang seorang pejabat pemerintahan dalam hal penyerobotan
wewenang yang bukan dalam batas kewenangannya. Saat ini telah banyak terjadi penyelewengan
di pemerintahan Indonesia yang butuh perhatian khusus. Kontroversi yang dibuat oleh staf khusus
milenial Presiden tampaknya menjadi sorotan masyarakat dimana hal itu menunjukkan kurangnya
pengetahuan komprehensif dalam hal administratif di pemerintahan. Staf khusus tidak memiliki
wewenang apapun. Staf khusus Presiden hanya menjalankan tugas tertentu dari Presiden di luar
tugas-tugas yang dicakup Kementerian dan Instansi lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 18
ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2018.2 Salah satu kontroversi yang dilakukan oleh staf
khusus presiden yaitu Andi Taufan Garuda Putra selaku CEO Amartha yang mengirimkan surat
kepada para camat dengan menggunakan kertas berkop Sekretariat Kabinet. Ia meminta dukungan
para camat terhadap program “Kerja Sama sebagai Relawan Desa Lawan Covid-19” yang akan
dijalankan PT. Amartha Mikro Fintek di Jawa, Sulawesi, dan Sumatera. Penerbitan surat tersebut
dianggap telah melangkahi wewenang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) dan
kepala daerah karena terkait dalam penanggulangan bencana Covid-19. Sehingga diperlukan
penerapan asas Exces de Pouvoir terkait penyelewengan tersebut di pemerintahan Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 Pasal 10 dan 17.3
Kata Kunci: Excess de Pouvoir, melampaui wewenang, dan Staf Khusus Presiden.
A. Pendahuluan
Persoalan kewenangan merupakan bagian yang penting dalam pokok bahasan Hukum
Administrasi Negara. Setiap badan administrasi idealnya harus memiliki batasan batasan
dalam pelaksanaan kewenangannya agar tidak terjadi overlapping (tumpang-tindih)

1
Zakiyah dengan NIM 07011281924115 lahir di Palembang pada tanggal 15 Oktober 2001, saat ini ia sedang
menempuh pendidikan Strata 1 di Fakultas Fisipol Universitas Sriwijaya Semester 3. Artikel ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Zainul Arifin selaku Dosen Pengampu pada mata kuliah Hukum
Administrasi Negara.
2
Rizky Muhammad Ikhsan, “Ulah Stafsus Milenial Terancam Pidana?” (https://www.pinterpolitik.com/ulah-
stafsus-milenial-terancam-pidana/ , diakses pada 13 September 2020 pukul 22.32).
3
Lihat Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
bahkan penyalahgunaan wewenang. Badan-badan administrasi juga harus menghormati
batas-batas yang memisahkan bidang kewenangannya/kompetisinya dari badan
administrasi lain. Batas-batas ini ditetapkan berdasarkan yurisdiksi teritorial (ratione loci),
sesuai dengan objek (ratione materiae) dan menurut waktu yang tepat (ratione temporis).
Di luar batas-batas tersebut maka suatu tindak pemerintah merupakan suatu tindakan tanpa
wewenang (onbevoegdheid).4 Tindakan pemerintah tanpa wewenang ini merupakan suatu
masalah yang menyangkut administrasi pemerintahan dimana terjadinya penyalahgunaan
yang fatal akibatnya. Berdasarkan Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 Pasal 17 ayat
(1) menyatakan bahwa “Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan
Wewenang”. Lalu pada ayat (2) dijelaskan bentuk penyalahgunaan wewenangnya yaitu,
(a). larangan melampaui Wewenang, (b). larangan mencampuradukkan Wewenang
dan/atau (c). larangan bertindak sewenang-wenang.5 Dalam tulisan ini penulis fokus pada
bentuk penyalahgunaan wewenang di bagian (a) UU No. 30 Tahun 2014 Pasal 17 ayat 2
yaitu larangan melampaui wewenang atau dalam bahasa Hukum disebut Exces de
Pouvoir/Ultra Vires.
Staf khusus Presiden merupakan pembantu Presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahan. Staf Khusus Presiden adalah lembaga non struktural yang dibentuk untuk
memperlancar pelaksanaan tugas Presiden Republik Indonesia, yang melaksanakan tugas
tertentu di luar tugas-tugas yang sudah dicakup dalam susunan Kementerian dan instansi
pemerintah lainnya.6 Adapun di periode pemerintahan Presiden Jokowi, terdapat 7 staf
milenial yang dilantik diantaranya CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus
Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah
Devara, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Mantan Ketua
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma'ruf, Peraih beasiswa kuliah
di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar dan Pendiri Thisable Enterprise Angkie
Yudistia. Presiden Jokowi mengangkat ke-7 staf khusus tidak serta merta tanpa alasan. Staf
khusus Presiden ini di kalangan milenial diharapkan dapat membantu memberikan inovasi

4
Sri Nur Hari Susanto, Larangan Ultra Vires (Exces De Pouvoir) dalam Tindakan Pemerintahan, Administrative
Law & Governance Journal, Volume 3 Issue 2, Juni 2020, hlm 261.
5
Lihat Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
6
Kontributor Wikipedia, “Staf Khusus Presiden”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/wiki/Staf_Khusus_Presiden , (diakses pada 13 September 2020 pukul 23.23).
baru dalam berbagai bidang. Selain itu, staf khusus milenial Presiden dapat menjadi wadah
dalam menjembatani para generasi milenial saat ini. Namun terdapat beberapa kontroversi
yang meliputi pengangkatan staf khusus dikalangan milenial ini, seperti beberapa staf
memiliki perusahaan dan saat diangkat menjadi staf khusus masih menjabat sebagai CEO
atau Direktur Utama perusahannya tersebut. Salah satunya adalah Andi Taufan Garuda
Putra. Beliau merupakan pendiri sekaligus CEO Amartha, yaitu perusahaan rintisan atau
startup teknologi finansial yang fokus pada pembiayaan diarahkan kepada pelaku usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta perempuan terutama dipedesaan. Kontroversi
yang pernah ia buat yaitu saat mengirimkan surat ber-kop Sekretariat Kabinet yang
meminta dukungan para camat terhadap program kerja sama terksit dengan Covid-19 yang
akan dijalankan oleh PT. Amartha Mikro Fintek. Hal inilah yang membuat publik berang
karena diduga terdapat konflik kepentingan juga penyalahgunaan wewenang. Oleh karena
itu, tulisan ini dibuat untuk melihat penerapan asas larangan exces de pouvoir terhadap
kasus Andi Taufan Garuda Putra.

Permasalahan
1. Apa itu asas larangan Exces de Pouvoir dalam Hukum Administrasi Negara?
2. Apa yang membuat perbuatan Andi Taufan Garuda Putra melanggar asas larangan
Exces de Pouvoir?
3. Bagaimana penerapan asas larangan Exces de Pouvoir dalam kasus Andi Taufan
Garuda Putra?

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu metode penelitian hukum normatif-
empiris. Metode penelitian normatif-empiris ini pada dasarnya ialah penggabungan antara
pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan dari berbagai unsur-unsur
empiris. Dalam metode penelitian normatif-empiris ini juga mengenai implementasi
ketentuan hukum normatif (Undang-undang) dalam aksinya disetiap peristiwa hukum
tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian hukum normatif- empiris
terdapat tiga kategori, yaitu:
1. Non Judicial Case Study, yaitu: ialah pendekatan studi kasus hukum tanpa ada konflik
sehingga tidak ada akan campur tangan dengan pengadilan.
2. Judicial Case Study, yaitu: pendekatan studi kasus hukum dikarenakan adanya konflik
sehingga akan melibatkan campur tangan pengadilan untuk dapat memberikan
keputusan penyelesaian.
3. Live Case Study, yaitu: pendekatan pada suatu peristiwa hukum yang pada prosesnya
masih berlangsung ataupun belum berakhir.7

Berdasarkan hal tersebut, data yang didapat oleh penulis adalah data hasil penelitian
kepustakaan dan juga data empiris yaitu berupa artikel/berita yang menyangkut
permasalahan tersebut.

C. Pembahasan dan Kajian


Asas-Asas dalam Hukum Administrasi Negara (HAN)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, asas merupakan dasar
atau sesuatu yang menjadi tumpuan untuk berpikir dan berpendapat. 8 Jadi asas ini
merupakan pondasi bagi suatu hal yang dalam hal ini adalah hukum sehingga dapat
diartikan sebagai dasar suatu hukum. Asas dalam hukum administrasi di Indonesia
terbagi menjadi 2 yaitu tertulis dan tidak tertulis.
1. Asas Hukum Tertulis
a) Asas Legalitas
Memiliki arti bahwa setiap perbuatan administrasi negara berdasarkan
hukum. Asas ini sesuai dengan asas negara Indonesia dalam Pasal 1 ayat 3 UUD
1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Maka dari itu,
setiap kegiatan pejabat administrasi negara harus didasarkan dengan hukum.
b) Asas Persamaan Hak
Semua warga negara memiliki kedudukan yang sama didalam hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali (Pasal 27 ayat 1 UUD 1945). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kedudukan rakyat Indonesia di mata
hukum. Semuanya sama rata tanpa membedakan ras, suku, ataupun agama nya.

7
Amarudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 123.
8
Asas (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/asas , 15 September 2020.
c) Asas Kebebasan
Asas ini khusus diberikan kepada administrasi negara. Dalam kegatan
administrasi negara diberikan kebebasan untuk inisiatif sendiri dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di masyarakat secara cepat, tepat
dan bermanfaat untuk kepentingan umum tanpa menunggu perintah dari
Undang-Undang yang belum ada atau belum jelas mengatur hal tersebut.9

2. Asas Hukum Tidak Tertulis


a) Asas Larangan Detournment de Pouvoir
Badan-badan kenegaraan tidak boleh menyalahgunakan kewenangan atau
kekuasaan. Setelah mendapatkan wewenang yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang, para pejabat administrasi maupun badan administratif lainnya
tidak boleh menyalahgunakan kewenangan yang tidak sesuai dengan Undang-
Undang.
b) Asas Larangan Exces de Pouvoir
Merupakan asas larangan menyerobot wewenang badan administrasi negara
yang satu dengan yang lainnya. Bila sudah diadakan pembagian tugas diantara
para pejabat administrasi negara, hendaknya para pejabat melakukan tugas-
tugasnya dalam batas tugas-tugas tertentu yang telah diberikan dalam Undang-
Undang. Asas ini diperlukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam
melaksanakan tugas administrasinya.
c) Asas Upaya Pemaksa
Merupakan asas jaminan terhadap penaatan kepada hukum administrasi
negara, sanksi administrasi, baik yang tercantum dalam peraturan hukum
adminstrasi maupun yang ada di luar peraturan hukum administrasi, misalnya
dalam KUHP. 10

9
Muhammad Heriyadi, “Hukum Administrasi Negara” (https://h3r1y4d1.wordpress.com/2011/12/09/hukum-
admintrasi-negara/ , diakses pada 15 September 2020 pukul 23.25).
10
Ibid.
Asas Exces de Pouvoir
Asas Exces de Pouvoir merupakan salah satu asas hukum administrasi tidak tertulis
yang mengatur tentang kewenangan di suatu negara. Asas ini menyatakan bahwa badan
administratif maupun pejabat administratif tidak bisa atau dilarang untuk mengambil
ataupun menyerobot kewenangan badan atau pejabat lain yang diluar kewenangannya.
Dengan kata lain, asas ini melarang untuk terjadinya pelampauan kewenangan yang
dilakukan pemerintah maupun pejabat lainnya. Pejabat administrasi maupun badan nya
harus mengikuti dan melaksanakan wewenang yang sudah diberikan kepadanya dan diatur
dalam Undang-Undang.
Istilah Exces de Pouvoir ini banyak digunakan di negara yang menganut sistem hukum
Eropa Kontinental seperti Perancis dan termasuk juga Indonesia. Sedangkan di negara yang
menganut sistem hukum Anglo Saxon, disebut dengan Ultra Vires. Exces de Pouvoir di
Prancis (melampaui batas wewenang/kekuasaan) adalah tindakan kontroversial untuk
pembatalan keputusan administratif berdasarkan pelanggaran terhadap aturan hukum.11
Kondisi pelaksanaan untuk suatu tindakan badan pemerintah yang melampaui batas
kekuasaan/wewenang (exces de pouvoir ) berhubungan dengan : pertama, sifat tindakan
yang dipersengketakan dan kedua untuk kepentingan pemohon dalam mengajukan proses.
Sarana untuk exces de pouvoir terhadap tindakan pemerintahan hanya terbuka untuk jangka
waktu tertentu, setelah itu tidak mungkin untuk mengajukan banding. Tindakan harus
diambil dalam waktu dua bulan setelah publikasi (dalam hal peraturan) atau pemberitahuan
(dalam kasus keputusan individu). Namun, ada banyak penyesuaian pada aturan dua bulan,
termasuk kemungkinan bagi pengadu/pemohon untuk melakukan banding administratif di
hadapan badan yang kompeten dengan memintanya untuk mempertimbangkan kembali
keputusannya atau banding secara hierarkis kepada badan yang lebih tinggi dari pelaku
tindakan administrasi. Badan pemerintah memiliki dua bulan untuk menanggapi permin-
taan ini. Dalam hal tanggapan yang tidak menguntungkan atau tidak ada tanggapan dari
badan pemerintah, maka periode litigasi (gugatan ke pengadilan) dalam waktu dua bulan
dimulai kembali.12

11
Susanto, Op. Cit., 267
12
Ibid.
Jadi asas larangan exces de pouvoir ini harus dijalankan disetiap lembaga/badan
administratif pemerintahan di Indonesia. Adapun penerapan asas ini juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 tentang Administrasi Pemerintahan yaitu di pasal 17 yang
berbunyi:
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Wewenang.
(2) Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Larangan melampaui Wewenang;
b. Larangan mencampuradukkan Wewenang dan/atau
c. Larangan bertindak sewenang-wenang.13

Pada pasal 17 diatas, terdapat larangan melampaui wewenang atau disebut dengan
exces de pouvoir. Dalam hal ini berarti Undang-Undang telah mengatur dengan jelas
tentang larangan dalam pelampauan wewenang di pemerintahan.

Kasus Andi Taufan Garuda Putra, Staf Khusus Milenial Presiden

Andi Taufan Garuda Putra (lahir di Jakarta, 24 Januari 1987; umur 33 tahun) adalah
seorang pendiri lembaga peer to peer Lending bernama Amartha. Pada tahun 2019, ia
diangkat menjadi salah satu Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Taufan adalah seorang sarjana Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung. Ia
melanjutkan pendidikan hingga memperoleh gelar Master of Public Administration dari
Harvard University pada 2016. Lulus dari SD Al-Azhar Kelapa Gading, Jakarta, Andi
Taufan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian
pada tahun 2004 ia tamat dari SMA Negeri 5 Bandung, Jawa Barat. Selepas menyelesaikan
pendidikan sarjana, Taufan bekerja sebagai konsultan bisnis untuk IBM Global Business
Services selama dua tahun. Namun, ia melihat banyak masyarakat Indonesia kesulitan
untuk mendapatkan akses finansial. Pada tahun 2009, Taufan meninggalkan pekerjaannya
dan mendirikan Amartha.14

Setelah dilantik menjadi staf khusus presiden pada tahun 2019, Ia masih menjadi
direktur utama atau CEO dari Amartha. Taufan menjalankan tugasnya sebagai staf

13
Lihat Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
14
Kontributor Wikipedia, “Andi Taufan Garuda Putra”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/wiki/Andi_Taufan_Garuda_Putra , (diakses pada 16 September 2020 pukul 18.40).
kepresidenan yaitu sebagai ‘teman’ diskusi presiden Jokowi. Diharapkan staf khusus
milenial ini dapat memberikan inovasi baru maupun menjadi penghubung bagi para anak
muda di Indonesia. Namun, terdapat beberapa kontroversi terkait dengan staf khusus di
kalangan milenial ini salah satunya yang menimpa Andi Taufan Garuda Putra.

Dilansir dari Suara.com, Andi Taufan mengirimkan surat kepada camat seluruh
Indonesia yang didalam suratnya menyelipkan nama perusahaan yang dpimpinnya yaitu
Amartha. Surat bernomor 003/S-SKP-ATGP/IV/2020 tertanggal 1 April 2020 dengan kop
garuda pancasila yang dilengkapi tulisan "Sekretariat Kabinet Republik Indonesia" yang
ditujukan kepada para camat di seluruh wilayah Indonesia. Perihal dalam surat itu adalah
Kerja Sama sebagai Relawan Desa Lawan COVID-19. Dalam surat itu disebutkan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menginisiasi
program Relawan Desa Lawan COVID-19 sudah melakukan kerja sama dengan PT
Amartha Mikro Fintek (Amartha) dalam menjalankan program tersebut di area Jawa,
Sulawesi dan Sumatera. Cakupan komitmen bantuan yang akan diberikan Amartha adalah
(1) edukasi COVID-19 yaitu petugas lapangan Amartha akan berperan aktif memberikan
edukasi kepada masyarakat desa khususnya mitra Amartha meliputi tahapan gejala, cara
penularan, pencegahan COVID-19 dan (2) Pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD)
Puskesmas.15 Surat ini pun mendadak viral dan mendapatkan kecaman dikalangan
cendekia maupun masyarakat dimana terjadi penyalahgunaan wewenang yang bahkan
terang-terangan dilakukan oleh Andi Taufan. Kemudian permasalahan ini berujung pada
keluarnya surat klarifikasi dan permohonan maaf dari yang bersangkutan. Namun,
kontroversi mengenai surat ini seharusnya tidak hanya selesai dengan adanya klarifikasi
dan permohonan maaf. Andi Taufan Garuda Putra seharusnya mengetahui bahwa “Staf
Khusus Presiden” tidak dibekali dengan kewenangan apapun. Staf Khusus Presiden hanya
menjalankan tugas tertentu dari Presiden di luar tugas-tugas yang dicakup Kementerian dan
Instansi lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 39
Tahun 2018. Ketiadaan kewenangan ini pun diperparah dengan materi surat yang berisikan
arahan/pemberitahuan kepada camat untuk mendukung PT Amartha. Secara formil, yang

15
Rendy Adrikni Sadikin, “Kontroversi Andi Taufan Garuda Putra: Surat untuk Camat Pakai Kop Istana”
(https://www.suara.com/news/2020/04/24/123320/kontroversi-andi-taufan-garuda-putra-surat-untuk-camat-pakai-
kop-istana?page=all , diakses pada 16 September 2020 pukul 19.20).
bersangkutan seharusnya hanya memberikan masukan kepada Presiden, jikapun idenya
disetujui maka Presidenlah yang berwenang untuk membuat peraturan ataupun kebijakan
yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah, termasuk camat di dalamnya. Maka dari itu,
terbitnya surat ini tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.16

Dalam kasus ini menunjukkan bahwa Andi Taufan tak paham aturan ketatanegaraan
yang mendasar. Staf khusus adalah lembaga non-struktural yang dibentuk untuk
memperlancar pelaksanaan tugas presiden. Wewenang staf khusus sebatas memberi
masukan, saran, dan pertimbangan kepada presiden, bukan main perintah kepada birokrasi
daerah. Penerbitan surat langsung ke para camat juga melangkahi wewenang Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta kepala daerah. Presiden telah menunjuk
Kepala BNPB selaku Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona (Covid-
19) sekaligus memerintahkan para kepala daerah sebagai ketua gugus tugas di daerah.
Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan pelanggaran etika administrasi negara, namun
sekaligus buruknya koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan wabah.
Penggunaan kop surat berlogo lambang negara pun tak boleh sembarangan. Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012
tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah menyatakan bahwa lambang
negara digunakan dalam tata naskah dinas sebagai tanda pengenal atau identifikasi yang
bersifat tetap dan resmi. Pejabat yang berwenang menggunakan kop naskah dinas jabatan
dan cap jabatan dengan lambang negara adalah pejabat negara terkait. Sedangkan staf
khusus presiden bukanlah pejabat yang berwenang menggunakan kop surat Sekretariat
Kabinet.17

Dari kasus tersebut, Andi Taufan melanggar asas larangan exces de pouvoir dalam
hukum administrasi negara dimana larangan untuk menyerobot kewenangan
lembaga/pejabat lain yang bukan termasuk wewenangnya sendiri. Untuk mengirimkan
surat kepada seluruh camat apalagi tentang penanganan Covid-19, Presiden telah menunjuk

16
Rizky Muhammad Ikhsan, loc. cit.
17
Koran Tempo, “Blunder Staf Khusus Presiden” (https://kolom.tempo.co/read/1331628/blunder-staf-khusus-
presiden/full&view=ok , diakses pada 16 September 2020 pukul 20.13).
lembaga yang akan melaksanakan tugas dan wewenang yang telah diberikan yaitu Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta kepala daerah masing-masing. Jadi,
tugas tersebut bukanlah tugas Andi Taufan selaku staf khusus kepresidenan yang
wewenangnya hanya sebagai penasihat atau pemberi masukan bagi presiden.

Penerapan Asas Larangan Exces de Pouvoir dalam Kasus Andi Taufan Garuda Putra

Kontroversi yang telah dibuat oleh staf khusus milenial presiden, Andi Taufan,
mengundang banyak kritik dari berbagai kalangan. Presiden dituntut untuk memberikan
sanksi yang pantas atas apa yang telah dilakukan oleh staf nya itu yaitu dengan
pemberhentian ataupun hukuman pidana. Meskipun Andi Taufan telah melakukan
klarifikasi dan juga permintaan maaf ke publik serta langsung menarik semua surat yang
dikirimkan ke camat, mesti ada tindakan hukum ataupun pendisiplinan yang diambil agar
tidak terjadi hal fatal seperti ini lagi. Tak lama setelah viral kasus tersebut, Andi Taufan
pun mengundurkan dirinya sebagai staf khusus presiden. Ia mengirimkan surat
pengunduran diri ke presiden pada tanggal 17 April 2020 dan telah disetujui.

"Perkenankan saya untuk menyampaikan informasi pengunduran diri saya sebagai Staf
Khusus Presiden Republik Indonesia yang telah saya ajukan melalui surat 17 April 2020
dan kemudian disetujui oleh Bapak Presiden," kata Andi Taufan Garuda Putra melalui
keterangan tertulis, Jumat (24/4/2020).18 Setelah surat pengunduran dirinya, terdapat 2
advokat yang melaporkan kasus tersebut. Dua advokat yaitu M. Sholeh dan Tomi Singgih
akan melaporkan Staf Khusus Presiden Joko Widodo Andi Taufan Garuda Putra ke Badan
Reserse Kriminal Polri dengan tuduhan korupsi. Kedua advokat tersebut melaporkan Andi
Taufan setelah beredarnya surat berkop Sekretariat Kabinet yang dikirimkan ke camat.

"Itu penyalahgunaan wewenang, dia tidak punya kapasitas mengirimkan surat ke


instansi, stafsus itu hanya kasih masukan ke presiden," kata Sholeh saat dihubungi, Kamis
(16/4/2020).19

18
Lenny Tristia Tambun, “Andi Taufan Garuda Mundur dari Staf Khusus Presiden”
(https://www.beritasatu.com/anselmus-bata/politik/624721/andi-taufan-garuda-mundur-dari-staf-khusus-presiden ,
diakses pada 16 September 2020 pukul 21.23).
19
JIBI-Bisnis.com, “Kontroversi Surat ke Camat, Staf Khusus Presiden Dilaporkan ke Polisi”
(https://kabar24.bisnis.com/read/20200416/16/1228132/kontroversi-surat-ke-camat-staf-khusus-presiden-
dilaporkan-ke-polisi , diakses pada 16 September 2020 pukul 21.44).
Namun, laporan yang diajukan ke Mabes Polri tak diterima dikarenakan kurangnya
bukti. Padahal, pelapor menyatakan telah membawa bukti surat berkop Sekretariat Kabinet
yang digunakan oleh Andi Taufan. Bukti tersebut masih dianggap prematur dan belum
memenuhi syarat. Sehingga sampai tulisan ini dibuat, belum ada sanksi pidana dalam kasus
penyalahgunaan wewenang oleh staf khusus presiden Andi Taufan Garuda.

Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Pasal 17 tentang
Administrasi Pemerintahan. Penyalahgunaan wewenang telah diatur di Undang-Undang
sendiri namun tampaknya penerapan UU tersebut belum bisa dimaksimalkan. Para pejabat
pemerintah masih belum menaati asas yang ada dan kewenangan yang telah ditetapkan.
Dalam kasus Andi Taufan, asas larangan exces de pouvoir dapat dikatakan belum
diterapkan dengan sebenarnya dikarenakan kasus tersebut sekarang sudah tidak panas lagi
serta tak diterima nya pelaporan terhadap kasus tersebut. Namun, Andi Taufan Garuda saat
ini telah tidak menjabat lagi sebagai staf khusus presiden sehingga pengunduran diri
tersebut sudah dianggap dapat diterima sebagai sanksi atas apa yang telah dilakukannya.

Kesimpulan

Asas exces de pouvoir merupakan asas yang melarang pejabat publik untuk
menyerobot atau melakukan suatu kewenangan yang bukan kewenangan dirinya. Asas ini
termasuk dalam asas hukum administrasi tidak tertulis di Indonesia. Kontroversi yang
dibuat oleh Andi Taufan Garuda Putra yang saat itu menjabat sebagai staf khusus presiden
merupakan masalah pelanggaran asas larangan exces de pouvoir. Andi Taufan
mengirimkan surat kepada para camat di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi dalam hal
penanggulangan bencana Covid-19. Yang menjadi kontroversi adalah surat yang ia
gunakan itu berkop Sekretariat Kabinet dan juga mendukung perusahaan yang ia pimpin
sendiri yaitu Amartha untuk ikut andil dalam penanggulangan bencana tersebut. Dalam hal
ini ditakutkan terjadi konflik kepentingan serta sudah jelas melampaui wewenang staf
khusus presiden yang hanyalah sebagai pemberi masukan atau pemberi nasihat dalam
kebijakan yang dibuat presiden, bukan mengajak ataupun memerintah birokrasi
pemerintahan dibawahnya. Andi Taufan pun telah mengklarifikasi dan meminta maaf atas
kesalahannya serta menarik kembali surat yang telah dikirim. Tak lama setelah itu, ia pun
mengundurkan diri sebagai staf khusus presiden dan surat pengunduran diri nya telah
diterima presiden. Terdapat advokat yang membawa kasus ini ke ranah pidana namun
karena kurangnya bukti laporannya pun ditolak dan hingga saat ini belum ada tindak pidana
dalam kasus ini. Kasus Andi Taufan memberikan pelajaran terhadap para pejabat publik
untuk mengenal etika administrasi terlebih dahulu sebelum menjabat jabatan yang penting
di pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Rizky Muhammad. 2020. “Ulah Stafsus Milenial Terancam Pidana?”,


https://www.pinterpolitik.com/ulah-stafsus-milenial-terancam-pidana/ , diakses pada 13
September 2020 pukul 22.32.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 292. Sekretariat Negara. Jakarta.
Susanto, Sri Nur Hari. 2020. Larangan Ultra Vires (Exces De Pouvoir) dalam Tindakan
Pemerintahan. Administrative Law & Governance Journal Volume 3 Issue 2, hlm 261.
Kontributor Wikipedia, “Staf Khusus Presiden”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/wiki/Staf_Khusus_Presiden , diakses pada 13 September 2020 pukul
23.23.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003.
Asas (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/asas , 15 September 2020.
Heriyadi, Muhammad. 2011. “Hukum Administrasi Negara”,
https://h3r1y4d1.wordpress.com/2011/12/09/hukum-admintrasi-negara/ , diakses pada 15
September 2020 pukul 23.25.
Kontributor Wikipedia, “Andi Taufan Garuda Putra”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/wiki/Andi_Taufan_Garuda_Putra , diakses pada 16 September 2020 pukul
18.40.
Sadikin, Rendy Adrikni. 2020. “Kontroversi Andi Taufan Garuda Putra: Surat untuk Camat Pakai
Kop Istana”, https://www.suara.com/news/2020/04/24/123320/kontroversi-andi-taufan-garuda-
putra-surat-untuk-camat-pakai-kop-istana?page=all , diakses pada 16 September 2020 pukul
19.20.
Koran Tempo. 2020. “Blunder Staf Khusus Presiden”,
https://kolom.tempo.co/read/1331628/blunder-staf-khusus-presiden/full&view=ok , diakses pada
16 September 2020 pukul 20.13.
Tambun, Lenny Tristia. 2020. “Andi Taufan Garuda Mundur dari Staf Khusus Presiden”,
https://www.beritasatu.com/anselmus-bata/politik/624721/andi-taufan-garuda-mundur-dari-staf-
khusus-presiden , diakses pada 16 September 2020 pukul 21.23.
JIBI-Bisnis.com. 2020. “Kontroversi Surat ke Camat, Staf Khusus Presiden Dilaporkan ke Polisi”,
https://kabar24.bisnis.com/read/20200416/16/1228132/kontroversi-surat-ke-camat-staf-khusus-
presiden-dilaporkan-ke-polisi , diakses pada 16 September 2020 pukul 21.44.
Muhammad Zainul Arifin, Understanding The Role Of Village Development Agency In Decision
Making, Kader Bangsa Law Review, http://ojs.ukb.ac.id/index.php/klbr ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

Muhammad Zainul Arifin, The Theft Of Bank Customer Data On Atm Machines In Indonesia,
International Journal of Mechanical Engineering and Technology
(IJMET),http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/IJMET_10_08_018/IJ
MET_10_08_018.pdf , https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
Muhammad Zainul Arifin, Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Studi Kasus Desa Datar Balam Kabupaten Lahat), Jurnal Fiat Justicia,
http://journal.ukb.ac.id/journal/detail/288/implementasi-peraturan-pemerintah-pp--
nomor-8-tahun-2016-tentang-dana-desa-yang-bersumber-dari-anggaran-pendapatan--
dan-belanja-negara--studi-kasus-desa-datar-balam-kabupaten-lahat ,
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

Muhammad zainul Arifin, Penerapan Prinsip Detournement De Pouvoir Terhadap Tindakan


Pejabat Bumn Yang Mengakibatkan Kerugian Negara Menurut Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Jurnal Nurani,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2741/2070 ,
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
Muhammad Zainul Arifin, Korupsi Perizinan Dalam Perjalanan Otonomi Daerah Di Indonesia,
Lex Librum : Jurnal Ilmu Hukum,
http://www.lexlibrum.id/index.php/lexlibrum/article/view/138/pdf ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id
Muhammad Zainul Arifin, Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin Tinggi,
Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan,
Jurnal Thengkyang,
http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/issue/view/1/Halama
n%20%201-21 ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id
Muhammad Zainul Arifin, Peran Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Memfasilitasi
Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap Perusahaan Di Indonesia, Jurnal
Nurani, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2740/2072,
Muhammad Zainul Arifin, Suatu Pandangan Tentang Eksistensi Dan Penguatan Dewan
Perwakilan Daerah, Jurnal Thengkyang,
http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/article/view/6/4 ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Kajian Tentang Penyitaan Asset Koruptor Sebagai Langkah
Pemberian Efek Jera, Researchgate.net,
https://www.researchgate.net/publication/333701113_KAJIAN_TENTANG_PENYI
TAAN_ASSET_KORUPTOR_SEBAGAI_LANGKAH_PEMBERIAN_EFEK_JER
A_Oleh ,

Anda mungkin juga menyukai