Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

“Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat Pemerintah Ditinjau dari UU 30 2014


Tentang Administrasi Pemrintahan

MATA KULIAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Dosen : - Ahamad Fikri Hadin S.H., LL.M.

DIBUAT OLEH :

Putri Anisa Chanan Variza

NIM 2010211320075

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
TAHUN 2021
Hukum Administrasi Negara (sering disingkat HAN) adalah sebuah cabang
dari ilmu hukum yang mempelajari mengenai tindakan-tindakan dalam
menyelenggarakan sebuah negara. Hukum ini juga dikenal sebagai hukum tata usaha
negara atau hukum tata pemerintahan. Hukum Administrasi Negara adalah bagian
dari hukum publik dan diturunkan dari hukum tata negara. Ia mengatur tindakan,
kegiatan, dan keputusan yang dilakukan dan diambil oleh lembaga-lembaga
pemerintah dalam menjalankan roda negara sehari-hari.

Permasalahan mengenai Hukum Administrasi Negara di Indonesia tidak


pernah ada habisnya. Setiap tahun terjadi beberapa kasus perbuatan melanggar
Hukum Administrasi Negara, seperti penyalahgunaan wewenang jabatan (Abuse of
Power). Abuse of power adalah tindakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
seorang pejabat untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri, orang
lain atau korporasi. Kalau tindakan itu dapat merugikan keuangan atau perekonomian
negara, maka tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan korupsi. Ada
adagium yang mengatakan bahwa, kekuasaan itu dekat dengan korupsi. Kekuasaan
yang tidak terkontrol akan menjadi semakin besar, beralih menjadi sumber terjadinya
berbagai penyimpangan. Makin besar kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan
untuk melakukan korupsi.

Meskipun sudah ada peraturan yang mengatur tentang Hukum Administrasi


Negara, masih banyak saja para perjabat yang menyalahgunakan wewenang
jabatannya untuk keperluan pribadi, seperti pada kasus yang baru ini. Dua Staf
Khusus Presiden mundur dari jabatannya, karena diduga melakukan penyalahgunaan
wewenang jabatan. Masyarakat pun menilai bahwa kedua stafsus tersebut memiliki
konflik kepentingan dengan perusahaannya.

Jika seorang pejabat publik menemui konflik antara kewajibannya melayani


publik dan kepentingan pribadinya, yang dapat mempengaruhi secara tidak wajar
tugas dan tanggung jawab publiknya, ia menghadapi yang disebut konflik
kepentingan. Dalam Undang-Undang (UU) administrasi pemerintahan, konflik
kepentingan didefinisikan sebagai, suatu kondisi pejabat pemerintahan yang memiliki
kepentingan pribadi untuk menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain dalam
penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi netralitas dan kualitas
keputusan dan/atau tindakan.

kepentingan pribadi tidak terbatas pada keuntungan finansial yang diperoleh


tapi juga melingkupi keuntungan non-finansial; ini bisa berbentuk informasi program
pemerintah, promosi nama perusahaan, pertambahan pengguna jasa, atau data
masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan aset yang tak berwujud yang tentu sangat
berharga bagi perusahaan rintisan.

Salah satu stafsus yang mengundurkan diri yaitu belva. Ia diduga memiliki
konflik kepentingan karena perusahaannya menjadi mitra dari program Prakerja
Pemerintah. Yang kedua Andi Taufan, Ia diduga mengirimkan kepada para camat
untuk mendukung petugas lapangan Amartha dalam hal ini adalah perusahaan Andi
Taufan yang akan turut memberikan edukasi kepada masyarakat di desa terkait
Covid-19. Dalam surat tanggal 1 April 2020 itu menggunakan kop surat Sekretaris
Kabinet, hal itulah yang menimbulkan dugaan mengenai Abuse of Power.

Jika dilihat dari sudut pandang Hukum Administrasi Negara, dengan


menggunakan dasar hukum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan, kedua stafsus tersebut bisa dikenakan pasal 17 ayat 1 dan
2 dan pasal 18 ayat dua dan tiga. Di dalamnya disebutkan dengan jelas pada ayat satu
bahwa badan dan atau pejabat pemerintahan dilarang menyalahgunakan wewenang.
Ayat dua tentang larangan penyalahgunaan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat satu, meliputi larangan melampaui wewenang, larangan mencampuradukkan
wewenang, dan larangan bertindak sewenang-wenang. Jika mengacu pada ketentuan
hukum tersebut, maka tindakan stafsus Presiden Jokowi tersebut dapat dikategorikan
sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam ketentuan
pasal 17 ayat satu dan ayat dua, pasal 18 ayat dua dan tiga Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014.

Hal itu menimbulkan kritikan yang sangat pedas dari beberapa kalangan
masyarakat. Mereka meminta pertanggung jawaban Belva dan Andi sebagai pejabat
publik yang telang menyalahgunakan wewenang jabatannya demi kepentingan
pribadi. Akhirnya kedua stafsus Presiden tersebut mengundurkan diri dari jabatannya.

Anda mungkin juga menyukai