Anda di halaman 1dari 7

ABUSE OF POWER :

TINJAUAN PENYALAGUNAAN KEKUASAAN OLEH WEWENANG JABATAN


REPUBLIK INDONESIA

MOCHAMMAD IMRON ROSYADI (230601110051)

MAHASISWA PROGAM STUDI MATEMATIKA UIN MAULANA MALIKI


IBRAHIM

(Email: imronrsyd1011@gmail.com )

ABSTRAK

Memiliki kekuasaan berarti memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku


atau sikap orang lain sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemegang
kekuasaan. Dengan memegang kekuasaan maka secara otomatis yang
bersangkutan mempunyai pengaruh, dan hal inilah yang diimpikan oleh
sebagian orang yang ingin mendapatkan legitimasi sehingga nantinya ia
mempunyai pengaruh dari kekuasaan yang dimiliki. Penyebab terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan mampu berdampak pada korupsi yang
(Chomsky, 2006)hasil penyalahgunaan kekuasaan relatif lebih ringan
dibandingkan dengan manfaat yang di rasakannya. b. Penyalahgunaan
kekuasaan bisa diakali dan direkayasa dalam bentuk wujud fisik
pertanggungjawaban. c. Untuk mendapatkan kekuasaan memerlukan modal
materi yang cukup besar, sehingga begitu kekuasaan melekat pada dirinya
tentu yang bersangkutan berusaha untuk mengembalikan modal awal plus
keuntungan yang besar. Tidak baiknya sistem chesh and balance dalam
sistem pemerintahan.

Kata kunci: Penyalahgunaan, kekuasaan, korupsi

1
ABSTRAK

Having power means having the ability to change the behavior or attitudes of
other people according to what the power holder wants. By holding power, the
person concerned automatically has influence, and this is what some people
dream of who want to gain legitimacy so that later they will have influence
from the power they have. The cause of abuse of power can result in rampant
corruption. Among the causes: a. That the punishment felt as a result of abuse
of power is relatively lighter compared to the benefits felt. b. Abuse of power
can be tricked and engineered into physical forms of accountability. c. To gain
power requires quite a large amount of material capital, so that once power is
attached to oneself, of course the person concerned will try to return the initial
capital plus large profits. d. The check and balance system in the government
system is not good.

Key words: Abuse, power, corruption

LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

Pejabat adalah orang-orang yang diberi kepercayaan untuk ditunjuk dan


diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu. Pejabat
diberikan kekuasaan dan kepercayaan karena ia mempunyai hak
memerintah, hak mengatur dan mengolah suatu tanggung jawab kepada
rakyat. Banyak sebagian orang memilih menjadi pejabat karena kekuasaan,
dengan memiliki kekuasaan pejabat bisa dengan bebasnya mengakses
sesuatu yang ia kehendaki. Memiliki kekuasaan berarti memiliki
kemampuan untuk mengubah perilaku atau sikap orang lain sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Dengan memegang
kekuasaan maka secara otomatis yang bersangkutan mempunyai pengaruh,
dan hal inilah yang diimpikan oleh sebagian orang yang ingin mendapatkan

2
kekuasaan sehingga nantinya ia mempunyai pengaruh dari kekuasaan yang
dimiliki.

Penyalahgunaan kekuasaan saat ini menjadi trending topik, baik di media


massa, media cetak maupun media elektronik. Abuse of Power merupakan
suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang pejabat atau penguasa dengan
kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan individu maupun
kepentingan kelompok atau korporasi. Kalau tindakan itu dapat merugikan
keuangan atau perekonomian negara, maka tindakan tersebut dapat
dianggap sebagai tindakan korupsi. Kekuasaan yang tidak terkendali akan
menjadi semakin sewenang-wenang dan pada akhirnya berujung pada
penyimpangan. Makin besar kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan
untuk melakukan korupsi.

Penyalahgunaan kekuasaan saat ini seperti hal yang tidak asing lagi bagi
mereka yang memiliki jabatan. Jika ada yang membantah pernyataan
tersebut, juga tidak bisa ada salahnya dengan pandangan bahwa tidak
semua pejabat publik yang memiliki mental untuk melakukan
penyelewengan kekuasaan. Namun apabila kita berkaca dari studi kasus
yang ada di Indonesia baik dari media massa, televisi maupun media online
maka akan sangat banyak masalah publik yang berkaitan dengan
penyalahgunaan kekuasaan tersebut. yang paling menghebohkan adalah
yang dialami oleh Mario Dendy dan ayahnya, yaitu Rafael Alun seorang
pejabat direktorat jenderal pajak (Ditjen Pajak) yang telah melakukan
pencucian uang, diduga menerima uang sebanyak Rp 1,34 Miliar. Uang itu
diduga diterima dari perusahaan konsultasi miliknya, yakni PT Artha Mega
Ekadha, tidak hanya pencucian uang saja, Mario Dendy juga terlibat dalam
penganiayaan dengan David diduga karena adanya asmara. Mario Dendy
telah menyala gunakan kekuasaan ayahnya (Rafeal Alun). Yang di mana
menggunakan kekerasan kepada saudara David dan membawa nama orang
tuanya, yang di mana ayahnya seorang pejabat. Dan Mario Dendy terkena
pasal undang-undang 355 KUHP tentang penganiayaan dan divonis 5
tahun penjara.

RUMUSAN MASALAH

3
bagaimana penyalahgunaan kekuasaan dapat mempengaruhi struktur
sosial dan menciptakan ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan

TUJUAN

Agar memahami dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan diera


mendatang.

PEMBAHASAN KEKUASAAN

Meski telah berulang kali pejabat negara tertangkap tangan dan


dijebloskan ke penjara gara-gara korupsi, suap, ataupun pemerasan,
namun masih banyak pejabat dan penyelenggara negara lainnya tidak takut
dan juga tidak jera. Jumlah pejabat negara mulai dari menteri, anggota
dewan, gubernur, bupati sampai dengan pejabat yang lebih renda dari
berbagai jenjang dan tingkatan yang tersandung kasus penyalahgunaan
kekuasaan. Ada beberapa argumentasi mengapa mereka tidak jerah.
Pertama, bahwa punishment yang dirasakan dari hasil penyalahgunaan
kekuasaan relatif lebih ringan dibanding dengan manfaat dirasakannya.
Misalkan, akibat dari penyalahgunaan wewenang (kalau terbukti ketahuan)
risikonya sudah diperhitungkan yakni dipenjara, dan setelah dikalkulasi
selama masa tahanan/ masa hukuman yang bersangkutan masih
menghitung ada keuntungan secara materi dari hasil penyalahgunaan
kekuasaan.

Argumentasi kedua, penyalahgunaan kekuasaan bisa diakali dan


direkayasa dalam bentuk wujud fisik pertanggung jawaban. Walaupun
suatu kegiatan sebenarnya fiktif atau ada rekayasa lain mark up harga dan
model lainnya, namun banyak penguasa yang bisa mengatur sistem
pertanggungjawaban sehingga pada saat ada pemeriksaan tidak ada temuan
karena didukung dengan tertib administrasi yang profesional. Selamatlah
mereka meskipun telah terjadipenyalahgunaan kekuasaan. Argumentasi
ketiga, untuk mendapatkan kekuasaan memerlukan modal materi yang
cukup besar, sehingga begitu kekuasaan melekat pada dirinya tentu yang

4
bersangkutan berusaha untuk mengembalikan modal awal plus keuntungan
yang besar.

DATA KORUPSI TAHUN 2021-2022

NO KETERANGAN TAHUN
2021 2022
1. KASUS KORUPSI 533 597
2. TERSANGKA 1173 1396
3. KERUGIAN NEGARA 62,9 T 48,8 T
4. NILAI SUAP 212,5 M 376,7 M
Sumber : Indonesian Coruption Watch, 2017

Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tren korupsi terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini salah satu penyebabnya yaitu
adanya kesempatan bagi pejabat publik untuk melakukan hal tersebut dan
didukung oleh kekuasaan dan jabatan yang mereka miliki.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab


terjadinya penyalahgunaan kekuasaan sehingga berakibat pada korupsi
yang merajalela di antaranya a. Bahwa punishment yang dirasakan dari
hasil penyalahgunaan kekuasaan relatif lebih ringan dibanding dengan
manfaat yang dirasakannya. b. Penyalahgunaan kekuasaan bisa diakali dan
direkayasa dalam bentuk wujud fisik pertanggungjawaban. c. Untuk
mendapatkan kekuasaan memerlukan modal materi yang cukup besar,
sehingga begitu kekuasaan melekat pada dirinya tentu yang bersangkutan
berusaha untuk mengembalikan modal awal plus keuntungan yang besar.
Tidak baiknya sistem check and balance dalam sistem pemerintahan.

Oleh karena itu, penulis menyarankan: a. Meninjau kembali


punishment yang diberikan kepada mereka yang melakukan
penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan negara, sehingga ada efek

5
jera yang dirasakan. b. Pemeriksaan terhadap LPJ yang dilakukan oleh
setiap instansi harus dilakukan secara mendetail sehingga celah/ ruang
mereka yang ingin melakukan penyalahgunaan kekuasaan dapat
terminimalisir. c. mengurangi biaya politik sebelum menjabat sebagai
pejabat /wakil rakyat, sehingga tidak rasa untuk mengembalikan uang
yang telah digunakan dalam dalam biaya politik sebelum menjabat. d.
Memperkuat dalam sistem check and balance dalam sistem pemerintahan,
sehingga bisa saling mengontrol dan memberi teguran terhadap pelanggar
yang tadi.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi
Annette Y. Lee-Chai, J. B. (2015). The Use and Abuse of Power. Dalam J. B.
Annette Y. Lee-Chai, The Use and Abuse of Power (hal. 328). New York:
Psychology Press.
Chomsky, N. (2006). Failed States: The Abuse of Power and the Assault on
Democracy. Dalam N. Chomsky, Failed States: The Abuse of Power
and the Assault on Democracy (hal. 325). by Metropolitan
Books/Henry Holt & Co. (NYC.
Dr. Juniver Girsang, S. M. (2012). ABUSE OF POWER Penyalahgunaan
Hukum Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi. Dalam S. M. Dr.
Juniver Girsang, ABUSE OF POWER Penyalahgunaan Hukum Dalam
Penanganan Tindak Pidana Korupsi (hal. 248). Jakarta: JG Publishing.
Drs. Ermansjah, S. (2010). Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta:
Sinar grafika.
Edwards, C. w. (1992). The Dark Side of Power: The Real Armand Hammer
Hardcover. Dalam C. w. Edwards, The Dark Side of Power: The Real
Armand Hammer Hardcover (hal. 496). Simon & Schuster .
Galbraith, J. K. (1983). The Anatomy of Power. Houghton Mifflin.
Haryanto. (2017). Elit, Massa, dan Kekuasaan. Dalam Haryanto, Elit, Massa,
dan Kekuasaan (hal. 156). PolGov.
Jack Newfield, P. D. (1977). The abuse of power : the permanent Government
and the fall of New York. Dalam P. D. Jack Newfield, The abuse of
power : the permanent Government and the fall of New York (hal. 368).
NEW YORK: New York: Viking Press.

6
La Hadifa, S. M. (2019). Membangun Budaya Anti Korupsi. Dalam S. M. La
Hadifa, Membangun Budaya Anti Korupsi (hal. 167). CV. Adiprima
Pustaka.
Ora, F. H. (2015). Populasi Opini Penyalahgunaan Kekuasaan. Dalam F. H.
Ora, Populasi Opini Penyalahgunaan Kekuasaan (hal. 451).
Deepublish.
Vatandas, A. (2015). Hungry for Power: Erdogan’s Witch Hunt and Abuse of
State Power. Dalam Hungry for Power: Erdogan’s Witch Hunt and
Abuse of State Power (hal. 188). Blue Dome Press.

Anda mungkin juga menyukai